Tugas Soskom

5
MUHAMMAD HADJID 120904017 Indonesia akan menghapus pemilihan langsung kepala daerah di bawah aturan baru yang mengembalikan otoritas lama parlemen lokal untuk memilih kepala daerah, yang dikritik sebagai sebuah kemunduran bagi demokrasi. Lebih dari dua pertiga dari 550 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendukung undang-undang baru yang mengatur bahwa para pemimpin lokal akan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), bukan melalui mekanisme pemilihan langsung, demikian pernyataan Muhammad Romahurmuziy, anggota parlemen dan Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Undang-undang itu diperkirakan bakal disahkan bulan ini, kata dia, menjelang masa berakhirnya masa tugas anggota parlemen saat ini. Sebuah pemilihan langsung kepala daerah untuk gubernur menghabiskan anggaran sekitar Rp 1 triliun, sementara untuk menyelenggarakan satu kali pemilihan walikota atau bupati menghabiskan dana pemerintah sekitar Rp 100 miliar, kata Romahurmuziy. Pemilihan umum langsung kepala daerah dimulai sejak 2005 sebagai bagian dari langkah pemerintah pusat untuk mendistribusikan kekuasaan ke daerah sebagai bagian dari pemberlakuan otonomi, pasca jatuhnya diktator Suharto pada 1998.

description

ddd

Transcript of Tugas Soskom

Page 1: Tugas Soskom

MUHAMMAD HADJID

120904017

Indonesia akan menghapus pemilihan langsung kepala daerah di bawah aturan baru

yang mengembalikan otoritas lama parlemen lokal untuk memilih kepala daerah, yang

dikritik sebagai sebuah kemunduran bagi demokrasi. Lebih dari dua pertiga dari 550

anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendukung undang-undang baru yang

mengatur bahwa para pemimpin lokal akan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD), bukan melalui mekanisme pemilihan langsung, demikian pernyataan

Muhammad Romahurmuziy, anggota parlemen dan Sekretaris Jenderal Partai

Persatuan Pembangunan (PPP).

Undang-undang itu diperkirakan bakal disahkan bulan ini, kata dia, menjelang masa

berakhirnya masa tugas anggota parlemen saat ini.

Sebuah pemilihan langsung kepala daerah untuk gubernur menghabiskan anggaran

sekitar Rp 1 triliun, sementara untuk menyelenggarakan satu kali pemilihan walikota

atau bupati menghabiskan dana pemerintah sekitar Rp 100 miliar, kata

Romahurmuziy.

Pemilihan umum langsung kepala daerah dimulai sejak 2005 sebagai bagian dari

langkah pemerintah pusat untuk mendistribusikan kekuasaan ke daerah sebagai

bagian dari pemberlakuan otonomi, pasca jatuhnya diktator Suharto pada 1998.

Namun Kennedy Muslim, analis politik dari Indikator Politik Indonesia, menentang

langkah itu, dan mengatakan bahwa jika diberlakukan, maka menjadi hal yang tidak

mungkin bagi para pemimpin daerah reformis seperti presiden terpilih Joko Widodo

untuk muncul melalui sistem pemilihan tidak langsung.

Sejumlah analis menilai, pengembalian sistem pemilihan kepala daerah tidak

langsung ini akan mengembalikan kekuasaan partai dan membuat transaksi politik

semakin merajalela di parlemen lokal.

Di internet muncul gerakan petisi masyarakat menolak keputusan DPR

mengembalikan pemilihan kepala daerah ke tangan parlemen lokal, dengan tagline

“Jangan Rampas Suara Kami!“ #dukungpilkadalangsung.

Page 2: Tugas Soskom

Para anggota parlemen yang akan segera mengakhiri jabatannya, memilih opsi

pemilihan tidak langsung bagi para pejabat daerah, sebuah pukulan keras bagi Jokowi,

yang naik ke kekuasaan melalui sistem pemilihan langsung.

Aturan baru itu menghilangkan hak rakyat untuk memilih walikota, bupati dan

gubernur di seluruh Indonesia, dan sebaliknya mengembalikan kekuasaan kepada

parlemen lokal untuk memilih kepala daerah.

Penghilangan sistem pemilihan langsung didasarkan pada alasan bahwa menggelar

begitu banyak pemilihan umum sangat mahal dan sering menyebabkan konflik.

Mengembalikan pemilihan kepada DPRD adalah sebuah langkah mundur demokrasi

dan kembalinya sebuah sistem yang dulu dipergunakan oleh bekas diktator Suharto,

yang jatuh pada 1998.

Langkah menghapus pemilihan kepala daerah, yang digunakan selama sepuluh tahun

terkahir, dilihat sebagai balas dendam dari para lawan politik Jokowi.

Partai-partai yang mendukung dihapuskannya pemilihan langsung kepala daerah ini

berasal dari koalisi Merah Putih yang mendukung Prabowo Subianto yang dikalahkan

oleh Jokowi dalam pemilihan presiden 9 Juli lalu.

Ada begitu banyak penentangan atas langkah parlemen.

“Masyarakat bisa melihat partai-partai mana yang mengambil hak politik rakyat.

Perhatikan,“ kata dia kepada wartawan di Jakarta.

Para pengamat mengatakan kekalahan itu adalah awal buruk bagi Jokowi, yang akan

dilantik pada 20 Oktober, karena ia membutuhkan dukungan di parlemen untuk

mendorong agenda reformasi yang bertujuan menghidupkan kembali perekonomian

yang melesu dan memperkuat sistem kesejahteraan.

“Ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuasaan yang kuat di parlemen bisa datang

dengan keputusan yang terbalik dari apa yang menjadi kepentingan rakyat,“ kata Titi

Anggraini, dari kelompok pro-demokrasi Perludem.

“Menjadi sangat mungkin di masa depan bahwa berbagai kebijakan politik yang

diajukan pemerintah akan menerima respon yang sama.“

Analis dari Citigroup menambahkan: "itu bisa meredupkan harapan pasar atas

prospek reformasi.”

Ada begitu banyak kemarahan tertuju kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

setelah partainya yakni Partai Demokrat, yang menguasai lebih dari seperempat kursi

Page 3: Tugas Soskom

parlemen, memilih walk outketika pemilihan dan menyebabkan aturan yang

menghapus pemilihan langsung kepala daerah ini lolos.

Sejumlah kelompok masyarakat berencana mengajukan uji materil untuk

membatalkan aturan baru ini ke Mahkamah Konstitusi, meski masih belum jelas

apakah langkah ini akan berhasil.

Pakar Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang, Anang Sujoko menilai pemilihan

secara langsung tidak sesuai dengan falsafah hidup rakyat Indonesia. ia mengatakan

Pilkada langsung merupakan salah satu bentuk dari demokrasi import. Menurutnya

tidak semua produk demokrasi import cocok diterapkan di Indonesia. 

"Mungkin pemilihan langsung  cocok di negara lain seperti Amerika, tetapi tidak

sesuai jika diterapkan di Indonesia," katanya, Jumat (26/9).

Ia melanjutkan, selama ini terjadi penafsiran yang salah terhadap makna demokrasi,

dimana harus selalu disamakan dengan pemilihan langsung. Seharusnya demokrasi

Indonesia harus sejalan dengan falsafah dan nilai hidup yang berkembang di

masyarakat Indonesia.

Selain itu dari aspek demografi, masyarakat Indonesia dipandang belum siap untuk

melaksanakan pemilihan daerah secara langsung. Kemudian tingkat pendidikan yang

kurang dan kemiskinan yang masih mendominasi menyebabkan Pilkada langsung

justru sering menimbulkan money politik dan bentrok antar pendukung calon. 

Anang menjelaskan, pemilihan secara tidak langsung sesuai dengan falsafah pancasila

dan keadaan yang ada di masyarakat. "Pilkada tak langsung adalah bentuk dari

musyawarah perwakilan sesuai dengan sila ke empat Pancasila, ini sesuai dengan jati

diri kita," katanya.