tugas Teori Akuntansi
-
Upload
fauzi-al-lakadarnya -
Category
Documents
-
view
191 -
download
1
description
Transcript of tugas Teori Akuntansi
SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DAN PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DI INDONESIA
Matakuliah: Teori Akuntansi
Disusun Oleh:
1. Teza Lukman Aryes C1C110253
2. S. Ali Zainal A.A. C1C110235
3. Gusti Ninna Aulia W. C1C110009
4. M. Abdi Rahman C1C110015
5. Akhmadi C1C110011
6. Dody Chandra Setiawan C1C109113
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh
negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala
bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana
penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat
diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu
menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu,
pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak
diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya
dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat
dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada
tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan
standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada
tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI).”
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite
PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan
untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984
dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1
Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai
konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke
depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar
baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1
Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1
September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di
dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK
Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2
KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan
Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada
tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas
menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah
bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan
susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI
tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi
Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,
Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain
itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif
Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk
tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang
terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK.
Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi
akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan
arah dan pengembangan SAK di Indonesia.
2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah perumusan standar akuntansi keuangan (SAK)
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan munculnya sistem akuntansi internasional
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONESIA
Periodisasi perkembangan akuntansi di Indonesia dapat dibagi atas zaman kolonial dan
zaman kemerdekaan.
Sejarah akuntansi membahas mengenai evolusi perkembangan dan pemikiran
akuntansi dari periode ke periode, yaitu :
A. Akuntansi Zaman Prasejarah
B. Akuntansi Islam di Zaman Kenabian
C. Akuntani di Zaman Evolusi pembukuan
A. Akuntansi zaman Prasejarah
Pada zaman ini akuntansi mulai dikenal sejak manusia mengenal uang dan
pencatatan.
Akuntansi zaman prasejarah ini dibagi menjadi beberapa zaman, yaitu :
1) Zaman Mezopotamia
2) Zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno
3) Zaman Cina
4) Zaman Monorial Inggris
1) Zaman Mezopotamia
Zaman mesopotamia ini dikenal juga zaman Babilonia yang terjadi kurang lebih
tahun 8000 SM (Richard Mattesich dalam artikelnya yang berjudul Pre-historic
Accounting and the problem of Representation).
Bentuk pencatatan transaksi dalam bentuk tablet-tablet dari tanah liat yang diberi
tanda titik-titik sebagai pengganti tanda angka yang disebut clay. Kemudian kumpulan
dari tablet-tablet tersebut disebut “clay envelops” yang berfungsi untuk
mengungkapkan secara simbolis nilai aset dan transaksi ekonomis.
Menurut Orville keister (1986) menyebutkan bahwa untuk mencatat transaksi
terdapat 2 macam tablet, yaitu tablet penerimaan dan tablet pengeluaran.
2) Zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno
Ini terjadi kira-kira tahun 3600 SM yang merupakan awal periode Yunani dan
Romawi, namun pencatatan-pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan
kurang lengkap
Pada saat itu berhasil ditemukan catatan tertua yang sampai saat ini masih
tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia. Kemudian pada tahun 1000 SM ditemukan
koin sebagai alat pertukaran di Yunani (dikemukakan oleh Kam tahun 1986).
Sedangkan di Romawi Kuno ditemukan seorang arsitek yang menilai gedung tidak
hanya sebesar cost (harga perolehan) namun harus dikurangi seperdelapannya setiap
tahun. Ini berarti pada masa ini sudah mengenal istilah depresiasi.
3) Zaman Cina
Pada zaman dinasti Chou (1122 – 256 SM) akuntansi sudah digunakan sebagai
alat untuk membantu perencanaan, pertimbangan ekspansi wilayah, dan juga untuk
mengatur negara.
Dalam peradaban ini akuntansi dikembangkan menjadi akuntansi pemerintahan.
4) Zaman Manorial di Inggris
Zaman Manorial ini terjadi di abad 11 dan 12 yang merupakan zaman berjayanya
para tuan tanah di daratan Eropa. Pada zaman ini akuntansi digunakan oleh para tuan
tanah digunakan mencatat penerimaan yang diperolah dari pajak rakyat dan mencatat
pengeluaran untuk kebutuhan pribadinya.
Pada zaman ini sudah mengenai sistem single entry. Yaitu sistem pencatatan yang
digunakan sebelum ditemukannya sistem pencatatan double entry.
B. Akuntansi Islam di Zaman Kenabian
Sistem pencatatan Islam ini dimulai sejak masa kenabian Muhammad SAW yang
lahir tahun 571 M.
Akuntansi Islam berkembang berdasarkan sumber utama yang ada di Al Qur’an
Surat Al Baqarah ayat 282, yang kandungan isinya memberikan isyarat akan
pentingnya pencatatan akan kegiatan muamalah seperti kegiatan jual-beli, utang-
piutang, sewa-menyewa, dan sebagainya.
Peradaban akuntansi Islam ini memberikan pengaruh besar akan perkembangan
akuntansi di italia sampai saat sekarang ini.
C. Zaman Evolusi Pembukuan
Zaman ini mengarah pada pergantian sistem pencatatan dari single entry ke
sistem berpasangan atau double entry.
Zaman ini dibagi menjadi beberapa tahapan kejadian, yaitu:
1) Lahirnya Tata Buku berpasangan
2) Masa Revolusi Industri
3) Akuntansi di Inggris dan Amerika sebelum tahun 1900
4) Periode setelah tahun 1900 di Amerika
1) Lahirnya Tatabuku Berpasangan
Tatabuku berpasangan (double entry bookkeeping) ditemukan dalam catatan
seorang pedagang di Genoa, Italia sekitar tahun 1340 yang merupakan titik tolak
pengembangan akuntansi.
Dalam tatabuku berpasangan pada masa ini mulai dikenal istilah debere (debit)
dan creed (kredit).
Beberapa konsep yang menjadi ciri tata buku berpasangan, antara lain :
Sudah ada konsep kesatuan usaha yang terpisah dari pemiliknya.
Transaksi dicatat dengan satuan moneter.
Sudah mengenal perbedaan antara Capital (modal) dan Income (laba).
Pada tahun 1494 publikasi buku pertama yang ditulis oleh Lucas Pacioli yang
berjudul “Summa de Arithmatica, Geometria, Proportioni et proportionalita”.
Buku tersebut yang pertama memuat dasar-dasar akuntansi dimana pada bagian
buku tersebut terdapat subjudul “Tractactus de Computis et Scriptorio”, yang
membahas secara khusus dasar-dasar akuntansi. Sub judul itu dikembangkan menjadi
tulisan yang khusus membahas akuntansi yang diberi judul La Scoula Perfecta de
Mercanti dan diterbitkan oleh penerbit Paganini. Karena tulisannya itu, Lucas Pacioli
dijuluki bapak Akuntansi.
Ciri mendasar sistem akuntansi yang dikemukakan oleh Lucas Pacioli adalah
sistem pembukuan bepasangan (double entry ), yaitu pencatatan peristiwa ekonomi
dalam dua aspek yaitu debet dan kredit, sehinga diperoleh hasil pencatatan yang
sistematis dan mudah dikontrol. Sistem ini berkembang dan mendasari sistem
akuntansi yang dipakai dalam dunia usaha sekarang ini.Pengalaihbahasaan buku
Pacioli ke dalam berbagai bahasa merupakan penyumbang bagi penyebaran
popularitas metode Italia.
2) Masa Revolusi Industri
Pada awal abad 15 kekuatan ekonomi bergeser adri Italia ke Inggris. Sehingga
Akuntansi juga berkembang ke wilayah Eropa Barat.
Masa Revolusi Industri bermula muncul sekitar tahun 1775. Pada masa itu
perekonomian di Eropa dipengaruhi aliran yang disebut Kapitalisme. Dengan adanya
aliran kapitalisme yang sangat kuat menyebabkan perkembangan revolusi industri di
eropa juga bergerak dengan cepat.
Pada masa ini sudah mulai muncul kesadaran akan perlunya cost accounting
(akuntansi biaya), munculnya akuntansi untuk depresiasi dan pengaruh income tax
(pajak penghasilan) terhadap akuntansi.
Dampak revolusi industri pada akuntansi :
Meningkatnya kebutuhan akan informasi manajemen mengenai biaya produksi dan
biaya yang harus ditetapkan dalam penilaian persediaan, meningkat pula
kebutuhan akan sistem akuntansi biaya
Sistem pabrik dan produksi massa menyebabkan aktiva tetap mempunyai porsi
yang cukup besar dalam proses produksi dan distribusi, sehingga menjadikan
konsep penyusutan semakin penting
Dampak revolusi industri pada akuntansi :
Sistem pabrik dan produksi massa menyebabkan aktiva tetap mempunyai porsi
yang cukup besar dalam proses produksi dan distribusi, sehingga menjadikan
konsep penyusutan semakin penting
Meningkatnya kebutuhan akan informasi manajemen mengenai biaya produksi dan
biaya yang harus ditetapkan dalam penilaian persediaan, meningkat pula
kebutuhan akan sistem akuntansi biaya
3) Akuntansi di Inggris dan Amerika Sebelum Tahun 1900
Pada tahun 1853 di kota Edinburgh, Skotlandia berdiri sebuah organisasi
akuntansi yang diberi nama Society of Accountants in Edinburgh. Organisasi ini
merupakan organisasi akuntansi pertama di Inggris Raya dan bahkan mungkin
pertama di dunia.
Pada tahun 1844 pemerintah Inggris mengeluarkan Companies Act, Yaitu Undang-
undang yang mengatur agar setiap direktur perusahaan untuk menyajikan neraca yang
sudah diaudit kepada para pemegang saham.
Perkembangan akuntansi yang cepat ke seluruh dunia seiring dengan peran
kolonialisme Inggris yang mempunyai kantor dagang di seluruh dunia. Sehingga pada
tahun 1873 berdiri kantor akuntan Inggris yang bernama Price Waterhouse & Co di
Amerika Serikat.
Pada tahun 1886 berdiri American Association of Public Accountant (AAPA) yang
diperkuat dengan lahirnya UU tahun 1896 tentang gelar Certified Public Accountant
(CPA) untuk akuntan di Amerika Serikat.
Kemudian pada tahun 1917 AAPA berubah nama menjadi American Institute of
Accountant (AIA), dan berganti nama lagi menjadi American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA) pada tahun 1957 sampai saat sekarang ini.
4) Periode Setelah 1900 di USA
Perkembangan akuntansi di USA setelah tahun 1900 dipelopori oleh banyak tokoh,
antara lain : W.A. Paton (1922), Sander, Hatfield dan Moore (1938), Gilman (1939) dan
Grady (1965).
Perkembangan Akuntansi di Dunia
Perkembangan Akuntansi di USA
Ada empat fase proses perkembangan akuntansi yang dapat diidentifikasi. Pda
fase pertama (1900-1933)manajemen sepenuhnya mengendalikan pemilihan informasi
keuangan yang harus diungkapkan dalam laporan tahunan, pada fase kedua ( 1933-1959)
dan fase ketiga (1959-1973) lembaga-lembaga profesional memainkan peranan signifikan
dalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi, dan pada fase keempat yang berlanjut
sampai sekarang. Financial Accounting Standards Board ( FASB ) dan berbagai kelompok
penekan mendorong terjadinya politisasi akuntansi.
a. Fase Kontribusi Manajemen ( 1900-1933 )
Pengaruh manajemen dalam pembentukan prinsip-prinsip akuntansi muncul dari
meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomik yang dominan yang
dimainkan oleh korporasi industri setelah 1900. Penyebaran kepemilikan saham
memberi peluang bagi manajemen untuk sepenuhnya mengendalikan bentuk dan isi
ungkapan akuntansi. Intervensi manajemen dicirikan oleh penyelesaian-penyelesaian
yang bersifat ad hoc terhadap masalah-masalah mendesak dan kontroversial.
Ketergantungan manajemen menimbulkan konsekuensi-konsekuensi :
1. Dikarenakan ciri pragmatik solusi yang diadopsi, sebagian besar teknik akuntansi
tidak memiliki dukungan teoretis.
2. Fokusnya adalah pada penentuan income kena pajak (taxableincome ) dan
minimasi pajak income
3. Teknik yang diadopsi didorong oleh keinginan untuk meratakan earning.
4. Masalah-masalah kompleks dihindari dan solusi berdasarkan kebijaksanaan
diadopsi.
5. Perusahaan yang berbeda mengadopsi teknik akuntansi yang berbeda untuk
masalah yang sama
Situasi ini menghasilkan ketidakpuasan selama 1920-an. William Z. Ripley dan
J.M.B. Hoxley adalah dua orang yang bersuara keras menuntut adanya peningkatan
dalam standar pelaporan keuangan. Adolpin A. Berle dan Gardiner C. Means
menunjuk pada kemakmuran korporat dan kekuatan korporasi industri, dan meminta
adanya perlindungan bagi investor.
Pemain utama pada saat itu adalah asosiasi akuntan profesional, The American
Institute of Accountants (AIA ), yang pada tahun 1917 mendirikan Borrad of Examiners
untuk membuat ujian CPA yang seragam, da The New Cork Stock Exchange, yang
dari tahun 1900 mensyaratkan semua korporasi yang mencatatkan saham untuk
mempublikasi laporan keuangan tahunan. Perdebatan teoritis dan kontroversial pada
periode tersebut adalah pertanyaan tentang akuntansi untuk cost bunga.
Memorandum Diskusi FASB tentang ” Akuntansi untuk cost Bunga ” menelusur latar
belakang kontroversi ”bunga sebagai sebuah cost”:
Menjelang akhir abad ke sembilanbelas, isu akuntansi untuk bunga muncul
sebagai bagian dari kepedulian yang besar terhadap pengembangan cost produk
yang realistik sebagai dasar bagi penentuan harga penjualan dan pengukuran
efesiensi pemanufakturan. Meningkatnya kompleksitas bisnis, meningkatnya
kepercayaan pada mesin-mesin dan kebutuhan akan investasi modal yang besar
untuk periode waktu yang panjang meningkatkan jumlah overhead. Dengan
demikian, pemasukan overhead dalam cost produk menjadi isu akuntansi utama.
Peristiwa penting lain pada era tersebut adalah pengaruh pajak income bisnis
terhadap teori akuntansi. Sementara Revenue Act 1913 menyediakan cara
menghitung income kena pajak atas dasar penerimaan dan pembayaran kas, Act
1918 merupakan aturan pertama yang mengakui peran prosedur akuntansi dalam
penentuan income kena pajak. Sebagaimana dinyatakan dalam Seksi 212 (b)
undang-undang tersebut :
Income bersih harus dihitung atas dasar periode akuntansi tahunan pembayar
pajak (tahun fiskal atau tahun kalender, tergantung kasusnya) sesuai dengan
metode akuntansi yang secara regular digunakan dalam pembukuan pembayar
pajak, tetapi jika tidak ada metode akuntansi yang telah digunakan, atau jika
metode yang digunakan tidak merefleksikan income, perhitungan harus dibuat atas
dasar dan dengan cara menutup pendapat Commissioner yang secara jelas
merefleksikan income.
Hal tersebut merupakan tahap awal harmonisasi antara akuntansi pajak dan
akuntansi keuangan.
b. Fase Kontribusi Institusi ( 1933-1959 )
Fase ini ditandai oleh penciptaan dan peningkatan peran institusi dalam
pengembangan prinsip akuntansi. Termasuk di dalamnya adalah pembentukan
Securities and Exchange Commission (SEC); persetujuan ”Prinsip-prinsip umum” oleh
AIA; dan peran baru Committee on Accounting Procedures. Masing-masing ditelaah di
bawah ini
1. Dalam tahun 1934 Kongres membentuk SEC untuk melaksanakan berbagai
peraturan investasi federal termasuk Securities Act 1933 yang mengatur tentang
penerbitan sekuritas di pasar antar Negara bagian dan Securities Act 1934 yang
mengatur tentang perdagangan sekuritas.
Untuk membuat segala sesuatunya jelas, pada 25 April 1938 SEC mengirimkan
pesan yang definitif bahwa jika profesi tidak membentuk badan penetapan standar,
SEC akan menggunakan mandat tersebut dan mengembangkan prinsip akuntansi.
Lihat pernyataan berikut yang nampak dalam Accounting Series Releases (ASR)
No.4 :
Dalam kasus di mana laporan keuangan yang diserahkan kepada
komisi........disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntasni yang tidak
memiliki dukungan autoritatif yang substansial, laporan keuangan semacam
itu akan dipandang menyesatkan atau tidak akurat walaupun ungkapan
yang terkandung dalam sertifikat akuntan atau dalam catatan kaki terhadap
laporan material. Dalam kasus di mana ada perbedaan pendapat antara
Komisi dan pendaftar tentang prinsip akuntansi yang benar yang harus
diikuti, ungkapan akan diterima sebagai pengganti koreksi laporan
keuangan itu sendiri hanya jika yang dimasukkan adalah sesuatu yang
memiliki dukungan autoritatif yang substansial bagi praktik yang diikuti oleh
pendaftar dan posisi Komisi sebelumnya belum pernah dinyatakan dalam
aturan, regulasi, atau siaran-siaran resmi komisi, termasuk opini-opini yang
dipublikasikan akuntan kepalanya.
Hal tersebut merupakan tahap awal bagi peran SEC sebagai pendorong dalam
pengembangan prinsip akuntansi di USA.
2. Mengikuti publikasi artikel Zipley yang mengkritik teknik pelaporan sebagai sesuatu
yang memperdayakan, Gerorge O. May, orang inggris, mengusulkan agar the
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mulai melakukan upaya
kerja sama dengan bursa saham. Hasilnya, Komite Khusus AICPA bekerja sama
dengan Bursa Saham mengusulkan solusi umum keada Komite NYSE. Sebagai
tambahan, Komite mengusulkan upaya formal pertama untuk mengembangkan
teknik akuntansi berterima umum. Dikenal dengan ”prinsip-prinsip dewan” May,
mencakup :
a. Bahwa akun income seharusnya tidak memasukkan profit yang belum
terealisir, dan biaya yang dapat dibebankan pada income seharusnya tidak
dibebankan kecuali terhadap profit yang telah terealisir.
b. Bahwa surplus modal (tambahan modal disetor) seharusnya tidak dibebankan
dengan jumlah yang dapat dibebankan pada income.
c. Bahwa surplus yang diperoleh perusahaan anak yang diciptakan sebelum
pengambilalihan bukan merupakan bagian dari surplus yang diperoleh
perusahaan induk konsolidasi.
d. Bahwa dividen atas saham treasuri tidak dapat dikreditkan pada income
perusahaan
e. Bahwa jumlah tagihan dari pejabat, pegawai, dan perusahaan afiliasian
seharusnya tidak ditunjukkan secara terpisah.
3. Setelah penerbitan ASR No.4 oleh SE, yang menantang profesi untuk
menyediakan ”dukungan autoritatif yang substansial” bagi prinsip akuntansi yang
berterima, dan kritik yang meningkat dari American Accounting Association (AAA)
yang baru dibentuk dan anggota-anggotanya, AICPA memutuskan untuk
memberdayakan Committee on Accounting Procedure (CAP) pada tahun 1938
untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan.
c. Fase Kontribusi Profesional (1959-1973)
Ketidakpuasan terhadap CAP dinyatakan oleh presiden AICPA, Alvin R. Jennings,
dengan pernyataan ”seberapa berhasilkah kita dalam mempersempit bidang
perbedaan dan inkonsistensi dalam penyiapan dan penyajian informasi keuangan?”.
Komite Khusus tentang Program Riset yang dibentuk tahun 1957 dan 1958
mengusulkan pembubaran CAP dan departemen risetnya. AICPA menerima
rekomendasi tersebut dan dalam tahun 1959 mendirikan the Accounting Principles
Board (APB) dan the Accounting Research Division (ARD) dengan untuk memajukan
pernyataan tertulis tentang apa yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi berterima
umum. ARD memulai dengan publikasi posisi yang disusun dengan cermat yang
didasarkan pada penalaran deduktif.
APB juga menerbitkan berbagai Opini yang membahas isu-isu kontroversial,
hingga mencapai 31 Opini antara tahun 1959-1973. AAA juga berpartisipasi dalam
proses tersebut melalui beberapa riset dan berusaha mengembangkan pernyataan
yang terintegrasi tentang teori akuntansi dasar. Upaya-upaya tersebut tidak selalu
berhasil.APB diserang dan dikritik karena :
Opini yang bersifat ad hoc atau kontroversial, termasuk APB 8 tentang akuntansi
pensiun, APB 11 tentang alokasi pajak income, danm APBs 2 dan 4 tentang kredit
pajak investasi
Kegagalan dalam menyelesaikan masalah akuntasni untuk penggabungan usaha
dan goodwill.
Kaitan profesi dengan APB yang dicurigai tidak membantu. Intervensi asosiasi dan
badan-badan profesional dalam perumusan teori akuntansi dipacu oleh upaya-upaya
untuk mengeliminasi teknik-teknik yang tidak diinginkan dan untuk mengkodifikasikan
teknik-teknik yang dapat diterima.
d. Fase Politisasi ( 1973-sekarang )
Keterbatasan asosiasi profesional dan manajemen dalam merumuskan teori
akuntansi mendorong diadopsinya pendekatan yang lebih deduktif dan politisasi
proses penetapan standar-suatu situasi yang diciptakan oleh pandangan yang diterima
luas bahwa angka-angka akuntansi mempengaruhi perilaku ekonomik dan,
konsekuensinya, aturan-aturan akuntansi harus ditetapkan dalam arena politis.
Sejak pembentukannya, FASB telah mengadopsi pendekatan deduktif dan kuasi
politis untuk merumuskan prinsip-prinsip akuntansi. Perilaku FASB dapat ditandai
dengan pertama, adanya upaya untuk mengembangkan kerangka teoretis atau
konstitusi akuntansi dan ke dua, timbulnya berbagai kelompok kepentingan, suatu
kontribusi yang diperlukan bagi penerimaan ”umum” standar yang baru. Dengan
demikian, proses penetapan standar memiliki aspek politis.
Proses perumusan standar akuntasni menjadi bersifat politis dengan baik
dinyatakan sebuah laporan yang diterbitkan oleh the Senate Subcommittee on Report,
Accounting and Management, berjudul The Accounting Establishment. Dikenal dengan
“Metchalf Report”’ laporan tersebut menyatakan bahwa kantor akuntan “delapan
besar” memonopoli pengauditan korporasi besar dan mengendalikan proses
penetapan standar. Hubungan organisasi-organisasi besar memberi kesan
bahwa,”delapan besar” dan AICPA memiliki kendali atas standar akuntansi yang
disetujui oleh SEC. Setelah menekankan keharusan pemerintah federal untuk
menjamin bahwa korporasi milik publik dipertanggungjawabkan secara benar kepada
publik, laporan membuat rekomendasi berikut yang ditujukan untuk meningkatkan
akuntabilitas korporat:
1. Kongres harus lebih sungguh-sungguh memperhatikan kekeliruan praktik
akuntansi yang diumumkan atau disetujui oleh pemerintah federal.
2. Pemerintah federal harus menetapkan standar akuntansi keuangan bagi korporasi
yang dimiliki publik.
3. Pemerintah federal harus menetapkan standar pengauditan yang digunakan oleh
auditor independen untuk mensertifikasi akurasi laporan keuangan korporat dan
catatan-catatan pendukung.
4. Pemerintah federal harus secara periodik memeriksa pekerjaan auditor
independen bagi korporasi yang dimiliki publik.
5. Pemerintah federal harus menetapkan standar akuntansi keuangan, standar
akuntansi kos, standar pengauditan, dan praktik-praktik akuntansi lainnya dalam
memenuhi keterbukaan pada publik.
6. SEC harus memperlakukan semua auditor independen sederajat dalam
pendisiplinan dan penegakan peraturan pasar modal federal.
7. Keanggotaan Cost Accounting Standards Borrad hendaknya tidak didominasi oleh
wakil-wakil industri dan cantor akuntan yang mungkin memiliki kepentingan
tersembunyi terhadap estándar yang ditetapkan dewan.
8. Pegawai federal seharusnya tidak menjadi anggota komite AICPA atau organisasi
serupa
Standar Akuntansi Indonesia
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yaitu wadah wadah organisasi profesi akuntansi
di Indonesia, berdiri di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1957. IAI berhasil menyusun dan
menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada tahun 1973, dengan maksud antara
lain: menghimpun prinsip-prinsip yang lazim berlaku di Indonesia dan sebagai prasarana
bagi terbentuknya pasar uang dan modal di Indonesia pada waktu itu, laporan keuangan
dari perusahaan yang akan go public, harus disusun atas dasar prinsip-prinsip akuntansi
tersebut.
Pendidikan Akuntansi
Sebelum dikeluarkannya UU No. 34/1954 tentang Gelar Akuntan , semua orang
dapat menyatakan dirinya selaku akuntan dan memakai gelar akuntan. Dengan
dikeluarkannya UU tersebut maka pemerintah mengatur mereka yang berhak memakai
gelar akuntan hanyalah mereka yang lulus dari Fakultas Ekonomi Negeri Jurusan
Akuntansi dan Swasta yang disamakan, diatur oleh panitia Persamaan Ijasah Akuntan.
Dengan semakin banyaknya fakultas ekonomi swasta maka pemerintah bersama IAI
mengatur pelaksanaan Ujian Negara Akuntan. Pelaksanaan ujian ini terus dibenahi sampai
pada akhirnya lulusan negeri dan swasta diwajibkan harus mengikuti ujian yang sama jika
ingin mendapatkan gelar akuntan.
SEJARAH PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara
di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang.
Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk
mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai
sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis
bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang
baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di
Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal
yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan.
Dirumuskan oleh satu-satunya organisasi profesi akuntansi di Indonesia yaitu
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri pada tanggal 23 Desember 1957.
Terdapat 3 (tiga) tonggak utama sejarah dalam pengembangan standar
akuntansi keuangan di Indonesia, yaitu :
Tahun 1973 à menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia, dengan
mengkodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia” (PAI)
Tahun 1984 à Komite PAI melakukan revisi secara mendasar atas PAI
1973 dan mengkodifikasikannya dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia
1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan
perkembangan dunia usaha.
Tahun 1994 à Komite PAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI
1984 dan mengkodifikasikannya dalam buku “Standar Akuntansi
Keuangan (SAK)” berlaku per 1 Oktober 1994
Sejak 1994, IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan Standar
Akuntansi Internasional (pengaruh globalisasi)
Sejak 1994, IAI juga terus melakukan penyempurnaan standar yang ada serta
penambahan standar baru dan interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK)
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai
konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke
depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar
baru sejak tahun 1994.
Sejak 1994 proses revisi SAK dilakukan sebanyak 6 (enam) kali sbb.:
1 Oktober 1995
1 Juni 1996
1 Juni 1999
1 April 2002
1 Oktober 2004 à Buku Standar Akuntansi Keuangan 1 Oktober 2004 yang
juga memuat :
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank
Syariah
SAK 1 Oktober 2004 berisi:
o 59 PSAK beserta Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan yang melandasinya.
o 7 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK)
1 September 2007 à Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September
2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu
tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis
besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Buku Standar Akuntansi Keuangan 1 Oktober 2004 yang juga memuat :
a. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah
b. 59 PSAK beserta Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
yang melandasinya.
c. 7 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK)
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Badan Penyusun Standar Akuntansi :
1973 : Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS
1974 – 1994 : Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (4 periode kepengurusan
IAI)
1994 : Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan
(Komite SAK)
Pada Kongres ke 8 IAI tgl 23-24 Sept 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah
menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang diberi otonomi
khusus untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga
telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif
Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK).
Sebagai pelaksanaan keputusan Kongres ke 8, juga dibentuk Dewan
Konsultatif SAK yang anggotanya berasal dari lingkungan profesi akuntan dan
non akuntan sebagai representasi users.
Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang
kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi
transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya
terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna,
merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di
Indonesia.
►Due Process Prosedur penyusunan SAK:
1. Due Process Prosedur penyusunan SAK sebagai berikut ;
Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar;
Konsultasikan issue dengan DKSAK;
Membentuk tim kecil dalam DSAK;
Melakukan riset terbatas;
Melakukan penulisan awal draft;
Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar yang dibentuk DSAK;
Pembahasan dalam DSAK;
Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk meminta pendapat dan
pertimbangan dampak penerapan standar;
Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan pendistribusiannya;
Public hearing;
Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan masukan Public Hearing;
Limited hearing
Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK;
Pengecekan akhir;
Sosialisasi standar.
2. Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK, Panduan Implementasi SAK
dan Buletin Teknis tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process yang diatur
dalam ayat 1 diatas, misalnya proses public hearing.
3. Due Process Procedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar yang
sudah tidak relevan adalah sama dengan due process procedures penyusunan standar yang
diatur dalam ayat 1 diatas tanpa perlu mengikuti tahapan due proses e, f, i, j, dan k
sedangkan tahapan m dalam ayat 1 diatas diganti menjadi: Persetujuan pencabutan standar
atau interpretasi.
Kebijakan DSAK :
Mendukung program harmonisasi dan konvergensi yang diprakarsai oleh
International Accounting Standards Board (IASB) à menyelaraskan PSAK
dengan International Financial Reporting Standards (IFRS)
Dalam menyusun SAK, mengacu pada IFRS dengan mempertimbangkan pula
faktor lingkungan usaha di Indonesia
Pengembangan SAK yang belum diatur dalam IFRS dilakukan dengan
berpedoman pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
kondisi lingkungan usaha di Indonesia., dan standar akuntansi yang berlaku di
negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmu-ekonomi.com/2012/03/pengertian-standar-akuntansi-keuangan.html
http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/index.php?id=2
http://dicilala.blogspot.com/2012/01/sejarah-perumusan-standar-akuntansi.html
http://edhane.wordpress.com/2010/04/01/sejarah-sak/
http://kk.mercubuana.ac.id/files/32015-1-910951583157.doc