Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

30
PILIHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DALAM KERANGKA SYARIAH ISLAMIYAH ABSTRAK Pilihan kebijakan akuntansi dan pelaporan mempengaruhi oleh alokasi dan distribusi pendapatan kepada pengadu yang bermacam-macam dalam hubungan berdasarkan perjanjian suatu perusahaan. Pendekatan pembuatan kebijakan konvensional gagal menunjukkan keadaan yang lengkap tentang realita perusahaan karena pendekatan tersebut hanya terfokus pada teknis dan penjelasan ekonomi. Pendekatan ini mengabaikan hal yang telah dicanangkan oleh manajer dalam hubungan melebihi diri manusia yang mungkin akan mempengaruhi dan memaksa pilihan mereka. Yang lebih penting, beberapa pendekatan mengabaikan moral dan keagamaan yang mempengaruhi tingkah laku mereka. Penulis memberikan alasan berdasarkan Konsep Uqud (kontrak) dalam Islam, prinsip syariah Islamiyah seharusnya mengendalikan kebijakan akuntansi dan pelaporan bagi manajer Muslim. Sejak menganut syariah Islamiyah sebagai bentuk ibadah, manajer harus menyeimbangkan antara alokasi kekayaan kepada pengadu perusahaan dan untuk satu orang dengan mengambil dalam akun kesejahteraan antara manusia dan juga lingkungan ketika membuat pilihan kebijakan akuntansi dan pelaporan. Dengan demikian, manajer Muslim dapat melaksanakan kewajiban kepada Allah, masyarakat, lingkungan, dan dirinya serta mencapai Al-Adl (keadilan sosio ekonomi) dan Al-Falah (keberhasilan di dunia dan akhirat).

description

essay teori akuntansi syariah

Transcript of Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

Page 1: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

PILIHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DALAM KERANGKA SYARIAH

ISLAMIYAH

ABSTRAK

Pilihan kebijakan akuntansi dan pelaporan mempengaruhi oleh alokasi dan distribusi

pendapatan kepada pengadu yang bermacam-macam dalam hubungan berdasarkan perjanjian

suatu perusahaan. Pendekatan pembuatan kebijakan konvensional gagal menunjukkan

keadaan yang lengkap tentang realita perusahaan karena pendekatan tersebut hanya terfokus

pada teknis dan penjelasan ekonomi. Pendekatan ini mengabaikan hal yang telah dicanangkan

oleh manajer dalam hubungan melebihi diri manusia yang mungkin akan mempengaruhi dan

memaksa pilihan mereka. Yang lebih penting, beberapa pendekatan mengabaikan moral dan

keagamaan yang mempengaruhi tingkah laku mereka. Penulis memberikan alasan

berdasarkan Konsep Uqud (kontrak) dalam Islam, prinsip syariah Islamiyah seharusnya

mengendalikan kebijakan akuntansi dan pelaporan bagi manajer Muslim. Sejak menganut

syariah Islamiyah sebagai bentuk ibadah, manajer harus menyeimbangkan antara alokasi

kekayaan kepada pengadu perusahaan dan untuk satu orang dengan mengambil dalam akun

kesejahteraan antara manusia dan juga lingkungan ketika membuat pilihan kebijakan

akuntansi dan pelaporan. Dengan demikian, manajer Muslim dapat melaksanakan kewajiban

kepada Allah, masyarakat, lingkungan, dan dirinya serta mencapai Al-Adl (keadilan sosio

ekonomi) dan Al-Falah (keberhasilan di dunia dan akhirat).

1. PENGANTAR

Beberapa masyarakat Islam (seperti Arab Saudi, Iran, Pakistan, Malaysia, dan Brunei)

mengikuti aturan Islam dalam kehidupannya. Penelitian terakhir menunjukkan hubungan

antara keagamaan dan akuntansi dan masalah akuntansi Islam. Satu aspek yang diterima

adalah berlakunya prinsip akuntansi konvensional pada institusi keuangan Islam dan

implikasinya. Persoalan lain yang didiskusikan pada buku-buku termasuk harmonisasi

standar akuntansi internasional pada negara Islam, usulan untuk membentuk laporan

perusahaan Islam, tinjauan filsafat pembentukkan etika ilmu akuntansi dan menggunakan

syariah Islamiyah sebagai pedoman dalam mengembangkan teori akuntansi dan memilih

kebijakan akuntansi dalam lingkungan bebas riba.

Dalam Islam, para sarjana merasa bahwa akuntansi sebagai “fungsi asuransi untuk

menciptakan Al-Adl (keadilan sosio ekonomi) dan Al-Falah (keberhasilan di dunia dan

Page 2: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

akhirat) melalui pemformalan prosedur, rutinitas, pengukuran obyektif, pengendalian dan

pelaporan yang sesuai dengan syariah Islamiyah”. Selanjutnya, menurut Hayashi akuntansi

Islam adalah adalah “sebuah teori yang memikirkan bagaimana mengalokasikan sumber daya

dengan adil”. Oleh karena itu, satu hal yang dapat disimpulkan bahwa akuntansi lebih dari

kegiatan teknis. Akuntansi merupakan suatu alat dan mempunyai kekuatan untuk mencapai

keadilan dalam masyarakat.

Praktek akuntansi dan pelaporan suatu perusahaan dibentuk dengan perjanjian dari

berbagai pihak. Perspektif akuntansi Islam menyampaikan hubungan kontrak perusahaan

kepada Allah dan semua ciptaan-Nya. Politik, ekonomi, sosial, dan keagamaan

menggambarkan semua bentuk keputusan dalam masyarakat. Hal tersebut mengakui adanya

hubungan perjanjian dengan Allah dan ciptaan-Nya, yang disebut dengan Konsep Uqud

(kkad), yang menentukan tingkah laku individu dan perusahaan dalam bisnis Islam.

Kemudian, obyektifitas dalam paper ini ditujukan pada kebijakan akuntansi dan pelaporan

yang seharusnya diterapkan oleh perusahaan untuk memenuhi konsep uqud dalam bisnis

yang Islami.

2. TEORI KEBIJAKAN AKUNTANSI

Memilih kebijakan akuntansi dan pelaporan merupakan hal yang penting karena hal

itu akan mempengaruhi pada alokasi dan distribusi kekayaan dan juga menunjukkan

akuntabilitas perusahaan untuk pengambilan keputusan. Kepercayaan dalam kekuatan pasar

untuk melindungi kepentingan pengadu, standar akuntansi yang diperkenalkan untuk

mempengaruhi dan memaksa pilihan kebijakan akuntansi dan pelaporan. Teori-teori dalam

membuat kebijakan disarankan dalam buku tetapi hanya difokuslan pada dua teori utama,

yaitu rasionalis (positif) dan pandangan sosial serta bagaimana kedua teori tersebut tidak

sesuai dengan prinsip bisnis Islam.

Pandangan teori rasionalis memperlakukan pengambilan keputusan sebagai rangkaian

proses yang terdiri atas empat langkah, yaitu mencari tujuan atau masalah, merumuskan

objek untuk disempurnakan, memilih alternatif objek yang disempurnakan, dan melakukan

evaluasi. Pemilihan alternatif ditujukan pada memaksimalkan nilai pengambil keputusan.

Dalam konteks akuntansi, keputusan sering didasarkan pada rasionalitas ekonomi,

konsentrasi pada memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mempertimbangkan

biaya dan manfaat informasi akuntansi. Ekstrimnya, filosofi rasional Barat tidak

mempertimbangkan sebagai moral jika melemah hingga mengakibatkan pengembalian

maksimum.

Page 3: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

Pengikut pendekatan rasonalis memandang manajer sebagai beroperator pada kuasi

pasar yang sempurna dimana hubungan sosial menjadi tidak penting. Pandangan tersebut juga

menyarankan bahwa perusahaan memilih sesuatu yang akan dijual yang dipengaruhi oleh

kompensasi manajemen, biaya kontrak dan biaya politik. Dalam jangka waktu pendek,

manajer dari suatu perusahaan menerima manfaat rasional yang memaksimalkan yang

mengikuti kepentingannya tipu daya. Faktor ekonomi dan non sosial merupakan pengaruh

utama terhadap tingkah laku mereka. Pandangan ini menunjukkan hal yang ekstrim dan

dipercaya dengan konsep “batasan rasionalitas”, dengan karakteristik kepuasan melebihi

tingkah laku. Bagaimanapun, filosofi dasar kepentingan pribadi, seperti mengurangi fokus

dimensi yang namyak melemahnya hubungan kontrak denagn menangkap realitas sosial yang

mengabaikan hal yang dicanangkan manajer yang individu dan web sosialita. Lagipula, hal

tersebut tidak menyediakan pedoman terpadu yang jelas bagi pengambil keputusan ketika

dihadapkan dengan konflik antara norma rasionalitas dan moralitas (Nida-Rumelin, 1997).

Konsep manfaat berdasarkan perspektif sosialis berbeda dengan perspektif rasionalis.

Pendekatan sosial, individual, institusi, dan hubungan sosial mempengaruhi konsepsi manfaat

(Neu, 1992). Pendekatan ini menyebutkan adanya hubungan timbal balik dan hubungan

personal yang mempengaruhi pihak lain dengan praktek akuntansi yang dipilih termasuk

faktor sosial dan ekonomi dengan mempertimbangkan praktek akuntansi yang dipilih.

Kesamaannya, hubungan yang erat, hubungan ketergantungan, keinginan untuk memelihara

legitimasi dan menganut norma sosial. Bagaimanapun, pendekatan dalam mengakui

hubungan melebihi hubungan dengan sesama dan Allah yang akan mempengaruhi kebijakan

akuntansi dan tingkah laku. Hal ini merupakan hubungan yang terpisah antara spiritual dan

hubungan sementara dibentuk dalam budaya timur.

Seperti dapat dilihat, pendekatan terhadap pembuatan kebijakan telah berkembang di Barat

membatasi kegunaannya dalam menjelaskan pengaruh dan kendala terhadap pilihan

kebijakan akuntansi untuk manajer Muslim. Dua pendekatan tampaknya berada di dua ujung

yang berbeda yaitu rasionalisme dan sosialisme sekuler ekonomi. Namun, Islam

menyarankan konsep al-Wasathiyah (jalan tengah) sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

Artinya: "Demikianlah Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan

seimbang supaya kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul

(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. "(Al-Baqarah ayat 143).

Page 4: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

Ini berarti bahwa manajer muslim harus menyeimbangkan antara pemenuhan

kepentingan ekonomi penuntut utama mereka dan kepentingan masyarakat serta memastikan

bahwa kegiatan usaha tidak akan membahayakan keseimbangan ekosistem yang ditetapkan

oleh Allah. Mengingat keterbatasan teori-teori Barat dalam pembuatan kebijakan, ada

kebutuhan untuk pendekatan alternatif. Manajer perusahaan dalam lingkungan Islam perlu

mengadopsi Syariah Islamiyah, yang mempelajari perilaku individu dalam konteks sistem

sosial. Metodologi ilmu sosial Islam harus teosentris, yang bertentangan dengan konsepsi

manusia dan alam di Barat.

3. Konsep Uqud (Akad)

Konsep uqud dalam Islam penting bagi umat Islam karena memberikan pemahaman

yang komprehensif tentang berbagai hubungan akad yang ada dalam kehidupan manusia.

Bahkan, satu surat dalam Al Qur'an kadang-kadang dikenal sebagai 'Surat Akad' (Surat Al-

Maidah), menyebutkan berbagai jenis akad dan bagaimana kewajiban harus dipenuhi. Ayat

pertama dari Surah dimulai dengan: "Hai orang yang beriman! penuhilah akad-akad itu"(Al-

Maidah ayat 1), menunjukkan pentingnya berbagai akad bahwa laki-laki diharapkan untuk

memenuhi hidup ini. Beberapa akad mengungkapkan dan tersirat dalam kehidupan manusia

meliputi perkawinan, perdagangan, peperangan, tatanan sosial dan perilaku dll, dan ini semua

mendapat perhatian besar dalam Qur'an selain akad tersebut berhubungan dengan Allah.

Konsep uqud dalam Islam melampaui hubungan kontraktual di luar diri manusia

kepada Allah dan ciptaan-Nya, sehingga memberikan sebuah dimensi baru dalam memahami

motivasi dan kendala pilihan kebijakan akuntansi dan pelaporan dalam lingkungan bisnis

Islam. Aqad (bentuk tunggal dari uqud) atau kovenant antara manusia dan Allah adalah untuk

terus menyembah-Nya seperti yang dinyatakan dalam Al Qur'an: "Katakanlah:

Sesungguhnya, doaku dan pengorbanan pengabdianku, hidupku dan matiku, semuanya untuk

Allah, Tuhan semesta alam" (Al-An'am ayat 162).

Oleh karena itu, aqad antara manusia dan Allah adalah untuk mengabdi maksud

syariah Islamiyah yang menghubungkan dunia (kehidupan duniawi) dengan akhirah

(akhirat), menjadikan satu dini (urusan agama) dan duniawi (urusan duniawi), mendamaikan

nafs (diri) dan ummah (masyarakat), mengintegrasikan ‘aql (akal) dengan akhlaq (moralitas)

dan penghubung ‘ilm (pengetahuan) dengan ‘amal (tindakan). Dengan kata lain, sifat

teosentris syariah Islamiyah menujukan tiga dimensi yang saling berhubungan yang lebih

luas daripada fokus pendekatan pembuatan kebijakan di Barat: i) mencari keridhoan Allah

Page 5: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

sebagai tujuan utama dalam membangun keadilan sosio-ekonomi, ii) melimpahkan manfaat

pada masyarakat yaitu memenuhi kewajiban kepada masyarakat dan iii) mengejar

kepentingan pribadi yaitu memenuhi kebutuhan sendiri. Singkatnya, pengukuran keberhasilan

kegiatan usaha berdasarkan perspektif akuntansi Islam adalah memenuhi tugas dan kewajiban

seperti yang ditentukan oleh syariah Islamiyah yang dijelaskan secara singkat di bawah ini.

Syariah Islamiyah didasarkan pada dua sumber pokok, yaitu Al Qur'an (firman Allah)

dan Hadits (perkataan, persetujuan dan tindakan Nabi Muhammad selama hidupnya). Muslim

juga mengandalkan dua sumber tambahan, Ijma’ dan Qiyas. Ijma', sebuah konsensus dari

ulama Muslim, hanya diterapkan tanpa adanya jawaban eksplisit untuk masalah yang

bersangkutan. Qiyas terdiri dari pemotongan analogis dari tiga sumber lain untuk isu-isu

kontemporer yang tidak secara langsung disebutkan dalam sumber-sumber tersebut, tetapi

memiliki karakteristik yang sama yaitu yang ada di masa lalu. Setelah keputusan dibuat oleh

Ijma' atau Qiyas, hal tersebut menjadi wajib dan tidak dapat ditolak oleh generasi mendatang.

Tujuan utama syariah Islamiyah adalah untuk mendidik individu, membangun

keadilan dan memberikan manfaat kepada orang-orang di dunia dan di akhirat atau al-falah

dan dengan demikian, segala sesuatu yang berangkat dari keadilan terhadap penindasan, belas

kasihan terhadap kekerasan, kesejahteraan terhadap kemiskinan dan kebijaksanaan terhadap

kebodohan, bertentangan dengan prinsip syari'ah Islamiyah. Beberapa konsep penting dalam

memahami pandangan Islam yang berhubungan dengan kegiatan komersial termasuk tawhid

(keesaan Allah), khalifah (kekhalifahan), ibadah (ibadah), kegiatan halal (diperbolehkan) dan

haram (dilarang), ummah (masyarakat) dan maslahah (manfaat publik).

Tawhid, yang menandakan penerimaan keesaan Allah, menyediakan satu arah tunggal

dalam menjamin semangat bersatu dalam mengikuti syari'ah Islamiyah. Dengan kata lain,

dengan menerima keesaan Allah, semua kegiatan komersial harus mematuhi syariah

Islamiyah dan yang tidak sesuai dengan syariah Islamiyah akan mendapatkan dosa. Konsep

tawhid juga menandakan peran manusia sebagai khalifatullah (khalifah) di muka bumi (QS

Al-Baqarah ayat 30). Sebagai khalifah, umat manusia tidak bebas tapi bertanggung jawab

kepada Allah.

Dalam Islam, Allah adalah pemilik utama kekayaan dan manusia adalah wali. Al Quran

menyatakan: "Bagi Dia milik kerajaan langit dan bumi dan segala urusan kembali kepada

Allah" (Al-Hadid ayat 5). Kepemilikan harta benda oleh individu adalah sebuah amanah

(kepercayaan). Ini mengarah kepada konsep akuntabilitas yang baru dan lebih luas (yaitu di

Page 6: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

luar akuntabilitas pribadi dan sosial) tidak diketahui dengan sistem Barat. Syariah Islamiyah

menentukan makna dan cara meraih akuntabilitas. Dalam hal ini, secara individu manusia

bertanggungjawab atas tindakan mereka dengan apa yang mereka telah dipercayakan kepada

mereka pada hari kiamat (QS Al-An'am ayat 165, Al-Hadid ayat 7). Hal ini menambahkan

dimensi baru terhadap penilaian sesuatu dan perbuatan diperbandingkan untuk mewujudkan

dalam laporan keuangan Barat.

Oleh karena itu, peran khalifah terdiri dari pemenuhan tugas dan kewajiban karena

secara langsung kepada Allah (Haqq Allah) dan tugas dan tanggung jawab untuk diri sendiri,

sesama dan kreasi lainnya (haqq al-'ibad). Dengan demikian, ia menekankan peran individu

dalam konteks sosial yang lebih luas dan kewajiban tidak menguntungkan dengan

mengorbankan orang lain ketika melakukan bisnis. Semua transaksi dalam bisnis harus yang

sah, adil dan adil dan mencapai tingkat keuntungan yang wajar. Keuntungan yang wajar

dalam Islam adalah yang puas dengan apa yang tersisa setelah kami telah membayar orang

lain karena mereka seperti yang dinyatakan oleh Khalifah Umar Al-Khattab: "Diceritakan

Abdul Wahab: Aiyub mengatakan: Muhammad (semoga damai besertanya) mengatakan, ada

salahnya dalam penjualan selama sebelas apa yang Anda beli untuk sepuluh, dan Anda

diijinkan untuk mengambil keuntungan untuk biaya. "keuntungan berlebihan dianggap

sebagai sama saja dengan eksploitasi. Pandangan keuntungan dalam konflik langsung

dengan yang dari dunia Barat, di mana tingkat keuntungan yang tinggi mengindikasikan

efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Selanjutnya, umat Islam percaya bahwa alam

semesta diciptakan oleh Allah adalah murni dan harus tetap demikian. Oleh karena itu, tanah,

udara dan air dianggap sebagai elemen suci. Bahkan dalam dunia Barat, perdebatan telah

lama berlalu ketika berpendapat bahwa satu-satunya sosial tanggung jawab bisnis adalah

untuk meningkatkan laba dalam 'aturan main'. Para pendukung klaim tanggung jawab sosial

keuntungan yang seharusnya tidak menjadi satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja

perusahaan sebagaimana didalilkan Wartick dan Cochran (1985):

"Karena perilaku perusahaan sangat penting untuk realisasi tujuan sosial seperti sama

peluang, keselamatan kerja dan kesehatan, dan perlindungan lingkungan, sosial

dimensi ditambahkan ke kinerja perusahaan. Untuk melihat perusahaan modern

dalam pengertian ekonomi yang ketat adalah untuk mengabaikan kenyataan, dan

untuk menunjukkan bahwa tanggung jawabnya hanya meliputi kewajiban

ekonomi"(p: 740).

Page 7: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

Dalam Islam, pelaksanaan setiap tanggung jawab dan kewajiban luhur diakui sebagai ibadah

(ibadah atau layanan kepada Allah). Konsep ibadah bukan hanya sekedar ritual atau spesifik

bentuk doa tetapi hidup doa terus menerus dan tak henti-hentinya ketaatan kepada Allah

dalam semua kegiatan kehidupan spiritual, sosial, ekonomi dan politik (Moten, 1990).

Tujuan ibadah adalah semata-mata untuk mencari ridha Allah (Maududi, 1980). Dengan

demikian, ekonomi atau kegiatan usaha di Islam adalah bentuk ibadah. Hal ini membutuhkan

umat Islam untuk mencari nafkah melalui cara-cara yang sah (halal). melarang penggunaan

riba (riba al-nasi'ah) dan bunga (riba al-fadl) dan mendorong berpartisipasi dalam kegiatan

pembagian keuntungan. Selain itu, umat Islam diharapkan untuk menghormati komersial

kontrak (uqud), menjaga account yang tepat (istiqamat al-daftar), menghindari pemborosan

(israf), dan menjadi konsummen sederhana (i'tidal). Mereka diwajibkan untuk memenuhi

kewajiban kepada masyarakat dengan membayar zakat dan pajak lainnya diperlukan oleh

negara, serta memberikan amal. Mereka juga harus menghindari penipuan (ihtiyal),

ketidakjujuran (khiyana), kolusi (tanajush), perjudian (qimar), dan segala bentuk spekulatif

(gharar) kegiatan dalam transaksi bisnis. Ini semua ditujukan untuk mencapai keadilan

ekonomi berdasarkan kesetaraan dan keadilan.

Konsep umat (masyarakat) dalam Islam berarti persatuan dan harmoni sosial, ekonomi dan

urusan politik. Mengutip Al-Faruqi (1982, p: 153), deskripsi umat: "bangunan baik dan

mapan,kondisi adalah bagian yang masing-masing penopang yang lainnya "dan" tubuh yang

bereaksi dengan ketidaknyamanan dan demam setiap kali bagian dari itu terluka ". seperti,

Islam memberikan preferensi untuk kebutuhan umat melebihi kepentingan individu. Kapan

saja konflik kepentingan muncul, kebutuhan umat harus dipenuhi terlebih dahulu (maslahah).

Oleh karena itu, tujuan ekonomi harus dikejar untuk kemajuan umat. Namun, ini tidak berarti

bahwa individu tidak harus bekerja untuk kebaikan mereka sendiri dan menjadi kaya. Dalam

Islam, menjadi baik bisa diterima asalkan kekayaan yang dihasilkan melalui mematuhi

persyaratan Islami'iah Syari'ah. Islam mewajibkan umatnya untuk tunduk kepada Allah SWT

dan hidup sederhana, tetapi tidak sejauh mengabaikan kepentingan pribadi sama sekali.

Dengan mengikuti Syariah Islami'iah, manusia mampu mewujudkan manfaat bagi umat

melalui penghapusan kesulitan (raf al- Haraj), pencegahan terlarang (daf al-darar) dan

berjuang untuk kebenaran (haqiqiyah) sebelum mengejar kepentingan pribadi. Promosi

seperti kesetaraan dan kebajikan dalam masyarakat akan menjamin pencapaian al-adl

(keadilan) dan al-Falah (Abdalati, 1975).

Page 8: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

Ringkasnya, Syariah Islami'iah mengatur setiap aspek kehidupan seorang Muslim, baik itu

politik, ekonomi atau sosial. Ini membawa seluruh spektrum kehidupan manusia di bawah

yurisdiksi absolut moral yang penghakiman karena pelabuhan perusahaan dalam wahyu Allah

(Manzoor, 1984). Demikian holistik dan pandangan terpadu memberikan pendekatan yang

lebih baik dalam menangani akuntansi dan pelaporan kebijakan yang akan diadopsi oleh

manajer Muslim karena memperhitungkan aspek material, moral dan spiritual dan

keseimbangan antara faktor-faktor dan kekuatan.

4. Syariah Islami'iah dan Pilihan Kebijakan Akuntansi

Sekarang kita lanjutkan dengan menghubungkan prinsip-prinsip Syariah Islami'iah

berdasarkan konsep uqud untuk kebijakan akuntansi pilihan. Sebuah perusahaan dapat dilihat

sebagai perhubungan kontrak, yaitu, organisasi dapat menjadi sebagian besar dijelaskan oleh

seperangkat kontrak itu masuk ke dalam. Hubungan kontraktual adalah esensi perusahaan,

tidak hanya dengan karyawan tetapi juga dengan pemasok, pelanggan, kreditur dan pihak

lainnya (Jensen dan Meckling, 1976). Asumsi umum dalam akuntansi adalah bahwa

perusahaan cenderung meminimalkan biaya yang berkaitan dengan kontrak, seperti biaya

negosiasi, pemantauan, mungkin kembali negosiasi, dan biaya yang diharapkan dari

kegagalan kepailitan atau lainnya. Sebuah pertimbangan biaya kontrak akuntansi dan

pelaporan perusahaan 'kebijakan. Dengan kata lain, perusahaan akan mempertimbangkan

biaya dan manfaat dari mengadopsi kebijakan tertentu akuntansi dan pelaporan.

Perusahaan dalam masyarakat Islam tidak berbeda dari rekan-rekan mereka di Barat. Mereka

juga mengakui hubungan kontrak dalam kegiatan bisnis. Seperti disebutkan sebelumnya,

mereka

diperlukan untuk mempertimbangkan hubungan kontraktual di luar diri sendiri dan sesama

makhluk hidup untuk menyertakan Allah dan lingkungan berdasarkan aqad mereka dengan

Allah, untuk mematuhi syari'ah Islami'iah. seperti, pengukuran dan pengungkapan masalah

dan pilihan perusahaan 'akuntansi dan pelaporan kebijakan harus ditangani dalam hubungan

kontrak yang ada dalam pedoman yang ditentukan oleh Syariah Islami'iah.

4. Shari’ah Islami’iah dan Pilihan Kebijakan Akuntansi

Untuk dapat menunjukkan sebuah tanggungjawab dan akuntabilitas kepada Allah,

masyarakat dan ligkungan, seorang Manajer Muslim harus berusaha untuk dapat

Page 9: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

menyediakan produk/jasa yang baik dan halal kepada masyarakat, mengambil keuntungan

yang sewajarnya, mencapai tujuan dari sebuah usaha bisnis, membayar upah dengan adil dan

peduli terhadap karyawan, bersikap toleran terhadap debitur, memastikan sebuah aktivitas

bisnis yang berkelanjutan secara ekologis, serta menyadari bahwa bekerja merupakan bentuk

dari ibadah (Haniffa, 2002). Di lain sisi, untuk menunjukkan keterbukaan dalam aktifitas

bisnis, seorang manajer Muslim harus menyediakan informasi yang dapat dipercaya dan

relevan mengenai semua kegiatan yang dilakukan baik yang halal ataupun haram disertai

alasan melakukan kegiatan tersebut , serta informasi mengenai kebijakan yang berhubungan

dengan keuangan, investasi, karyawan, hubungan dengan masyarakat, debitur, kreditur,

penggunaan sumber daya dan perlindungan terhadap lingkungan.

4.1 Model Pembiayaan Islam

Di bawah Shari’ah Islami’ah, semua praktek bisnis yang mengandung riba sangat dilarang,

sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang

demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari

mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang

larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba),

maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (Al-

Baqarah2:275).

Dengan demikian, dalam Islam penggunaan obligasi berbunga dan saham preferen dilarang.

Demikian pula dengan penggunaan bunga dalam transaksi leasing, wesel tagih, dan wesel

bayar. Dengan kata lain, manajer perusahaan tidak boleh terlibat dalam kontrak hubungan

kerjayang mengandung riba di dalamnya. Mereka harus menggunakan model pembiayaan

yang bebas dari unsur riba, seperti murabahah, mudharabah, musharakah, ijarah, dan bay’

al- Salam, seperti yang telah diringkas dalam tabel 1.

Table 1 menunjukkan bahwa sifat dalam pembiayaan islam dapat dikategorikan dalam tiga

bentuk utama, yaitu: (a) bagi hasil melalui mudarabah dan musharakah, (b) leasing atau

ijarah, (c) pembiayaan utang melalui murabahah dan bay’al-Salam. Kelima instrumen

Page 10: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

pembiayaan yang ada di Tabel 1 ini mempengaruhi kontrak hubungan kerja serta pilihan

kebijakan investasi dan pembiayaan perusahaan.

Tabel 1: Ringkasan Fitur Utama dari Tenik Pembiayaan Islam

FiturTeknik

Mudharabah(bagi hasil)

Musharakah(bagi hasil)

Ijarah(leasing)

Murabahah(berdasarkan

mark up)

Bay’al Salam(berdasarkan

mark up)Sifat dari pembiayaan

Berdasarkan investasi

Tidak diwajibkan untuk membayar kembali jumlah total dari pembiayaan

Berdasarkan Investasi

Sama seperti dalam mudharabah

Berdasarkan leasing

Hanya sewa yang dibayar

Kombinasi dari perdagangan dan utang

Diwajibkan untuk membayar kembali seluruh pembiayaan

Kombinasi dari utang dan pedagangan

Sama seperti dalam murabahah

Peran dari penyedia modal dalam pengelolaan dana

Nol Kontrol penuh Kontrol penuh terhadap penggunaan keuangan

Sama seperti dalam ijarah

Nol

Tanggungan resiko pemberi modal

i. Sejauh besarnya modal maupun kesempatanbiaya modal

ii. Untuk seluruh periode kontrak/akad

Sejauhproporsimodal dalam totalinvestasiperusahaan

Sama seperti dalam mudharabah

Sama seperti dalam mudharabah

Sampai aset habis umur ekonomisnya atau akhirnya tidak terpakai

Sejauh besarnya modal

Hanya untuk periode yang singkat, sampaibarangdibeli dandiambil alih olehpengguna keuangan

Sama seperti dalam mudharabah

Setiap kontrak/akad selesai sampai barang akhirnya diberikan/tidak dipakai

Page 11: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

Ketidakpastian tingkat pengembalian

Menyempurnakan ketidakpastian

Sama seperti dalam mudharabah

Sama seperti dalam mudharabah

Ketidakpastian a hanya untuk periode jangka pendek kontrak/akad

Sama seperti dalam mudharabah

Biaya modal Ketidakpastian sebelumnya/Ex-ante

Sama seperti dalam mudharabah

Ditentukan dan tetap

Sama seperti dalam ijarah

Sama seperti dalam mudharabah

Implikasi pada pilihan pembiayaan perusahaan

Diantara dua metode bagi hasil tersebut, musharakah memiliki keuntungan lebih atas mudharabah, yaitu dalam kasus sebelumnya, sebagai pemilik modal memiliki hak untuk ikut serta dalam pengelolaan/manajemen dan memiliki suatu kendali atas masalah yang diciptakan olehadanya asimetri informasi dan bahaya moral.

Diantara kedua teknik biaya modal tetap tersebut, ijarah memiliki keuntungan lebih atas murabahah, yaitu dalam kasus sebelumnya, sebagai pengguna modal pertanggung jawaban hanya pada pembayaran biaya modal dan tidak bertanggungjawab atas modal barang mereka sendiri.

Bay’ al-Salam memberi keuntungan bagi penjual, yaitu adanya penerimaan uang di muka dan bagi pembeli, yaitu biaya penjualan yang lebih rendah

4.2 Penilaian Aset

Suatu kontrak penting antara manusia dan Allah adalah pembayaran zakat, yang merupakan

salah satu dari lima pilar dalam Islam. Zakat adalah sesuatu yang penting karena

berhubungan dengan distribusi kekayaan., merupakan bentuk spesial dari perpajakan islam,

serta merupakan suatu bentuk ibadah. Uthman (1997,p.33-34) menguraikan beberapa fitur

utama dari sistem zakat, yaitu:

“Sistem zakat menghindari in rem pajak, karena pajak dikenakan kepada pemilik aset bukan

kepada aktivitas atau objeknya, seperti. . . Sistem zakat lebih sesuai dengan teori kemampuan

membayar pajak. Karena dalam Islam setiap jenis kekayaan memiliki takaran tersendiri untuk

zakat. Dapat dikatakan bahwa orang-orang yang memiliki jenis kekayaan yang sama akan

dikenakan pajak yang sama. Ini memberikan suatu ekuitas horisontal....Juga, mereka yang

memiliki kemampuan membayar lebih. Ini memberikan suatu ekuitas vertikal. Hal ini lebih

tepat untuk menunjukkan suatu ukuran perpajakan dari sudut pandang Islam (yang

proposional) sesuai dengan gagasan pengorbanan vertikal, yaitu yang sama dan proposional.

Dalam keadaan normal, setiap individu diperlakukan secara individual. Indeks kemampuan

membayar zakat bukanlah pada besarnya pendapatan atau konsumsi. Tetapi, berdasarkan

stok persediaan yang tidak dikonsumsi, atau apa yang tidak diperdagangkan, atau apa yang

tidak dibelanjakan.

Page 12: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

Perpektif akuntansi Islam mendorong metode penilaian yang akan meningkatkan pembayaran

zakat di atas ambang batas yang ditetapkan oleh hadis. Penilaian aset yang relevan untuk

zakat adalah berdasarkan perhitungan aset, bukan perhitungan pendapatan. Dalam

pengelolaannya, metode penilaian aset yang disukai adalah berdasarkan biaya perolehannya.

Pelarangan penggunaan net present value (nilai sekarang bersih) dan net realisable value

(nilai realisasi bersih) untuk mengevaluasi kepengurusan/ stewardship karena penuh dengan

masalah teoritis. Alasan lain pelarangan dalam penggunaan net present value adalah umat

Muslim percaya bahwa masa depan ada di tangan Allah SWT. Oleh karena itu, penggunaan

net present value sebagai hedging terhadap fluktuasi nilai mata uang asing dilarang. Penulis

membahas masalah penilaian yang memiliki implikasi baik secara langsung dan tidak

langsung terhadap pilihan kebijakan pelaporan. dan akuntansi.

4.2.1 Akuntansi dan Pembayaran Zakat

Penilaian aset untuk menetukan besarnya zakat merupakan masalah yang penting. Uthman

(1997,p. 35) menentukan ada enam syarat umum yang diperlukan dalam pengumpulan zakat,

yaitu adanya kepemilikan mutlak, pertambahan/akresi, nisa'b (atau batas minimal kewajiban

untuk berzakat/kadar zakat) yang berbeda dari setiap jenis kekayaan, kelebihan atas

kebutuhan dasar seseorang, absolvency dari utang, dan elapsing satu tahun periode atas

saham yang dikenakan pajak. Untuk menghitung jumlah zakat, dibutuhkan penilaian set

secara kontemporer, bukan berdasarkan biaya perolehan. Dengan demikian, sebuah

perusahaan terkadang perlu mengadopsi sebuah kebijakan untuk menilai kembali aset utama

mereka. Dalam akuntansi konvensional, sejumlah utang yang diragukan dikurangkan dari

jumlah bruto piutang. Namun, untuk perhitungan zakat, hanya jumlah aktual dari hutang yang

tidak terpakai yang dipotong. Dalam kasus kepailitan, pemilik perusahaan tidak bertanggung

jawab untuk zakat, jika kreditor tetap dibayar. Penilaian aset untuk tujuan zakat harus

mengikuti haol (periodesitas), yaitu satu tahun penuh periode kepemilikan aset, kecuali

untuk pertanian dan pertambangan di mana zakat harus dibayar segera. Singkatnya,

pilihan kebijakan akuntansi untuk zakat sepenuhnya berbeda dengan pilihan bisnis dari Barat,

dimana untuk meminimalkan pajak dengan cara melakukan tindakan yang dapat mengurangi

beban pajak. Dalam Islam, kebijakan tersebut bertujuan untuk memurnikan dan memberikan

kontribusi kesejahteraan bagi penerima manfaat dalam mencapai keadilan sosial ekonomi.

Oleh karena itu untuk menentukan besarnya pembayaran zakat atas aset yang dimiliki,

penilaian aset harus berdasarkan pada nilai saat ini. Zakat dihitung pada nilai aset dalam

Page 13: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

waktu yang kontemporer. Oleh karena itu, kas dan setara kas saat ini adalah satu-satunya nilai

yang relevan untuk pembayaran zakat atas aset yang dimiliki.

4.2.2 Akuntansi dan Stewardship

Fungsi manajer pengelolaan/stewardship harus menjadi fokus perhatian akuntan dalam

membuat pelaporan kepada pihak eksternal, seperti yang ditekankan oleh Paton dan Littleton

(1940). Tujuan pengelolaan dari akuntansi biaya perolehan menyoroti hubungan kontraktual

antara perusahaan dan mereka yang menyediakan sumber daya, dimana penggunaannya

kemungkinan akan berlanjut. Ada beberapa alasan menggunakan biaya perolehan untuk

tujuan pengelolaan. Yang pertama adalah fakta bahwa biaya perolehan merupakan model

yang secara obyektif mencerminkan nilai aset pada saat akuisisi. Yang kedua, biaya

perolehan merupakan model yang paling tepat karena kontrak/akad biasanya ditulis sebesar

biaya perolehannya. Akhirnya, biaya perolehan merupakan sebuah teknologi yang efisien dan

telah teruji.

Kedudukan biaya perolehan sesuai dengan konsep Islam dan cenderung menjadi dasar untuk

perhitungan akuntansi, hal itu karena biaya perolehan memiliki karakteristik yang spesifik

dari suatu perusahaan, sumber terpercaya tentang informasi aset perusahaan, utang swasta,

kinerja operasional perusahaan dan manajemen kas.

Biaya historis sesuai dengan konsep Islam dan kemungkinan menjadi dasar untuk

perhitungan akuntansi. Hal tersebut dikarena biaya historis memiliki karakteristik dari suatu

perusahaan, sumber terpercaya tentang informasi aset perusahaan, utang swasta, kinerja

operasional perusahaan dan manajemen kas. Dibandingkan dengan metode nilai yang

membutuhkan prediksi tentang masa depan, metode biaya perolehan lebih murah dan

sederhana dalam memahami dan menggunakannya. Terdapat kelemahan dalam sistem biaya

historis, seperti masalah alokasi dan konservatisme, sehingga tidak mungkin untuk membuat

sistem yang sama sekali tidak relevan.

Dalam Islam, penggunaan harga jual cenderung untuk melengkapi sistem biaya historis.

Terdapat dua alasan mengenai hal tersebut. Pertama, harga jual pasar tidak melibatkan

prediksi dan membuat penilaian subjektif tentang masa depan, seperti penyetaraan kas (CCE)

yang diusulkan oleh Chambers (1966). Dalam Islam, membuat prediksi tentang masa depan

tidak disarankan. Kedua, penggunaan nilai realisasi dapat diharapkan ketika sebuah bisnis

Page 14: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

dibeli, dijual atau dilikuidasi. Metode ini juga kemungkinan akan digunakan ketika aset

utama digantikan atau arus harga pasar secara substansial menjadi berbeda dari biaya

historisnya. Jika tidak, biaya historis akan lebih tepat digunakan karena menunjukkan harga

sebenarnya yang dibayar untuk memperoleh aset.

Secara ringkas, sistem akuntansi Islam cenderung menggunakan nilai historis dan harga jual

pasar. Sistem ganda dari valuasi aset digunakan untuk memungkinkan perusahaan dalam

mengakomodasi kontrak. Hal ini juga memungkinkan dalam melaksanakan kewajiban sosial,

terutama pembayaran zakat.

4.3. Hubungan Bisnis

Perdagangan sangat dihormati dalam Islam. Alquran menyatakan: "Hai orang yang

beriman!... biarkan ada di antara kalian lalu lintas dan perdagangan dengan saling

berkemauan baik" (An-Nisa 4:33). Al-Qur'an juga menekankan pentingnya kontrak

komersial, "Tetapi ambillah saksi setiap kali kamu membuat kontrak komersial, dan

janganlah penulis dan saksi menderita kerugian. Jika kamu lakukan (yang demikian), itu akan

menjadi kefasikan pada dirimu "(Al-Baqarah 2:282). Namun, dasar kontrak manusia dengan

Allah, adalah untuk mematuhi Syariah Islami'iah, Jenis kegiatan usaha dibatasi untuk hanya

yang halal (dibolehkan) saja. Keterlibatan dalam kegiatan terlarang atau haram yaitu dosa.

Hikmah di balik melarang melakukan bisnis tertentu yaitu membahayakan dan tidak

diinginkan bagi manusia dan lingkungan. Kegiatan ini cenderung menimbulkan berbagai

masalah sosial dan kerusakan lingkungan. Menghindari kegiatan tersebut juga membantu

dalam memenuhi kontrak dengan Allah dan masyarakat dengan menyalurkan sumber daya

dalam kegiatan yang akan membawa manfaat terbesar bagi masyarakat. Oleh karena itu,

pilihan kegiatan usaha tidak hanya harus dalam batas Syariah Islami'iah tetapi juga

dipengaruhi oleh maslahah (manfaat terbesar bagi masyarakat).

Selain menghindari keterlibatan dalam produk atau jasa yang dilarang, Islam juga mengutuk

manipulasi harga dan penimbunan karena membuat keuntungan tinggi tetapi tidak masuk

akal. Demikian pula, teknik menipu dalam penjualan (marketing) seperti iklan yang tidak

akurat juga dianggap berdosa. Cara lain yang umum untuk menipu pelanggan yaitu melalui

pengukuran penilaian atau berat yang salah, aspek ini sangat ditekankan dalam Al-Qur'an:

"Celakalah para penipu yang ketika mereka mengambil ukuran dari orang-orang

mengambilnya secara penuh, tetapi ketika mereka mengukur untuk mereka, maka

Page 15: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

memberinya secara singkat. Apakah mereka tidak menyadari bahwa mereka akan

dibangkitkan lagi pada hari perkasa, suatu hari ketika umat manusia akan berdiri di hadapan

Tuhan semesta alam?"(Al-Mutaffifeen 83:1-6).

Singkatnya, manajer muslim harus jujur, benar dan memiliki iman yang kuat, melampaui

keuntungan duniawi ketika terlibat dalam kegiatan bisnis.

4.4. Kebijakan Pengungkapan (Disclousure)

Pengungkapan dari perspektif Islam akuntansi berarti mengungkapkan informasi yang

akan membantu ekonomi maupun pengambilan keputusan agama. Informasi harus memiliki

kualitas yang relevan, obyektif dan material. Dengan cara yang sama, kendala biaya dan

kerahasiaan harus diperhatikan. Pengungkapan secara penuh tidak berarti bahwa perusahaan

perlu mengungkapkan segalanya, yang tentu saja tidak praktis. Ini berarti mengungkapkan

informasi yang dianggap relevan dan seharusnya menjadi hak yang diberikan kepada umat

untuk memfasilitasi dalam ekonomi dan pengambilan keputusan agama. Informasi Akuntansi

dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam usaha ekonomi telah

memenuhi kontrak (tugas dan kewajiban) kepada Allah, masyarakat, individu yang

bersangkutan dan lingkungan. Bagi umat Islam, objektivitas memiliki makna yang jauh lebih

dalam di luar membangun keadilan dalam pengukuran (Qur'an, Al-Hadid 57:25). Hal ini

terkait dengan memiliki hati nurani yang jelas kepada Allah, terutama ketika memenuhi tugas

menyangkut masalah keuangan seperti mengukur zakat, keuntungan, hutang atau transaksi

keuangan lainnya. Dalam perspektif akuntansi islam, materialitas berkaitan dengan informasi

yang akan menunjukkan keadilan dalam penilaian dan pemenuhan hak-hak Allah, masyarakat

dan individu yang bersangkutan. Misalnya, informasi yang menunjukkan bahwa entitas

tersebut tidak terlibat dalam kegiatan yang melanggar hukum (misalnya riba, bunga,

perjudian dll), pembayaran zakat yang telah dilakukan sesuai dengan Syariah Islami'iah dan

pemenuhan tujuan mendirikan bisnis, semua dianggap sebagai material.

Selain melaporkan urusan keuangan sebuah entitas, manajer perusahaan juga akan

mengungkapkan kontribusi perusahaan dalam kegiatan sosial. Henderson dan Peirson

berpendapat bahwa ada keluhan masyarakat tentang pencemaran lingkungan hidup; keluhan

pelanggan tentang produk yang diduga rusak atau tidak aman, dan keluhan oleh karyawan

mengenai tidak adanya fasilitas karyawan.

Page 16: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

Menurut lembaga Amerika dari Komite Akuntan Publik dalam Pengukuran Sosial (1977),

tujuan dari informasi sosial adalah untuk menentukan dan berkomunikasi dengan kelompok-

kelompok pengguna dampak sosial yang relevan dari kegiatan bisnis. Dengan cara yang

sama, Gray, Owen dan Maunders (1987) menganggap akuntabilitas menjadi tujuan mendasar

dari akuntansi sosial. Selanjutnya, Fetyko (1975) dan Van den Bergh (1976) menyatakan

bahwa pemanfaatan informasi sosial harus membantu manajemen dalam menentukan kinerja

sosial perusahaan dan dalam menetapkan tujuan masa depan dan prioritas untuk program-

program sosial.

Teori akuntansi sosial telah mengidentifikasi bidang kepedulian social, kinerja sosial atau

mungkin tidak diukur dalam satuan keuangan, yang harus dimasukkan dalam laporan

tahunan. Asosiasi Nasional Akuntan Komite Akuntansi Kinerja Sosial Perusahaan

mengidentifikasi dan menjelaskan empat bidang utama dari kinerja sosial (dengan berbagai

kategori dalam setiap wilayah): keterlibatan masyarakat, sumber daya manusia, sumber daya

fisik dan kontribusi lingkungan, dan kontribusi produk atau jasa. Selain mengidentifikasi

tanggung jawab sosial yang harus dimasukkan dalam laporan tahunan, tantangan untuk

banyak teori akuntansi sosial berkaitan dengan pengukuran biaya sosial dan audit sosial.

Asosiasi Akuntansi Amerika, Komite Biaya Sosial merumuskan tiga tingkat pengukuran

untuk digunakan dalam audit sosial: identifikasi dan deskripsi; pengukuran dari segi non-

keuangan, mengukur biaya / manfaat kepada pemilik perusahaan dan atau konstituen selain

pemilik perusahaan, dan pengukuran dalam hal biaya keuangan / manfaat bagi pemilik

perusahaan dan atau konstituen lainnya. Lembaga Amerika bersertifikat akuntan publik

mengusulkan penggunaan sistem pengukuran berdasarkan pada teori pengukuran sosial yaitu

tindakan bisnis yang memiliki dampak terbesar pada kondisi sosial, mendukung pengukuran

yang paling berguna terhadap unit yang tersedia, kualitatif atau kuantitatif, keuangan atau

non-keuangan.

Hal ini jelas bahwa ada upaya untuk mengembangkan teori normatif akuntansi sosial dan

pelaporan sosial. Pengungkapan dalam laporan tahunan diharapkan menyertakan kontribusi

entitas untuk kesejahteraan karyawan, kualitas produk, kesehatan dan keselamatan publik,

perlindungan lingkungan, dan aspek sosial yang terkait. Daerah-daerah pelaporan sosial juga

relevan untuk perspektif akuntansi Islam tetapi cenderung lebih rinci daripada di masyarakat

Barat karena perhatian yang lebih besar harus dibayar dalam menunjukkan tanggung jawab,

akuntabilitas dan transparansi di luar masyarakat untuk menyertakan Allah dan lingkungan.

Selain itu, laporan tersebut juga harus menunjukkan bahwa keuntungan yang dihasilkan

Page 17: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

berada dalam kesesuaian dengan prinsip-prinsip i'tidal (moderasi) dan halal (diperbolehkan)

dan bahwa kegiatan usaha yang berkelanjutan secara ekologis. Manipulasi nilai aset dan hasil

kinerja harus dihindari di semua biaya. Singkatnya, selain penekanan pada laporan laba rugi,

neraca, dan laporan arus kas, juga harus disediakan cukup banyak informasi tentang

pelaporan sosial. Akun yang rinci disediakan untuk dana zakat, qardh, dan kontribusi amal.

5. Kesimpulan

Pemilihan kebijakan akuntansi dan pelaporan yang diterapkan oleh perusahaan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap alokasi sumber daya dan distribusi pendapatan. Islam

menekankan distribusi yang adil dan kekayaan merata dalam masyarakat. Memang, ekuitas

dalam distribusi kekayaan disebutkan empat puluh enam kali dalam ayat yang berbeda dalam

Qur'an (Haniffa, 2002). Ini merupakan panggilan untuk fokus pada pengembangan kebijakan

akuntansi dan pelaporan yang harus diikuti secara bisnis Islam.

Akuntansi bukanlah tujuan akhir. Sebaliknya, akuntansi adalah alat untuk mencapai tujuan.

Menurut Littleton dan Zimmerman (1962), akuntansi tidak logis karena filosofis atau ide

secara persuasif disimpulkan, tetapi karena nikmat, di antara ide-ide alternatif, dinilai paling

mungkin untuk memberikan kontribusi terbaik untuk diakui. Littleton dan Zimmerman

menunjukan dua kelemahan utama dalam dua pendekatan pembuatan kebijakan di Barat yaitu

rasionalis dan perspektif sosialis dalam merefleksikan realitas dalam konteks Islam. Pertama,

penekanan yang berlebihan pada rasionalitas ekonomi tidak memiliki panduan yang jelas

bagi para pengambil keputusan ketika dihadapkan dengan konflik antara norma-norma

rasionalitas dan moralitas. Kedua pembatasan rasionalitas dan kepentingan pribadi masih

didasarkan pada rasionalisme ekonomi. Kedua, perspektif sosialis gagal untuk mengatasi

hubungan kontrak di luar diri manusia dan sesama makhluk hidup, khusus untuk Allah dan

ciptaan-Nya.

Pemilihan akuntansi dan kebijakan pelaporan berdasarkan konsep uqud dipengaruhi dan

dibatasi oleh ajaran Syariah Islami'iah. Islam dengan tegas melarang penggunaan bunga atau

riba, sehingga melanggar prinsip keadilan sosial yang mendasari semua kegiatan ekonomi

dalam Islam. Islam berusaha untuk pertumbuhan dengan pemerataan. Dengan demikian,

akuntansi dan pelaporan dalam masyarakat Islam cenderung untuk mengecualikan kegiatan

pembiayaan yang melibatkan penggunaan riba. Islam mengusulkan pengaturan alternatif

pendanaan seperti mudharabah, murabahah, musharakah, ijarah dan bay'al-Salam. Beberapa

jenis transaksi bisnis yang dilarang Syariah Islami'iah memberikan perbedaan yang jelas

Page 18: Tugas Teori Akuntansi Syariah Fix

antara kegiatan yang halal (diperbolehkan) dan haram (dilarang). Penilaian Isu-isu penting

karena dua alasan: pembayaran zakat dan pelayanan. Muslim tidak banyak perhatian untuk

masa depan karena semua sudah di atur oleh Allah SWT. Dengan demikian, nilai prediktif

aset perusahaan tidak penting dalam perspektif akuntansi Islam. Selain itu, sumber daya

moneter dan fisik perusahaan hanya dalam kepercayaan manajer.

Pengungkapan (disclousure) dalam laporan keuangan di lembaga syariah memiliki beberapa

pertimbangan. Penggunaan biaya historis untuk penilaian aset memenuhi tujuan pelayanan.

Di sisi lain, untuk menghitung dan membayar zakat, penggunaan harga jual pasar akan

sesuai. Harus ada perbedaan antara transaksi halal dan haram dan bagaimana keuntungannya

(misalnya, uang yang diberikan untuk amal). Harus ada pengungkapan tambahan yang

substansial tentang kinerja sosial dari operasi perusahaan, termasuk alokasi dan pemanfaatan

dana zakat.

Singkatnya, manajer perusahaan dalam masyarakat Islam cenderung mengadopsi kebijakan

yang konsisten dengan persyaratan Syari'ah Islami'iah. Kebijakan akuntansi perlu memenuhi

kewajiban kontrak kepada berbagai pihak, termasuk umat manusia, lingkungan dan kepada

Allah. Peraturan akuntansi dalam masyarakat Islam bersifat umum dan fleksibel, dan tidak

seperti peraturan barat. Peraturan rinci dan kompleks cenderung membebankan biaya pada

perusahaan dan akhirnya pada masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Kombinasi

pendekatan dari preskriptif dan deskriptif untuk mengembangkan kebijakan akuntansi dan

pelaporan Islam, sangat diperlukan.