Tugas Rekayasa Gempaaa
-
Upload
eny-wahyu-nining -
Category
Documents
-
view
74 -
download
1
Transcript of Tugas Rekayasa Gempaaa
“ Geologi Rekayasa “
Bab I
Pendahuluan
1.1 Struktur muka bumi
Keberagaman bentuk muka bumi disebabkan oleh kekuatan besar yang bekerja
pada bumi. Kekuatan itu disebut tenaga geologi. Tenaga geologi pada dasarnya dibedakan
atas dua macam, yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen ialah tenaga
yang berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen mempunyai sifat membangun. Tenaga
eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar permukaan bumi. Tenaga ini mempunyai sifat
merusak permukaan bumi.
a. Proses Alam Endogen
Tahukah kita bahwa bumi yang kita pijak ternyata berjalan-jalan dengan
kecepatan beberapa cm per tahun? Pergerakan tersebut tidak terasa oleh kita. Namun,
pergerakan tersebut menyebabkan perubahan relief muka bumi. Pernahkah kamu
melihat permukaan jalan yang amblas? Jalan amblas ialah contoh adanya pergerakan
dalam bumi. Pergerakan tersebut disebabkan oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi
yang disebut tenaga endogen. Dengan demikian, di dalam bumi terdapat sumber energi.
Dari manakah energi itu berasal? Ternyata di dalam bumi terdapat sumber panas yang
berasal dari inti bumi.
Perhatikanlah gambar lapisan bumi dibawah ini.
“ Geologi Rekayasa “
Keterangan:
Lapisan Inti: cairan kental bersuhu di atas 4.500° C dan bertekanan tinggi,
mengandung mineral cairan Besi dan Nikel (disebut juga lapisan Nife).
Lapisan Astenosfer: merupakan lapisan kedua yang melapisi lapisan inti dengan
suhu antara 2.000-4.000° C dan tekanan terus menurun, mengandung mineral
Silicium dan Magnesium (disebut juga lapisan Sima).
Lapisan Litosfer: merupakan lapisan lebih kental dengan suhu < 2.000° C dan
tekanan terus turun. Lapisan ini disebut juga lapisan mantel bumi.
Kerak Bumi: padat dan keras, menempel pada mantel bumi, mengandung mineral
Silicium dan Aluminium (disebut juga lapisan Sial).
Kita telah mengetahui bahwa kulit bumi itu padat, dingin, dan terapung di atas
mantel bumi. Kerak bumi yang membentuk dasar samudera disebut lempeng samudera.
Kerak bumi yang membentuk dasar benua disebut lempeng benua. Lempeng samudera
dan lempeng benua terletak di atas lapisan mantel. Kita juga telah belajar bahwa lapisan
mantel mendapat pemanasan terus-menerus dari lapisan Sima. Pemanasan ini
menyebabkan terjadinya gerakan cairan dengan arah vertikal (konveksi) pada lapisan
mantel. Akibatnya, arus konveksi ini menumbuk kulit bumi yang terapung di atasnya.
Karena tumbukan lempeng samudera dan lempeng benua, salah satu lempeng akan
menujam ke bawah. Padahal, makin ke dalam suhu makin panas. Akibatnya, bagian
kulit bumi yang padat dan dingin yang menujam ke bawah akan meleleh dan berubah
menjadi magma serta mengeluarkan energi. Karena tumbukan terjadi terus-menerus,
“ Geologi Rekayasa “
akan terkumpul tumpukan magma dan tumpukan energi. Penumpukan ini akan
menyebabkan terjadinya hal-hal berikut.
Tekanan ke atas dari magma, gerak lempeng, dan energi yang terkumpul akan
mampu menekan lapisan kulit bumi sehingga terjadi perubahan letak atau
pergeseran kulit bumi. Akibatnya, kulit bumi bisa melengkung (disebut lipatan)
atau patah (disebut patahan). Gejala ini disebut tektonisme.
Magma akan menerobos lempeng benua di atasnya melalui celah atau retakan atau
patahan dan terbentuklah gunung api. Gejala ini disebut vulkanisme.
Bila tumpukan energi di daerah penujaman demikian besar, energi tersebut akan
mampu menggoyang atau menggetarkan lempeng benua dan lempeng samudera di
sekitarnya. Goyangan atau getaran ini disebut gempa bumi. Gejala ini disebut
seisme.
b. Proses Alam Eksogen
Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi yang berpengaruh
terhadap permukaan bumi. Tenaga eksogen dapat menyebabkan relief permukaan bumi
berubah. Proses perubahan muka bumi dapat berlangsung secara mekanis, biologis,
maupun secara kimiawi. Tenaga eksogen ini menyebabkan terjadinya pelapukan, erosi,
gerak massa batuan, dan sedimentasi yang bersifat merusak bentuk permukaan bumi.
“ Geologi Rekayasa “1.2 Teori Tektonik Lempeng
Bumi itu dinamis, tidak statis, didalam perut bumi inti bumi cair “liquid outer core”
yang sangat panas terus berputar mengelilingi inti bumi padat “solid inner core” yang
dipercaya merupakan metal. Pengaruhnya terhadap magnet bumi membuat bumi
mempunyai 2 kutub magnet bumi.
Lalu Bagaimana pengaruhnya terhadap lapisan lithosphere dimana diatasnya
terdapat crust berupa oceanic crust (lempeng benua) dan continent crust (lempeng
benua)???. Ada banyak lempeng benua dan lempeng samudera yang bergerak dengan arah
dan kecepatan tertentu. Bagaimana mereka bisa bergerak?
Dibawah lithosphere adalah asthenosphere dimana terdapat dapur magma yang
sangat panas dan dinamis berputar dengan siklusnya sendiri. Ini mendorong lithosphere
dimana terdapat plate diatasnya untuk bergerak dan “SELALU BERGERAK”. Gerakan
awalnya sendiri (kita anggap awal karena merupakan sumber dorongan) dari tempat
naiknya magma yang mendorong lapisan diatasnya untuk bergerak (magma yang keluar
nanti setelah dingin dan membeku ikut membetuk lapisan itu sendiri).
Daerah itu disebut Divergent margin (atau biasa dikenal dengan spreading center)
bisa juga disebut daerah bukaan. Karena lempeng-lempeng bergerak, maka ada yang
saling bertumbukan atau bertabrakan yang disebut Convergent Margin. Convergent
“ Geologi Rekayasa “
margin sendiri ada dua jenis, yaitu subduction (dimana terjadi penunjaman) dan collision
(terjadi pengangkatan seperti Himalaya).
Daerah Divergen biasanya berada di dasar samudera dan membelah dasar samudera
karena memang sumber magmanya sendiri yang mendorong lapisan batuan didasar
samudera bergerak berasal dari lapisan asthenosphere dibawahnya. Namun ada beberapa
tempat kondisi ini mendorong daratan diatasnya untuk saling menjauh (seperti di Afrika
Timur dan Iceland).
Jadi pada dasarnya ada plate saling menjauh, dan ada plate yang saling menekan,
dan “Terus saling menekan”. Untuk pembentukan morfologi bumi, volcanic arc, fore-arc,
back-arc basin dan semua fenomena geologi diatasnya, tidak akan saya uraikan dulu dalam
tulisan ini.
Lalu bagaimana dengan kondisi tektonik di Indonesia? Kondisi tektonik di asia
tenggara sangat-sangat komplek, dan saya tidak akan menguraikannya pada tulisan ini.
Untuk Indonesia sendiri, secara umum, dasar samudera pada bagian luar dari pantai terluar
di Indonesia merupakan daerah convergen dimana merupakan tempat tumbukan antara dua
lempeng (atau lebih untuk daerah Indonesia Timur), disebut juga subduction zone. Dan di
sepanjang jalur subduction zone tersebut itulah jalur gempa terjadi (Kecuali untuk gempa-
gempa di darat).Lalu bagaimana gempa itu terjadi dan mengapa harus di jalur subduction
zone?
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain.
Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori
Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil
menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya
gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak
samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle).
Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer.
Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak
“ Geologi Rekayasa “
benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat
dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak
mengalir seperti cairan (fluid).
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan
satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan
lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.
Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu
dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan
transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan
simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika
sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas
divergen.
2. Batas Konvergen
“ Geologi Rekayasa “
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang
mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath
another).
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu 1) antara lempeng benua dengan lempeng
samudra, 2) antara dua lempeng samudra, dan 3) antara dua lempeng benua.
Konvergen lempeng benua—samudra (Oceanic—Continental)
Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng
ini masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada
lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic
mountain range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman,
terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
Konvergen lempeng samudra—samudra (Oceanic—Oceanic)
Salah satu lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya,
menyebabkan terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang
pararel terhadap parit tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi ini
ada yang timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik
(volcanic island chain).
Konvergen lempeng benua—benua (Continental—Continental)
Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya.
Karena keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak
cukup berat untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian
yang bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk deretan pegunungan non
vulkanik (mountain range).
“ Geologi Rekayasa “
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk
(transform fault).
Bagaimana Dengan Indonesia?
Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-
Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia
adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur,
bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-
Australia.
Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis hitam tebal melambangkan
batas antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung berapi.
“ Geologi Rekayasa “
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan
terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung
berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung berapi di
sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit
Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau
benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan
meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang
bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas
gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
“ Geologi Rekayasa “
Bab II
Gempa Bumi
2.1 Pengertian Gempa
Gempa Bumi adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan
bumi. Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik.gempa
ke segala arah di dalam bumi. Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi,
getarannya bisa merusak atau tidak tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus,
disamping itu juga mutu bangunan dan mutu tanah dimana bangungan berdiri. Gempa
bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi
juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut.
Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang
terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Gelombang ini
menjalar menjauhi fokus
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Kekuatan gempa
bumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga kita akan
memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi dan
patahan aktif.
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun demikian,
konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja, seperti pada batas Plat
Pasifik. Tempat ini dikenal dengan Lingkaran Api karena banyaknya gunung berapi.
Seismologist adalah ilmuwan yang mempelajari sesar dan gempa. Mereka
menggunakan peralatan yang disebut seismograf untuk mencatat gerakan tanah dan
mengukur besarnya suatu gempa. Seismograf memantau gerakan-gerakan bumi
mencatatnya dalam seismogram, Gelombang seismik, atau getaran, yang terjadi selama
gempa tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur
garis-garis ini dan menghitung besaran gempa. Seismologist menggunakan skala Richter1
“ Geologi Rekayasa “
untuk menggambarkan besaran gempa, dan skala Mercalli untuk menunjukkan intensitas
gempa, atau pengaruh gempa terhadap tanah, gedung dan manusia.
2.2 Mekanisme Gempa
Secara sederhana terjadinya gempa dapat dijelaskan karena “patah”, atau karena
adanya patahan (disebut juga fault atau biasa disebut juga “sesar” oleh para geologist).
Apa yang patah?, yang patah adalah batuan, batuan yang berlapis-lapis yang menyusun
permukaan bumi. Batuan bisa patah?, batuan berlapis?, mungkin terdengar aneh untuk
sebagian besar orang, tapi jawabanya “iya”, batuan memang bisa berlapis dan bisa patah,
bahkan sebelum patah dia terbengkokkan (folding) dulu. Dibawah ini saya coba
memperlihatkan beberapa gambar yang menunjukkan hal tersebut ternyata ada disekitar
kita walau kita jarang memperhatikannya.
Gambar : patahan yang terjadi akibat gempa
Secara umum ada tiga jenis patahan atau sesar, menurut mekanismenya, sesar naik
(thrust fault atau reverse fault), sesar mendatar atau sesar geser (strike slip), dan sesar
normal (normal fault).
Jadi “iya” secara umum bisa dikatakan gempa terjadi ketika batuan patah, baik itu
patah dan naik, patah dan bergeser, maupun patah dan turun. Kenapa bisa patah?, patahan
“ Geologi Rekayasa “
terjadi dikarenakan batuan mengalami tekanan ataupun tarikan secara terus menerus.
Apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi
dari tekanan dan tarikan tersebut. Disaat menerima tekanan batuan akan terbengkokkan,
dan setelah melepaskan tekanannya batuan akan kembali ke bentuknya semula, ini dikenal
dengan“Elastic Rebound Theory”
Gambar : Skema proses kejaian gempa
Dengan demikian semakin menjelaskan kenapa pada jalur subduction zone
merupakan jalur gempa, atau merupakan tempat dimana pusat gempa terjadi. Subduction
zone merupakan zona dimana bertemunya dua lempeng, maka disitulah tempat yang
mengalami tekanan secara terus menerus selama jutaan tahun yang lalu sampai sekarang.
Pada saat energi tekanan semakin besar dan elastisitas batuannya sudah jenuh maka dia
akan patah untuk melepaskan energi tekanan tersebut.
Jadi gempa terjadi “bukan” karena tumbukan dua lempeng seperti 2 mobil yang
saling bertabrakan yang asalnya saling jauh kemudian secara tiba-tiba saling bertabrakan
sehingga terjadi crash, memang untuk subduction zone gempa terjadi karena interaksi
antara dua lempeng yang saling menekan sehingga terakumulasi energi yang cukup besar,
gempanya sendiri terjadi karena kondisi batuan pada lempeng (crust) maupun/ataupun pada
lithosphere patah untuk melepaskan energi tekanan yang sudah tertumpuk disana selama
kurun waktu tertentu. Mekanisme pelepasan energi gempa pun bermacam-macam dan
“ Geologi Rekayasa “
masih menjadi penelitian yang menarik bagi para peneliti di bidang geosience dan
kegempaan.
Gempa yang terjadi di subduction zone di Indonesia bisa merupakan gempa
dangkal (shallow earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep
earthquake). Bagaimana untuk gempa yang di darat? Konsep dasarnya sama, itu terjadi
karena adanya tekanan atau tarikan dari kondisi tektonik bumi, kondisi geologi maupun
kondisi morfologi. Maka di darat pun dapat muncul sesar-sesar baru yang terjadi akibat
gempa tektonik maupun akibat proses geologi yang mengakibatkan sesar-sesar baru (sesar
kuarter) apakah itu karena longsor (landslide) maupun karena gempa vulkanik yang besar,
atau proses geologi lainnya.
Bagaimana untuk sesar-sesar yang sudah ada di daratan, seperti sesar sumatera yang
panjang membentang dan terbagi beberapa segmen?, Untuk sesar-sesar yang sudah ada di
darat, itu akan menjadi zona lemah. Maksudnya adalah daerah tersebut menjadi daerah
rawan gempa dikarenakan batuannya sudah patah, sehingga bisa bergeser kembali apabila
mendapat tekanan maupun tarikan. Ditambah lagi gempa di daerah sesar bisa dipicu oleh
gempa lain yang memberikan cukup tekanan pada daerah patahan.
Aktivitas gempa di Indonesia salah satu yang paling tingi di dunia, kalau dari
pembaca sekalian ada yang menyempatkan diri berkunjung ke Pusat Gempa Nasional
gedung operasional BMG lantai 3 disana dapat dilihat Peta Seismotektonik Indonesia,
dimana menunjukan aktivitas seismik (kegempaan) di wilayah Indonesia. Dapat dilihat
disana bahwa Indonesia memiliki kerentanan yang tinggi terhadap gempa.
“ Geologi Rekayasa “
2.3 Proses terjadinya Gempa Bumi
Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan
lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng
itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu
menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-
zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng
terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-
tiba. Proses ini menimbukan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang
gempa bumi.
Proses terjadinya gempa bumi dapat dilihat dari penyebab utama terjadinya gempa
bumi. Ada 5 (lima) jenis gempa bumi yang dapat dibedakan menurut terjadinya, yaitu:
Gempa Tektonik
Seperti diketahui bahwa kulit bumi terdiri dari lempeng lempeng tektonik yang
terdiri dari lapisan lapisan batuan. Tiap tiap lapisan memiliki kekerasan dan massa jenis
yang berbeda satu sama lain. Lapisan kulit bumi tersebut mengalami pergeseran akibat arus
konveksi yang terjadi di dalam bumi.
Gempa Vulkanik
“ Geologi Rekayasa “
Sesuai dengan namanya gempa vulkanik atau gempa gunung api merupakan
peristiwa gempa bumi yang disebabkan oleh tekanan magma dalam gunung berapi. Gempa
ini dapat terjadi sebelum dan saat letusan gunung api. Getarannya kadang-kadang dapat
dirasakan oleh manusia dan hewan sekitar gunung berapi itu berada. Perkiraaan meletusnya
gunung berapi salah satunya ditandai dengan sering terjadinya getaran-getaran gempa
vulkanik.
Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan atau terban merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya
runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energi
potensial yang besar untuk runtuh, juga terjadi di kawasan tambang akibat runtuhnya
dinding atau terowongan pada tambang-tambang bawah tanah sehingga dapat
menimbulkan getaran di sekitar daerah runtuhan, namun dampaknya tidak begitu
membahayakan. Justru dampak yang berbahaya adalah akibat timbunan batuan atau tanah
longsor itu sendiri.
Gempa Jatuhan
Bumi merupakan salah satu planet yang ada dalam susunan tata surya. Dalam tata
surya kita terdapat ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi.
Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfir bumi dan kadang-kadang sampai ke
permukaan bumi. Meteor yang jatuh ini akan menimbulkan getaran bumi jika massa
meteor cukup besar. Getaran ini disebut gempa jatuhan, namun gempa ini jarang sekali
terjadi. kawah terletak dekat Flagstaff, Arizona, sepanjang 1,13 km akibat kejatuhan
meteorite 50.000 tahun yang lalu dengan diameter 50 m.
Gempa Buatan
Suatu percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau laut dapat menimbulkan
getaran bumi yang dapat tercatat oleh seismograph seluruh permukaan bumi tergantung
dengan kekuatan ledakan, sedangkan ledakan dinamit di bawah permukaan bumi juga
dapat menimbulkan getaran namun efek getarannya sangat lokal.
“ Geologi Rekayasa “
Dimanakah gempa terjadi ?
Lapisan litosfir bumi terdiri atas lempeng-lempeng tektonik yang kaku dan
terapung di atas batuan yang relatif tidak kaku. Daerah pertemuan dua lempeng atau lebih
kita sebut sebagai plate margin atau batas lempeng, disebut juga sesar. Gempa dapat terjadi
dimanapun di bumi ini, tetapi umumnya gempa terjadi di sekitar batas lempeng dan banyak
didapat sesar aktif disekitar batas lempeng. Titik tertentu di sepanjang sesar tempat
dimulainya gempa disebut fokus atau hyposenter dan titik di permukaan bumi yang tepat di
atasnya disebut episenter.
Kapan gempa terjadi ?
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun demikian,
konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja, seperti pada batas Plat
Pasifik. Tempat ini dikenal dengan Lingkaran Api karena banyaknya gunung berapi.
2.4 Level Gempa
Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo
maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen
pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya.
Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari
seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya
sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama
dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.
Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan
perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti gambar di samping
“ Geologi Rekayasa “
ini. Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh
seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antara gelombang-P dan
gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat gempa (dalam
kilometer).
Dalam gambar di samping ini dicontohkan sebuah seismogram mempunyai
amplitudo maksimum sebesar 23 milimeter dan selisih antara gelombang P dan gelombang
S adalah 24 detik maka dengan menarik garis dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm
di sebelah kanan maka garis tersebut akan memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut
sebesar 5,0 skala Richter.
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah
Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk
gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya.
Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo
gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi
tidak representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik
Richter seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media
tentang magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam
“ Geologi Rekayasa “
pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang
lainnya mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.
2.5 Dampak Gempa
Dalam tulisan ini hanya memuat dampak dari gempa tektonik, karena tipe gempa
teknonik adalah tipe gempa yang sering membahayakan jiwa dan raga manusia, juga
kerugian harta benda. Ada dua dampak gempa tektonik yang berbahaya, yaitu dampak
primer dan dampak skunder. Berikut adalah penjelasan dan contoh dari dampak gempa
tektonik:
1. Dampak Primer
Dampak primer yaitu getaran gempa itu sendiri yang sampai ke permukaan bumi
dan kalau getarannya cukup besar dapat merusak bangunan dan infra struktur lainnya
seperti jalan dan jembatan , rel kereta api, bendungan dan lain lain, sehingga
menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Beberapa contoh gambar dampak
primer gempa tektonik:
2. Dampak Skunder
Dampak sekunder yaitu terjadi tsunami akibat terjadi patahan di dasar laut sehingga
mengakibatkan sentakan tiba-tiba yang dapat menyebabkan gelombag besar yang akan
semakin tinggi ketika mendekati daratan karena daar laut yang dangkal.
“ Geologi Rekayasa “
2.6 Tsunami
Gempa-gempa yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah gempa
yang terjadi di dasar laut, kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo lebih
besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis penyesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar
turun. Gempa-gempa semacam itu biasanya terjadi pada zona subduksi, zona bukaan, dan
zona sesar.
Pasca bencana gempa dan gelombang tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam 26
Desember 2004, kata "tsunami" kini makin populer di Indonesia. Padahal sejak 1992
tsunami mulai dikenal masyarakat di negeri ini ketika terjadi bencana tsunami di Flores
pada 12 Desember. Meski mulai dikenali, namun belum dipahami secara benar.
Dapat dimaklumi jika tsunami belum dipahami secara benar oleh masyarakat awam, karena
tsunami sering disalah-artikan sebagai gelombang pasang. Padahal, sangat berbeda artinya.
Gelombang pasang terjadi karena adanya gaya tarik bulan terhadap bumi. Sedangkan
tsunami, berasal dari bahasa Jepang "tsu" dan "nami" yang arti harfiahnya adalah
gelombang di pelabuhan atau pantai, yang terjadi karena adanya gangguan impulsif pada
air laut akibat terjadi perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba.
Penyebab tsunami dapat berasal dari tiga sumber, yaitu gempa, letusan gunung api,
dan longsoran yang terjadi di dasar laut. Menurut dia, dari ketiga penyebab timbulnya
tsunami itu, gempa merupakan penyebab utama. Besar atau kecilnya gelombang tsunami
sangat ditentukan oleh karakteristik gempa yang menyebabkannya.
Kecepatan penjalaran gelombang tsunami berkisar antara 50 km sampai 1.000 km per jam.
Pada saat mendekati pantai, kecepatannya semakin berkurang, karena adanya gesekan
dasar laut. Tetapi, tinggi gelombang tsunami justru akan bertambah besar pada saat
mendekati pantai. Gelombang tsunami mencapai ketinggian maksimum pada pantai
“ Geologi Rekayasa “
berbentuk landai dan berlekuk seperti teluk dan muara sungai. Pada pantai semacam ini,
tinggi gelombang tsunami dapat mencapai puluhan meter.
Seperti gempa Flores tahun 1992 dengan magnitudo 6,8 SR, secara teoritis akan
menghasilkan gelombang tsunami setinggi satu sampai dua meter di episenter gempa.
Namun, pada saat tiba di pantai Flores, gelombang tsunami mencapai ketinggian
maksimum sekitar 24 meter.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi gempa atau tsunami
Bila berada di luar ruangan
* Di Jalan
Bila merasakan getaran kuat, lindungi kepala dengan tas dsb., berlarilah ke tempat
yang lapang, bangunan yang kuat atau di bawah pohon di tepi jalan. Ingatlah bahaya dari
pecahan kaca atau papan yang jatuh. Menjauhlah dari pagar beton, pintu gerbang, lokasi
pembangunan gedung, peralatan berat dll.
* Di basement
Lantai basement pada umumnya aman karena guncangannya kecil. Jangan bertindak
tergesa-gesa, bergeraklah dengan tenang. Lindungi kepala dengan tas dsb., merunduk dan
mendekatkan badan ke tembok. Bila listrik mati, biasanya ada lampu darurat. Meskipun
gelap, berjalanlah menyusuri dinding sehingga sampai ke pintu keluar. Bertindaklah
dengan tenang.
* Di mal atau pasar swalayan
Lindungi kepala dengan tas, keranjang belanja dsb., menjauhlah dari rak barang atau
etalase. Sandarkan tubuh pada tiang atau dinding sambil menunggu getaran berkurang.
Bila membawa anak, senantiasa memegang erat tangan anak. Ikuti panduan karyawan
toko dan jangan berdesakan ke tangga darurat atau tangga jalan karena berbahaya. Jangan
gunakan lift karena bila terjadi mati listrik, lift akan terhenti di tengah jalan.
* Di bioskop atau teater
Berdiri dari tempat duduk, kemudian berjongkok sambil melindungi kepala dengan
tas dsb. Bergeraklah sesuai panduan petugas dan tidak berdesakan ke pintu keluar.
* Di peron / stasiun
“ Geologi Rekayasa “
Berpegangan erat-erat pada tiang dsb. Berhati-hatilah agar tidak jatuh dari peron.
Menjauhlah dari papan pengumuman, lampu neon, kamera monitor, mesin atau alat
besar. Lindungi kepala dengan tas atau merunduk ke bawah kursi untuk melindungi
kepala dari benda-benda yang berjatuhan.
* Saat mengemudi
Meskipun merasakan getaran, jangan menginjak rem secara mendadak karena sangat
berbahaya. Kurangi kecepatan kendaraan, menepilah ke tepi kiri jalan dan hentikan
kendaraan.
* Di pantai
Oleh karena ada kemungkinan terjadi tsunami, bila merasakan getaran segeralah
berlindung ke tempat yang lebih tinggi. Tsunami dapat datang tiba-tiba sebelum sirene
atau peringatan diterima.
Bila berada di dalam rumah
* Lindungi Tubuh
Yang perlu diprioritaskan adalah melindungi tubuh. Bersembunyilah di bawah meja
atau bergeraklah ke ruangan yang sedikit peralatannya. Bila tidak ada meja, lindungi
kepala dengan bantal atau buku dsb. Pastikan keselamatan orang-orang di dalam rumah
dengan memanggil dan menanyakan keadaan mereka. Jangan berlari ke luar dengan
tergesa-gesa. Berhati-hati dengan jatuhnya pecahan genting atau kaca.
* Memastikan kondisi pintu keluar
Bila terjadi guncangan yang besar, ada kalanya pintu maupun jendela tidak dapat
dibuka karena terjadi perubahan bentuk sehingga kita terperangkap di dalam ruangan.
Bila kondisi tubuh kita dalam keadan baik, perhatikan jeda waktu guncangan dan cobalah
untuk memastikan kondisi pintu maupun jendela dengan membukanya sedikit.
* Penanganan api
“ Geologi Rekayasa “
Bila terjadi guncangan pada saat kita sedang menggunakan api, segera matikan.
Namun demikian, utamakanlah keselamatan diri. Bila guncangannya besar, matikan api
setelah guncangan reda. Perhatikan pula katup gas agar berada dalam kondisi tertutup
meskipun tidak ada api. Putuskan seluruh koneksi ke listrik untuk mencegah terjadinya
kebakaran pada saat listrik menyala kembali.
* Jangan lengah meski guncangan reda
Sekali lagi pastikan keselamatan orang-orang serumah. Setelah terjadi gempa besar
biasanya terjadi gempa susulan. Hindari lemari buku atau lemari es dsb karena ada
kemungkinan jatuh pada saat gempa susulan. Carilah informasi yang benar melalui radio
atau televisi. Catatan tambahan: Selalu siapkan air minum dan makanan kering
secukupnya di dalam rumah.
Melindungi diri dari tsunami
Bila terjadi gempa, segera cari perlindungan. Dalam menyelamatkan diri dari tsunami
kita berpacu dengan waktu. Kecepatan tsunami dapat mencapai 100 km sehingga kita
tidak akan sempat lari bila tsunami sudah terlihat. Ada kalanya tsunami tiba sebelum
peringatan kita terima. Bila merasakan guncangan yang keras atau guncangan kecil
dalam waktu yang cukup lama, menjauhlah dari pantai dan berlindunglah ke tempat
tinggi yang aman. Bila kita tidak merasakan getaran namun mendengar peringatan,
segera berlindung.
Menjauhlah dari pantai, berlari ke tempat yang lebih tinggi. Pada saat berlindung,
ingatlah untuk mencari tempat yang “lebih tinggi” dan bukan yang “lebih jauh” dari
pantai.
Bila tsunami datang dengan cepat sehingga tidak sempat untuk berlindung, usahakan
untuk berlari ke bangunan yang kuat dengan ketinggian lebih dari 3 lantai.
angan lengah meskipun guncangan kecil
Getaran gempa yang dapat kita rasakan berbeda antara getaran seismik dengan getaran
magnitude (skala Richter). Meskipun getaran yang dirasakan kecil, dapat terjadi
“ Geologi Rekayasa “
tsunami yang besar. Bila terjadi getaran lemah dalam waktu yang panjang, jangan
lengah, segeralah berlindung.
Jangan ke arah pantai sampai peringatan bahaya dicabut Banyak kali tsunami datang
dalam 2 atau 3 gelombang dan ada kalanya gelombang yang ke-2 dan ke-3 lebih besar
dari yang pertama. Jangan lengah setelah gelombang pertama. Jangan sekali-kali
mendekati pantai sampai peringatan bahaya dicabut.
Skala Richter Efek gempa
< 2.0 Gempa kecil , tidak terasa
2.0-2.9 Tidak terasa, namun terekam oleh alat
3.0-3.9 Seringkali terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan
4.0-4.9Dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan, suara
gaduh bergetar. Kerusakan tidak terlalu signifikan.
5.0-5.9
Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area
yang kecil. Umumya kerusakan kecil pada bangunan yang
didesain dengan baik
6.0-6.9 Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km
7.0-7.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area lebih luas
8.0-8.9Dapat menyebabkan kerusakan serius hingga dalam area
ratusan mil
9.0-9.9 Menghancurkan area ribuan mil
> 10.0 Belum pernah terekam
“ Geologi Rekayasa “
Beberapa istilah mengenai kegempaan
Magnitudo – banyaknya energi yang dilepas pada suatu gempa yang tergambar dalam
besarnya gelombang seismik di episenter. Besarnya gelombang ini tercermin dalam
besarnya garis bergelombang pada seismogram.
Episenter – titik di permukaan bumi tepat di atas fokus atau sumber gempa, dinyatakan
dalam lintang dan bujut, Hyposenter=parameter sumber gempa bumi yang dinyatakan
dalam waktu terjadinya gempa, lintang, bujur dan kedalaman sumber)
Fokus – sumber gempa di dalam bumi, tempat batuan pertama patah.
Gelombang seismik – getaran gempa yang menjalar di dalam dan dipermukaan bumi
dengan cara longitudinal dan transfersal.
Intensitas – besarnya goncangan dan jenis kerusakan ditempat pengamatan akibat
gempa. Intensitas tergantung dari jarak tempat tersebut dari hyposenter.
Kerak bumi – lapisan atas bumi yang terdiri dari batuan padat. Baik tanah di daratan
maupun di dasar laut termasuk kerak bumi.
Litosfir – lapisan paling atas bumi yang hampir seluruhnya terdiri dari batuan padat.
Lapisan ini termasuk kerak bumi dan (sebagian) mantel atas
Mantel – Lapisan di bawah kerak bumi yang tediri dari mantel atas dan mantel bawah.
Lempeng Tektonik - bagian dari litosfir bumi yang padat atau rigid. Lempeng-
lempeng tektonik ini senantiasa bergerak dengan lambat, terapung diatas mantel.
Seismograf – peralatan yang menggambarkan gelombang gempa yang datang di
stasiun pengamat.
Seismogram – catatan tertulis dari getaran bumi yang dihasilkan oleh seismograf.
Seismologist – ilmuwan yang mempelajari gempa
Skala Mercalli – suatu ukuran subyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitas-
nya
“ Geologi Rekayasa “
Skala Richter – suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitan dengan magnitudo-
nya
Sesar – patahan atau pemisahan batuan, umumnya di antara dua atau lebih plat tektonik
Sejarah gempa bumi besar pada abad ke-20 dan 21
Gempa 7,1 guncang kot Biak di Indonesia gempa 2,9 getarkan lembang 7 April
2010, Gempa bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara lainnya
berpusat 60 km dari Sinabang, Aceh. Tidak menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan
fisik di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
27 Februari 2010, Gempa bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data
30 Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi Samudera Pasifik yang
menjangkau hingga Selandia Baru, Australia, kepulauan Hawaii, negara-negara
kepulauan di Pasifik dan Jepang dengan dampak ringan dan menengah.
12 Januari 2010, Gempa bumi Haiti dengan episenter dekat kota Léogâne 7,0 Skala
Richter berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban meninggal 230.000 orang,
luka-luka 300.000 orang dan 1.000.000 kehilangan tempat tinggal.
30 September 2009, Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang
berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter
(BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-
Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan
terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya,
Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa
masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga
pengevakuasian warga terhambat.
“ Geologi Rekayasa “
Kerusakan akibat gempa bumi di San Francisco pada tahun 1906
3 Januari 2009 - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.
12 Mei 2008 - Gempa bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter di Provinsi Sichuan, China.
Menyebabkan sedikitnya 80.000 orang tewas dan jutaan warga kehilangan tempat
tinggal.
12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
9 Agustus 2007 - Gempa bumi 7,5 Skala Richter
6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas [1].
27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama
57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States
Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan
lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan,
berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang
Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera
Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa.
26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala
Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan
lebih dari 1.000 orang tewas.
26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada
juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400
korban tewas.
17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000
nyawa.
25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
“ Geologi Rekayasa “
30 Mei 1998 - Di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter
menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000
nyawa.
30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan
menewaskan 1.000 orang.
12 Desember 1992 - Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan
menewaskan 2.500 orang.
21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000
nyawa.
7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan
menyebabkan 25.000 kematian.
Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa bumi Loma Prieta pada tahun 1989
19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut
lebih dari 9.500 nyawa.
16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan
menyebabkan 25.000 kematian.
4 Maret 1977 - Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan sekitar 1.570
korban jiwa, diantaranya seorang aktor Rumania Toma Caragiu, juga menghancurkan
sebagian besar dari ibu kota Rumania, Bukares (Bucureşti).
28 Juli 1976 - Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan
240.000 orang terbunuh.
4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan
22.778 terbunuh.
29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7
skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota
Agadir.
“ Geologi Rekayasa “
26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000
orang tewas.
24 Januari 1939 - Di Chillan, Chili dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000
kematian.
31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000
orang.
Bab III
Struktur Tahan Gempa
3.1 Teknologi Tahan Gempa Pada bangunan tinggi
Untuk melindungi struktur bangunan dari gempa, dapat menggunakan alat-alat
peredam gempa (damper), mulai dari bantalan karet (base isolation seismic bearing) hingga
alat-alat berteknologi tinggi.
Gempa yang terjadi di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, banyak korban jiwa
akibat tertimbun runtuhan gedung-gedungnya. Salah satu pilihan yang kini banyak
digunakan untuk melindungi struktur bangunan dari gempa, adalah dengan alat-alat
peredam gempa (damper). Adapun alat peredam gempa tersebut, cukup banyak jenisnya,
Bantalan karet tahan gempa (seismic bearing)
1. Lock Up Device (LUD)
2. Fluid Viscous Damper (FVD)
3. High Damping Device (HIDAM)dan lainnya
Penggunaan peralatan tahan gempa tersebut, pada prinsipnya berfungsi untuk
menyerap energi gempa yang dipikul oleh elemen-elemen struktur. Sehingga, struktur
bangunan menjadi lebih elastis dan terhindar dari kerusakan gempa yang parah.
“ Geologi Rekayasa “
Gambar : Respon antara struktur dengan damper dan tanpa damper pada saat terjadi gempa
3.1.1 Bantalan Karet
Bantalan karet sering dikenal sebagai base isolation, tampaknya penggunaannya
akan semakin berkembang luas di masa datang. Berbagai daerah di Indonesia yang
dikategorikan rawan gempa, menjadikan bantalan karet peredam gempa ini sangat
diperlukan untuk melindungi struktur bangunan. Bantalan karet ini tergolong murah,
dan bukan merupakan alat berteknlogi tinggi.
Gambar : Bantalan karet ( sumber : wbdg.org )
Aplikasi bantalan karet
Dalam aplikasinya, bantalan karet tersebut dipasang pada setiap kolom, yaitu
diantara pondasi dan bangunan. Bantalan karet alam ini, berfungsi untuk mengurangi
getaran akibat gempa. Sedangkan lempengan baja, digunakan untuk menambah
kekakuan bantalan karet, sehingga penurunan bangunan saat bertumpu di atas
bantalan karet tidak terlalu besar.
Adapun prinsip kerja dari bantalan karet (base isolation seismic bearing) ini
adalah pengaruh gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan, merupakan
komponen getaran karet horizontal. Getaran tersebut, dapat menimbulkan gaya reaksi
yang besar. Bahkan, pada puncak bangunan, dapat terlihat hingga mendekati dua
kalinya. Oleh karena itu, apabila gaya yang sampai pada bangunan itu lebih besar dari
kekuatan struktur maka bangunan itu akan rusak.
“ Geologi Rekayasa “
Gaya reaksi yang sampai pada bangunan tersebut, dapat dikurangi melalui
penggunaan bantalan karet tahan gempa ini. Pada dasarnya, cara perlindungan
bangunan oleh bantalan karet tahan gempa ini, dicapai melalui penggunaan getaran
gempa bumi ke arah horizontal. Dengan bantalan tersebut, juga memungkinkan
bangunan untuk bergerak bebas, pada saat berlangsung gempa bumi, tanpa tertahan
oleh pondasi. Bantalan karet tersebut, dapat mengurangi daya reaksi hingga 70%.
Karena, secara alami karet alam memiliki fleksibilitas yang tinggi dan dapat
menyerap energi.
Gambar : Uji geser (sumber : http: www.ipard.com)
“ Geologi Rekayasa “
Gambar : Uji tekan vertical ( sumber : http: www.ipard.com )
Peredam gempa berupa bantalan karet alam ini, kini mulai banyak diaplikasikan
pada bangunan-bangunan hunian maupun gedung-gedung bertingkat. Dan
berdasarkan pengalaman di lapangan., bangunan yang menggunakan bantalan karet
peredam gempa ini, tidak mengalami kerusakan yang signifikan, ketika terjadi
gempa.
3.1.2 LUD (Lock Up Devices)
Selain bantalan karet, kini beberapa bangunan publik yang berlokasi di daerah
rawan gempa, juga sudah mulai mengaplikasikan teknologi peredam gempa
berteknologi tinggi dari mancanegara. Salah satunya adalah jalan layang (flyover)
Pasupati, Bandung. Konon, bangunan publik ini, merupakan jalan layang pertama di
indonesia, yang mengaplikasikan perangkat teknologi peredam gempa shock
transmission unit, dipilih jenis Lock Up Devices (LUD) yang didatangkan dari
Prancis. Teknik yang umumnya dipakai di Tank atau pesawat angkasa, sekarang ada
di jalan Pasupati ini.
Gambar : LUD pada jembatan Rigid (sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)
Salah satu alasan pemasangan LUD pada jalan layang Pasupati ini, karena
Bandung termasuk kota rawan gempa. Kekuatan gempa di Indonesia, terutama Jawa,
tercatat masuk region 3 – 4 atau sekitar 8 Ritcher. Karenanya, di sepanjang jalan
laying Pasupati, setidaknya dipasang sekitar 76 unit LUD. Seluruh unit tersebut,
dipasang pada tiang-tiang (pier) jalan layang. Pada setiap tiang yang ditentukan,
“ Geologi Rekayasa “
dipasang dua unit LUD yang akan bekerja meredam guncangan pada konstruksi jalan
layang ketika terjadi gempa.
Seperti pada produk peredam gempa LUD yang konon harga per-unitnya lebih
dari 100 juta tersebut, jika dilihat dari dekat pada konstruksi jembatan layang
Pasupati ini ada semacam dongkrak atau shockbreaker pada pertemuan antara tiang
dan segmen jalan layang. Benda itulah yang dinamakan LUD, sebagai alat untuk
meredam guncangan jika terjadi gempa.
Gambar : LUD ( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)
Gambar : LUD( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)
Prinsip kerja LUD
“ Geologi Rekayasa “
Prinsip kerja LUD sangat sangat sederhana, jika diibaratkan tiang dan badan jalan
layang sebagai huruf T. Dimana garis melintang sebagai badan jalan. Gerak redam
LUD pada saat terjadi gempa, akan berlangsung dari arah kiri ke kanan atau
sebaliknya. Dengan penggunaan cairan khusus (gel silikon) yang menjadi bantalan
pada LUD, guncangan ekstrem akibat gempa, pada saat tertentu mengakibatkan LUD
terkunci, dan mengakibatkan seluruh badan jalan dan tiang akan bergerak serentak ke
arah yang sama seperti huruf T, ke kanan dan ke kiri. Sistem ini, juga bisa meredam
gerakan liar, akibat guncangan yang disebabkan oleh getaran lainnya. Kekuatan LUD
dengan gaya horizontal, adalah 3.400 kN/unit.
Gambar : Perlatakan LUD pada jembatan tampak atas ( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)
“ Geologi Rekayasa “
Gambar : Perletakan LUD tampak samping ( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)
Supaya awet LUD harus dirawat dengan mengganti cairan LUD (gel silikon)
setiap 25 tahun, dan mengganti cincin karena 10 tahun. Umur struktur jembatan itu
sendiri, diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 tahun.
3.1.3 FVD (Fluid Viscous Damper)
Peralatan peredam gempa lain yang cukup terkenal dan banyak diaplikasikan
pada struktur bangunan, adalah fluid viscous damper (FVD). Fungsi utama dari
peralatan ini, adalah menyerap energi gempa dan mengurangi gaya gempa rencana
yang dipikul elemen-elemen struktur. Sehingga, struktur bangunan menjadi lebih
elastis dan mampu meredam guncangan gempa. Dengan mengaplikasikan peralatan
FVD, gempa rencana yang dipikul elemen struktur menjadi lebih kecil. Sehingga,
dengan kondisi tersebut diharapkan tidak terjadi kerusakan struktur bangunan ketika
gempa terjadi.
Gambar : Pemasangan FVD pada struktur gedung ( sumber : istgeography.wikispaces.com)
“ Geologi Rekayasa “
Gambar : Cara kerja FVD ( sumber : istgeography.wikispaces.com )
FVD merupakan alat peredam gempa yang berfungsi sebagai disipator energi,
dengan cara memberikan perlawanan gaya melalui pergerakan yang dibatasi. Gaya
yang diberikan oleh FVD timbul, akibat adanya gaya luar yang berlawanan arah,
bekerja pada alat tersebut. Peralatan ini bekerja, dengan menggunakan konsep
mekanika fluida dalam mendispasikan energi.
Pada perkuatan FVD kolom berfungsi sebagai pegas. FVD mampu mereduksi
tegangan dan defleksi yang terjadi secara simultan (bersamaan), karena gaya FVD
yang bekerja sebanding dengan perubahan kecepatan stroke-nya (stroking velocity).
Mekanisme kerja ini, dianalogikan seperti suspensi atau shock absorbser pada mobil,
yang digunakan untuk mengatur pergerakan pegas di posisi tumpuan. Gaya redaman
yang dibutuhkan relatif kecil, dibandingkan gaya yang dipikul pegas, akibat beban
kendaraan dan beban guncangan.
Gambar : FVD pada perkuatan struktur gedung ( sumber : staaleng.com )
Jika pada struktur dipasang FVD, gaya redaman akan sama dengan nol pada saat
defleksi maksimum, karena kecepatan stroke sama dengan nol dan kemudian berbalik
arah. Saat kolom berbalik arah ke posisi semula, akan menyebabkan menjadikan
kecepatan stroke menjadi maksimum atau gaya redamannya menjadi maksimum.
Pada posisi kolom normal, tegangan kolom adalah minimum. Dengan, demikian
penggunaan FVD sebagai alat peredam struktur, tidak akan meningkatkan beban pada
“ Geologi Rekayasa “
kolom akibat gaya yang dikeluarkan FVD, karena saat terjadi gempa dan gaya
damper maksimum, tegangan kolom justru minimum.
Gambar : FVD ( sumber : flickr.com )
Keuntungan FVD
Adapun kelebihan FVD, yaitu
1. Dapat mereduksi tegangan, gaya geser dan defleksi pada struktur, dapat bekerja
secara pasif (tidak membutuhkan peralatan atau sumber daya dalam
penggunaannya).
2. Dapat bekerja dengan tekanan fluida lebih tinggi, sehingga bentuknya semakin
kecil dan praktis.
3.1.4 HiDAM (High Damping Device)
Jepang adalah salah satu negara yang sering dilanda gempa, sehingga para
engineer di jepang dituntut untuk dapat mengatasi kerusakan bangunan akibat
guncangan gempa sehingga mengurangi korban jiwa dan materi. Alat peredam gempa
ini adalah hasil penelitian dan pengembangan laboraturium Kobori, afiliasi
perusahaan kontraktor Kajima. Di Jepang sendiri, alat ini berhasil diaplikasikan pada
gedung-gedung tinggi dan struktur khusus lainnya.
“ Geologi Rekayasa “
Gambar 15 Detail HiDAM( sumber : kirainet.com )
Untuk HiDAM pada bagian struktur atas sebagai respon pasif juga mulai banyak
diaplikasikan. Hal ini penting, karena berdasarkan simulasi, jika gempa berkekuatan
7-8 magnitude mengguncang Tokyo, maka lebih dari sepertiga areanya akan luluh
lantah, dengan banyak korban jiwa.
Gambar : HiDAM ( sumber : kajima.co.jp )
Sekilas mengenai prinsip kerja HiDAM, secara umum hampir sama dengan FVD
taylor device Yakni kedua alat ini sama-sama menggunakan prinsip viskositas dalam
menciptakan gaya redaman. Berdasarkan hasil penelitian terhadap alat peredam
gempa HiDAM ini, rasio redaman struktur, mampu ditingkatkan oleh HiDAM pada
kisaran 10 – 20 %. Angka ini, sangat signifikan dalam mengurangi respon struktur
terhadap gempa dan kerusakan bangunan, serta telah memenuhi kriteria konvensional
gempa di Jepang.
“ Geologi Rekayasa “
Gambar : Aplikasi HiDAM
3.2. Teknologi Tahan Gempa Pada Rumah Tinggal
Teknologi yang biasa dikembangkan oleh berbagai pihak sebagai solusi rumah cepat
bangun, biasa dibuat dari konstruksi sederhana dengan jenis bahan struktur konstruksi
ringan dan penutup atap dan dinding yang ringan pula. Struktur penyangga rumah
sederhana cepat bangun bisa dibuat dari rangka besi, kayu, maupun bambu. Pada
prinsipnya rancangan tersebut dapat mempertahankan kekakuan struktur serta memiliki
fleksibilitas untuk bergerak bersama gempa, serta mempertahankan penutup atap dan
dinding pada tempatnya dengan sedikit kerusakan.
3.2.1 Prinsip-prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa Pada Rumah Tinggal.
Di Indonesia, Rumah tahan gempa (Smart Modula) ini tergolong konsep
revolusioner untuk konstruksi bangunan serba guna. Desain rumah ini memiliki
fleksibilitas tinggi, mudah dalam membangunnya, dan cukup kokoh. Konsep knock
down atau bongkar pasang yang cukup sederhana tapi praktis ini telah digulirkan
sejak lima tahun lalu oleh BB Triatmoko SJ. Struktur utama rumah tahan gempa ini
tidak ditanam atau ditopang dengan fondasi yang memanjang di bawah dinding
rumah, tetapi hanya menggunakan umpak di setiap sudut rumah. Konsepnya
mengadopsi model rumah tradisional adat Jawa yang dibuat dari kayu. Dengan
penopang semacam ini, saat terjadi gempa, relatif bisa fleksibel. Jika menggunakan
model fondasi seperti rumah-rumah konvensional, hampir dipastikan akan
mengalami
keretakan atau patah saat dilanda gempa hebat. Berikut perinsip-perinsip utama
rumah tahan gempa.
“ Geologi Rekayasa “
Denah yang sederhana dan simetris
Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah
bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal
yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena
kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang lebih merata.
Desain
Desain sebisa mungkin harus simple, bentuk denah diusahakan cenderung
berbentuk kotak sehingga lebih memudahkan untuk mendesain bentuk atap.
Bentuk denah yang berliku-liku akan menyulitkan dalam mendesain bentuk atap.
Bentuk atap yang simpel juga lebih minim sambungan dan talang sehingga tidak
ada resiko bocor, yang biasanya terjadi di talang, jurai dan ampig.
Bahan bangunan harus diupayakan seringan mungkin
Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu. Arsitek dan
Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika mungkin
sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya
beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai
contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa
horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap seng diatas
kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan beban
gempa sebesar 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.
Perlunya sistim konstruksi penahan beban yang memadai
Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus
dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya
honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah.
“ Geologi Rekayasa “
Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu bersifat
kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba
tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi Ieleh terlebih dulu.
Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi sebelum
keruntuhan akibat momen lentur pada batangnya. Cara dimana gaya-gaya tersebut
dialirkan biasanya disebut jalur Iintasan gaya. Tiap-tiap bangunan harus
mempunyai jalur lintasan gaya yang cukup untuk dapat menahan gaya gempa
horisosontal.
3.2.2 Struktur Rumah Penahan Gempa.
Struktur Atap
Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang
menahan beban gempa dalam arah X maka keruntuhan akan terjadi seperti,
diperlihatkan pada gambar berikut:
Gambar : keruntuhan menahan gempa dalam arah X.
Sistem batang pengaku yang diperlukan diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
“ Geologi Rekayasa “
Gambar : Sistim batang pengaku yang diperlukan.
Jika lebar bangunan lebih besar dari lebar bangunan di mungkin diperlukan 2
atau 3 batang pengaku pada tiap-tiap ujungnya. Dengan catatan bahwa pengaku
ini harus merupakan sistim menerus sehingga semua gaya dapat dialirkan melalui
batang-batang pengaku tersebut. Gaya-gaya tersebut kemudian dialirkan ke ring
balok pada ketinggian langit-langit. Gaya-gaya dari batang pengaku dan beban
tegak lurus bidang pada dinding menghasilkan momen lentur pada ring balok
seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar : arah momen lentur pada ring balok.
Jika panjang dinding pada arah lebar (arah pendek) lebih besar dari 4 meter
maka diperlukan batang pengaku horisontal pada sudut untuk memindahkan
beban dari batang pengaku pada bidang tegak dinding daIam arah X dimana
elemnen-elemen struktur yang menahan beban gempa utama. Sekali lagi ring
balok juga harus menerus sepanjang dinding dalam arah X dan arah Y Sebagai
pengganti penggunaan batang pengaku diagonal pada sudut, ada 2 (dua) alternatif
yang dapat dipilih oIeh perencana;Ukuran ring balok dapat diperbesar dalam arah
horisontal, misalnya 15 cm menjadi 30cm atau sesuai dengan yang dibutuhkan
dalam perhitungan. Untuk mengalirkan gaya dari atap kepada dinding dalam arah
Y, salah satu alternatif diatas dapat dipilih yaitu penggunaan batang pengaku
horisontal ring balok atau memakai langit-langit sebagai diafragma.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemasangan dan konfigurasi
tulangan geser / sengkang. Sengkang ini berfungsi menahan gaya geser pada
kolom. Sehingga jika ada beban horiontal (dalam hal ini gempa), pemasangan
tulangan geser yang baik dapat mengurangi dampak kerusakan bangunan terhadap
“ Geologi Rekayasa “
gempa. Tulangan sengkang yang dibengkokkan ke dalam diusahakan minimal
sepanjang 10 kali diameter tulangannya, hal ini menjaga supaya tulangan
sengkang tidak terlepas dari tulangan utama.
Struktur Dinding
Gaya-gaya aksiaI dalam ring balok harus ditahan oleh dinding. Pada dinding bata
gaya-gaya tersebut ditahan oleh gaya tekan diagonal yang diuraikan menjadi gaya tekan
dan gaya tarik. Gaya aksiaI yang bekerja pada ring balok juga dapat menimbulkan
gerakan berputar pada dinding. Putaran ini ditahan oleh berat sendiri dinding, berat atap
yang bekerja diatasnya dan ikatan sloof ke pondasi. Jika momen guling lebih besar dari
momen penahannya maka panjang dinding harus diperbesar. Kemungkinan lain untuk
memperkaku dinding adalah sistim diafragma dengan menggunakan plywood, particle
board atau sejenisnya, atau pengaku diagonal kayu untuk dinding bilik. Penggunaan
dinding diafragma lebih dianjurkan karena sering terjadi kesulitan untuk memperoleh
sambungan ujung yang lebih pada sistim pengaku diagonal.
Beban gempa yang bekerja pada arah Y ditahan dengan cara yang sama dengan
arah X Sebagal sistem struktur utama yang mana dinding harus mampu menahan beban
gempa yang searah dengan bidang dinding, dinding juga harus mampu menahan gempa
dalam arah yang tegak lurus bidang dinding. Dengan alasan ini maka dinding bata
(tanpa tulangan) harus diperkuat dengan kolom praktis dengan jarak yang cukup dekat.
Sebagai pengganti kolom praktis ini dapat dipakai tiang kayu.
Struktur Pondasi
Struktur pondasi berperanan penting untuk memindahkan beban gempa dari dinding
ke tanah. Pertama, pondasi harus dapat menahan gaya tarik vertikal dan gaya tekan dari
dinding. Ini berarti sloof menerima gaya geser dan momen lentur sebagai jalur Iintasan
gaya terakhir sebelum gaya-gaya tersebut mencapai tanah. Akhirnya sloof
“ Geologi Rekayasa “
memindahkan gaya-gaya datar tersebut ke pada tanah yang ditahan oleh daya dukung
tanah dan tekanan tanah lateral. Rumah yang terbuat dari kayu dengan lantai kayu dan
pondasi kayu seperti gambar-gambar di bawah ini memerlukan batang pengaku untuk
mencegah keruntuhan.
Detail A Detail B
“ Geologi Rekayasa “
Detail C Detail D
Dibawah ini terdapat leaflet pedoman praktis pembangunan rumah kayu tahan gempa
yang dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Teknologi bangunan konvensional bangunan batu-bata dengan struktur beton bertulang
“ Geologi Rekayasa “
Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari keruntuhan
akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran. Prinsipnya pada
dasarnya ada dua: kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman.
Prinsip Kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih solid terhadap
goncangan. Terbukti, bahwa struktur kaku seperti beton bertulang bila dibuat dengan baik
dapat meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini berarti memperhatikan sungguh-
sungguh struktur yang dibuat pada saat pembangunan agar dapat lebih kuat dan lebih kaku.
Kekakuan struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan runtuh saat gempa
terjadi. Kolom-kolom dan balok pengikat harus kuat dan ditopang oleh pondasi yang baik
pula.
Prinsip Fleksibilitas: Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam
skala kecil, misalnya dengan menggunakan prinsip hubungan roll pada tumpuan-tumpuan
beban. Yang dimaksud hubungan tumpuan roll adalah jenis hubungan pembebanan yang
dapat bergerak dalam skala kecil untuk meredam getaran. Ini adalah salah satu contoh saja.
Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan ‘kenyal’: yaitu menggunakan
bahan-bahan material ringan yang tidak lebih membahayakan bila runtuh, dan lebih ringan
sehingga tidak sangat membebani struktur yang ada. Contohnya struktur kayu yang dapat
menerima perpindahan hubungan antar kayu dalam skala gempa sedang.
Prinsip massa yang terpisah-pisah: yaitu memecah bangunan dalam beberapa bagian
struktur yang lebih kecil, sehingga struktur ini tidak terlalu besar, terlalu panjang karena
bila terkena gempa harus meredam getaran lebih besar.
“ Geologi Rekayasa “
Sistem pondasi yang ada saat ini yaitu pondasi tradisional dengan bahan batu kali harus
diperhatikan dengan baik; antara lain diusahakan memiliki kemampuan meredam getaran
dengan memberikan celah untuk bergerak pada hubungan antara pondasi dengan sloof, pondasi
dengan kolom. Cara ini juga bisa didukung dengan memberikan bahan seperti pecahan kaca
diantara pondasi dan sloof.
Untuk dinding, sebenarnya dinding rumah2 tradisional banyak yang sudah sesuai untuk
menghadapi gempa, antara lain dinding dari bahan bambu maupun tanaman lainnya. Dinding
semacam ini dapat menerima getaran gempa dengan sangat baik. Bahkan rumah-rumah joglo
kuno dapat bertahan dengan baik saat gempa.
Untuk kondisi dewasa ini, bahan seperti lembaran komposit (misalnya dinding Hebel),
gypsum dan bahan ringan lainnya dapat dengan baik bertahan saat gempa karena ringan dan
kuatnya. Selain itu kondisi bahan lembaran solid ini dapat digabungkan dengan fleksibilitas
penyambungan dengan kolom-kolom untuk meredam getaran.
Jika memakai batu bata, usahakan agar terdapat penguatan lebih banyak dengan
menggunakan kolom-kolom praktis sebagai pengaku. Jangan pernah meletakkan beban atap
langsung pada dinding bata. Dinding bata juga perlu untuk diberi angkur pada kolom setiap
jarak susunan 8 bata. Dinding bata yang diberi angkur dapat bertahan lebih baik saat gempa
karena ditahan oleh kolom dan tidak ambruk.
“ Geologi Rekayasa “
Jenis atap yang ringan menggunakan kayu dapat dimaksimalkan ketika menghadapi
gempa dengan membuat angkur pada ring balok, dimana angkur ini diberi celah untuk
bergerak dengan sistem hubungan roll. Jenis atap yang cukup baik adalah atap yang ringan,
menggunakan penutup atap ringan seperti lembaran komposit, namun bahan ini kurang
diminati karena secara tampilan kurang bagus dibandingkan penutup atap genteng.
Beton harus diperkuat agar tidak mudah ambruk, secara keseluruhan, kolom dan
balok beton menyangga keseluruhan bangunan, karenanya bila struktur ini tidak kuat
menahan gempa, maka keseluruhan bangunan juga tidak kuat. Usahakan untuk membagi
bangunan dalam beberapa kelompok struktur, misalnya menggunakan prinsip dilatasi
(pemisahan struktur) antara satu massa dengan massa bangunan lain. Contohnya;
“ Geologi Rekayasa “
memisahkan area ruang keluarga dengan area kamar-kamar secara struktural (meskipun
secara organisasi ruang tetap menyatu).
Bangunan dengan bahan tripleks kurang disarankan, karena mudahnya terbakar.
Bahan ringan lain yang dapat disarankan sebagai pengganti adalah gypsum atau dinding
komposit. Untuk kawasan ibukota, bahan-bahan tersebut secara estetis dapat diterima lebih
baik. Bangunan yang atapnya dari alang2 atau jerami dapat diterima bila memang konsep
bangunannya tradisional, atau memang dari awalnya tradisional, serta gaya hidup
penghuninya sesuai untuk rumah tinggal tradisional (misalnya karena perawatan yang lebih
banyak dibandingkan bahan atap modern). Bangunan seperti ini, digabungkan dengan cara-
cara membangun tradisional seperti menggunakan kolom bambu, malah sangat baik
bertahan dalam kondisi gempa.
Rancangan interior sebaiknya disesuaikan bila kita concern terhadap masalah gempa
ini. Pilihlah jenis furniture yang ringan dan tidak menghalangi saat dibutuhkan evakuasi
gempa.
Pada dasarnya bahan-bahan bangunan yang ada saat ini dapat ditingkatkan lagi mutunya
dalam menghadapi gempa, serta diperlukan inovasi dalam pengadaan material baru yang
dapat menunjang keamanan saat gempa, seperti konstruksi yang ringan, fleksibel dan kuat.
Yang paling penting diperhatikan melihat tren saat ini adalah; membuat bangunan dengan
cara membangun yang lebih baik, seperti memperkuat dinding dengan angkur, kolom-
kolom praktis, dan sebagainya.
Ongkos membangun rumah tahan gempa secara relatif tidak banyak berbeda dengan
rumah yang ada saat ini, hanya kualitas sambungan, joint antar pembebanan, jenis material
yang mendukung (ringan, kuat dan fleksibel) dapat diperbanyak dan diaplikasikan dalam
bangunan. Malahan saat ini terdapat material-material baru fabrikasi yang secara struktural
telah teruji melalui laboratorium dan memiliki kualitas lebih baik daripada material
konvensional.
Pada dasarnya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas rancangan dan
bangunan terhadap gempa melalui cara-cara membangun dan jenis material. Uang yang
dikeluarkan tentunya untuk membeli material-material tersebut.
“ Geologi Rekayasa “
Penutup
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa
bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Pada saat pergeseran ini
terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik.gempa ke segala arah di dalam bumi.
Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya bisa merusak atau tidak
tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus, disamping itu juga mutu bangunan dan
mutu tanah dimana bangungan berdiri. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak
bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal
terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan
gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar
untuk dapat ditahan. Gelombang ini menjalar menjauhi fokus
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Kekuatan gempa bumi
akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga kita akan memusatkan
pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif.
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun demikian, konsentrasi
gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja, seperti pada batas Plat Pasifik. Tempat
ini dikenal dengan Lingkaran Api karena banyaknya gunung berapi.
“ Geologi Rekayasa “
Seismologist adalah ilmuwan yang mempelajari sesar dan gempa. Mereka
menggunakan peralatan yang disebut seismograf untuk mencatat gerakan tanah dan mengukur
besarnya suatu gempa. Seismograf memantau gerakan-gerakan bumi mencatatnya dalam
seismogram, Gelombang seismik, atau getaran, yang terjadi selama gempa tergambar sebagai
garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini dan menghitung
besaran gempa. Seismologist menggunakan skala Richter1 untuk menggambarkan besaran
gempa, dan skala Mercalli untuk menunjukkan intensitas gempa, atau pengaruh gempa
terhadap tanah, gedung dan manusia.