Tugas UAS P2KM

download Tugas UAS P2KM

of 15

Transcript of Tugas UAS P2KM

TUGAS MATA KULIAH PROGRAM PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT STATUS GIZI MASYARAKAT KECAMATAN PRAMBON SIDOARJO

DISUSUN OLEH: KELOMPOK I PIPID ARI WIBOWO DELLA YAN KARTIKA CANDRA WAHYU N AGUSTINA ZAHROTUN NISA IRMA KRISNAWATI SEPTIKA ANGGRAINI 101111296 101111297 101111298 101111301 101111309 101111360

NOVINA EKA MUJI FITRAH SARI101111300

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan modern menuntut kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan. Yang dimaksud kesehatan pribadi menurut Murifah dan Herdianto (1992: 8) adalah kesehatan atau kebersihan diri sendiri seutuhnya yaitu meliputi seluruh aspek pribadi, fisik, mental, sosial agar tumbuh dan berkem-bang secara harmonis. Sedangkan kesehatan lingkungan menurut Murifah dan Herdianto (1992: 8) adalah Kesehatan yang berada di luar diri meliputi lingkungan biologis dan lingkungan fisik. Sehat adalah tidak adanya gangguan terhadap jasmani, rohani, dan sosial. Kesehatan mencakup pribadi seseorang seutuhnya meliputi sehat pisik, sehat mental, dan sosial. Pemahaman sehat tersebut sesuai dengan pengertian sehat yang dikemukakan WHO yang dikutip oleh Marifah (1992: 1) adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Dengan demikian tidak cukup suatu masyarakat bebas dari penyakit, tetapi juga harus mencakup keseluruhan, sehat secara total seperti dikemukakan WHO. Untuk mencapainya, masyarakat perlu diberi pendidikan kesehatan yang secara sistematis akan membekali mereka dalam kehidupannya dan merupakan sikap hidup seharihari. Sikap hidup merupakan pandangan hidup yang harus ditanamkan pada masayarakat dari mulai lahir sampai hayatnya dan harus menjadi kebiasaan hidup sehari hari dalam keluarga maupun dalam, masyarakat. Dengan demikian, akan terbentuk pribadi-pribadi yang sehat, yang akhirnya dapat menunjang terhadap produktivitas tenaga kerja. Pada saat ini, sebagian besar tau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi (Atmarita, 2004). Kejadian kekurangan gizi sering terluputkan dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Akhir-akhir ini, di masyarakat kita mulai menyeruak banyak masalah kesehatan dan gizi yang perlu mandapat perhatian. Kasus busung lapar misalnya, merupakan contoh betapa pemahaman kese-hatan di masyarakat masih minimal. Sehingga kita tercengang ketika data menunjukkan bahwa di Indonesia anak-anak Balita (di bawah lima tahun) delapan persen menderita busung lapar alias gizi buruk. Kalau proyeksi penduduk Indonesia yang disusun Badan Pusat Statistik tahun 2005 ini jumlah anak Balita usia 0-4 tahun berjumlah 20,87 juta

anak (Kom-pas, 28 Mei 2005), itu berarti saat ini ada sekitar 1,67 juta anak Balita yang menderita busung lapar. Belum lagi kasus polio dan kusta yang tahun ini juga sempat mencuat di beberapa daerah di Indonesia. Urusan kesehatan merupakan urusan lingkungan, sikap, dan perilaku masyarakat. Hal ini diper-kuat hasil penelitian Hendrik L. Blum yang dikutif Saeful Millah (Pikiran Rakyat, 3 Juni 2005), bahwa dari empat faktor kunci yang mempengaruhi derajat kese-hatan, maka aspek pelayanan hanya memiliki kontribusi 20%. Sementara sebagian besar 80%, dipengaruhi oleh tiga faktor lainnya. Yaitu, 45% ditentukan oleh lingkungan, 30% perilaku masyarakat, dan 5% ditentukan faktor keturunan. Itu artinya urusan kesehatan bukan hanya urusan dokter, bidan, atau tenaga medis lainnya, melainkan urusan berbagai pihak. Terutama aspek perilaku masyarakat dan lingkungan yang harus mendapat perhatian utama. Berangkat dari rasional tersebut, maka kami sebagai bagian dari masyarakat akademik yang harus melakukan pengabdian kepada masyarakat merasa ter-panggil untuk ikut berkiprah dalam melakukan penyuluhan. Kampus yang dituntut untuk mengadakan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu : pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sudah seharusnya turut serta dalam mengatasi kesulitan. B. Rumusan masalah Bagaimana keadaan status gizi masyarakat Prambon di puskesmas Prambon Kecamatan Prambon Kabupaten Sidoarjo dilihat dari analisis Precede Proceed. C. Tujuan Untuk mengetahui keadaan status gizi masyarakat desa Prambon di puskesmas Prambon dilihat dari analisis Precede proceed. D. Manfaat Mengetahui keadaan status gizi di masyarakat desa Prambon di puskesmas Prambon agar dapat menentukan tindakan perencanaan dan pengembangan masyarakat yang lebih baik.

BAB II PEMBAHASAN

Dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada di masyarakat salah satunya adalah membuat program-program yang terkait dengan masalah yang timbul. Dengan programprogram yang telah di buat diharapkan dapat mengatasi masalah yang timbul. Oleh karena itu program harus dibuat dan direncanakan sedemikian rupa sehingga masalah yang ada di masyarakat dapat terselesaikan. Salah satu teori yang dapat digunakan dalam pembuatan program adalah teori PRECEDE PROCEED teori ini adalah membahas tentang perencanaan program promosi kesehatan. Kami menerapkan teori ini untuk merancang perencanaan program promosi kesehatan di puskesmas Prambon kecamatan Prambon kabupaten Sidoarjo. Teori PRECEDE, meliputi : Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5 : Social Diagnosis : Epidemiological Diagnosis : Behavioral and Enviromental Diagnosis : Educational and Organizational Diagnosis : Administration and Organizational Diagnosis

A. Fase 1 : Diagnosis Sosial

a. Batas wilayah: Sebelah utara : wilayah kecamatan krian dan wonoayu Sebelah timur : wilayah kecamatan krembung dan tulangan Sebelah selatan : wilayah kecamatan pungging dan mojosari Sebelah barat : wilayah kecamatan tarik b. Luas daerah Luas wilayah kerja puskesmas prambon adalah 31,39 km yang terdiri dari 65% luas tanah tegalan dan 20% luas pemukiman. Wilayah kerja puskesmas meliputi semua desa yang ada di wilayah kecamatan prambon, yang terdiri dari 20 desa yaitu desa prambon, desa kajartengguli, desa kedungwonokerto, desa bendrotetek, desa watu tulis, desa simogarang, desa temu, desa wonoplintahan, desa cangkringtari, desa jati alun-alun, desa jati kalang, desa gampang, desa bulang, desa simpang, desa wirobiring, desa

pajang kulon, dsa kedung kembar, desa kedungsugo, desa jedong cangkring dan desa gedangrowo. c. kependudukan 1) Jumlah penduduk : 57.528 2) Kepadatan pendudk : 1833/km2 3) Crude death rate (CDR): 0,33% 4) Crude birth rate (CBR) : 0,74% d. keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi 1) Mata pencaharian penduduk Petani Wira swasta Swasta PNS TNI Porli : 25,95 % : 29,48% : 37,23% : 5,45% : 1,85% : 0,27%

2) Data sekunder yang diambil dari puskesmas prambon, kecamatan prmabon,

kabupaten sidoarjo tahun 2002 tentang pemantauan KADARZI Desa Watu tulis Jati kalang Simpang Kedung wonokerto Kedung kembar Kejar tengguli Cangkring turi Dari data di atas dapat dianalisis bahwa dari jumlah penduduk yaitu 57.528, penduduk yang mata pencaharian paling banyak adalah swasta, dan pendidikan tertinggi adalah Strata namun hanya 1,00% dari jumah penduduk. Meskipun rata-rata keadaan materi adalah menengan keatas, penduduk kecamatan prambon masing kurang baim dalam pemenuhan gizinya. Dilihat dari data skunder yang telah diambil dari puskesmas Prambon masih banyak keluarga yang tidak memenuhi KADARZI terutama pada desa Kedung kembar. Pada desa itu Jumlah KK 30 30 30 30 30 30 30 Jawaban KADARZI ya % tidak 11 13 5 2 0 17 23 36,7 43,3 16,7 6,7 0 56,7 76,7 19 17 25 28 30 13 7 % 63,3 56,7 83,3 93,3 100 43,3 23,3 Keterangan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak KADARZI

hampir semuanya tidak memenuhi KADARZI. Pendidikan yang kurang tentang pemenuhan gizi menjadi faktor utama yang menyebabkan kecamatan Prambon tidak memenuhi KADARZI.B. Fase 2 : Diagnosis Epidemiologi

Pada data yang didapat dari laporan pengalaman belajar lapangan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas prambon kabupaten sidoarjo, didapatkan gambaran bahwa sebagian besar penduduknya adalah pekerja,sebagian besar adalah swasta,wiraswasta,dan petani, tetapi ada juga yang sebagai PNS,TNI/POLRI. Kesibukan yang dilalui oleh para penduduk ini membuat sebagian besar penduduk tidak memperhatikan status gizinya. Banyaknya ibu-ibu yang bekerja,sehingga mengaibatkan ibu yang secara umum berperan mengurus rumah tangganya kurang bisa memperhatikan asupan gizi di keluarganya,dan banyak yang tidak bisa membawa anaknya ke posyandu. Padahal pemantauan kecukupan gizi yang dapat dilihat dari pemeriksan antropometri ini sangat penting dilakukan pada masa balita. Bukan hanya bagi bayi/balita tetapi pada seluruh anggota keluarga juga penting di lakukan karena mempengaruhi kesehatan dan kondisi fisik seseorang. Kesadaran masyarakat tentang masalah gizi ini sangat minim sekali, padahal sebagian besar masyarakatnya memiliki penghasilan yang cukup untuk membeli makanan yang baik nilai gizinya. Tetapi semua tergantung dari cara pengolahan dan bisa tidaknya masyarakat mengkombinasi makanan,sehingga bisa menghasilkan menu yang mengandung gizi yang baik untuk di konsumsi. Luasnya wilayah kerja puskesmas, banyaknya jumlah penduduk dan terbatasnya tenaga kesehatan, mengakibatkan pemantauan terhadap kesehatan gizi dimasyarakat juga kurang maksimum, sehingga masih banyak masalah gizi di masyarakat yang tidak terpantau oleh tenaga kesehatan. Dari data puskesmas yang dicantumkan pada laporan pengalaman belajar lapangan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Prambon kabupaten Sidoarjo,data gizi kurang dan gizi lebih pada balita masih banyak didapatkan. Darisini dapat disimpulkan bahwa pemantauan mengenai gizi di masyarakat penting dilakukan, peran serta masyarakat dalam hal ini sangat penting.

C. Fase 3 : Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

1) Fase Perilaku Fase perilaku ini merupakan fase dimana faktor perilaku masyarakat mempengaruhi status dan kondisi kesehatannya. Dari keterangan makalah, perilaku masyarakat tentang masalah kesehatan dan gizi sudah tampak peduli dan baik. Hal ini dapat terlihat dari adanya dukungan masyarakat dengan dibentuknya posyandu dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya KB (Keluarga Berencana). 2) Fase Lingkungan Dengan adanya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan maka bisa dipastikan keadaan lingkungan sekitar masyarakat mendukung adanya kegiatan promosi kesehatan sehingga masyarakat mau peduli dan sadar akan kesehatan dan gizinya. Fase perilaku dan lingkungan merupakan faktor yang saling terkait satu sama lain. Faktor perilaku bisa mempengaruhi perubahan keadaan faktor lingkungan disekitarnya. Begitupun faktor lingkungan masyarakat juga bisa mempengaruhi faktor perilaku yang berkembang disana.D. Fase 4 : Diagnosis Pendidikan dan Organisasi

1.

Jumlah penduduk menurut pendidikan : (TK) (SD) : : : : : : 16,74% 45,25% 23,57% 12,96% 0,47% 1,00%

Taman kanak-kanak Sekolah dasar SLTP SLTA Diploma Strata

Tingkat pendidikan pada penduduk Prambon sebagian besar hanya sampai pada tingkat Sekolah Dasar, maka bisa disimpulkan bahwa rata-rata tingkat pendidikannya masih rendah. 2. TK SD SLTP SLTA Sarana Pendidikan : : : : : 23 buah 40 buah 8 buah 3 buah

Sarana pendidikan yang tersedia sudah cukup bagus, dengan adanya sarana pendidikan yang ada maka penduduk Kecamatan prambon sangatlah mudah untuk menjangkau tempat pendidikan tersebut. 3. Fungsi dan Tugas Pokok Puskesmas

Fungsi : sebagai pusat pengembangan, pembinaan, dan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Tugas : a) Menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, terjangkau, dann merata b) Meningkatkan status kesehatan dengan membina peran serta masyarakat c) Meningkatkan kesehatan dengan mengembangkan upaya kesehatan inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat guna.4.

Susunan organisasi puskesmas :a) Unsur pimpinan b) Unsur wakil pimpinan c) Unsur pembantu pimpinan d) Unit pelaksana :

: Kepala puskesmas : Dokter : Urusan tata usaha

1) Unit pencegahan dan pemberantasan penyakit 2) Unit peningkatan kesehatan dan kesehatan keluarga 3) Unit kesehatan dan rujukan 4) Unit kesehatan lingkungan, penyakit, dan peran serta masyarakat Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah maka akan mempengaruhi mata pencaharian penduduk yang kemudian akan mempengaruhi juga pendapatan mereka,namun dengan fasilitas atau sarana pendidikan yang tersedia sekarang dan terjangkau maka sangat memungkinkan adanya peningkatan derajat pendidikan dan nantinya akan berpengaruh pada pendapatan mereka karna memiliki mata pencaharian yang bagus.E. Fase 5 : Diagnosis Kebijakan dan Administrasi

Masalah gizi di Indonesia sangatlah beragam,dan stiap daerah atau wilayah memiliki masalah yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena berbedanya letak geografis, sosial ekonomi,kebijakan yang berlaku di daerah masing dan lain sebagainya. Untuk menanggulangi masalah gizi di Indonesia, pemerintah telah menetapkan program-program atau standart yang telah disesuaikan dengan masalah gizi di Indonesia,seperti pemberian Fe pada ibu hamil, pengukuran berat badan dan tinggi badan ibu hamil, pemberian vitamin A pada balita pada bulan februari dan agustus, pemantauan gizi balita dan APRAS dengan melakukan penimbangan,pengukuran tinggi badan melalui SKDN,dan banyak lagi program-program yang lain.

Keterlibatan masyarakat dalam program ini tergantung pada kesadaran masyarakat itu sendiri dan keterlibatan orang-orang yang berpengaruh di masyarakat untuk memberikan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya program gizi bagi diri mereka sendiri sangat berpengaruh terhadap diterima atau di tolaknya suatu program tersebut. Pada data yang terdapat dalam makalah dapat disimpulkan bahwa puskesmas prambon adalah salah satu puskesmas yang mendukung program pemerintah tentang masalah gizi, hal ini dibuktikan dengan kegiatan kegiatan yang telah di jadikan program puskesmas seperti penanggulangan dan pencegahan penyakit cacingan, pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A, KADARSI, penanggulangan anemia pada bumil,dan lain sebagainya juga telah menjadi program pemerintah yang berlaku secara nasional. Kader dan bidan desa adalah orang yang paham tentang wilayah dan karakteristik masyarakat di daerahnya. Kader dan bidan serta perangkat desa berperan memberikan motivasi kepada masyarakat di daerahnya tentang pentingnya program gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas. Menumbuhkan rasa agar masyarakat membutuhkan program ini sangatlah sulit, perlu melakukan pendekatan-pendekatan di segala kegiatan kemasyarakatan.F. Fase 6 : Implementasi

Dari data yang ada pada makalah,kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas berkenaan dengan masalah gizi adalah: 1. Penanggulangan dan pencegahan penyakit cacing pada murid SD Melakukan penyuluhan pada anak SD tentang makanan yang bagus untuk pertumbuhan dan cara makan (mencuci tangan sebelum dan sesudah makan) Menghimbau penggunaan obat cacing Anak-anak sulit merubah kebiasaan karena peran serta orang tua yang tidak sepenuhnya memberi motivasi anak untuk merubah kebiasaan agar tidak jajan sembarangan,dan kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Peran serta sekolah kurang tegas untuk memberi izin atau memberi peraturan tentang jajanan yang sehat yang layak untuk di konsumsi anak dan tidak berbahaya. 2. Pelayanan gizi melalui Posyandu

Posyandu bekerja sama dengan petugas gizi di puskesmas untuk menyediakan jasa konsultasi tentang gizi untuk masyarakat Kebanyakan ibu yang bekerja dan menganggap ke Posyandu adalah Cuma untuk ibu-ibu yang mempunyai bayi atau balita saja, menjadi halangan program ini. 3. Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A Pemberian vitamin A pada balita setiap bulan februari dan agustus Pemberian vitamin A pada ibu nifas Kesibukan orang tua menjadi penghalang dalam program ini. Terkadang ada yang lupa jadwal pemberian vitamin A,terkadang ada yang tidak peduli dengan program ini,dan ada juga yang di berikan dengan jadwal yang terlambat. 4. Pencegahan dan penanggulangan gondok endemik Penyuluhan tentang penggunaan garam beryodium Penyuluhan tentang ciri-ciri penyakit gondok dan cara berobat. Hampir semua orang menggunakan garam beryodium,karena garam beryodium mudah didapatkan. 5. Penanggulangan dan pencegahan anemia pada balita, bumil, dan WUS Penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan Hb Pemberian tablet Fe pada anak remaja seperti di SMP/SMA,WUS,dan bumil Hampir kebanyakan remaja dan WUS kurang paham tentang pentingnya Tenaga kesehatan hanya memberikan tablet Fe,tanpa bisa memberikan Fe,tidak ada motivasi dari keluarga. pengawasan pemakaian,karena kurangnya tenaga kesehatan yang tersedia dan banyaknya program yang ada. 6. Pemantauan status gizi Penimbangan dan pengukuran tinggi badan,baik pada bayi,balita,APRAS, remaja, WUS ataupun bumil. Kesibukan orang tua untuk bekrja menyebabkan bayi/balita jarang ke Kesibukan juga menyebabkan bumil malas untuk periksa. Posyandu

7. Orientasi monitoring KADARZI

Penyuluhan tentang pentingnya KADARZI Kurangnya pemahaman masyarakat Terbatasnya tenaga untuk melakukan pemantauan

G. Fase 7 : Evaluasi Proses

Implementasi yang dilakukuan di puskesmas Prambon, diantaranya :1. Pendataan tentang SKDN 2. Pemberian kapsul vitamin A 3. Penanggulangan dan pencegahan penyakit cacing pada murid pada sekolah dasar atau

madrasah ibtidaiyah4. Pemantauan status gizi balita 5. Program KADARSI.

Dengan adanya program implementasi yang dilakukuan di puskesmas Prambon maka akan meningkatkan derajat kesehatan penduduk Prambon,semua program implementasi tersebut sangat sesuai karna akan sangat membantu pemantauan dan perkembangan yang terjadi pada penduduk Prambon khususnya pada bidang kesehatan selain itu antara program yang satu dengan program yang lain sangatlah berkaitan sehingga jika semua program dilaksanakan maka hasilnya akan sangat maksimal.H. Fase 8 : Evaluasi Dampak

Evaluasi Impact yaitu dengan mengevaluasi hasil tidak langsung program promosi kesehatan dalam jangka panjang, pada predisposing factor, enabling factor, dan reinforcing factora. Predisposing Factor : Kurangnya pengetahuan tentang pemenuhan zat gizi

Hal ini bisa terlihat dari hambatan yang dialami peneliti yaitu kurangnya kesadaran ibu untukmembawa balitanya ditimbang secara teratur.b. Enabling Factor : Transportasi yang tidak memadai dan terlalu luas wilayah

Hal ini dapat mempengaruhi kemauan ibu dalam hal pemeriksaan balitanya ke posyandu dikarenakan faktor wilayah dan transportasi yang tidak mendukung.c. Reinforcing Factors : Terbatasnya kader posyandu maupun Puskesmas

Kurangnya jumlah personil tenaga kesehatan bisa menyebabkan terbatasnya mobilitas dan keefektifitas kinerja mereka.

Hasil tidak langsung dalam jangka panjang yaitu menurunnya angka kejadian gizi kurang pada balita. I. Fase 9 : Evaluasi Hasil Dana yang digunakan puskesmas untuk membuat program penanggulangan masalah gizi ini didapat dari pemerintah daerah,tergantung dari rancangan anggaran yang diajukan oleh puskesmas. Dana alokasi umum,dan 60% dari pengambilan retribusi Puskesmas. 1. Program yang dilakukan Program KADARZI adalah program terbaru di puskesmas yang diharapkan bisa memberikan solusi terhadap kejadian masalah gizi yang terjadi selama ini. KADARZI bisa terwujud bila dalam satu keluarga mempunyai satu orang kader keluarga yang mampu mempraktekkan prilaku gizi yang baik dan dapat mengenali masalah gizi dan bisa memberikan solusi. Selain progoram KADARZI,melakukan pelayanan gizi di Posyandu, penanggulangan dan pencegahan anemia gizi pada balita, wanita hamil, dan wanita usia subur,pemantauan status gizi,mencegah dan menanggulangi gondok,penanggulangan masalah cacingan di SD, pencegahan dan penanganan masalah kekurangan vitamin-A. 2. Evaluasi Program gizi yang dilakukan oleh puskesmas belum sepenuhnya berhasil karena masyarakat belum mendukung sepenuhnya program ini. Faktor faktor yang menghambat program gizi diantaranya adalah: Terbatasnya tenaga kesehatan. Luasnya wilayah kerja puskesmas. Banyaknya penduduk. Kurangnya pemantauan petugas tentang masalah gizi,sehingga pencatatan dan pelaporan masih belum baik. Banyaknya ibu yang bekerja sehingga tidak bisa membawa anaknya j\ke posyandu dan konsultasi masalah gizi. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memantau keadaan gizi melalui

pemeriksaan antropometri (berat badan dan tinggi badan).

BAB III KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Puskesmas Prambon di Kecamatan Prambon memiliki 4 desa di dalam wilayah kerjanya 2. Sebagian penduduk baik laki-laki maupun perempuan adalah bekerja. 3. Jumlah tenaga kesehatan kurang memadai untuk menjalankan fungsinya karena luasny daerah kerja. 4. Keikutsertaan masyarakat untuk mensukseskan program gizi sangat kurang karena kesibukan masing-masing. 5. Kader belum bias melaksanakan fungsinya dengan baik di masing-masing daerahnya karena keterbatasan tenaga kesehatan dan kurangnya kepedulian tentang kesehatan. 6. Status gizi di kecamatan Prambon bias dikatakan kurang gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Kelompok VIII Semester IV. 2003. Pengenalan Instansi Kesehatan Puskesmas Prambon Kecamatan Prambon Kabupaten Sidoarjo. Praktek Kerja Lapangan Universitas Airlangga.