Tugas pendidikan kewarganegaraan

7
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN “UUD 1945” Nama : Muhamad Riski Saputra Kelas : 2EA33 NPM : 15213768 Semester : 3 Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan Dosen : Sri Waluyo Universitas Gunadarma 2015

Transcript of Tugas pendidikan kewarganegaraan

Page 1: Tugas pendidikan kewarganegaraan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN “UUD 1945”

Nama : Muhamad Riski Saputra

Kelas : 2EA33

NPM : 15213768

Semester : 3

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen : Sri Waluyo

Universitas Gunadarma

2015

Page 2: Tugas pendidikan kewarganegaraan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. Karena atas rahmat-nya penulisan Karya Ilmiah ini dapat

terselesaikan tepat waktu.

Tulisan ini merupakan salah satu syarat dalam mata kuliah softskill di Semester 4 guna untuk

mendapatkan nilai yang baik di mata kuliah “PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” Universitas

Gunadarma.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memotivasi dan memberi masukan-masukan

yang bermanfaat sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknik penulisan maupun

materi, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

tulisan. Semoga ini bermanfaat bagi pembaca khususnya serta rekan-rekan mahasiswa pada

umumnya.

Bekasi, 23 Maret 2015

Penulis,

Muhamad Riski Saputra

Page 3: Tugas pendidikan kewarganegaraan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal

29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang

berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang

"Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI

membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan

menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban

menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah

Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional

Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945

Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan

(BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa

saja. Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945.

Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945

atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusipemerintahan negara Republik

Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal

18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak

tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali

memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli

1959. B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perubahan UUD 1945?

2. Apakah Tujuan Perubahan UUD 1945 ? C. Tujuan penelitian

Makalah ini disusun dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui perubahan UUD 1945.

2. Untuk mengetahui Tujuan Perubahan UUD 1945.

Page 4: Tugas pendidikan kewarganegaraan

BAB II

PEMBAHASAN Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain, sebagai berikut.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membentuk struktur ketatanegaraan

yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan

rakyat. Hal itu berakibat pada tidak terjadinya saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks

and balances) pada institusi-institusi ketatanegaraan. Penyerahan kekuasaan tertinggi kepada MPR

merupakan kunci yang menyebabkan kekuasaan pemerintahan negara seakan-akan tidak memiliki

hubungan dengan rakyat.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kekuasaan yang sangat

besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif (presiden). Sistem yang dianut oleh Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dominan eksekutif (executive heavy,) yakni

kekuasaan dominan berada di tangan presiden. Pada diri presiden terpusat kekuasaan menjalankan

pemerintahan (chief executive) yang dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim

disebut hak prerogatif (antara lain memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi) dan kekuasaan

legislatif karena memiliki kekuasaan membentuk undang-undang. Hal itu tertulis jelas dalam

Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Presiden

ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah Majelis. Dua cabang kekuasaan

negara yang seharusnya dipisahkan dan dijalankan oleh lembaga negara yang berbeda tetapi nyatanya

berada di satu tangan (Presiden) yang menyebabkan tidak bekerjanya prinsip saling mengawasi dan

saling mengimbangi (checks and balances) dan berpotensi mendorong lahirnya kekuasaan yang

otoriter.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu

“luwes” sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu tafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum diubah) yang berbunyi “Presiden

dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih

kembali”. Rumusan pasal itu dapat ditafsirkan lebih dari satu, yakni tafsir pertama bahwa presiden

dan wakil presiden dapat dipilih berkali-kali dan tafsir kedua adalah bahwa presiden dan wakil

presiden hanya boleh memangku jabatan maksimal dua kali dan sesudah itu tidak boleh dipilih

kembali. Contoh lain adalah Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (sebelum diubah) yang berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia asli”. Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak memberikan penjelasan dan memberikan arti

apakah yang dimaksud dengan orang Indonesia asli. Akibatnya rumusan itu membuka tafsiran

beragam, antara lain, orang Indonesia asli adalah warga negara Indonesia yang lahir di Indonesia atau

warga negara Indonesia yang orang tuanya adalah orang Indonesia.

Page 5: Tugas pendidikan kewarganegaraan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terlalu banyak memberikan

kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan bahwa Presiden juga

memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai dengan

kehendaknya dalam undang-undang. Hal itu menyebabkan pengaturan mengenai MPR, Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), HAM, dan

pemerintah daerah disusun oleh kekuasaan Presiden dalam bentuk pengajuan rancangan undang-

undang ke DPR.

Rumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang semangat

penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang

kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasi

manusia (HAM), dan otonomi daerah. Hal itu membuka peluang bagi berkembangnya praktik

penyelenggaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain, sebagai berikut.

Tidak adanya saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) antarlembaga negara

dan kekuasaan terpusat pada Presiden.

Infrastruktur politik yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi masyarakat, kurang

mempunyai kebebasan berekspresi sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal karena

seluruh proses dan tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.

Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 tidak tercapai, justru yang berkembang adalah sistem monopoli, oligopoli, dan monopsoni.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang

ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

- Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD 1945

- Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945

- Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD 1945

- Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD 1945

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal,

65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal

yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta

Penjelasan.

Page 6: Tugas pendidikan kewarganegaraan

Tujuan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk:

1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional yang

tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila;

2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta

memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi;

3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan per-lindungan hak asasi manusia agar sesuai

dengan perkem-bangan paham hak asasi manusia dan peradaban umat manusia yang sekaligus

merupakan syarat bagi suatu negara hukum dicita-citakan oleh Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern, antara lain

melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi

(checks and balances) yang lebih ketat dan transparan, dan pembentukan lembaga-lembaga negara

yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman;

5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara

mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika, moral, dan

solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara sejahtera;

6. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara

dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan

umum;

7.Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan

perkembangan aspirasi, kebutuhan, serta kepentingan bangsa dan negara Indonesia dewasa ini

sekaligus mengakomodasi kecende-rungannya untuk kurun waktu yang akan datang.

Page 7: Tugas pendidikan kewarganegaraan

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pengertian UUD 1945 ialah hukum tertulis atu keseluruhan naskah yang terdiri dari dan

tersusun atas tiga bagian yaitu pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan.

2. Pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu terdapat dalam makna

tiap-tiap alinea pembukaan UUD 1945.

3. Pokok pikiran terdiri atas empat pokok pikiran yaitu, Persatuan, Keadilan sosial,

Kerakyatan, dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab.

B. Referensi

http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945

Apeldoorn, L.J Van. UUD 1945 & Perubahannya, Jakarta: Pradnya Paramita, 2009

Asshiddiqie,Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta:Sinar

Grafika, 2010

Sinamo, Nomensen, Demokrasi Amandemen, Jakarta: Pustaka Mandiri, 2010

Azhari, Aidul Fitriciada, Rekonstruksi Bernegara Dalam UUD 1945, Jakarta:

Genta Publishing, 2015