TUGAS REKAYASA SUNGAI
-
Upload
lita-astini -
Category
Documents
-
view
57 -
download
5
Transcript of TUGAS REKAYASA SUNGAI
TUGAS REKAYASA SUNGAI
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)PADANG GUCI
OLEH :
ANNISA FITRIA EDRIANI
G1A008024
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
Deskripsi Daerah Aliran Sungai (DAS) Padang Guci
LETAK DAN LUAS DAS PADANG GUCI
Daerah Aliran Sungai (DAS) Padang Guci terletak di wilayah Kabupaten Kaur, Provinsi
Bengkulu. Posisi geografisnya terletak pada lintang dan bujur :
- Lintang Selatan : 04015’26,9” - 040’35’46,9”
- Bujur Timur : 1030’06’40,2” - 103026’42,5”.
DAS Padang Guci terletak dalam beberapa wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Padang Guci
Hulu, Kecamatan Kaur Utara, Kecamatan Padang Guci Hilir, dan Kecamatan Tanjung
Kemuning. Seluruh kecamatan tersebut berada dalam wilayah Kabupaten Kaur. Batas-batas
wilayah DAS Padang Guci adalah sebagai berikut :
- Sebelah Barat : Kabupaten Bengkulu Selatan
- Sebelah Timur : DAS Air Kinal, Kabupaten Kaur
- Sebelah Utara : Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan
- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.
Luas daerah aliran sungai Padang Guci adalah 510,27 km2 atau 51.027 ha. Hulu DAS ini
berada di punggung Pegunungan Bukit Barisan, dengan ketinggian mencapai lebih dari 2.650 m
dari muka laut. Kemiringan lahan di bagian hulu curam sampai sangat curam, dengan
kemiringan dari 25 – 45 % sampai lebih dari 55 %.
Gambar 1 Batas DAS Padang Guci
MORFOLOGI DAS
1. Bentuk DAS (SHAPE)
Bentuk DAS dinyatakan sebagai derajat kebundaran atau circularity ratio, yaitu dengan
membandingkan konfigurasi basin.
Dari pengukuran diperoleh luas DAS, A = 510,27 km2, dan luas lingkaran dengan
perimeter yang sama, Ac = 1287.03 km2. Berdasarkan Rumus Miller(1953 , dalam
Dephut, 1998), diperoleh nilai Rc = 510,27 km/1287,03 km2 = 0,39.
Nilai Rc = 0,39 tersebut kurang dari 0,5, maka bentuk DAS tersebut adalah
memanjang (Miller,1953).
Gambar 2 Bentuk DAS Padang Guci memanjang ( Rc = 0,39)
2. Relief/topografi/bentuk lahan
Relief atau topografi atau bentuk lahan (land form) merupakan gambaran dari
permukaan bumi yang diperoleh dari interaksi antara geologi, tanah dan proses-proses
geomorfologis/ geologis. Topografi dicerminkan dari kemiringan lereng dan bentuk
permukaan lahannya. Kemiringan lahan mulai dari landai, curam, sampai sangat curam.
Topografi DAS Padang Guci berbentuk mulai datar, berombak, bergelombang,
berbukit, sampai bergunung. Bentuk datar hanya terdapat di sekitar muara dan dataran
di tepi sungai utama (sekitar natural levee)(lihat peta). Bentuk bergelombang dan
berbukit mendominasi kawasan DAS. Bentuk bergunung terdapat di bagian hulu
sungai kawasan DASPadang Guci.
3. Pola aliran (drainage pattern)
Pola aliran pada suatu DAS merupakan karakteristik fisik setiap drainage basin yang
penting karena pola aliran sungai mempengaruhi efisiensi sistem drainase dan
karakteristik hidrografis, dan pola aliran menentukan bagi pengelola DAS untuk
mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS khususnya tenaga erosi.
Terdapat bermacam-macam pola aliran yang masing-masing dicirikan oleh kondisi
lahan/tanah/batuan yang dilewati oleh sungai tersebut. Pola aliran di kawasan DAS
Padang Guci umumnya adalah dendritik sedang/medium.
Pada bagian tertentu dijumpai pola kombinasi dendritik regtangular (pada anak sungai
(Sub-sub-DAS)Singitan) dan pada bagian lain ada yang menyerupai paralel yang
berada pada Sub-DAS Padang Guci Hilir.
Gambar 3. Peta jaringan sungai dan pola aliran
MORFOMETRI
Hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh morfometri DAS, sebagai berikut:
1.Luas DAS
Hasil pengukuran dengan menggunakan metoda SIG, diperoleh bahwa luas DAS
Padang Guci sebesar 510,27 km2 atau 51.027 Ha.
2. Lebar DAS
Lebar DAS Padang Guci berkisar antara 11.41 km – 12.5 km. Bagian terlebarnya
adalah 18.25 km, yang terdapat di bagian hulu sungai.
3. Kepadatan drainase (drainage density)
Kepadatan drainase dihitung berdasarkan hasil pembagian panjang seluruh aliran
dengan luas DAS. Panjang aliran seluruhnya sebesar 309,16 km, sedang luas DAS
510,27 km-2, sehingga kepadatan drainasenya = 309,16 km/510,27 km-2= 0,60 km.km-2.
Berdasarkan Linsley (1949) hasil kepadatan tersebut menunjukkan bahwa DAS Padang
Guci mudah tergenang (karena nilainya lebih kecil dari 0,62). Namun sebaliknya, tak
akan pernah kekeringan karena tak lebih dari 3,10 km/ km-2.
4.Keliling DAS
Setelah dilakukan pengukuran melalui peta dengan metoda GIS, diperoleh keliling
daerah aliran sungai DAS Padang Guci sebesar 116.27 km.
5.Kemiringan DAS
Pengukuran menggunakan lebar kontur 250 m dengan total panjang kontur diperoleh
39,97 km. Berdasarkan rumusan contour lenght methode, kemiringan Padang Guci
adalah 2,08 %.
6.Gradien/kemiringan DAS
Gradien atau kemiringan DAS (dengan metoda Benson, 1962) dengan melakukan
pengukuran dari sungai utama 75 m (pada 10 % jarak dari outlet) dan 1600 m (pada
85%), diperoleh jarak 27,4 km. Kemiringan yang diperoleh adalah 5,6 %.
7.Panjang sungai utama
Panjang sungai utama terukur diukur dari muara sampai ujung sungai utama adalah
sepanjang 40,06 km. Sedang panjang sungai terpanjang diukur dari muara sampai
ujung sungai terjauh adalah 54,6 km.
8.Panjang sungai orde 1
Berdasarkan model penomoran menurut metode Strahler, diperoleh panjang seluruh
bagian sungai orde 1 adalah sepanjang 114,14 km.
9.Panjang sungai seluruh orde
Sedang panjang sungai seluruh orde adalah 309,16 km.
10. Perbedaan tinggi maksimum
Perbedaan tinggi maksimum DAS diukur antara titik elevasi terendah 5 m dan tertinggi
2.550 m dari permukaan laut, sehingga beda tingginya = 2.545 m. Hasil tersebut
digambarkan dalam bentuk grafik pada Gambar 3.1.
Gambar 4
Perbedaan Tinggi Maksimum DAS Padang Guci
11. Orientasi DAS
Orientasi DAS terlihat secara umum mengikuti arah aliran sungai utama, yaitu
mengarah barat daya dengan sudut azimut 132o dihitung dari arah utara.
12. Hidrologi
A. Iklim
Kondisi iklim yang utama adalah curah hujan dan jumlah hari hujan. Data curah
hujan diperoleh dari stasiun curah hujan yang terdapat di dalam kawasan DAS,
yaitu yang terdapat di desa Bungin Tambun. Data hidrologi sungai yang diperoelh
dari pengukuran langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan
gambaran respon sungai terhadap hujan yang terjadi. Respon ini diperoleh dalam
bentuk debit sungai yang diukur mulai sebelum kejadian hujan, saat hujan hingga
beberapa saat setelah hujan.
Hasil penghitungan data curah hujan disajikan pada Tabel 3.1. Hasil perhitungan
memperlihatkan bahwa curah hujan rata-rata tahunan di DAS Padang Guci adalah
sebesar 2455 mm. Curah hujan bulanan terendah 93 mm (terjadi di bulan Juli) dan
tertinggi 468 mm (terjadi bulan November).
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
CH 220 193 107 189 198 128 93 146 231 321 468 331
Max 74.9 84.2 72.4 84.9 58 74.3 65.8 85.2 75.3 75.2 91 100
HH 15 13 11 9 9 9 7 8 13 17 16 20
Tabel 1
Curah Hujan Tahunan Untuk Kawasan DAS Padang Guci.
Gambar 5
Grafiknya Curah Tahunan
Distribusi hari hujan bulanan hari hujan dalam sebulan tiap bulannya dalam setahun
berkisar dari terendah 7 hari di bulan terkering sampai tertinggi 20 hari di bulan Desember
(Gambar 3.3).
Gambar 6
Grafiknya Hari Hujan Bulanan Kawasan
Curah hujan maksimum yang berperan dalam menentukan energi hujan yang mengenai
permukaan lahan dapat dilihat pada Gambar 3.4 Terlihat bahwa hujan makksimum rata-
rata lebih besar dari 50 mm per kejadian hujan. Tertinggi terjadi di bulan Desember, yaitu
mencapai 100 mm.
Gambar 7
Grafik Curah hujan maksimum per kejadian hujan
B. Debit Sungai
Pengukuran dilakukan di beberapa titik yang meliputi bagian hulu, tengah dan hilir.
Titik pengukuran dapat dilihat pada peta hidrologi. Hasil pengukuran
disimulasikan untuk mendapatkan kurva hidrograf.
Gambar 8
Respon Sungai Terhadap Hujan
Apabila dilakukan pengamatan di lapangan atas suatu kejadian hujan dapat diketahui
karakter respon seluruh atau sebagian kawasan DAS terhadap kejadian hujan tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan pada titik pertemuan anak sungai (sub-
DAS Cawang Kidau dan Sub-Das Padang Guci Hulu) terjadi hujan yang berlangsung
sekitar 55 menit dengan besar hujan 26 mm. Respon sungai berupa debit terjadi lonjakan
besar arus sungai, dari semula 13,2 m/det menjadi 45,5 m/det dalam selang waktu tersebut.
Dari pengamatan langsung kejadian masa hujan tersebut di atas pula diketahui bahwa
kualitas air berupa kekeruhan sungai meningkat secara signifikan. Dalam pengamatan
yang sama diketahui bahwa penyumbang kekeruhan tersebut dominan berasal dari sub-
DAS Cawang Kidau.
Gambar 9
Respon Sungai (debit) terhadap Curah Hujan 26 Mm
yang Jatuh dalam Tempo Kurang Dari Satu Jam.
Foto Kawasan DAS Padang Guci
Foto 1. Salah satu fasilitas jembatan DAS Padang Guci
Foto 2. Jembatan rusak di salah satu Sub-DAS Cawang Kidau
Foto 3. Sub DAS Cawang Kidau
Foto 4. Anak sungai DAS Padang Guci (Anak sungai Air Jernih)
Foto 5. Sub-DAS Air Bemban