TUGAS PKN

25
TUGAS MATA KULIAH UMUM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN “PERSATUAN INDONESIA” DISUSUN OLEH: 1. RIZKY ARDIAN K. (11.04.2.1.1.00045) 2. LAKSMI DINA PRATIWI A. (12.04.2.1.1.00023) 3. FAHRUDIN ZAKARIA (12.04.2.1.1.00055) 4. MALINDA DIAH AGUSTIN (12.04.2.1.1.00101) 5. BADRUD TAMAM (12.04.2.1.1.00103) 6. MIFTAKHUL FARIKHAH (12.04.2.1.1.00111)

description

format tugas pkn

Transcript of TUGAS PKN

TUGASMATA KULIAH UMUM

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAANPERSATUAN INDONESIA

DISUSUN OLEH:

1. RIZKY ARDIAN K.

(11.04.2.1.1.00045)

2. LAKSMI DINA PRATIWI A.(12.04.2.1.1.00023)3. FAHRUDIN ZAKARIA

(12.04.2.1.1.00055)4. MALINDA DIAH AGUSTIN(12.04.2.1.1.00101)5. BADRUD TAMAM

(12.04.2.1.1.00103)

6. MIFTAKHUL FARIKHAH(12.04.2.1.1.00111)UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangPancasila merupakan suatu yang patut dilestarikan. Pada kehidupan sehari-hari, kita sebagai generasi penerus bangsa perlu sesekali berkontemplasi akan arti pentingnya pancasila dalam kehidupan ini. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat kita aktualisasikandalam dunia nyata yang masih membutuhkan sentuhan tangan kita.

Tentunya pancasila penting untuk menjadikan kita sebagai bangsa yang berdedikasi tinggi dengan adanya nilai dan moral yang sesuai dengan pancasila. Kelima sila yang terkandung di dalamnya mempunyai makna yang dalam apabila kita berupaya untuk mencermati secara mendalam. Di samping itu, kita perlu melatih diri agar tetap bisamengimplementasikannilai-nilai yang terkandung. Hal tersebut akan menjadi pondasi bersikap dan berbuat.

Dalam peradaban dunia yang semakin berkembang dan pola pikir generasi penerus bangsa yang semakin maju, tentunya nilai-nilai pancasila sangat perlu untuk ditanamkan kepada para remaja, pemuda dan mahasiswa. Agar terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan hidup melindungi segenap bangsa Indonesia dan turut serta berperan aktif dalam pergaulan dunia.

Mahasiswa sudah seharusnya memiliki sifat yang sesuai dengan pancasila, oleh karena itu penulis mengambil temaMahasiswadikaitkan dengan sila ke 3 yaitu Persatuan Indonesia.

Sila Ketiga Pancasila yang berbunyi Persatuan Indonesia merupakan sila yang bunyinya paling pendek diantara keempat sila yang lain. Namun sila ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Karena itu Sila Persatuan Indonesia merupakan pedoman dan kunci keberlngsungan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan ras serta kebudayaan ini, terutama dalam mendongkrak semangat generasi pemuda Indonesia untuk mempertahankan keutuhan Bangsanya.

Makna dari sila Persatuan Indonesiaadalah bahwa sifat dan keadaan negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat satu. Sifat dan keadaan negara Indonesia yang sesuai dengan hakikat satu berarti mutlak tidak dapat dibagi, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang menempati suatu wilayah tertentu merupakan suatu negara yang berdiri sendiri memiliki sifat dan keadaannya sendiri yang terpisah dari negara lain di dunia ini. Sehingga negara Indonesia merupakan suatu diri pribadi yang memiliki ciri khas, sifat dan karakter sendiri yang berarti memiliki suatu kesatuan dan tidak terbagi-bagi. Makna Persatuan Indonesia dibentuk dalam proses sejarah yang cukup panjang sehingga seluruh bangsa Indonesia memiliki suatu persamaan nasib, satu kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah serta satu kesatuan asas kerohanian Pancasila yang terwujud dalam persatuan bangsa, wilayah, dan susunan negara.

Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia1. Nasionalisme.

2. Cinta bangsa dan tanah air.

3. Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia.

4. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan.5. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.1.2Tujuan1. Mahasiswa memahami tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa,

2. Mahasiswa mampu menigkatkan kualitas pengamalan sila ke 3 Pancasila yaitu Persatuan Indonesia dalam kehidupan sehari-hari,

3. Mahasiswa mampu mewujudkan sikap dan perilaku saling memahami dan menghargai daam hubungan antar suku bangsa dan agama dalam kehidupan sehari-hari.1.3SasaranPara generasi muda penerus bangsa / mahasiswa yang dikaitkan dengan sila ke 3 pancasila yaitu Persatuan Indonesia, agar terimplementasikannya nilai-nilai sila tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persatuan dan Kesatuan

Persatuan ialah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) dari beberapa bagian yang sudah bersatu, sedangkan Kesatuan ialah ke-Esaan, sifat tunggal atau keseutuhan (WJS. Poerwadarminta, 1987).

Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia diwujudkan dalam semboyan pada lambang Negara Republik Indonesia yaitu BHINNEKA TUNGGAL IKA yang keberadaannya berdasarkan pada PP No. 66 Tahun 1951, mengandung arti beraneka tetapi satu (Ensiklopedia Umum, 1977). Semboyan tersebut menurut Supomo, menggambarkan gagasan dasar yaitu menghubungkan daerah-daerah dan suku-suku bangsa di seluruh Nusantara menjadi Kesatuan Raya (ST Munadjat D, 1928). Lengkapnya Bhinneka Tunggal Ika berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva. Hal tersebut merupakan kondisi dan tujuan kehidupan yang ideal dalam lingkungan masyarakat yang serba majemuk.

Dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk, berbangsa dan bernegara, berbagai perbedaan yang ada seperti dalam suku, agama, ras atau antar golongan, merupakan realita yang harus didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia, menuju cita-cita Nasional kita adalah masyarakat Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali.

Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan kebudayaan.

Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut:

1. Perasaan Senasib.

2. Kebangkitan Nasional

3. Sumpah Pemuda

4. Proklamasi Kemerdekaan

2.3 Unsur Terciptanya Sila Persatuan Indonesia

Dalam fakta sejarah, selama 350 tahun Negara Indonesia dijajah dan dieksploitasi segala sumber dayanya, sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Perjuangan bangsa Indonesia yang dulu bersifat kedaerahan ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali. Bahkan menjadikan perpecahan antar bangsa di Indonesia. Kemudian bangkitlah kesadaran bangsa Indonesia, terutama pemuda-pemuda Indonesia untuk saling bersatu dan melawan penjajah bersama-sama. Sehingga teraihlah kemerdekaan Indonesia yang dapat dinikmati hingga sekarang ini.

Walaupun persatuan Indonesia telah bertunas lama dalam sejarah bangsa Indonesia, akan tetapi semangat kebangsaan atau nasionalisme dalam arti yang sebenarnya seperti kita pahami sekarang ini, secara resminya baru lahir pada permulaan abad ke-20. Ia lahir terutama sebagai reaksi atau perlawanan terhadap kolonialisme dan karenanya merupakan kelanjutan dari gerakan-gerakan perlawanan terhadap kolonial VOC dan Belanda, yang terutama digerakkan oleh raja-raja dan pemimpin-pemimpin agama Islam. Hubungan erat gerakan perlawanan kaum Muslimin dan nasionalisme ini telah diuraikan oleh banyak pakar, misalnya oleh G. H. Jansen dalam bukunya Militant Islam (1979). Namun sebelum menguraikan hubungan ini akan kita lihat dulu unsure-unsur kolonialisme yang menimbulkan semangat perlawanan terhadapnya.

Kolonialisme modern, sebagaimana diterapkan VOC dan Belanda di Indonesia mengandung setidak-tidaknya tiga unsure penting:

Pertama. Politik dominasi oleh pemerintahan asing dan hegemoni pemerintahan asing tersebut terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu nasinalisme Indonesia di bidang politik bertujuan menghilangkan dominasi politik negara asing dengan membentuk pemerintahan berkedaulatan rakyat yang dipimpin badan permusyawaratan dan permufakatan dalam perwakilan.

Kedua. Eksploitasi ekonomi. Setiap pemerintahan kolonial berusaha mengeksplotasi sumber alam negeri yang dijajahnya untuk kemakmuran dirinya, bukan untuk kemakmuran negeri jajahan. Rakyat juga diperas dan dipaksa bekerja untuk kepentingan ekonomi kolonial, misalnya seperti terlihat system tanam paksa (culturstelsel) yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda di Jawa pada awal abad ke-19 dan menimbulkan perlawanan seperti Perang Diponegoro. Larena itu nasionalisme Indonesia hadir untuk menghentikan eksploitasi ekonomi asing dengan berdikari.

Ketiga. Penetrasi budaya. Kolonialisme juga secara sistematis menghapuskan jatidiri suatu bangsa dengan menghancurkan kebudayaan dan budaya bangsa yang dijajahnya, termasuk agama yang dianutnya. Caranya dengan melakukan penetrasi budaya, terutama melalui system pendidikan. Karena itu di bidang kebudayaan nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman. Ia tidak menolak pengaruh kebudayaan luar, tetapi menyesuaikannya dengan pandangan hidup, sistem nilai dan gambaran dunia (worldview, Weltanschauung) bangsa Indonesia.

Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dalam dari semangat yang mendadasi Pancasila. Dan dapat dirujuk kepada pidato Bung Karno (7 Mei 1953) di Universitas Indonesia, yang intinya ialah: Pertama, nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme sempit (chauvinism) tetapi nasionalisme yang mencerminkan perikemanusiaan (humanisme, internasionalisme); Kedua, kemerdekaan Indonesia tidak hanya bertujuan untuk menjadikan negara yang berdaulat secara politik dan ekonomi, tetapi juga mengembangkan kepribadian sendiri atau kebudayaan yang berpijak pada sistem nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri yang bhinneka tunggal ika.Hal yang mencerminkan persatuan Indonesia dapat kita lihat pada isi dari sumpah pemuda yamg berbunyi Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu : tanah Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu : bangsa Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa yang satu : bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda yang dilahirkan sebagai hasil Kongres Pemuda II yang diselenggarakan tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta adalah perjuangan yang gemilang dari hasrat kuat kalangan muda Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku dan agama, untuk menggalang persatuan bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Hal ini sangat jelas sekali tampak rasa nasionalisme yang sangat besar dari para pemuda pada masa itu, yang dengan segala cara bagaimana mempersatukan negara ini supaya menjadi negara yang merdeka berdaulat, adil dan makmur.Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu terkandung nilai bahwa bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Ynag Maha Esa. Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan Negara termasuk dalam era reformasi dewasa ini. Proses reformasi tanpa mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan, dan memegang teguh persatuan dan kesatuan maka bukan tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia seperti halnya telah terbukti pada bangsa lain misalnya Yugoslavia, Srilanka dan lain sebagainya.2.4 Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia

Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut nasionalisme. Nasionalisme adalah perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat. Oleh karena rasa satu yang begitu kuatnya, maka dari padanya timbul rasa cinta bangsa dan tanah air. Akan tetapi perlu diketahui bahwa rasa cinta bangsa dan tanah air yang kita miliki di Indonesia bukan yang menjurus kepada chauvinisme, yaitu rasa yang mengagungkan bangsa sendiri, dengan merendahkan bangsa lain. Jika hal ini terjadi, maka bertentangan dengan sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Walaupun ditulis cinta bangsa dan tanah air, tidak dimaksudkan untuk chauvimisme. Dengan demikian jelaslah bahwa konsekuensi lebih lanjut dari kedua hal tadi adalah menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada akhir akhir ini justru menunjukkan gejala disintegrasi bangsa. Hal ini sejalan dengan pengertian persatuan dan kesatuan. Secara keseluruhan arti dan makna Pancasila sila ketiga, adalah:

1. Nasionalisme

2. Cinta bangsa dan tanah air

3. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa

4. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit,

5. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenangungan

6. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya.

7. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.

8. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

9. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah menurut agamanya masing-masing

10. Menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia

11. Rela berkorban demi bangsa dan negara.

12. Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.

13. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

2.5 Cara Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Membangun Persatuan dan kesatuan mencakup upaya memperbaiki kondisi kemanusiaan lebih baik dari hari kemarin. Semangat untuk senantiasa memperbaiki kualitas diri ini amat sejalan dengan perlunya menyiapkan diri menghadapi tantangan masa depan yang kian kompetitif. Untuk dapat memacu diri, agar terbina persatuan dan kesatuan paling kurang terdapat sepuluh hal yang perlu dilakukan:

1. Berorientasi ke depan dan memiliki perspektif kemajuan;

2. Bersikap realistis, menghargai waktu, konsisten, dan sistematik dalam bekerja;

3. Bersedia terus belajar untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah;

4. Selalu membuat perencanaan;

6. Memiliki keyakinan, segala tindakan mesti konsekuensi;

7. Menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain;

8. Rasional dan percaya kepada kemampuan iptek;

9. Menjunjung tinggi keadilan; dan

10. Berorientasi kepada produktivitas, efektivitas dan efisiensi.

2.6Realisasi Pancasila Sila Ketiga dalam Bidang Pendidikan, Budaya, Ekonomi, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi2.6.1 Bidang PendidikanPendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk kepribadian. Penanaman kepribadian yang baik harus dilakukan sejak dini. Terutama penanaman rasa cinta tanah air dan rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Kepribadian yang baik para penerus bangsa akan menentukan nasib dan kemajuan Indonesia di masa mendatang.

Nilai-nilai pancasila harus ditanamkan kuat pada generasi-generasi penerus bangsa. Menurut Notonegoro (1973), perlu disusun sistem ilmiah berdasarkan Pancasila tentang ajaran, teori, filsafat, praktek, pendidikan nasional, yang menjadi dasar tunggal bagi penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional. Dengan begitu diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan mudah. Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Rasa cinta tanah air dan persatuan yang tinggi akan memacu semangat belajar para peserta didik. Dengan menanamkan rasa persatuan Indonesia pada peserta didik, maka pikiran mereka tidak lagi berorientasi bahwa persaingan prestasi adalah untuk menjadi yang lebih unggul dan menjatuhkan lawan. Namun lebih ke rasa cinta tanah air yaitu bersaing menjadi yang terbaik untuk satu tujuan bersama. Menuntut ilmu dengan saling bekerjasama dan bertukar pikiran antar pelajar guna menjadikan Indonesia lebih baik dari sekarang. Karena pelajar merupakan benih-benih pejuang bangsa, yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia di masa mendatang.

Penerapan Pancasila sila ketiga dalam bidang pendidikan bagi peserta didik antara lain dengan diadakannya pertukaran pelajar antar sekolah di Indonesia, diadakannya lomba-lomba antar sekolah, upacara bersama, perayaan hari ulang tahun kemerdekaan bersama-sama. Dengan upaya penerapan persatuan tersebut maka peserta didik akan mengenal sekolah lain di luar sekolahnya sendiri, sekolah satu dan lainnya akan saling mengisi, serta memupuk rasa persatuan antar pelajar Indonesia.

Rasa persatuan dan kesatuantidak hanya ditanamkan pada peserta didik saja, namun bagi para pendidik rasa saling bersatu juga harus tertanam kuat. Guna bekerja sama untuk menciptakan penerus bangsa yang unggul. Serta mempersiapkan tombak-tombak bangsa yang akan berperang melawan persaingan dunia dan kecaman jahat yang mengancam bangsa Indonesia di masa mendatang. Salah satu penerapan persatuan di dunia pengajar adalah di bentuknya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).

2.6.2 Bidang BudayaKebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005: 172).

Dalamsila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara.Konsekuensinya negara adalah beranekaragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang diliukiskan dalam Bhineka Tunggal Ika.Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama. Sehingga penanaman pengamalan persatuan Indonesia sangat berperan penting dan harus ditanam pada setiap individu. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia (Kaelan, 1996: 193).

Negaramengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.Olehkarena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kebinekaanyang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan yang kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat, yang berdiri tegak di atas moral dan etika bangsa kita sesuai dengan keragaman budaya kita sendiri. Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka berbagai hal yang mengancam kebhinekaan mesti ditolak, pada saat yang sama segala sesuatu yang mengancam moral kebhinekaan mesti diberantas. Karena kebhinekaan yang bermatabat di atas moral bangsa yang kuat pastilah menjunjung eksistensi dan martabat manusia itu sendiri.

2.6.3 Bidang EkonomiEkonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua kebutuhanya. Tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan ada atau turut campur. Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan (Kaelan, 1996: 193). Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan.

Rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam kuat pada diri mereka sebagai bangsa Indonesia akan menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan berjalan baik jika antar pelaku ekonomi saling bersatu dan mendukung, karena tujuan mereka bukanlah menjadi penguasa ekonomi dan menjatuhkan lawannya, namun bekerja sama bersama-sama guna kemajuan ekonomi di Indonesia. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan sehingga usaha-usaha kecil dapat berkembang dan mendukung perekonomian Indonesia menjadi kuat.

2.6.4Ilmu pengetahuan dan teknologiIptek harus memenuhi etika ilmiah, yang paling berbahaya adalah yang menyangkut hidup mati, orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Di samping itu Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena Iptek pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan umat manusia. Nilai-nilai Pancasila sila ketiga bilamana dirinci dalam etika yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah sebagai berikut (T. Jacob, 1996: 195):

1. Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara seluruhnya. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tenologi harus mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.

2. Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya.

3. Pentingnya individualitas dan kemanusiaan dalam catur darma ilmu pengetahuan, yaitu penelitian, pengajaran, penerapan, dsan pengamalannya.

Persaingan IPTEK tidak untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Namun penemuan penemuan baru yang membantu kegiatan manusia dan mempermudah pekerjaan manusia adalah untuk satu tujuan yakni guna kemajuan Negara Indonesia.

BAB III

PENUTUP

3.1 KesimpulanPersatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan/kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.

Persatuan Bangsa Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Tiga aspek dari Persatuan Indonesia :

1. Aspek Satu Nusa

2. Aspek Satu Bangsa

3. Aspek Satu Bahasa

Aagar terbina persatuan dan kesatuan paling kurang terdapat sembilan hal yang perlu dilakukan:

berorientasi ke depan dan memiliki perspektif kemajuan;

bersikap realistis, menghargai waktu, konsisten, dan sistematik dalam bekerja;

bersedia terus belajar untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah;

selalu membuat perencanaan;

memiliki keyakinan, segala tindakan mesti konsekuensi;

menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain;

rasional dan percaya kepada kemampuan iptek;

menjunjung tinggi keadilan; dan

berorientasi kepada produktivitas, efektivitas dan efisiensi.

Dibutuhkan pemahaman tentang BHINEKA TUNGGAL IKA. Dengan begitu diharapkan akan tercipta nya toleransi antar suku, agama, ras di Indonesia. Terciptanya toleransi dalam kehidupan beragama dan bersuku bangsa akan meminimalkan terjadinya politisasi dan radikalisme agama. Jika kemajemukan tidak memiliki nila-nilai toleransi dan persatuan, tentu akan mengarah pada fanatisme berlebihan.DAFTAR PUSTAKAAriani Desi. 2009.Implementasi SIla Persatuan Indonesia. (online), (http://referensipolitikdanhukum.blogspot.com/2009/08/implementasi-sila-persatuan-indonesia.html), diakses tanggal 03 April 2014.

Kaelan. 1996.FilsafatPancasila. Yogyakarta: Paradigma.Nishom,M. 2011.Makalah Pengamalan Pancasila. (online), (http://www.isomwebs.com/2011/makalah-pengamalan-pancasila.html), diakses pada 03 April 2014.

Razif N,Muhamad. 2011.Nilai Pancasila Sila Ketiga dalam Kemajemukan Budaya Indonesia. (online), (http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/download/5639/4742.html), diakses pada 03 April 2014.

Rochwil C.Muhammad. 2011.Penerapan Pancasila Sila Ketiga dalam Bidang kebudayaan.(online), (http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/download/5639/4742.html),diakses pada 03 April 2014.Soerjono Soekanto. 2005.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

2