TUGAS RESUME EVALUASI.pdf
-
Upload
palaktinggi -
Category
Documents
-
view
27 -
download
3
Transcript of TUGAS RESUME EVALUASI.pdf
A. KAIDAH PENULISAN SOAL ESSAY DAN OBJEKTIF
1. Essay
Tes uraian (essay test) yang juga sering dikenal dengan istilah test subjektif
(subjective test), adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki
karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini ;
1. Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki
jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup
panjang.
2. Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk
memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan
dan sebagainya.
3. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara 5-10 butir.
4. Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata : “
Jelaskan.....” , “Terangkan...”, “Uraikan...”, “Mengapa...”, “Bagaimana...”, atau
kata-kata lain yang serupa dengan itu.
1.1 Kebaikan dan Kekurangan Tes uraian
1.1.1 Kebaikan
a. Dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan
pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-
gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat siswa sendiri.
b. Pembuatannya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat
c. Mencegah timbulnya permainan spekulasi di kalangan testee
d. Penyusun soal dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan
tingkat penguasaan testee dalam memahami materi tersebut.
1.1.2 Kekurangan
a. Jumlah materi atau konsep/sub konsep yang dapat ditanyakan relatif
terbatas, waktu untuk memeriksa jawaban siswa cukup lama
b. Dalam pemberian score cendrung tester labih banyak bersifat subjektif.
c. Pengkoreksian hasil lembar jawaban tes uraian sulit untuk diserahkan
kepada orang lain.
d. Nilai validitas dan reabilitas tes uraian umumnya rendah.
2. Objektif
Tes objektif (objektive) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek
(short answer test), tes “iya-tidak” (yes-no test) dan tes model baru adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat
dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa
komponen jawaban yang telah dipasagkan pada masing-masing item atau
dengan cara menulis jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu
pada tempat tertentu.
1. Penggolongan Tes Obyektif
Dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu :
a. Tes obyektif bentuk benar salah
b. Tes obyektif bentuk menjodohkan
c. Tes obyektif bentuk melengkapi
d. Tes obyektif bentuk isian
e. Tes obyektif bentuk pilihan ganda
2. Keunggulan dan keterbatasan.
a. Keunggulan
Ialah dapat diskor dengan mudah , cepat, serta obyektif, dan dapat mencakup
ruang lingkup bahan /materi / konsep yang luas dalam suatu tes untuk suatu
kelas atau jenjang pendidikan.
b. Keterbatasan
Ialah memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya, sulit
membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi dan terdapat peluang untuk
menebak kunci jawaban.
B. PENYUSUNAN KISI-KISI DAN BUTIR SOAL
1. Pengertian Kisi-Kisi
Kisi -kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-
soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Wujudnya adalah sebuah
tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta
imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tujuan penyusunan kisi-kisi
adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis
soal.
2. Fungsi Kisi-Kisi
a. Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun
b. Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
Tes merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran yang disampaikan.
c. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif
sama, dari segi tingkat kedalamannyas segi cakupan materi yang ditanyakan.
Penulisan kisi-kisi berfungsi untuk menselaraskan perangkat soal, sehingga hal
ini juga akan mempermudah dalam proses evaluasi.
3. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
4. Penulisan Kisi-Kisi
Penulisan kisi-kisi soal adalah kerangka dasar yang dipergunakan untuk
penyusunan soal dalam evaluasi proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan
kisi-kisi soal ini, maka seorang guru dengan mudah dapat menyusun soal-soal
evaluasi. Kisi-kisi soal inilah yang memberikan batasan guru dalam menyusun
soal evaluasi.
Dalam penulisan kisi-kisi soal, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Nama sekolah
Ini merupakan identitas sekolah.
2. Satuan pendidikan
Satuan pendidikan ini misalnya SD, SMP, SMA/SMK.
3. Mata Pelajaran
4. Kelas/semester
5. Kurikulum acuan
Seperti yang kita ketahui model kurikulum di negeri ini selalu berganti,
akhirnya ada tumpah tindih antara kurikulum yang digunakan dan kurikulum
baru. Untuk hal tersebut maka kita informasikan kurikulum yang digunakan
dalam penyusunan kisi-kisi penulisan soal. Misalny, KTSP.
6. Alokasi waktu
7. Jumlah soal
Jumlah soal menunjukkan berapa banyak soal yang harus dibuat dan dikerjakan
anak-anak sesuai dengan jatah alokasi waktu yang sudah dikerjakan untuk
ujian bersangkutan. Dalam hal ini guru sudah memperkirakan penggunaan
waktu untk masing-masing soal.
8. Penulis/guru mata pelajaran
9. Standar kompetensi
10. Kompetensi dasar
11. Materi pelajaran
12. Indikator soal
13. Bentuk soal
14. Nomor soal
5. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang
dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari
kegiatan penyusunan kisi-kisi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat
dan jelas. Syarat indikator yang baik:
1. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat.
2. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu
atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan.
3. Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
6. Langkah-Langkah Penyusunan Butir Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian
yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu:
1. Menentukan tujuan tes.
2. Menentukan kompetensi yang akan diujikan.
3. Menentukan materi yang diujikan .
4. Menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan
bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik).
5. Menyusun kisi-kisinya.
6. Menulis butir soal.
7. Memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif.
8. Merakit soal menjadi perangkat tes.
9. Menyusun pedoman penskorannya.
10. Uji coba butir soal.
11. Analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba.
12. Perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.
C. DESAIN INSTRUKSIONAL
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer
pengetahuan secara efektif antara pendidik dan peserta didik.
Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran ialah sebagai
berikut :
a. Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual.
b. Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang.
c. Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal.
d. Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia.
e. Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem.
Desain Instruksional dapat dilakukan melalui 2 pendekatan :
1. Pendekatan-pengetahuan (knowledge-oriented). Peserta harus dapat
menjelaskan prinsip-prinsip desain instruksional
2. Pendekatan-produk (product-oriented), Peserta diharuskan menerapkan
prinsip-prinsip ini dalam mendesain sesuatu dan menghasilkan suatu produk.
1. Kegiatan Intruksional
Kegiatan-Kegiatan instruksional di atas dapat dipadukan dengan model
pengembangan instruksional sebagai berikut :
Tahap mengidentifikasi - mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan
menulis tujuan instruksional umum
- melakukan analisis instruksional
- mengidentifikasi perilaku awal dan
karakteristik awal mahasiswa
Tahap mengembangkan - menulis tujuan instruksional khusus
- menulis tes acuan patokan
- menyusun strategi instruksional
- mengembangkan bahan instruksional
Tahap mengevaluasi
dan Merevisi - evaluasi instruksional
2. Model Pengembangan Intruksional
Ada banyak tokoh yang mengemukakan pendapatnya terkait model
pengembangan desain instruksional. Beberapa model pengembangan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Model Wong dan Roulerson.
2. Model Banathy
3. Model IDI (Instructional Development Institute).
IDI telah dikembangkan di beberapa negara Asia-Eropa, setelah berhasil di
ratusan institusi pendidikan di Amerika. Model ini menggunakan model
pendekatan sistem yang meliputi tiga tahapan, yaitu:
a) Pembatasan (define)
Identifikasi masalah
b) Pengembangan (develope)
Identifikasi tujuan
c) Penilaian (evaluate)
Setelah program instruksional disusun, diadakan tes uji coba untuk
menentukan kelemahan dan keunggulan .
4. Model ISD (Instructional system design).
Rancangan sistem pembelajaran merupakan prosedur terorganisir
yang mencakup langkah-langkah menganalisis, merancang,
mengembangkan, melaksanakan dan menilai pembelajaran. Pada
umumnya ISD bersifat linier dan memuat prosedur yang menghendaki
kejelian dan konsistensi. Ciri khas rancangan ini adalah semua langkah
dilengkapi untuk dapat berfungsi pada setiap komponen sebagai
pengontrol dan penyeimbang satu sama lain.
5. Model Robert Mager.
Desain instruksional menurut Robert Mager sangat pasti dan jelas
dikemukakan, yaitu berupa rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
6. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Secara garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan
siklus pengembangan yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) perumusan tujuan.
b) pengembangan alat evaluasi.
c) kegiatan belajar.
d) pengembangan program kegiatan.
e) pelaksanaan pengembangan.
7. Model Gerlach dan Elly.
8. Model Dick dan Carey.
9. Model Briggs.
Briggs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar
mengajar dapat diterapkan untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan
latihan. Karena itu dia berpendapat bahwa model ini juga sesuai untuk
pengembangan program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada program-
program akademis saj
10. Model Kemp
Desain instruksional yang dikembangkan oleh Kemp juga terdiri dari
sepuluh langkah yaitu :
a) Penentuan tujuan instruksional umum (TIU), yaitu tujuan yang
ditetapkana menurut masing-masing pokok bahasan.
b) Menganalisis karakteristik siswa.
c) Menentukan tujuan instruksional khusus (TIK)
d) Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional
khusus yang telah ditetapkan.
e) Mengadakan penjajakan awal (preassesment), langkah ini sama halnya
dengan test awal yang fungsinya untuk mengetahui kemampuan yang
dimiliki siswa.
f) Menentukan strategi belajar dan mengajar yang relevan, penentuan
harus melalui analisis alternatif.
g) Mengkoordinasi sarana penunjang yang dibutuhkan.
h) Mengadakan evaluasi.
3. Sistem Instruksional
Sistem instruksional digunakan untuk menunjukkan suatu proses belajar-
mengajar atau proses pengajaran atau lebih tepat lagi proses pembelajaran.
Dibandingkan dengan sistem yang lain lebih-lebih sistem yang bersifat alami
seperti sistem tata surya, sistem instruksional memiliki ciri yang khas, yaitu
adanya tujuan (purpose, goal, objectives).
Sistem instruksional sekurang-kurangnya memiliki dua dimensi yaitu
dimensi rencana (a plan) dan dimensi proses yang nyata (a reality). Dalam
dimensi rencana sistem instruksional merujuk pada prosedur atau langkah-langkah
yang seyogianya dilalui dalam mempersiapkan terjadinya proses belajar mengajar.
Kedua dimensi itu secara konseptual merupakan suatu sistem kurikulum yang
dengan sendirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan
Ciri – Ciri Sistem Instruksional
Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dan kerja sama secara
terpadu dan harmonis dalam mencari tujuan belajar mengajar. Sedangkan untuk
mendukung tercapainya pengembangan sistem instruksional, perlu mengetahui
ciri – ciri dari sistem instruksional yang bisa dilihat dalam penjabaran fungsi,
tujuan dan komponen dalam sistem instruksional.
Fungsi Sistem Instruksional
Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
dalam rangka perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instruksional, yang
meliputi :
Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Menentukan strategi belajar mengajar.
Menentukan materi dan alat peraga.
Menentukan evaluasi pengajaran.
Sebagai alat pengontrol atau evaluasi, kesesuaian antara perencanaan
instruksional dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Sebagai balikan atau feed back bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaan
belajar mengajar, dalam rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan
pendidikan.
D. TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL
Taksonomi adalah klasifikasi atau pengelompokkan benda menurut cirri-
ciri tertentu. Dalam bidang pendidikan taksonomi digunakan untuk klasifikasi
tujuan instruksional,ada yang menamakan tujuan pembelajaran tujuan
penampilan,atau sasaran belajar,yang digolongkan dalam 3 klasifikasi umum
atau ranah (domain)
1. Ranah kognitif (berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada
kemampuan berpikir
2. Ranah afektif (berhubungan dengan perasaan, emosi, system nilai dan
sikap hati)
3. Ranah psikomotor (berorientasi pada ketrampilan motorik atau
pengguanan otot kerangka)
Satu hal yang penting dalam taksonomi tujuan instruksional ialah adanya
hirarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah
sampai jenjang tertinggi.
E. ESENSI PENGETAHUAN
Esensi Pengetahuan adalah Inti atau hakikat dari problem solving,
inovasi, kreatifitas, rancangan intuitif, analisis, dan manajemen proyek
yang efektif lebih melibatkan pengetahuan tacit daripada pengetahuan
explicit.Diperlukan pemahaman lebih daripada sekedar dokumentasi.
1. Pengertian Pengetahuan.
4 hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia,
antara lain : mengamati, menyelidiki, percaya, keinginan atau hasrat
2. Objek dan Sudut Pandang ilmu pengetahuan
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
4. Bentuk atau Jenis Pengetahuan.
a. Berdasarkan obyek.
Terutama apa yang ditangkap oleh indera-indera kita.
b. Berdasarkan isi
1. Pengetahuan produktif, yaitu pengetahuan yang menghasilkan
sesuatu yang lain misalnya seni, puisi, dan lain-lain;
2. Pengetahuan teoritis, seperti filsafat, metafisika, matematika, dan
fisika.
3. Pengetahuan praktis seperti etika, ekonomi, dan politik
5. Hakikat dan Sumber Pengetahuan.
1. Hakikat Pengetahuan.
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
a. Realisme.
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam, pengetahuan.Dengan
demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila
sesuai dengan kenyataan.
b. Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
2. Sumber pengetahuan.
a. Empirisme
b. Rasionalisme.
c. Intuisi
d. Wahyu
Transfer Pengetahuan
a. Defenisi
Transfer pengetahuan merupakan proses untuk memindahkan pengetahuan
dari individu yang disebut sebagai sumber pengetahuan (kontributor
pengetahuan) ke penerima pengetahuan, yang nantinya pengetahuaan tersebut
akan digunakan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima
pengetahuan.
Transfer pengetahuan adalah komunikasi pengetahuan dari sumber sehingga
dipelajari dan diterapkan oleh penerima (Argote, 1999; Darr & Kurtzberg,
2000).
b. Sumber dan Penerima
dapat berupa individu, kelompok, tim, unit organisasi, atau seluruh organisasi
yang berada dalam kombinasi apapun.
c. Beberapa faktor dalam transfer pengetahuan:
a) dari mana knowledge di transfer,
b) media apa yang digunakan dalam transfer knowledge, dan
c) dimana proses transfer knowledge dilakukan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer pengetahuan:
1. Karakteristik penerima (skill, shared language, pengetahuan teknis)
2. Sifat dari tugas (rutin, non-rutin)
3. Jenis pengetahuan yang ditransfer (explicit-Tacit)
e. Ragam Transfer Pengetahuan
Menurut gagne seorang education psikologis ( pakar psikologi
pendidikan ) yang mahsur, transfer dalam belajar dapat di golongkan ke
dalam empat kategori yakni :
1. Transfer positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap
kegiatan belajar selanjutya.
2. Transfer negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap
kegiatan selanjutya.
3. Transfer vertikal yaitu transfer yang berefek baik terhadap
kegiatan belajar pengetahuan atau keteramplan yang lebih
tinggi.
4. Transfer lateral yaitu transfer yang berefek baik terhadap
kegiatan belajar pengetahuan atau keterampilan yang
selanjutya
Diharapkan agar penerima pengetahuan :
(a) memiliki pemahaman kognitif, dalam arti memperoleh pengetahuan
melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,
maupun mengkomunikasikan pengetahuan tersebut,
(b) memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, atau
(c) menerapkan pengetahuan.
LEVEL APLIKASI
Aplikasi Di Level Individu
1. Taksonomi pembelajaran Bloom
A. Domain afektif (perilaku)
Meliputi sikap dimana kita berhubungan dengan hal-hal yang bersifat
emosional, seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan
perilaku.Kategori utama domain afektif:
1) Receiving phenomena, kewaspadaan mau mendengar
2) Responding to phenomena, partisipasi aktif sebagai pembelajar
3) Valuing, nilai seseorang melekat pada perilaku
4) Organization, mengorganisasi nilai ke dalam prioritas
5) Characterization, memiliki sistem nilai yang mengatur perilaku
B. Domain kognitif (pengetahuan)
Level pembelajaran domain kognitif (pengetahuan) adalah :
1) Tahu (Know),
2) mengingat sesuatu(Comprehension)
3) menangkap/memahami arti sesuatu dan mengaplikasikan(Application)
4) memecah sesuatu menjadi material pembentuknya (Analysis),
5) menyusun bagian-bagian menjadi satu (Synthesis)
6) menilai sesuatu berdasar kriteria tertentu (Evaluation)
Pembelajaran di level atas akan sangat tergantung pada pencapaian di
level bawahnya
2. Task analysis
Adalah mempelajari atau menganalisa apa tindakan spesifik yang harus
diambil, proses kognitif apa yang harus digunakan untuk mengerjakan
sesuatu.
Dilakukan dengan menggunakan task decomposition :
a. Identifikasi tugas yang akan dianalisis
b. Dipecah menjadi sub-bagian
c. Gambarkan sub-bagian dalam diagram untuk memastikan
kelengkapannya
d. Tentukan tingkat detil yang akan diulas
e. Periksakan hasil analisis kepada orang yang paham akan tugas tetapi
tidak terlibat dalam proses analisis
Aplikasi Di Level Kelompok Dan Organisasi
Aplikasi pengetahuan untuk kelompok dan organisasi dapat dilakukan
dengan menggunakan KMS (knowledge management systems)
Ada dua hal yang penting untuk diperhatikan:
1. Knowledge reuse
Melibatkan, mengingat dan mengenali kembali sesuai dengan taksonomi
Bloom.
a. Dimulai dengan formulasi pertanyaan apa yang dicariKemudian proses
penentuan lokasi
b. Lalu pemilihan dan terakhir diaplikasikan
Peran dalam proses knowledge reuse:
a. Knowledge producer, yang membuat dan mendokumentasikan pengetahuan
b. Knowledge intermediary, yang menyiapkan pengetahuan untuk reuse
c. Knowledge reuser, yang membutuhkan pengetahuan
2. Knowledge repositories
a. Biasanya dalam bentuk intranet atau portal yang menjaga, mengelola, dan
mengontrol memori organisasi
b. Berisi lebih dari sekedar dokumen, data, dan record, tetapi
campuran/kombinasi dari pengetahuan tacit dan explicit
Karakteristik KMS (Knowledge Manajement System) Mendukung:
a. Komunikasi diantara berbagai user
b. Kordinasi aktifitas user
c. Kolaborasi diantara kelompok user untuk kreasi, modifikasi, dan diseminasi
produk
d. Kendali proses untuk memastikan integritas dan melacak progres project
Support KMS memberikan dukungan terhadap beberapa fungsi informasi
seperti:
a. Acquiring dan indexing (Mendapatkan dan Pengindeksan)
b. capturing dan archiving (menangkap dan mengarsipkan)
c. Finding dan accessing (menemukan dan menngakses)
d. Creating dan annotating (menciptakan)
e. Combining, collating, modifying (mengkombinasikan, menyususn,
memodifikasi)
f. Tracking (melacak)
F. APLIKASI PENDIDIKAN
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai tiap aspek sebagaimana di
berikan dalam taksonomi bloom (1956)
A. Pengetahuan (knowledge)
a). Terminologi
Kemampuan yang paling besar ialah mengetahui arti tiap kata.anak
selalu bertanya kepada orang tuanya rti kata kata yang di temuinya dlam
buku atau dalam percakapan dengan teman –temannya misalnya :
kebijakan ,lincah,dan pengetahuan.
b). Fakta- fakta lepas ( isolted facts)
Setelah memahami prinsip prinsip atau konsep – konsep,anak menanjak
pada Pengetahuan akan fakta fakta lepas.fakta yang di ketahuinya tetap
berdiri sendiri tanpa di hubugkan dengan fakta atau gejala
lainnya.misalnya,pengetahuan tentang tanggal dan tempat peristiwa –
peristiwa bersejarah,dan nama –nama tokoh.
c). Cara cara mempelajari fakta
1. Konvensi
2. Tren dan urut-urutan perkembangan.
3. Kriteria
4. Metodologi.
B.Pemahaman (comprehension)
Kemampuan pemahaman apat di jabarkan menjadi tiga bagian
a) Menerjemahkan ( translation)
b) Menginterpretasi ( interpretation )
c) Mengekstrapolasi ( extrapolation )
C. Penerapan / aplikasi
Aspek ini mengacu pada kemamuan menggunakan atau menerapkan
pengetahuan yang di miliki pada situasi baru ,menyangkut penggunaan
aturan ,prinsip,dan dalam memecahkan pesoalan . Jadi dalam aplikasi harus
ada konsep ,teori, hukum, rumus.
D. Analis
E.Sintesis
F. Evaluasi
Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
a.Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.
Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b. Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
c. Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d.Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,
dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or
Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain
berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
a. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c.Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
e. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
f. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola
gerakan yang kompleks.
g. Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam
berbagai situasi
h. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau
permasalahan tertentu.