Tugas Perencanaan Wilayah Pesisir - Maya Errian Yolitta
description
Transcript of Tugas Perencanaan Wilayah Pesisir - Maya Errian Yolitta
Critical Review Jurnal
KAJIAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR KOTA AMBON
SEBAGAI KOTA PANTAI
(AMBON WATERFRONT CITY)
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah
Perencanaan Kawasan Pesisir
Disusun Oleh
Maya Errian Yolitta
115060601111018
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
Pengelolaan Pesisir Wilayah Studi
Kota Ambon sebagai ibukota Provinsi Maluku merupakan kota yang memiliki potensi
wilayah pesisir karena letak geografis wilayahnya berada pada garis pantai yang panjang.
Perencanaan pembangunan Kota Ambon terkait dengan pengembangan kawasan pesisir akan
diarahkan pada pengembangan Ambon Kota Pantai (Ambon Waterfront City). Hal tersebut
didukung oleh Rencana Strategis Kota Ambon 2006 – 2013, yang menyebutkan bahwa
pengembangan pembangunan Kota Ambon sebagai pusat perkembangan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat diarahkan pada kawasan pesisir. Lokasi kajian penelitian meliputi wilayah
pesisir Kota Ambon terdiri atas 3 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 12 Desa.
Menurut Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Ambon kebijakan perluasan fisik
kegiatan perkotaan diarahkan pada wilayah yang belum terbangun, tujuannya agar perkembangan
kota bisa merata diseluruh bagian wilayah Kota Ambon. Berdasarkan kesesuaian lahan,
pengembangan kawasan diarahkan menuju ke wilayah timur Kota Ambon karena kawasan tersebut
merupakan kawasan yang potensial dan layak untuk dikembangkan. Pada Kondisi eksisting arah
perkembangan fisik cenderung ke arah timur Kota Ambon mulai dari kawasan Batu Merah kearah
Galala, Passo dan Pokka mengikuti jaringan jalan menyusuri pantai. Perkembangan kawasan
terbangun identik dengan kegiatan permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa, serta
industri. Khusus perkembangan kawasan terbangun kearah daratan/perbukitan didominasi untuk
kawasan permukiman, sedangkan kegiatan jasa perdagangan berlokasi sepanjang pantai di jalan
arteri primer. Kawasan permukiman ini sebagian tidak sesuai dengan arahan rencana karena
memanfaatkan lereng-lereng perbukitan dengan kemiringan lebih dari 30% dan hal ini akan dapat
merusak kelestarian lingkungan.
Pada kondisi eksisting kawasan terbangun yang ada memperlihatkan bentuk/pola linier
melingkar sepanjang pesisir Pantai Teluk Ambon dan Teluk Dalam. Pola lingkungan permukiman /
kawasan perumahan yang banyak dibangun adalah berpola grid, yang dalam perkembangannya
pembangunan kawasan perumahan cenderung memanfaatkan daerah perbukitan yang terletak
pada kemiringan lereng antara 15-30%. Keadaan ini perlu diwaspadai untuk mencegah terjadinya
penurunan daya dukung/kerusakan lingkungan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pengawasan
dan pengendalian yang berkelanjutan terhadap segala bentuk kegiatan pembangunan yang
memerlukan lahan dalam skala besar.
Kajian Pengembangan Kota Ambon Sebagai Kota Pantai dapat direalisasi apabila dalam
proses pengembangannya mampu menjaga kawasan lindung di kawasan pesisir. Pengembangan
tersebut dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
1. Mengamankan atau tidak mengganggu kawasan instalasi strategis
2. Memanfaatkan potensi keberagaman untuk menunjang pengembangan pesisir sebagai
perdagangan kawasan dan jasa, kawasan permukiman, kawasan pariwisata, kawasan
permukiman, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan dan transportasi laut, kawasan
pelayanan dan aksesibilitas
3. Menyeimbangkan pembangunan sektor modern – tradisional, dengan melestarikan budaya
lokal
4. Memanfaatkan teknologi ramah lingkungan dalam penyelesaian pembangunan fisik
5. Menyiapkan jalur-jalur evakuasi dalam kondisi bahaya bencana alam (tsunami, gelombang
pasang)
Zonasi potensi pengembangan wilayah pesisir dibuat berdasarkan daya dukung ruang-
ruang pesisir. Pembagian zonasi tersebut antara lain Pelabuhan Nelayan, Wisata Pesisir Pantai, Mix
Use (Perdagangan dan Jasa), Mix Use (Perdagangan, Jasa, dan Hunian), Pasar Ikan Higienis, Pasar
Ikan Terapung, Pelabuhan dan sarana penunjangnya.
Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Pesisir Kota Ambon, dibagi menjadi 4 berdasarkan
rencana struktur ruang dalam RTRW Kota Ambon tahun 2012, yakni:
1. SWP I, sub wilayah pusat kota dan kilang dengan pusat pelayanan di Pusat Kota.
2. SWP II, sub wilayah Passo dan Hutumuri dengan pusat Pelayanan di Passo.
3. SWP III, sub wilayah Rumah Tiga dan Laha dengan pusat pelayanan di Rumah Tiga.
4. SWP IV, sub wilayah Latuhalat dan sekitarnya dengan pusat pelayanan di Amahusu.
Pembahasan
Pengertian waterfront city dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut,
bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003). Sedangkan, urban
waterfront mempunyai arti suatu lingkungan perkotaan yang berada di tepi atau dekat wilayah
perairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn, 1983).
Berdasarkan kedua pengertian tersebut maka definisi waterfront adalah suatu daerah atau area
yang terletak didekat ataupun berbatasan dengan kawasan perairan (area pertemuan darat dan
perairan) yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan yang bervariasi.
Kriteria umum penataan dan pendesainan waterfront adalah (Prabudiantoro, 1997):
1. Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dan
sebagainya).
2. Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata.
3. Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau
pelabuhan.
4. Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.
5. Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal dan horisontal.
Pola ruang pada zona-zona di area waterfront harus mengacu dan berorientasi ke arah
perairan. Zona-zona yang ada di area waterfront tercipta karena area waterfront merupakan suatu
area yang menjadi tempat bertemu dan berintegrasinya beberapa fungsi kegiatan. Pada umumnya,
zona yang berada langsung berbatasan dengan daerah perairan utama mempunyai fungsi-fungsi
kegiatan utama yang bersifat publik sehingga dapat diakses dari segala arah oleh semua orang.
Setelah zona utama terbentuk kemudian di sekitarnya dibangun zona-zona ruang yang lebih kecil
yang berisi fungsi-fungsi penunjang kawasan utama tersebut atau berisi daerah permukiman
penduduk. Studi kasus Kajian Pengembangan Kota Ambon Sebagai Kota Pantai (Waterfront City)
sudah mengacu pada kriteria umum penataan dan pendesainan waterfront, dengan tingkat
kompleksitas guna lahan yang cukup bervariasi pada masing-masing zona di wilayah pesisir.
Pertimbangan analisis daya dukung, analisis daya tampung, analisis struktur ruang, dan aspek
kependudukan, menjadikan penelitian tersebut layak untuk diimplementasikan. Pertimbangan
kecenderungan perkembangan kawasan terbangun Kota Ambon dijadikan acuan dalam kajian
Kelayakan Pengembangan Kawasan Pesisir Kota Ambon sebagai Kota Pantai. Disisi lain pemerataan
perkembangan kota dalam aspek fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat menjadikan konsep
waterfront city mampu diterapkan di Kota Ambon yang merupakan ibukota Provinsi Maluku
sebagai motor penggerak perekonomian wilayah. Kebijakan terkait pengembangan wilayah pesisir
Kota Ambon juga menjadi faktor pendukung yang baik untuk menciptakan produk perencanaan
yang berkelanjutan (menyeimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan) serta layak
dilaksanakan.
Namun ada satu kekurangan yang belum diperhatikan dalam Kajian Pengembangan Kota
Ambon Sebagai Kota Pantai (Waterfront City), yakni sirkulasi atau jaringan jalan. Menurut Siska
Soesanti, et al., sirkulasi adalah lahan yang digunakan sebagai prasarana penghubung antara zona-
zona di dalam kawasan dan akses dengan kawasan lainnya. Sirkulasi pada area waterfront ada dua
jenis, yaitu sirkulasi darat dan sirkulasi air. Idealnya kedua sirkulasi tersebut mempunyai jumlah
dan luas yang sama besarnya. Selain itu, penataan sirkulasi pada area waterfront dikatakan baik
apabila jaringan jalannya berpola lurus dan sejajar dengan sisi perairannya. Penataan ini
memudahkan semua orang untuk menikmati view ke arah perairan. Sedangkan penataan sirkulasi
darat yang tidak berdekatan dengan area perairan mengakibatkan salah orientasi dan hilangnya
citra dari waterfront tersebut. Kajian sirkulasi atau jaringan jalan ditujukan sebagai sistem jaringan
terkait aksesibilitas masyarakat ataupun pengunjung yang menuju lokasi waterfront Kota Ambon.
Sebaiknya untuk menyempurnakan hasil penelitian Kelayakan Pengembangan Kawasan Pesisir
Kota Ambon sebagai Kota Pantai perlu analisis dan kajian lebih lanjut terkait sirkulasi atau jaringan
jalan menuju dan dalam kawasan pesisir Kota Ambon.
Kesimpulan
Studi Kelayakan Pengembangan Kawasan Pesisir Kota Ambon sebagai Kota Pantai
(Waterfront City) mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain:
1. Lokasi berada di dekat wilayah perairan yang luas, yakni Teluk Ambon dan Teluk Dalam
2. Kecenderungan perkembangan fisik wilayah diarahkan pada kawasan yang belum
terbangun, dengan fungsi dan peranan perkembangan kegiatan sesuai dengan zonasi
kawasan pesisir
3. Pertimbangan analisis daya dukung, analisis daya tampung, analisis struktur ruang, dan
aspek kependudukan, merupakan suatu kelebihan dalam kajian kelayakan pengembangan
kawasan pesisir Kota Ambon sebagai Waterfront City
4. Keterkaitan dan dukungan kebijakan pemerintah menjadikan konsep Waterfront City layak
diimplementasikan di Kota Ambon
Terdapat satu kekurangan kajian penelitian Kelayakan Pengembangan Kawasan Pesisir
Kota Ambon sebagai Kota Pantai (Waterfront City), yakni tidak terdapat analisis atau kajian
mengenai sirkulasi dan jaringan jalan sebagai pendukung aksesibilitas Kota Ambon sebagai Kota
Pantai (Waterfront City).
Daftar Pustaka
Berhitu, Pieter Th. et al. 2010. Kajian Kelayakan Pengembangan Kawasan Pesisir Kota Ambon
sebagai Kota Pantai (Ambon Waterfront City). Jurnal Teknologi, Volume 7 Nomor 1.
Ambon.
Echols, J. M., and Shadily, H. 2003. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta, Penerbit PT Gramedia.
Prabudiantoro, B. 1997. Kriteria Citra Waterfront City, Thesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Soesanti, Siska. et al. POLA PENATAAN ZONA, MASSA, DAN RUANG TERBUKA PADA PERUMAHAN
WATERFRONT (Studi Kasus : Perumahan Pantai Indah Kapuk). Universitas Katolik
Parahyangan.
Wrenn, Douglas M. 1983. Urban Waterfront Development, Urban Land Inst, Washington.