PERAN SEKRETARIS DALAM PENANGANAN TUGAS-TUGAS ADMINISTRASI …
tugas psikologi.docx
-
Upload
ai-stupidgirl-elf -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of tugas psikologi.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui
belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi
tertentu yang dapat diamati,diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977).
kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu
pertama ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif,
ketrampilan motorik, dan sikap. Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi
belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu
yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan
dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain pesan
pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu
pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan
kondisi untuk belajar.
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena
dengan belajar manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal – hal yang
sebelumnya belum mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi
manusia. Olehkarena itu seseorang harus menguasai prinsip – prinsip dasar
belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan
penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang.Perubahan perilaku yang merupakan hasil dari proses belajar dapat
berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak
tampak (inner behavior). Perilaku yang tampak misalnya menulis, memukul,
menendang sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya berfikir, bernalar
dan berkhayal.Untuk itu,agar aktivitas belajar dapat mencapai hasil belajar
yang optimal, maka stimulus atau proses belajar untuk peserta didik harus
dirancang secara matang, menarik, dan spesifik sehingga peserta didik mudah
memahami dan merespon positif materi yang diberikan. Meskipun pengajar
sudah merancang sedemikian rupa kadang masih sulit untuk peserta didik
dalam mengerti dan paham pada materi yang diberikan. Oleh karena itu
pengajar harus mampu menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu
memahami apa yang sudah diberikan oleh pengajar.
B. Tujuan penulisan.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Mahasiswa mampu menjelaskan teori-teori pembelajaran yang meliputi
teori belejar kognitif, behavioristik dan humanistik
2. Mahasiswa sebagai calon guru diharapkan mampu mengaplikasikan
berbegai macam teori belajar pada peserta didiknya sesuai dengan
kondisinya
C. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari makalah ini adalah memberikan penjelasan kepada
mahasiswa akan teori pembelajaran ( kognitif, behavioristik dan humanistik )
sehingga makalah ini dapat dijadikan referensi baik pada mahasiswa itu
sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Jelaskan Teori Pembelajaran Behavioristik menurut para ahli dan aplikasi
dasarnya..?
2. Jelaskan Teori Pembelajaran Kognititif piaget..?
3. Teori Pembelajran Humanistik seta implikasinya.?
E. Batasan masalah
Batasan masalah untuk makalah ini hanya mengacu pada Judul makalah yaitu
“ Teori- Teori Belajar”
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang
terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement)penguatan adalah apa
saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan
(positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap
dikuatkan.
1. Teori Koneksionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon.Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu interaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan
tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu
yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
2. Teori Conditioning Watson
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan
kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun hal-hal tersebut sebagai
faktor yang tak perlu diperhitungkan.
3. Teori Conditioning Edwin Guthrie
Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik
perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus
dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang
muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai
macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut
4. Teori Operant Conditioning Skinner
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan
perubahan tingkah laku. Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program
pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul
dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yangdikemukakan oleh Skinner. Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari
sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan
kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehinggamenjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap
tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-
hukum belajar,diantaranya
a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului
oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
5. Teori Systematic Behavior Clark Hull
Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan
kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan
muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
6. Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar
yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-
alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan
tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya. Namun
kelebihan dari teoriini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidakproduktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa
siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta
didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
7. Aplikasi Dasar teori behavioristik
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan
sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran
mengikuti urutan dari bagian-bagian kekeseluruhan. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban
benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya.
B. TEORI BELAJAR KOGNITIFB.
1. Ausubel ( Teori Belajar Bermakna)
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan
potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti
Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa,
terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan
bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung.
Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka
kegiatan langsung akan menyita banyak waktu.Untuk mereka, menurut
Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, petakonsep,
demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat
tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete
operational dan (4)formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan
individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005)
menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “theprocess by which a person
takes material into their mind from the environment, which maymean
changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah
“thedifference made to one’s mind or concepts by the process of
assimilation” Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen
dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya
dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungansecara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan. Piaget juga merupakan salah
satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anakmembangun sendiri
pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan.
Dalampandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan,
perkembangan kognitif sebagian bergantung kepada seberapa jauh anak
aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam
hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi
informasi.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu :
a. memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak,
tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman –
pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap
Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan
tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud
b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan
aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa
pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong
menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan
lingkungan
c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena
itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam
kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok –
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
d. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget,
pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk
perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan
secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
C. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkandirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagaimanusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirimereka. Para ahli
humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah
a. Proses pemerolehan informasi baru,
b. Personalia informasi ini pada individu.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara
lain adalah:Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
1. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan
banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila
mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan
dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perlaku
siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga
apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan
seseorang dari yang lain.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya
disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. Combs
memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil
(1) adalah gambaran daripersepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah
persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin
berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri
individu ada dua hal
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-
masing orang mempunyai berbagaiperasaan takut seperti rasa takut untuk
berusaha atau berkembang, takut untuk mengambilkesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi
lainseseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan,
keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi
tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama,
seperti kebutuhan fisiologis, barulah iadapat menginginkan kebutuhan
yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasaman dan
seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai
implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia
mengajar anak-anak. Iamengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar
ini mungkin berkembang kalau kebutuhandasar si siswa belum terpenuhi.
3. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago,
sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni
bidang agama tetapi akhirnya pindah kebidang psikologi. Ia mempelajari
psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada
tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society
untuk mencegah kekerasan pada anak. Gelar profesor diterima di Ohio
State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling
and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-
Centerd Therapy.Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu: 1. Kognitif
(kebermaknaan) 2. experiential ( pengalaman atau signifikansi) Guru
menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai
sepertimemperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil.
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa. Kualitas belajar experientiallearning mencakup:
keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri,
dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya gurumemperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah
prinsip-prinsip dasarhumanistik yang penting diantaranya ialah:
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan
murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan
dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah
proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih
mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan
mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara
kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri
mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar
guru yang fasilitatifyang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan
Roebuck pada tahun 1975 mengenaikemampuan para guru untuk
menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan
umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah
a. Merespon perasaan siswa
b. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
c. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
d. Menghargai siswa
e. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk
mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
g. Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka
bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya
untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan
matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang
berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan
sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat
berpikir yang lebih tinggi.
4. Implikasi Teori Belajar Humanistik
a. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator
yang berikut iniadalah berbagai cara untuk memberi kemudahan
belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang
sangat singkat dari beberapa guidenes (petunjuk):
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa
untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya,
sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar
yang bermakna tadi.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk
membantu mencapai tujuan mereka.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok
kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-
sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang
boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri.
5. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit
selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang
diterapkan. Peran guru dalampembelajaran humanistik adalah menjadi
fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperolehtujuan pembelajaran. Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
prosespengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil
belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas , jujur dan positif.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
e. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
f. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan
kecepatannya
h. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk
diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi
manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang
berlaku.
BAB III
KESIMPULAN.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
menurut teori Behavioristik merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan apa yang terjadi
di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak
bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik
adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa sajayang dapat
memperkuat timbulnya respon.
Menurut teori belajar Kognitih dijelaskan bahwa belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru Teori Kognitif adalah
tidak selaras di antara dua atau lebih pendapat atau idea.
Disisi lain Menurut Teori humanistik mengungkapkan bahwa tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama parapendidik adalah
membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.
B. SARAN
Dari makalah yang telah kami buat tentu terdapat suatu celah yang
membuat makalah ini tidak sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik dan
saran yang membangun guna kami kedepannya agar makalah ini menjadi
sempurna. Keterbatan saya sebagai insan manusia dalam penjabaran makalah
ini akan saya jadikan sebabai masukan untuk menjadikan makalah ini jauh
lebih baik lagi. Kurikulum adalah bagian dari sebuah pendidikan dan makalah
ini adalah bagian dari proses hasil pemikiran. Oleh karena itu saya ucapkan
terimakasi kepada pembaca semua yang berkenan memeberikan kritik dan
saran kepada penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. Mujiyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rieneka Cipta.
Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan membelajarkan. Jakarta : C.V.
Rajawali dan PAU-UT Tri Anni, Catharina.2007.Psikolgi Belajar.Semarang:
UNNES Press. Psikologi Belajar: Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo
Supriyono http://topatopeng.smamda.org/2008/11/10/teori-belajar-behavioristik/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-belajar/aplikasi-
teori- behavioristik-dalam-proses-belajar-mengajar
http://elearningpo.unp.ac.id/index.php?option=com http://prince-
mienu.blogspot.com http://lecturer.eepis-its.eduhttp://arifcintafisika.webs.com