tugas pkn indah
-
Upload
dewi-sulistiyani-kadullah -
Category
Documents
-
view
103 -
download
8
Transcript of tugas pkn indah
Sejarah
Arca Raja Airlanggadigambarkan sebagai Wishnumengendarai Garuda.
Rancangan awal Garuda Pancasila oleh Sultan Hamid II masih menampilkan bentuk tradisional Garuda yang bertubuh
manusia.
Garuda Pancasila yang diresmikan penggunaannya pada 11 Februari 1950, masih tanpa jambul dan posisi cakar di
belakang pita.
Garuda, kendaraan (wahana) Wishnu tampil di berbagai candi kuno di Indonesia,
seperti Prambanan, Mendut,Sojiwan, Penataran, Belahan, Sukuh dan Cetho dalam bentuk relief
atau arca. Di Prambanan terdapat sebuah candi di muka candi Wishnu yang dipersembahkan untuk
Garuda, akan tetapi tidak ditemukan arca Garuda di dalamnya. Di candi Siwa Prambanan terdapat
relief episode Ramayana yang menggambarkan keponakan Garuda yang juga bangsa dewa
burung, Jatayu, mencoba menyelamatkan Sinta dari cengkeraman Rahwana. Arca
anumertaAirlangga yang digambarkan sebagai Wishnu tengah mengendarai Garuda dari Candi
Belahan mungkin adalah arca Garuda Jawa Kuna paling terkenal, kini arca ini disimpan di Museum
Trowulan.
Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam banyak kisah Garuda
melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Sebagai
kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam
semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai "Tuan segala makhluk yang dapat terbang"
dan "Raja agung para burung". Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai makhluk yang memiliki
kepala, paruh, sayap, dan cakar elang, tetapi memiliki tubuh dan lengan manusia. Biasanya
digambarkan dalam ukiran yang halus dan rumit dengan warna cerah keemasan, digambarkan dalam
posisi sebagai kendaraan Wishnu, atau dalam adegan pertempuran melawan Naga. Posisi mulia
Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuna telah menjadikan Garuda sebagai simbol nasional
Indonesia, sebagai perwujudan ideologi Pancasila. Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai
penerbangan nasional Indonesia Garuda Indonesia. Selain Indonesia, Thailand juga menggunakan
Garuda sebagai lambang negara.
Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949, disusul pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (saat
itu Republik Indonesia Serikat) memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia
Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto
Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar
Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini
bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada
pemerintah
Lambang Garuda juga digunakan di jersey Tim Nasional Sepak Bola Indonesia
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan
Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang
negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang
diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena
menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS
Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan
rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula
adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal
Ika".Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan
Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut mendapat
masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap
gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap
terlalu bersifat mitologis. [2]
Sultan Hamid II
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan
berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila.
Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada
Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar
Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara
karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11
Februari 1950.[3] Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan
tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk
pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15
Februari 1950.
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno
memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut; setelah sebelumnya
diperbaiki antara lain penambahan "jambul" pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah posisi
cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita, atas masukan
Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda
gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat.[4] Untuk terakhir kalinya,
Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan
menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila
terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang
Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik
Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini.
REFERENSI LAIN
Sejarah Garuda Sebagai Lambang Negara Indonesia
Kisah tentang burung Garuda ditemukan di Kitab Mahabharata, lebih tepatnya bagian
pertama yaitu Adiparwa. Ceritanya Garuda adalah anak dari Begawan Kasyapa. Begawan
Kasyapa memiliki dua istri, yaitu Sang Kadru dan Sang Winata. Setelah sekian lama, mereka
belum juga memiliki anak. Lalu Kasyapa memberikan 1000 telur pada Kadru dan 2 telur pada
Winata. Telur milik Kadru menetas menjadi 1000 ekor ular sakti, dan milik Winata belum.
Karena Winata merasa malu, lalu ia memecah satu telur tersebut. Keluarlah seekor burung
kecil yang belum sempurna bentuknya, cacat tak berkaki, diberi nama Anaruh. Telur yang
tinggal 1 itu dijaga baik-baik oleh Winata.
Suatu hari, Winata kalah bertaruh dengan Kadru karena kecurangan kadru yang membuat
Winata harus menjadi budak dan melayani Kadru beserta 1000 ekor ular. Dan telur Winata
satunya pun akhirnya menetas menjadi Garuda. Besar, gagah, bersinar, dan sakti. Untuk
menolong ibunya, Kadru menyuruh Garuda mengambil Amerta, air kehidupan milik dewa.
Amerta dijaga para dewa dan dikelilingi api yang menyala. Garuda pun melawan para dewa
dan menyembur dengan air laut untuk mematikan api tersebut. Pesan ibunya, “bila menelan
orang lehermu terasa panas, itu tandanya Brahmana ikut termakan. Muntahkanlah, karena ia
seperti ayahmu Begawan Kasyapa. Kamu harus menghormatinya”.
Artikel Ini Diambil Dari: Sejarah Garuda Sebagai Lambang Negara Indonesia | Dunia
Unik http://www.dunia-unik.com/2011/03/sejara…
Berhasillah Sang Garuda merebut Amerta. Lalu dibawanya ke Kadru untuk menyelamatkan
ibunya. 1000 ular sudah sangat senang melihat amerta dan Winata dibebakan, tetapi Garuda
tak kehilangan akal. Dikibas-kibaskan sayapnya agar ular kotor, dan pergi membersihkan
badan dulu di sungai. Garuda pergi meninggalkan tempat itu dan membawa Amerta kembali.
Di perjalanan ia bertemu dengan Dewa Wisnu, meminta untuk Amerta diserahkan kembali ke
para dewa. Dan Sang Garuda pun menjadi tunggangan Dewa Wisnu. (Cerita disarikan dari
buku: Garuda Sebagai Identitas Budaya )
Dari kisah tersebut kita dapat mengetahui alas an mengapa burung Garuda menjadi lambang
Negara kita. Sosoknya yang rela berkorban mengeluarkan ibunya dar penderitaan, di
ibaratkan seperti pemuda bangsa yang rela mati-matian mengusir penjajah untuk
menyelamatkan Ibu Pertiwi Indonesia. Dan dia juga menghormati ayahnya, dilambangkan
sebagai angkasa. Ibunya dilambangkan wanita, tanah tempat kita selalu berpijak.
Banyak juga karya seni, motif batik, relief pada candi, patung Airlangga, stempel Kahuripan
yang memakai lambang Garuda. Oleh sebab itulah, Garuda dijadikan lambang Indonesia yang
telah dikenal baik oleh bangsa Indonesia dan dianggap bertuah pastinya.
Sepertinya sekarang yang sudah mulai punah adalah semaangat para pemuda Indonesia,
generasi penerus bangsa, untuk memajukan Negara dan mengangkat Indonesia dari jerat
kemiskinan. Disana-sini malah terlihat semakin banyak orang yang saling memojokkan, saling
menjatuhkan, saling beradu dengan kepandaian yang dimilikinya. Di momen Kebangkitan
Nasional ini, saya berharap pemuda Indonesia bangkit kembali dan mencari kehidupan yang
lebih baik. Bangkitkan semangat, optimisme, dan impian. Dimulai dari diri sendiri..
mengangkat nasib diri sendiri, keluarga, lingkungan, bangsa dan Negara.
(Sumber: Tahukah Kamu)
REFERENSI LAIN
Sejarah Penciptaan Lambang "Garuda Pancasila"
Sultan Hamid II, Perancang Lambang Negara
Sepanjang orang Indonesia, siapa tak kenal burung garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila)? Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu?
Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913. Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab --walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak --keduanya sekarang di Negeri Belanda.
Syarif menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan
pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.
Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil daerah istimewa Kalbar dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.
Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.
Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA.
Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar - karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.
Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat marah.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.
Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena
adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “'tidak berjambul”' seperti bentuk sekarang ini.
Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.
Tanggal 20 Maret 1940, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak.
Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
REFERENSI LAIN
Sejarah Lambang Garuda Indonesia
Lambang negara kita yaitu Garuda Pancasila, ternyata masih kontroversi siapa
penciptanya. Nasibnya tidak seperti lagu Indonesia Raya yang semua orang juga tahu
yaitu WR Supratman. Atau penjahit pusaka bendera merah putih yaitu Ibu Fatmawati.
Karena mereka itu telah diakui oleh negara. Semua lancar-lancar saja, tidak ada yang
memperdebatkan.
Namun special untuk lambang Negara Indonesia ini, hingga saat ini belum 'diputuskan'
siapa yang akan diakui, apakah Moh. Yamin ataukah Sultan Hamid II. Malah sekarang
ada lagi nama baru yaitu Dirk Rühl dan Basuki Resobowo. Sejarah memang sangat
dipengaruhi oleh pemerintah yang berkuasa. Contohnya di masa pemerintahan order
baru, Moh. Yamin lah yang diakui sebagai pencipta lambang Garuda Pancasila.
Begitulah yang tertulis di buku-buku sejarah. Namun, sekarang ini jamannya internet.
Orang bisa mendapatkan informasi dari berbagai sumber dengan mudah. Pendapat
yang berbeda bisa muncul dan tersebar dengan cepat ke segala penjuru dunia.
Pemerintah tidak bisa lagi semaunya menentukan sejarah seperti jaman Suharto.
Hingga kini, belum jelas jawabannya siapa sebetulnya perancang logo lambang negara
itu. Ada yang bilang Mohammad Yamin karena dikenal kepakarannya pada hal-hal
berbau mitologi. Ada yang bilang Sultan Hamid II karena beliau adalah koordinator
Panitia Lencana Negara. Ada lagi nama perupa Basuki Resobowo yang disebut-sebut
sebagai pemenang lomba sayembara membuat lambang Negara sejak 1947 lewat
organisasi SIM, Pelukis Rakyat, PTPI, dan KPP bagian kesenian. Juga perupa Prancis
Dirk Ruhl Jr yang dijagokan Bung Karno karena paham semiotik dan namanya ada
dalam isi nota pengantar Sultan Hamid II kepada Soekarno tertanggal 20 Maret 1950
saat menyerahkan sketsa terakhir bikinan Ruhl sebelum mendapat sentuhan terakhir
perupa istana Dullah.
Nama Sultan Hamid II dan Basuki Resobowo kita tahu memang (di)hilang(kan) lantaran
“kelakuan” mereka dalam arus sejarah. Sultan Hamid II dianggap oleh pemerintah
terlibat dalam “Pemberontakan Pejambon” 1950 dan Basuki adalah perupa Lekra dan
dekat dengan PKI yang jadi bahaya laten sejak 30 September 1950. Sultan Hamid II
alias Syarif Abdul Hamid Alkadri adalah Menteri Negara Zonder Porto Folio dalam
kabinet RIS (Republik Indonesia Serikat). Selengkapnya bisa dilihat di wikipedia. Selain
itu juga ada blog yang khusus dibuat untuk memperjuangkan agar Sultan Hamid II
diakui sebagai perancang lambang Garuda Indonesia. Blog yang beralamat di
istanakadriah.blogspot.com itu digagas oleh Yayasan Sultan Hamid II.
Adapun nama Dirk Rühl, muncul di situs Kantor Berita ANTARA. Dalam arsipnya
tertanggal 16 Maret 1950, ANTARA menyebut Dirk Rühl adalah perancang lambang
negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bertemakan Bhinneka Tunggal Ika.
Diberitakan bahwa Presiden Sukarno dan Panitia Lencana Negara menugaskan Dirk
Rühl untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian lambang RIS. Ia waktu itu tinggal
di Bandung dan diminta untuk datang ke Jakarta. Poin yang diminta untuk diubah
adalah bentuk burung rajawalinya. Presiden minta burung rajawalinya yang asli
Indonesia, biar beda dengan burung rajawali yang ada di lambang negara Amerika. Lalu
ditambahkanlah jambul di kepala rajawali itu (Amerika rajawalinya botak), sehingga
terlihat seperti sekarang ini.
Kemudian, kaki burung. Semula kaki burung tampak menggenggam pita dari belakang.
Minta di ganti agar jadi kelihatan menggenggam dari depan. Lalu, lambang kepala
banteng juga ingin disesuaikan dengan kepala banteng asli Indonesia. Untuk padi dan
kapas cukup diubah warnanya saja. Dirk Rühl adalah orang keturunan Jerman yang
sudah lama tinggal di Indonesia (ada juga yang bilang ia orang Prancis). Menurut berita
yang dirilis tanggal 16 Maret 1950 itu, pada saat menerima tugas, Dirk Rühl berumur
63 tahun. Ia sudah lama tinggal di Indonesia dan kenal banyak tokoh insinyur lulusan
Sekolah Insinyur Bandung (sekarang ITB). Bahkan diberitakan juga bahwa Dirk Ruhl
setelah itu akan mendapatkan order membuat lambang-lambang lainnya termasuk
perangko dengan berbagai jenis harga.
Dokumen lainnya yang menyebut nama Dirk Rühl adalah www.hubert-herald.nl.
Menurut situs yang khusus membahas lambang-lambang, Dirk Rühl awalnya
mengajukan 3 alternatif gambar untuk lambang RIS yaitu sebagai berikut :
Dan setelah mengajukan tiga alternatif sebagaimana di atas dipilihlah salah satu. Lalu
diutak-atik lagi sehingga menjadi seperti ini.
Pada tanggal 8 Februari rancangan lambang negara tersebut mendapat kritikan dari
Partai Masyumi (Partai Islam terbesar waktu itu) karena terlihat seperti dewa (terlalu
berbau mitologis). Sehingga akhirnya sesuaikan lagi menjadi seperti ini. Rancangan ini
yang diresmikan tanggal 11 Februari 1950. Demikianlah sekilas tentang sejarah
Lambang Negara Indoensia yaitu Garuda Pancasila. Jadi, siapa dong konseptor
Lambang Garuda Indoenesia? Moh. Yamin, Sultan Hamid II, atau yang lainnya?
Jawabannya terserah Anda. Saya kira fakta bisa dicari di internet. Ini hanya soal
pendapat. Dan di Indonesia tercinta ini, negara menjamin kebebasan berpendapat.
Inspirasi: Lihat Gambarnya | Tag: garuda, pancasila, logo, indonesia, s
MAKNA
Arti dan makna lambang Negara Indonesia “GARUDA PANCASILA” yaitu :Burung garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya dengan gagah
menoleh ke kanan. Dalam tubuhnya mengemas kelima dasar dari Pancasila. Di
tengah tameng yang bermakna benteng ketahanan filosofis, terbentang garis
tebal yang bermakna garis khatulistiwa, yang merupakan lambang geografis lokasi
Indonesia. Kedua kakinya yang kokoh kekar mencengkeram kuat semboyan
bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-beda, Namun
Tetap Satu“.
Secara tegas bangsa Indonesia telah memilih burung garuda sebagai lambang
kebangsaannya yang besar, karena garuda adalah burung yang penuh percaya diri,
energik dan dinamis. Ia terbang menguasai angkasa dan memantau keadaan
sendiri, tak suka bergantung pada yang lain. Garuda yang merupakan lambang
pemberani dalam mempertahankan wilayah, tetapi dia pun akan menghormati
wilayah milik yang lain sekalipun wilayah itu milik burung yang lebih kecil. Warna
kuning emas melambangkan bangsa yang besar dan berjiwa priyagung sejati.
Burung garuda yang juga punya sifat sangat setia pada kewajiban sesuai dengan
budaya bangsa yang dihayati secara turun temurun. Burung garuda pun pantang
mundur dan pantang menyerah. Legenda semacam ini juga diabadikan sangat
indah oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada candi dan di berbagai prasasti
sejak abad ke-15.
Keberhasilan bangsa Indonesia dalam meraih cita-citanya menjadi negara yang
merdeka bersatu dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945, tertera lengkap
dalam lambang garuda. 17 helai bulu pada sayapnya yang membentang
gagah melambangkan tanggal 17 hari kemerdekaan Indonesia, 8 helai bulu pada
ekornya melambangkan bulan Agustus, dan ke-45 helai bulu pada
lehernya melambangkan tahun 1945 adalah tahun kemerdekaan Indonesia. Semua
itu memuat kemasan historis bangsa Indonesia sebagai titik puncak dari segala
perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaannya yang panjang.
Dengan demikian lambang burung garuda itu semakin gagah mengemas lengkap
empat arti visual sekaligus, yaitu makna filosofis, geografis, sosiologis, dan
historis.
Referensi lain
Makna Lambang Garuda Pancasila
September 3rd, 2011 | Author: admin
Tentang Garuda
GARUDA adalah burung yang sering dijadikan
lambang oleh berbagai masyarakat dunia. Orang Mesopotamia, Mesir, India,
Indonesia, bangsa asli Amerika, Indian mengenal burung itu, seperti tercermin
dalam sistem kepercayaan, legenda maupun simbol masyarakat mereka.
Dalam dunia ilmiah fauna, nama Burung Garuda tidaklah dikenal, namun
demikian Burung Garuda yang menjadi lambang negara Republik Indonesia
diciptakan dengan rupa representasi Elang Jawa atau Javan Hawk-Eagle Nisaetus
Bartelsi dengan warna bulu emas
Keberadaaan dan sejarahnya bahkan sudah tercipta jauh lebih lama dibanding
berdirinya Negara Indonesia. Burung suci ini juga dapat ditemukan dalam
mitologi Hindu dan Buddha.
Di dalam mitologi Hindu, Garuda digambarkan sebagai setengah manusia dan
setengah burung yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu dan merupakan raja dari
para burung. Pada kisah Baghawad Gita juga disebut nama Burung Garuda oleh
Khrisna di tengah perang Barata Yudha di Kurusetra, “Of birds, I am the son of
Vinata (Garuda)”. Sedangkan di dalam mitologi Budha, Burung Garuda
digambarkan sebagai predator yang hebat dan pintar serta memiliki kemampuan
berorganisasi secara sosial.
Garuda muncul dalam berbagai kisah yang melambangkan kebajikan,
pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Pada tradisi Bali,
Garuda dimuliakan sebagai “Tuan segala makhluk yang dapat terbang” dan
“Raja Agung Para Burung”. Mirip penggambaran Simurgh Yang Agung, Raja
para burung, dalam Kisah Musyawarah Burung karangan seorang Sufi Agung,
Faridu ‘Din Attar.
Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuno telah menjadikan
Garuda sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai perwujudan ideologi
Pancasila.
Menurut lampiran pada Peraturan Pemerintah no 66 tahun 1951, menjelaskan
bahwa lukisan garuda diambil dari benda peradaban Indonesia yang tergambar
pula pada beberapa candi sejak abad ke 6 sampai ke 16. Raja-raja di Indonesia
sudah sejak lama memakai lambang Garuda. Seperti dalam sebuah buku
tentang lambang-lambang kerajaan yang terbit sekitar tahun 1483, termuat
lambang Raja Jawa yang memperlihatkan seekor burung Phoenix di atas api
unggun, sedangkan Raja Sumatra berlambang rajawali digambar dari samping
dengan kedua cakarnya mengarah ke depan.
Makna Lambang Garuda Pancasila
“Maka buatlah peringatan, sesungguhnya peringatan itu manfaat (9). Akan
membuat peringatan orang – orang yang takut kepada Alloh Ta’ala (10)” QS Al
‘Ala 9 – 10
Pilihan untuk menggunakan Garuda sebagai lambang juga merupakan simbol tersendiri
“Semua binatang yang bergerak di muka bumi, dan semua binatang yang
terbang dengan sayapnya, namun kesemuanya itu adalah jenis – jenis makhluk
yang banyak persamaannya dengan kamu, tiadalah Kami alpakan segalanya di
dalam Kita, kemudian mereka akan dihimpunkan kepada Tuhannya” QS Al
An’am 38
“Jasad – jasad ini semuanya adalah sangkarnya burung“ (Abu Bakar Ash Shiddiq
dalam kitab Ayyuhal Walad karangan Imam Ghozali)
Dari dasar di atas tahulah kita bahwa burung adalah perlambang jiwa manusia,
sedang Garuda dalam masyarakat Indonesia, dikenal sebagai burung raksasa.
Dengan begini terjalin pengertian bahwasanya Garuda melambangkan
pengertian manusia yang berjiwa besar. Selain itu, Garuda juga merupakan
simbol Indonesia sebagai Bangsa yang Besar juga Negara Besar. Mari kita
perhatikan,
Luas wilayah Indonesia
o Sumatra dan pulau sekitarnya luasnya 473.605,9 km2 setara dengan luas gabungan Inggris Raya (244.046 km2), Rumania (237.500km2) dan Yunani (131.944km2)
o Kalimantan luasnya 549.424951 km2 setara dengan Perancis (547.026km2), Spanyol (504.782 km2) dan Swedia (449.964 km2)
o Irian Jaya luasnya 421.951 km2 dan setara dengan Jerman (346.784 km2), Norwegia (386.640 km2), Polandia (312.677 km2), dan Italia (312.225 km2)
o Pulau Jawa & Madura (132.174 km2) atau setara dengan gabungan Swiss (41.280 km2), Denmark (43.069 km2), Belanda (41.160 km2), Vatikan (0,44 km2), Monaco (1,81 km2), Luxemburg (2,586 km2)
o Pulau Jawa saja tanpa Madura masih lebih luas dibanding Austria (83.853 km2) atau Portugal (92.082 km2)
o Propinsi Jateng (34.966 km2) lebih luas dibanding Belgia (30.513 km2), bahkan DI Jogjakarta masih lebih luas dibanding gabungan Vatikan (0,44 km2), Monaco (1,81 km2), Luxemburg (2,586 km2)
o Menurut Deklarasi Juanda, Batas laut Indonesia adalah seluas 3.200.000 km2 sehingga jika ditambahkan dengan luas daratannya, maka luas Indonesia adalah 5.200.000 km2 menjadikan Indonesia Negara Kepulauan Terbesar di dunia.
Kekayaan alam yang luar biasa melimpah, dengan luas wilayah 5.200.000 km2, terletak di khatulistiwa yang menjadikan Indonesia beriklim paling nyaman – iklim tropis, terletak di anatara dua benua dan dua samudera, dilewati deretan pegunungan, menjadikan Indonesia memiliki potensi alam yang luar biasa. Sejarah menunjukkan Indonesia adalah penghasil rempah – rempah utama dunia. Negara dengan sumber kekayaan tambang yang luar biasa, lengkap dan melimpah. Jutaan jenis hewan dan tumbuhan ada di Indonesia. Laiknya potongan surga yang turun ke dunia, bahkan dikatakan bahwa Indonesia adalah Atlantis itu sendiri
Keragaman penduduk. Menurut statistik, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Terbesar ketiga setelah China dan India. Perbedaannya adalah Indonesia dihuni oleh beragam etnis, suku, ras, bahasa, agama, dan adat istiadat bandingkan dengan China atau India yang relatif tidak memiliki banyak perbedaan. Maka boleh dibilang Indonesia merupakan negara dengan keragaman penduduk terbesar di dunia.
Indonesia adalah Bangsa dan Negara yang memiliki sejarah panjang dan kompleks. Membicarakan sejarah Indonesia sama halnya membicarakan sejarah dunia (Api Sejarah jilid 1). Bahkan hubungan diplomatik internasional Indonesia sudah terjalin sejak sebelum Abad 7 M. Ditandai dengan catatan “Berita Dinasti Tang”, catatan Ma Huan – seorang China muslim,“Ying-yai heng-lan” dan makam Fatimah binti Maimun di Desa Leran, Gresik.
Potensi kejayaan Indonesia, melihat betapa luasnya wilayah Indonesia, kekayaan alamnya yang melimpah, jumlah penduduknya yang banyak, terbitnya persatuan dan kesatuan di atas perbedaan, dan semakin tumbuhnya kesadaran Cinta Tanah Air, jika dan hanya jika Indonesia bisa mengusir kutu dan parasit yang menempel di bulunya maka Indonesia akan berjaya gilang gumilang. Inilah yang dicita – citakan oleh Lambang Garuda Pancasila, menjadi Bangsa & Negara yang besar !
Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga untuk melaksanakan perubahan ke arah kebaikan.Posisi burung Garuda yang dijadikan lambang adalah posisi burung yang sedang terbang, bukan yang sedang diamDalam QS An Nahl 79, Alloh Berfirman, “Apakah mereka tidak memperhatikan burung yang mudah terbang di udara?”juga di dalam QS Al Mulk 19, “Apakah mereka tidak memperhatikan burung yang terbang di angkasa itu?”Maksudnya posisi terbang adalah Bangsa Indonesia haruslah terus bergerak menuju perubahan dan siap terhadap perubahan.
Lehernya menoleh ke kanan, dalam ajaran Islam, posisi kanan itu disebut “Ash-habul yamiin” artinya melambangkan hal – hal yang baik. Sedang sebelah kiri disebut “Ash-habusy syimaal” dan melambangkan hal – hal yang negatif. Ini merupakan perlambang bahwa jiwa – jiwa Bangsa Indonesia haruslah bergerak ke arah kebaikan. ini sesuai dengan QS Al Baqoroh 148, “Maka berlomba – lombalah menuju kebaikan“
Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia “merah-putih” sedang di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Merupakan sebuah interpretasi dan lambang dari isi Pancasila. Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut :
1. Bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya, mengandung makna nur cahyo, atau dalam bahasa Qur’an Nuurun ‘ala nurrin. Bintangnya memiliki sudut lima, maksudnya untuk menerangi Dasar Negara yang lima (Pembukaan UUD ‘45 alinea 4), Sifat Negara yang lima (pembukaan UUD ’45 alinea 2), dan tujuan negara yang lima (Pembukaan UUD ’46 alinea 4). Sedangkan latar berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Berkat Rohmat Alloh adalah sumber dari segalanya
2. Di bagian kanan bawah terdapat gambar rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
3. Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa “berteduh” di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
4. Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
5. Dan di sebelah kiri bawah terdapat gambar padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
6. Jumlah bulu pada burung Garuda
17 – helai bulu pada masing masing sayap, melambangkan tanggal 17
8 – helai bulu pada ekor artinya melambangkan bulan 8 atau Agustus
45 – helai bulu pada leher burung garuda melambangkan tahun kemerdekaan yaitu tahun 1945
Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” berwarna hitam.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya
Mpu Tantular. Kata “bhinneka” berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata
“tunggal” berarti satu, kata “ika” berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal
Ika diterjemahkan “Berbeda beda tetapi satu jua”, yang bermakna meskipun
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di
antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan.
Melambangkan dan menegaskan bahwa meski memiliki keberagaman suku
bangsa, adat budaya, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan tetapi dengan
persatuan dan kesatuan dapat mewujudkan Bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Ini adalah peringatan bagi kita untuk menjaga persatuan,
mengedepankan hormat menghormati dan toleransi di atas perbedaan untuk
mencapai kebaikan bersama.
Referensi lain
ARTI DAN MAKNA LAMBANG GARUDA PANCASILA12/21/2011 AGUS RAMDANI 6 COMMENTS
Apakah kalian semua tahu apa arti dari Lambang Garuda Pancasila? Tidak semua masyarakat
bangsa Indonesia mengetahui arti-arti Lambang Garuda Pancasila. Yang mereka tahu hanyalah
gambar, tetapi arti dari gambar itu sendiri tak semua orang mengetahuinya. Seharusnya kita sebagai
Bangsa Indonesia harus dan wajib mengetahuinya, karena itu adalah Simbol atau Lambang Negara
Indonesia kita. Agar nanti warisan bahkan sejarah ini bisa di turunkan pada anak-anak dan cucu-cucu
kita.
Berikut adalah arti dalam lambang Garuda Pancasila tersebut :
1. Garuda Pancasila sendiri adalah Burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno
dalam sejarah Bangsa Indonesia, yaitu kendaraan wishnu yang menyerupai burung elang
rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa
Indonesia adalah Bangsa yang besar dan Negara yang kuat.
2. Warna keemasan pada Burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
3. Garuda memiliki payuh, sayap, cakar, dan ekor yang melambangkan kekuatan dan tenaga
pembangunan.
4. Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari jadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945, diantaranya :
-17 helai bulu pada masing-masing sayap
- 8 helai bulu pada ekor
-19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor
-45 helai bulu di leher
5. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia
sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan dan perlindungan diri
untuk mencapai tujuan.
6. Ditengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa
yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang
dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
7. Warna dasar pada ruang persiai adalah warna bendera kebangsaaan Negara Indonesia
"Merah-Putih" sedangkan pada bagian tengah berwarna dasar hitam
8. Pada persiai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar Negara Pancasila.
Pengaturan pada lambang persiai adalah sebagai berikut :
- Sila pertama : Ketuhanan yang maha esa
Dilambangkan dengan cahaya dibagian tengah persiai berbentuk bintang yang bersudut
lima berlatar
hitam.
- Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah persiai
berlatar
merah.
- Sila ketiga : Persatuaan Indonesia
Di lambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas persiai berlatar putih.
- Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dilambangkan dengan kepala banteng dibagian kanan atas persiai berlatar merah.
- Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah persiai berlatar putih.