tugas pascapanen.docx
description
Transcript of tugas pascapanen.docx
BAB
I
PENDAHULUAN
Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere”
(= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai
usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang
mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam
GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk
dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Ditinjau dari fungsinya
tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin,
mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta estetika (dari tanaman hias/bunga)
(Anonim, 2011)
Peranan hortikultura adalah :
a). Memperbaiki gizi masyarakat,
b) memperbesar devisa negara,
c) memperluas kesempatan kerja,
d) meningkatkan pendapatan petani, dan
e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.
Namun dalam kita membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan
pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan
lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam
pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim
yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam. Dengan mengetahui manfaat serta
sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil
dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap
permasalahan hortikultura tersebut.
Kerugian yang terjadi pada produk hortikultura segar perlu diperhatikan
dengan mengetahui langkah-langkah yang benar pada tindakan panen dan
pascapanen. Kerugian meliputi hilangnya sebagian atau total, kehilangan kualitas,
kehilangan air, membusuk dan kerusakan fisik.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat
cerah menilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam
pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus
berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-
negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain
Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang serba Bangkok, Belanda
dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun
pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PANEN
Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah
cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya.Produk hortikultura setelah
panen tidak bisa dinaikan, hanya bisa dipertahankan. Pada saat panen kwalitas
harus maksimal, dengan penanganann yang baik dapat dipertahankan untuk waktu
yang lama. Indicator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang
tepat menurut Purwadaria (1989) antara lain sebagai berikut :
1) Indicator fisik
Indikator fisik sering digunakan khususnya pad beberapa komuditas buah.
Indikatornya adalah:
a) Buah mudah tidaknya dilepaskan dari tangkainya, uji kesegaran buah
dengan menggunkaan onenetrometer.
b) Uji kesegaran buah lebih objektif, karena dapat dikuantitatifkan.
2) Indicator visual
Paling banyak dipergunakan baik pada komoditas bauh ataupun
komoditas sayur. Indikatornya yaitu:
i) Berdasarkan warna kulit,ukuran dan bentuk.
ii) Berdasarkan karakteristik permukaan dan bagian tanaman yang
mengering.
Sifatnya sangat subjektif, keterbatasan dari indra penglihatan manusia.
Sering salah pemenenan dialakukan terlalu muda/awal/atau terlalu tua/
lewat panen.
3) Analisis kimia
Terbatas pada perusahan besar, lebih banyak pada komoditas buah.
Indikatornya adalah:
i) Jumlah kandungan zat padat terlarut.
ii) Jumlah kandungan asam
iii) Jumlah kandungan parti,
iv) Jumlah kandungan gula
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Metode analisis kimia lebih objektif dari visual karena
terukur.Dasarnya: terjadinya perubahan biokimia selama proses
pemasakan buah.
Perubahan yang sering terjadi adalah:
a. Pati menjadi gula,
b. Menurunnya kadar asam,
c. Meningkanya zat padat terlarut.
4) Indikator fisiologis
Indikator utamanya adalah:
a) Laju respirasi
b) Jumlah konsentrasi dan konsentrasi etilen.
Indikator fisiologis sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat
klimaterik.Saat komoditas tercapai masak fisiologis respirainya mencapai
klimaterik.Apabila laju respirasi suatu komoditas sudah mencapai
klimaterik, siap dipanen.
5) Komputasi
Indeksnya adalah:
i. Jumlah dari rata-rata harian selama satu siklus hidup tanaman mulai
dari penanaman sampai masak fisiologis.
ii. Unit panas setiap tanaman.
Dasarnya adalah adanya korelasi positif antara suhu lingkungan denagn
pertumbuhan tanaman.Dapat diterapkan baik pada komoditas buah
maupun sayur.
Setelah diketahui bahwa produk hortikultura sudah cukup tua untuk dipanen,
panen dapat segera dilakukan dan produk harus dikumpulkan di lahan secepat
mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin, dengan kerusakan produk
sekecil mungkin, dan biaya semurah mungkin. Umumnya panen masih dilakukan
secara manual menggunakan tangan dan peralatan-peralatan sederhana. Meskipun
memerlukan banyak tenaga kerja, panen secara manual masih lebih akurat,
pemilihan sasaran panen juga dapat lebih baik dilakukan, kerusakan fisik yang
berlebihan dapat dihindari, dan membutuhkan biaya yang lebih kecil
dibandingkan dengan panen menggunakan peralatan mekanis (Suparlan, 1990)
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Cara panen yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Dengan cara ditarik: apokat, kacang polong, tomat
b) Dengan cara dipuntir: jeruk, melon
c) Dengan cara dibengkokkan: nenas
d) Dengan cara dipotong: buah dan sayuran pada umunya, dan bunga potong
e) Dengan cara digali dan dipotong: umbi, dan sayuran akar
f) Dengan menggunakan galah: buah pada di pohon yang tinggi secara
umum
Beberapa bagian yang Dipanen menurut Dhalimi(1990) antara lain :
a) Biji.
Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu
pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji di-
lakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan
sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di
dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong
mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna
hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering.
Pemanenan biji pada tanaman se-musim yang sifatnya determinate
dilakukan secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilaku-
kan setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah mulai mongering. Hal
ini berbeda dengan tanaman se-musim indeterminate dan tahunan, yang
umumnya dipanen secara ber-kala berdasarkan pemasakan dari
biji/polong.
b) Buah
Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara me-metik.
Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan
kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen
pada saat masih muda, seperti buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan
buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya kurang
sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang terlambat akan
menyebabkan pe-nurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
aktif yang ter-dapat di dalamnya menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah
menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk.
c) Daun
Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal
dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan
memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan
pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat
menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan
bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat dipanen
pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4
bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian
juga dengan pe-manenan yang terlambat menyebab-kan daun mengalami
penuaan (se-nescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya
sudah ter-degradasi. Pada beberapa tanaman pemanenan yang terlambat
akan mempersulit proses panen.
d) Rimpang
Untuk jenis rimpang waktu pe-manenan bervariasi tergantung
penggunaan. Tetapi pada umumnya pe-manenan dilakukan pada saat
tanaman berumur 8 - 10 bulan. Seperti rimpang jahe, untuk kebutuhan
eks-por dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah
tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Selanjutnya untuk keperluan
pem-buatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur 4 - 6
bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi.
Sebagai bahan obat, rimpang di-panen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan
setelah tanam. Untuk temu-lawak pemanenan rimpang dilaku-kan setelah
tanaman berumur 10 - 12 bulan. Temulawak yang dipanen pada umur
tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi.
Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen
pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan
mulai menge-ringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan
tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan
kencur.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
e) Bunga
Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk
segar maupun kering. Bunga yang digunakan dalam bentuk segar,
pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah
pertumbuhannya maksimal. Berbeda dengan bunga yang digunakan
dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang
mekar. Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih
kuncup menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bunga yang sudah mekar.
f) Kayu.
Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa
metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda
tergantung jenis tanaman dan ke-cepatan pembentukan metabolit
sekundernya. Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4
sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat
aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.
Disamping cara panen, waktu panen juga mempengaruhi kualitas produk
hortikultura yang dihasilkan. Umumnya panen dilakukan pagi hari ketika matahari
baru saja terbit karena hari sudah cukup terang tetapi suhu lingkungan masih
cukup rendah sehingga dapat mengurangi kerusakan akibat respirasi produk dan
juga meningkatkan efisiensi pemanenan. Beberapa jenis produk hortikultura lebih
baik dipanen agak siang agar embun yang menempel pada produk telah
mengering, atau sekalian sore hari bila suhu lingkungan juga menjadi
pertimbangan penting. Hal ini dapat mengurangi luka bakar akibat getah yang
mengering pada buah-buah yang mengeluarkan getah dari tangkainya seperti
mangga, atau mengerluarkan minyak seperti jeruk, dan mengurangi kerusakan
mekanis (sobek) pada sayuran daun (Winarno, 2001)
2. PASCA PANEN
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat
disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan
primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua
perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau
untuk persiapan pengolahan berikutnya (Winarno, 2001).
Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau
penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.
Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil
tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama
(pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk
penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan
industri.Gambaran umum karakteristik komoditas hortikultura bersifat
volumunios (membutuhkan tempat yang besar) dan perishable (mudah rusak)
sehingga dibutuhkan penanganan pasca panen yang cepat dan tepat. Hal utama
yang timbul akibat penanganan yang kurang tepat dan cepat tersebut adalah
tingginya kehilangan atau kerusakan hasil (Dhalimi,1990).
Hal ini disebabkan antara lain penanganan pasca panen produk
hortikultura yang masih dilakukan secara tradisional atau konvensional
dibandingkan kegiatan pra panen. Terlihat bahwa masih rendahnya penerapan
teknologi, sarana panen/pasca panen yang terbatas, akses informasi dalam
penerapan teknologi dan sarana pasca panen juga terbatas sehingga menjadi
kendala dalam peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani/pelaku usaha
(Anonim, 1993).
Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman
budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk
membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik
serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya
Penanganan pasca panen hortikultura secara umum bertujuan untuk
memperpanjang kesegaran dan menekan tingkat kehilangan hasil yang
dilaksanakan melalui pemanfaatan sarana dan teknologi yang baik. Oleh karena
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
itu, untuk mengurangi dampak teknologis, ekologis dan ekonomis diperlukan road
map (peta perjalanan) penanganan pasca panen hortikultura sebagai landasan
dalam penyusunan program kegiatan, rencana aksi serta kebijakan
(Dhalimi,1990).
Tahapan Penanganan Pasca Panen :
1. Pemanenan : Pemungutan hasil pertanian yang teah cukup umur
2. Pengumpulan : Mengumpulkan hasil panen untuk mempermudah penyortiran.
3. Sortasi : Pemisahan hasil panen yang baik dan jelek.
4. Pencucian :Mencuci Produk hasil sortasi dari kotoran
5. Grading: Untuk mendapatan sayuran yang baik dan seragan dalam suatu kelas
yang sama sesuai dengan standard yang telah ditetapkan atau sesuai dengan
permintaan konsumen.
6. Pengemasan : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan karena benturan sesama
produk selama penyimpanan.
7. Penyimpanan dan pendinginan : Menekan enzim respirasi agar aktivitasnya
serendah mungkin sehingga laju respirasinya kecil dan produk terjaga
kesegaranya.
8. Transportasi:Mendistribusikan hasil pertanian yang telah melewati tahap-tahap
pascapanen.
Teknologi pasca panen adalah cara, metode atau teknik yang digunakan dalam
menangani hasil hortikultura yang telah dipanen agar kerusakan pasca panen menurun,
masa simpan dalam keadaan segar menjadi lebih lama, mutu lebih baik, penampilan
dalam keadaan segar lebih menarik, dan penanganan oleh konsumen lebih mudah.
Penurunan Kerusakan Pasca Panen dan Perpanjangan Masa Simpan
Pada saat panen dan pasca panen, hasil hortikultura dapat mengalami kerusakan fisik
misalnya karena tergores, sobek, memar, benturan dan jatuh. Kerusakan fisiologis juga
akan terjadi karena reaksi biokimia di dalam sel dan jaringan sehingga terjadi perubahan-
perubahan pada warna, tekstur, dan rasa. Berat bahan dapat berkurang karena penguapan
air dari bahan. Mikroorganisme dan serangga yang terbawa pada saat panen, atau
mengkontaminasi bahan setelah panen dapat menyebabkan kerusakan. Kerusakan-
kerusakan tersebut dapat dikurangi dan ditunda dengan menerapkan cara penanganan
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
yang baik pada saat panen dan pasca panen. Memberi perlakuan dan perlindungan
tertentu pada hasil hortikultura adalah salah satu contoh penanganan yang baik, misalnya
memberi bahan yang dapat mengurangi energi benturan, membuang bagian-bagian yang
rusak, membersihkan dan mencuci bahan dengan air yang telah diberi desinfektan, dan
menyimpan bahan pada suhu rendah.
Peningkatan Penampilan dan Kemudahan Penanganan oleh Konsumen
Hasil hortikultura yang telah dipanen, sering tampak kotor karena terdapat bagian-
bagian yang rusak, atau terkontaminasi kotoran. Penyiangan bagian-bagian yang rusak,
pembersihan dan pencuciaan dapat meningkatkan penampilan hasil hortikultura sehingga
tampak lebih menarik. Perlakuan tersebut juga memudahkan konsumen dalam menangani
bahan karena mereka tidak perlu lagi melakukan penyiangan dan pembersihan bahan
ketika melakukan pengolahan.
Perubahan pada Masa Pasca Panen
Proses metabolisme yang ditandai dengan adanya respirasi akan mendorong
terjadinya perubahan fisiologis, fisik dan kimia pada bahan. Senyawa-senyawa di dalam
bahan dapat berubah jenis dan jumlahnya seiring dengan proses metabolisme. Perubahan
itu pada akhirnya menuju kepada kerusakan pada bahan.
1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Masa Pasca Panen
Berbagai faktor internal dan eksternal dapat berpengaruh terhadap hasil
hortikultura pada masa pasca panen. Faktor internal adalah proses metabolisme
yang terjadi pada sel dan jaringan bahan. Sedangkan faktor eksternal adalah
lingkungan biotik seperti serangga, tikus dan mikroba, serta lingkungan abiotik
seperti suhu, kelembaban dan komposisi gas pada udara ruang penyimpanan.
Faktor abiotik seperti kondisi udara di ruang penyimpanan dapat mempengaruhi
proses metabolisme. Misalnya pada suhu yang lebih tinggi, laju metabolisme
akan lebih tinggi pula. Faktor biotik, seperti serangga dan mikroba akan
mengkonsumsi jaringan bahan untuk pertumbuhannya. Populasi mikroba dan
serangga pada bahan biasanya seiring dengan peningkatan kerusakan pada bahan.
Faktor biotik juga dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik, misalnya pada suhu
rendah kebanyakan mikroba menjadi turun aktivitasnya.
a) Metabolisme pada Sayur dan Buah
Cara yang paling mudah untuk mempelajari metabolisme hasil
hortikultura adalah dengan mengamati produksi karbondioksida dan gas
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
etilen; perubahan warna dan komposisi bahan; pertambahan ukuran
bahan dan perkecambahan.
b) Produksi Karbondioksida
Pada masa pasca panen, jaringan sayur dan buah masih terus
melangsungkan metabolisme, di antaranya adalah respirasi yang
memerlukan oksigen dan menghasilkan gas karbondioksida. Respirasi
dapat menyebabkan berkurangnya kandungan zat gizi, perubahan flavor
dan rasa; dan berkurangnya berat bahan. Berdasarkan laju produksi
karbondioksida, beberapa jenis sayur dan buah dapat dikelompokkan
seperti Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Pengelompokan hasil hortikultura berdasarkan laju produksi
karbondioksida
Kelompok Respirasi Laju Produksi CO2
pada 5oC (mg.kg-
1.jam-1)
Komoditi
Sangat rendah <5 Kurma, sayur dan buah kering,
kacang
Rendah 5-10 Seledri, jeruk, bawang putih,
bawang merah, pepaya, nenas,
kentang, ubijalar, semangka
Sedang 10-20 Pisang, kubis, wortel (tanpa daun),
ketimun, tomat, mangga
Tinggi 20-40 Alpokat, wortel (tanpa daun),
Kembang kol, bawang daun, selada
Sangat tinggi 40-60 Brokoli, bunga potong
Sangat tinggi sekali >60 Jamur, bayam, jagung manis
Produksi Etilen
Etilen adalah sejenis hormon bagi tanaman yang mempengaruhi proses metabolisme
tanaman. Senyawa ini diproduksi oleh jaringan tanaman. Pada buah tertentu, jumlah gas
etilen yang diproduksi meningkat tajam pada saat pematangan. Buah seperti ini
digolongkan sebagai buah klimaterik. Buah yang produksi etilennya tidak menunjukan
peningkatan yang besar pada saat pematangan digolongkan sebagai buah non klimaterik.
Proses metabolisme dapat menyebabkan perubahan pada warna sayur dan buah
sebagai berikut:
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Kerusakan khlorofil. Kerusakan khlorofil menyebabkan bahan kehilangan
warna hijau yang dikehendaki pada buah dan tidak dikehendaki pada sayur.
Pembentukan karotenoid. Pembentukan karotenoid ditandai dengan
munculnya warna kuning dan orange yang seringkali dikehendaki seperti
pada pisang, jeruk, pepaya, markisa, nenas dan tomat.
Pembentukan antosianin. Pembentukan antosianin ditandai dengan
munculnya warna merah dan biru seperti yang terjadi pada terung pirus, dan
apel.
Perubahan antosianin dan senyawa fenolik. Perubahan ini menyebabkan
terjadinya pencoklatan pada sayur dan buah.
Perubahan Komposisi
Komposisi kimia bahan juga berubah pada masa pasca panen, seperti pati berubah
menjadi gula atau sebaliknya, kerusakan pektin dan asam organikPertumbuhan dan
Perkecambahan.
Berbagai hasil hortikultura tetap menunjukkan pertumbuhan atau bertunas pada masa
pasca panen. Kentang, bawang merah, bawang putih dan komoditi umbi lainnya dapat
bertunas dan akhirnya membusuk. Beberapa sayur seperti asparagus, bayam, dan
kangkung dapat terus tumbuh sehingga bentuknya berubah, menjadi lebih alot dan rasa
kurang enak. Bunga potong, misalnya gladiol yang diletakkan secara horizontal
menunjukkan gejala geotropik sehingga tampak bengkok.
Pengaruh Lingkungan
Suhu, kelembaban, komposisi gas, dan kandungan etilen pada ruang penyimpanan,
serta cahaya dapat berpengaruh terhadap komoditi hortikultura yang sedang disimpan.
Bahan-bahan kimia tertentu juga dapat ditambahkan untuk memperpanjang masa simpan
atau meningkatkan ketahanan terhadap serangga dan mikroba.
Suhu
Untuk mendapatkan masa simpan yang relatif panjang, komoditi hortikultura harus
disimpan pada suhu optimum tertentu. Jika penyimpanan tidak dilakukan pada suhu
optimum, maka berbagai kerusakan dapat terjadi. Penyimpanan di atas suhu optimum,
akan mempercepat kerusakan bahan. C di atas suhu optimum,Biasanya, setiap kenaikan
10 maka kerusakan terjadi dua kali lebih cepat. Kerusakan tersebut dapat berupa
kerusakan fisiologis dan kerusakan patologi.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Kelembaban
Laju transpirasi tergantung kepada kelembaban relatif udara pada ruang
penyimpanan bahan. Pada ruang dengan kelembaban relatif yang rendah, laju transpirasi
akan tinggi sehingga bahan akan kehilangan berat dengan cepat. Sedangkan pada ruang
dengan kelembaban relatif yang tinggi, kerusakan patologis oleh mikroba dapat
berlangsung lebih cepat.
Komposisi Udara
Komposisi oksigen dan karbondioksida udara pada ruang penyimpanan dapat
mempengaruhi laju kerusakan pada bahan. Walaupun pengaruh komposisi udara berbeda
terhadap jenis komoditi yang berbeda, pada umumnya laju metabolisme dan kerusakan
patologis dapat dikurangi dengan menyimpan bahan pada ruang dengan kadar
karbondioksida yang lebih tinggi dan oksigen yang lebih rendah.
Etilen
Etilen dapat memberikan pengaruh yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.
Pemberian etilen dapat mempercepat pematangan buah dengan warna yang lebih
seragam. Sebaliknya, pemberian etilen yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
fisiologis pada buah dan sayur.
Cahaya
Cahaya pada intensitas tertentu atau cahaya matahari langsung dapat menyebabkan
kulit kentang menjadi hijau karena terbentuknya khlorofil; dan juga beracun karena
terbentuknya solanin. Sayur-sayuran yang dipanen bersama akarnya akan menunjukkan
gejala liototropik dimana bagian tanaman membengkok ke arah cahaya.
Kerusakan Pasca Panen
Kerusakan pada masa pasca panen dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu kerusakan
fisiologis, kerusakan fisik dan kerusakan patologis. Kerusakan fisiologis terjadi jika
bahan berada pada suhu penyimpanan yang tidak cocok.
1) Kerusakan Fisiologis
Bahan yang disimpan pada suhu terlalu dingin dimana air bahan membeku,
maka di dalam jaringan bahan akan terbentuk kristal es yang cukup tajam untuk
merusak sel dan jaringan bahan. Kerusakan ini disebut kerusakan beku.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
C atauBahan yang disimpan dingin (di atas suhu beku) dan di bawah 5 pada
suhu yang tergantung kepada jenis bahan dapat mengalami kerusakan dingin.
Kerusakan ini akan berupa perubahan warna, bercak lunak pada permukaan,
tidak bisa matang, penyimpangan flavor, dan meningkatnya pertumbuhan
kapang yang secara normal tidak terdapat pada bahan. Kerusakan ini akan lebih
besar jika suhu penyimpanan turun naik, atau bahan dikeluarmasukkan dari
ruang pendingin.
Kerusakan panas terjadi jika bahan langsung terkena cahaya matahari yang
cukup lama atau suhu relatif tinggi. Kerusakan ini berupa perubahan warna
(biasanya warna semakin pucat).
2) Kerusakan Fisik
Berbagai kerusakan fisik yang dapat terjadi berupa luka, goresan, memar, retak
dan pecah akibat benda tajam, gesekan, dan benturan. Jaringan yang mengalami
kerusakan fisik akan mengalami pencoklatan, lebih rentan terhadap serangan
mikroba, dan mempercepat laju metabolisme.
Kerusakan fisik yang lain adalah berkurangnya berat bahan yang disebabkan
oleh transpirasi atau penguapan air yang dapat terjadi selama pasca panen.
Perubahan berat juga akan diikuti dengan terjadinya kerut, layu, dan kehilangan
kerenyahan. Transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal bahan seperti
morfologi, luas permukaan, adanya luka dan tingkat kematangan; serta faktor
eksternal berupa suhu, kelembaban dan aliran udara dimana bahan disimpan.
3) Kerusakan Patologis
Berbagai mikroba dapat menyerang bahan pada masa pasca panen. Serangan ini
akan merusak bahan sehingga dapat menyebabkan kerusakan fisiologis dan fisik.
Bahan yang masih segar dan sehat mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
serangan mikroba. Semakin lama sejalan dengan peningkatan kematangan,
bahan semakin rentan terhadap mikroba. Pada saat bahan berada pada masa
senescen, bahan paling rentan dengan serangan mikroba.
4) Teknologi Pasca Panen
Teknologi pasca panen mencakup pengumpulan, pemilahan, pembersihan,
pencucian, pemeringkatan, dan penyimpanan. Semua kegiatan tersebut bertujuan
untuk memperoleh bahan segar yang tampak bersih dan menarik, serta umur
simpan yang lebih panjang.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Pengumpulan
Setelah panen, biasanya buah dan sayur diangkut dari kebun ke lokasi pengumpulan
sebelum dijual ke pedagang pengumpul atau di bawa ke pasar untuk dijual. Proses
pengumpulan ini harus memperhatikan jarak dan kondisi jalan ke tempat pengumpulan,
wadah atau kemasan, alat angkut dan pekerja yang menangani pengumpulan. Jarak yang
relatif jauh dan kondisi jalan yang buruk dapat mempertinggi kerusakan. Demikian juga
dengan wadah atau kemasan yang tidak sesuai, misalnya wadah yang kasar untuk buah
tomat dapat merusak bahan yang diangkut. Pekerja yang ceroboh dan kurang
bertanggungjawab juga dapat mempertinggi kerusakan selama pengangkutan.
Tempat pengumpulan juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Tempat
pengumpulan tidak boleh terkena cahaya matahari langsung, harus terlindung dari hujan
dan angin, bersih, dan tidak ada bagian-bagian yang dapat merusak bahan secara fisik
(gores dan luka).
Pemilahan
Pemilahan dilakukan untuk memisahkan buah dan sayur yang cacat (misalnya luka,
memar, pecah, gores, busuk, dan berlobang), dan yang tidak memenuhi syarat mutu
tertentu (misalnya ukuran terlalu kecil, terlalu besar, terlalu tua, atau terlalu matang).
Pemilahan ini dapat dilakukan secara langsung pada saat panen, di tempat pengumpulan
atau pada tempat khusus.
Pembersihan dan Pencucian
Setelah pemilahan, sayur dan buah hendaknya segera dibersihkan dari segala kotoran
yang menempel. Jika harus digosok atau dilap, hendaknya menggunakan lap yang bersih
dan lembut sehingga tidak menyebabkan gores dan luka pada sayur dan buah.
Pada umumnya, sayur yang telah dipilah juga perlu dicuci dengan air bersih yang
mengalir. Jika sayur hendak dikonsumsi segar sebagai lalap, setelah dicuci bersih, bahan
direndam selama 10 menit di dalam air yang telah diberi kaporit (natrium hipokhlorit)
0,1%. Tujuannya adalah untuk mematikan mikroba dan parasit yang tidak mungkin
dihilangkan hanya dengan pencucian dengan air biasa. Buah tertentu juga perlu dicuci
seperti pisang, mangga dan pepaya. Pencucian bertujuan permukaan kulit bersih, dan
tampak lebih cerah.
Setelah bersih dan selesai dicuci, bahan ditiriskan sampai tidak tampak lagi butiran
air yang menempel pada bahan. Penirisan sebaiknya dilakukan pada rak-rak atau balai-
balai berlobang dan dikipasi dengan kipas angin agar penirisan berlangsung lebih cepat.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Pemeringkatan (Grading)
Pemeringkatan bertujuan untuk memisahkan bahan berdasarkan kelas mutunya, tapi
untuk menyisihkan antara bahan yang layak dikonsumsi dengan bahan yang tidak layak
dikonsumsi atau tidak layak diedarkan.
Kelas mutu didasarkan pada berbagai kriteria, seperti ukuran, warna, tingkat
kematangan, dan bentuk. Setiap jenis sayur dan buah dapat diperingkat berdasarkan satu
atau beberapa kriteria di atas. Pemeringkatan ini berkaitan dengan perdagangan dan selera
konsumen. Bahan dengan mutu lebih tinggi akan dihargai lebih tinggi pula oleh pasar
Pemeringkatan dapat dilakukan tanpa alat bantu, yaitu hanya mengandalkan
kemampuan subjektif orang yang melakukannya. Peralatan atau mesin tertentu juga dapat
digunakan untuk pemeringkatan, seperti timbangan, penggaris, dan ayakan.
Pemeringkatan harus dilakukan dengan cepat pada kondisi yang tidak memacu kerusakan
pada bahan, misalnya dilakukan pada tempat yang bersih serta terlindung dari panas dan
cahaya matahari langsung. Pekerjaan dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan
gores, luka dan memar.
Pemeraman
Jenis buah tertentu ada yang harus dipanen pada kondisi yang belum atau tidak dapat
dikonsumsi. Agar dapat dikonsumsi, buah perlu diperam sampai tingkat kematangan
tertentu. Jika buah hendak dijual langsung ke konsumen dan tidak memerlukan waktu
lama untuk dibawa ke tempat penjualan, pemeraman dilakukan sampai matang konsumsi.
Jika jarak ke pasar atau pembeli cukup jauh dan memerlukan waktu yang relatif lama,
biasanya pemeraman dilakukan sampai setengah matang. Pematangan sempurna untuk
siap konsumsi diharapkan terjadi selama pengangkutan.
Pemeraman dilakukan untuk mempercepat proses pematangan buah yang proses
menuju matang konsumsinya berlangsung relatif lama. Selain mempercepat pematangan,
pemeraman juga bertujuan untuk menyeragamkan tingkat kematangan. Misalnya pada
pisang dalam tandan yang sudah matang pohon, tanpa pemeraman tidak akan matang
konsumsi secara merata. Karena itu, pemeraman dapat membuat pisang matang konsumsi
secara merata.
Pemeraman menggunakan karbit yang akan menghasilkan gas etilen jika terkena air
atau uap air. Gas etilen ini akan merangsang metabolisme dan respirasi sehingga
pematangan berlangsung lebih cepat.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Pemeraman dapat dilakukan pada kotak atau ruang tertutup. Cara yang lebih murah
adalah dengan menutup rapat tumpukan buah yang telah diberi karbit dengan lembaran
plastik. Uap air yang dihasilkan dari traspirasi bahan akan bereaksi dengan karbit
sehingga menghasilkan gas etilen.
Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk memberi perlindungan terhadap bahan selama
penyimpanan, pengangkutan dan pemajangan di tempat penjualan. Perlindungan oleh
kemasan dapat berupa mencegah gores, luka, dan memar akibat goncangan dan gesekan
antar bahan. Kontaminasi mikroba, infestasi serangga, dan radiasi cahaya, serta kontak
dengan udara lembab dan panas juga dapat dicegah dengan penggunaan kemasan yang
cocok. Selain fungsi perlindungan, kemasan juga dapat meningkatkan daya tarik dan nilai
tambah bahan yang dijual.
Pemilihan kemasan harus disesuaikan dengan fungsi perlindungan yang dikehendaki,
kondisi pemakaian (penyimpanan, pengangkutan dan pemajangan), dan nilai ekonomi
bahan yang dikemas.
Kemasan untuk Penyimpanan
Sayur dan buah yang disimpan dingin dengan harapan dapat disimpan relatif lama
perlu dikemas dengan bahan yang dapat mencegah transpirasi sehingga berat bahan tidak
berkurang serta bahan tidak layu dan keriput.
Kemasan untuk Pengangkutan
Sayur dan buah yang hendak diangkut dengan kendaraan bermotor hendaknya
terlindung dari kerusakan akibat getaran, goncangan, gesekan dan hempasan. Untuk itu
digunakan kemasan yang kuat secara fisik yang di dalamnya sering diberi bahan penahan
goncangan. Contoh kemasan ini adalah peti kayu, keranjang, dan kardus. Bahan penahan
goncangan dapat berupa sterofoam (dalam bentuk butiran atau tercetak).
Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan karena bahan dianggap belum saatnya untuk dilepas ke
konsumen, atau bahan perlu dicadangkan untuk menghadapi saat atau kondisi tertentu.
Sayur dan buah tertentu mungkin sangat besar produksinya pada musim panen. Jika
bahan tersebut dijual ke pasar, harganya mungkin menjadi sangat murah sehingga
merugikan petani. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menyimpan bahan sampai
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
harga jual dianggap sudah dapat memberikan keuntungan. Penyimpanan juga dilakukan
untuk kepentingan konsumen dan pedagang. Pada saat harga bahan rendah, konsumen
dapat berbelanja dalam jumlah banyak, kemudian bahan tersebut disimpan sebagai
cadangan.
Penggunaan suhu dingin selama penyimpanan sejauh ini adalah cara paling baik
untuk memperpanjang masa simpan hasil hortikultura. Pendinginan akan memperlambat
metabolisme dan aktivitas mikroba serta serangga yang dapat menyerang hasil
hortikultura.
Untuk meningkatkan efek pendinginan terhadap perpanjangan masa simpan, pada
ruang penyimpanan atau di dalam kemasan dimana bahan terkemas dapat dilakukan
pengaturan komposisi gas. Biasanya pengaturan tersebut berupa penurunan kadar oksigen
dan peningkatan kadar karbondioksida.
(1) Panen dan pascapanen buah pepaya
Pemanenan buah pepaya merupakan tahap akhir dari kegiatan budidaya tanaman
pepaya. Pada tahap ini, dapat dilihat keberhasilan dari budidaya pepaya yang
dilakukan.
Untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas, tentu diperlukan penangan panen
dan pascapanen yang benar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat
melakukan panen, misalnya waktu yang tepat untuk panen, serta panen yang benar,
dan penanganan pascapanen (termasuk penanganan papaian yang terkandung dalam
pepaya).
(a) Waktu dan cara panen
Pepaya akan mulai berbunga pada umur 3-4 bulan setelah tanam. Sementara
buahnya dapat dipanen setelah 3-4 bulan sejak bunga mekar. Pemanenan
biasanya dilakukan pada buah yang telah memenuhi tingkat kematangan
optimal ata disesuaikan dengan kebutuhan. Pepaya memiliki tujuh stadia
kematangan buah yaitu, matang fisiologis (mature green), semburat kuning
(colour break), 25 % kuning (quarter ripe), 50 % kuning (half ripe), 75 %
kuning (ripe), 100 % kuning (full ripe), dan terlalu matang (over ripe).
Untuk memenuhi permintaan pasar lokal, kriteria buah pepaya yang dipanen
adalah sudah tua dengan kondisi buah 95 % berwarna hijau disertai semburat
warna kuning diantara tengah dan unjung pepaya. Penampakan luar buah
kelihatan mengkal, tetapi apabila dibelah dibagian dalamnya sudah
menunjukkan warna merah kekuningan. Sedangkan buah yang akan diangkut
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
ketempat yang cukup jauh biasanya dipanen pada saat semburat/strip kuning
minimal 2 baris. Pada saat memanen diusahaka buah tidak tergores atau terluka.
Pemanenan pepaya untuk komoditas ekspor biasanya dilakukan ketika buah tiga
seperempat matang dan dijual ke konsumen ketika bauh tiga perempat matang.
Pemanenan pepaya untuk konsumsi buah segar dilakukan ketika pepaya telah
berukuran besar (matang penuh) dan sudah ada bagian kulitnya yang
menguning. Pemanenan pada tahap lebih awal akan menyebabkan buah
berwarna pucat dan bercita rasa pahit. Buah yang lambat dipanen akan
mengakibatkan buah cepat lunak dan tidak tahan diangkut ketempat yang jauh.
Sebelum pemanenan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni
sebagai berikut.
(i) Lakukan pemanenan buah pepaya pada pagi hari (pukul 07.00-10.00) atau
sore hari (pukul 15.00-17.00). pemanenan sebaiknya dilakukan dalam
kondisi cuaca cerah.
(ii) Amati tingkat kematangan buah, yakni dengan cara memperhatukan
jumlah semburat merah pada kulit buah (20-25 % semburat merah).
(iii) Perkiraan umur buah dari saat bungan mekar adalah 140-150 hari atau 4-
5,5 bulan.
(iv) Untuk jarak angkut jauh, buah yang dipetik sebaiknya yang kulit buahnya
berwarna hijau sedikit kekuningan.
(v) Agar tidak melukai kulit buah, ada baiknya bila memetik buah
mengenakan sarung tangan.
(vi) Cara pemetikan dilakukan dengan memutar buah menggunakan tangan
sampai terlepas dari tangkainya. Cara lain adalah dengan memotong
tangkai buah sepanjang satu buku buah ke atas dengan pisau tajam. Untuk
menghindar buah luka atau bonyok, usahakan buah yang dipanen tidak
sampai jatuh.
(vii) Bila pohon mulai meninggi, pemetikan buah sebaiknya menggunakan
bantuan tangga.
(viii) Setiap buah yang elah dipanen, idelnya buah dibungkus dengan kertas
karton. Tujuannya untuk mencegah gesekan atau benturan antar buah yang
dapat mengakibatkan buah memar.
(ix) Dasar keranjang,wadah buah dilapisi dengan daun kering atau kertas koran
yang berfungsi sebagai bantalan buah.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
(x) Buah diletakkan pada posisi berdiri dengan tangkai buah menghadap
kebawah. Buah yang besar diletakkan didasar keranjang. Rongga antarbuah
diisi dengan daun kering atau kertas koran.
(xi) Pada setiap lapisan buah dilapisi bantalan yang sama.
(xii) Tinggi tumpukan buah hendaknya tidak terlalu tinggi, yakni cukup 2-3
susun saja.
(xiii) Angkat keranjang dengan hati-hati agar ketika dibawah kepasar atau
tempat penyortiran tidak terjadi gesekan/guncangan.
(b) Pengelolaan pascapanen
Setelah buah pepaya dipanen, tentu perlu dilakukan penanganan lebih lanjut
agar buah tetap dalam kondisi baik ketika sampai ketangan konsumen.
Teknologi pascapanen sangan penting diperhatikan guna mendapatkan buah
pepaya bermutu tinggi, teutama untuk tujuan dijual kepasar swalayan.
Teknologi tersebut meliputi proses pencucian, Ihot-water treatment,
pengemasan, pengepakan, dan pengiriman. Namun, bila tujuannya hanya untuk
pasar tradisional, teknologi pascapanen cenderung kurang diperhatikan. Buah
pepaya biasanya hanya cenderung kurang diperhatijan. Buah pepaya biasanya
hanya dikumpulkan, disimpan sementara, dikirim ke pengumpul ata pengecer,
kemudian dipasarkan.
Secar umum, kegiatan pascapenen pepaya meliputi beberapa proses berikut.
(i) Sortasi buah
Sortasi tak lain dilakukan untuk memilah dan memisahkan antara buah
yang baik dan cacat serta mengklasifikasikann buah berdasarkan ukuran
dan tingkat kematangannya. Namun, pada dasarnya kegiatan sortasi
bertujuan untuk menghasilkan buah yang sergama dan sesuai dengan butu
buah yang diinginkan.
Buah pepaya yang akan dijual untuk kebutuhan pasar
swalayan/supermarket dan kebutuhan ekspor perlu dilakukan
pengkelasan/pengkelompokan terhada buah yang telah disortasi menjadi
kelas tertentu yang disesuaikan berdasarkan ukuran, bentu, tingkat
kemasakan buah, dan kesegaran warna.
Kelaskkelas keterangan
Super Kualitas buah sesuai dengan karakteristik varietas.
Bebas dari kerusakan, kecuali kerusakan sangat kecil yang tidak
terlihat yang tidak mempengaruhi penampilan buah secara kualitas,
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
daya simpan, dan keberadaan produk dalam kemasan.
A Kulitas buah sesuai denga karakteristik varietas
Cacat yang kecil pada buah sejauh tidak mempengaruhi penampilan
umum, kualitas, daya simpan, dan keberadaan produk dalam
kemasan.
Sedikit kerusakan pada bentuk sedikit kerusakan pada kulit buah
( seperti memar tuan, terpapar akibat sinar matahari dan/atau kena
getah)
Total kerusakan klit lebih 10 % dari luas permukaan kulit buah
B Kualitas buah sesuai dengan karakteristik varietas
Bentuk tidak sempuran
Warna tidak merata
Kerusakan pada kulit buah (seperti memar akibat benturan, terpapar
sinar matahari dan/atau kena getah), total kerusakan kulit tidak boleh
lebih 15% dari luas permkaan kulit buah
Sedikit ada bekas serangan hama/penyakit.
Keruskan tidak mempengaruhi daging buah.
Pengemasan
Proses pengemasan buah pepaya dilakukan untuk mempertahankan mutu buah,
terutama pada saat pengangkutan atau penyimpanan. Pengemasan juga bertujuan agar
penampilan buah menjadi lebih menarik ketika dijual. Pepaya yang sudah dikemas
dengan tempat buah, bak plastik, atau dicurah langsung ditata dengan rapi di bak
pengangkut.
Untuk kebutuhan pasar swalayan, buah pepaya biasanya dikemas menggunkan
karton, kardus, atau menggunkan plastik kedap udara. Sementara untuk kebutuhan pasar
tradisional, buah pepaya biasanya hanya diletakkan didalam tempat buah atau dikemas
menggunakan bungkus kertas koran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengemasan buah pepaya adalah sebagai berikut.
1. Gunakan alat kemas seperti kotak karton atau kardus yang memiliki sekat-
sekat
2. Masukan buah yang telah dibungkus dan telah desesuaikan dengan
ukuran/ruangan sekat padar kertas karton.
3. Pastikan pada alat kemas terdapat lubang/celah untuk sirkulasi udara
4. Tempatkan buah yang sudah dikemas pada wabah yang kering atau pada
tempat penyimpanan yang suhunya bisa diatur.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Penyimpanan
Penyimpanan buah pepaya dilakukan untuk menjaga buah agar memiliki tingkat
kesegaran (shelf life) yang lebih lama. Selama dalam penyimpanan, karton/kardus pepaya
sebaiknya disusun secara teratur (tidak tumpang tindih). Bila menumpuk, usahakan agar
karton tidak lebih dari 3 tumpukan. Suhu ruang penyimpanan diatur agar tetap kering dan
sirkulasi udara yang baik. Suhu ruangan penyimpanan yang baik adalah sihu riangan ber-
AC.
Penyimpanan buah pepaya yang telah dikemas harus dilakukan dengan baik agar
buah yang disimpan tidak mudah rusak, terutama pada buah yang ketika dipanen telah
lunak. Oleh karena itu, untuk memperpanjang masa simpan, buah yang disimpan harus
dalam kondisi optimal. Selain itu didukung oleh beberapa faktor seperti pemanenan pada
tingkat kematangan yang tepat, penanganan panen yang hati-hati, penyimpanan pada
suhu yang tepat, pengurangan terjadinya proses respirasi, serta terhindar dari infeksi
hama dan patogen penyebab penyakit.
Transportasi
Hasil panen pepaya yang telah melalui beberapa tahapan pascapanen membutuhkan
transportasi yang meadai. Hal ini penting agar buah pepaya yang akan dijual tetap dalam
kondisi baik. Selama pengangkutan, buah pepaya yang dikemas dalam kotak
karton/kardus sebaiknya diusahan agar tinggi tumpukkan tidaknya menyebabkan buah
yang didalam karton/kardus tersebut rusak dan diupayakan agar goncangan yang terjadi
tidak terlalu keras. Penyusunan kotak pepaya dalam kendaraan harus memperhatikan
kekuatan kemasan dan juga memperhatikan adanya sirkulasi udara untuk mencegah buah
menjadi busuk. (S.sujiprihati, ketty suketi, 2009).
a) teknologi panen dan pascapenen cabai.
Masa panen
Cabai siap dipanen jika tanaman sudah berumur 3 hingga 4 bulan. Pada masa
ini, nuah cabai akan terus membesar dan akhirnya matang. Buah yag matang
berwarna merah terang untuk cabai merah, buah yang masak memiliki
karakteristik bulat dan besar. Sedangkan untuk cbai keriting, buah yang
masak bentuknya keriting dan llebih kurus daripada cabai besar. Memanen
cabai dapat dilakukan seminggi sekali. Tanaman cabai berumur 5 hingga 6
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
bulan masih produktif. Namun, setelah itu tanaman cabai akan mengalami
masa kritis, yakni masa-masa tidak produktif.
Pascapanen
Jika perawatannya maksimal, tanaman cabai yang sudah dipanen akan
bertahan hidup hingga lebih dari satu tahun. Tanaman yang sudah menempuh
masa berbunga satu kali hingga panen terakhir akan memasuki masa tidak
produktif. Perawatan tanaman bisa dilakukan dengan memangkas batang
yang kering, layu, dan tidak subur. Dengan begitu, tanaman akan kembali
produktif. Hingga dua bulan setelah panen, dengan perawatan maksimal,
tanaman cabai akan memunculkan tunas-tunas baru. Bersamaan dengan
munculnya tunas-tunas baru itu akan muncul pula bunga-bunga cabai yang
berwarna putih.
Produktivitas tanaman cabai yang sudah satu kali melewati masa berbunga
akan selesai dipanen tidak seperti saat pertama berbunga. Namun, bisa
didapatkan hasil yang maksimal apabila melakukan perawatan yang intensif.
Setelah selesai panen periode kedua, sebaiknya tanaman cabai diganti media
tanamnya. Hal ini karena unsur hara yang terdapat pada media tanaman
sudah terserap oleh tanaman. Media tanam lama ssebenarnya bisa
dimanfaatkan untuk bercocok tanam kembali dengan cara menambahkan
larutan penetralisir yang dapat diperoleh ditoko-toko pertanian terdekat.
b) Teknologi panen dan pasca panen tomat
Panen
Setelah tanaman berumur 50 hari, buah sudah dapat dipetik. Buah yang
berwarna kuning kemrahan sudah bisa dipanen. Sedangkan buah yang masih
berwarna hijau dibiarkan hingga menguning. Memtik buah yang sudah
matang bisa dilakukan dengan menggunting tangkai buah yang siap dipetik.
Hati-hati ketika memetik karena akan menganggu pertumbuhan buah yang
masih m uda. Karena pertumbuhan buah dalam setiap tangkai biasanya tidak
sama.
Pascapanen
Tomat bisa dipaen berkali-kali hingga buah habis. Buah bisa dipetik satu
minggu sekali. Biasanya, dalam satu pohon tanaman tomat akan terus
berbunga dan berbuah.
c) Teknologi panen dan pascapanen mentimun
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
Tanaman mentimun yang berumur satu hingga dua bulan biasanya sudah
memperlihatkan buah yang siap dipanen. Buah sudah membesar dan kulit buah
sudah licin. Potonglah tangkai buah kira-kira 2 cm dari pangkalnya
menggunakan gunting.
d) Teknologi panen dan pascapanen terong
Saat tanaman berumur 3 bulan, buah terong sudah dapat dipanen. Petiklah buah
yang mekar sempurna, besar, dan tampak mulus. Jangan membiarkan buah
matanga berada di batang terlalu lama karena akan membuat buah terong tua.
Cara memanennya : ptiklah terung beserta tangkainya angkat buah keatas,
tangkaipun akan mudah terlepas.
Tanaman terung yang ditanam ditanah pekarangan/laham terbuka biasanya bisa
tahan hingga lebih dari 6 bulan. Apalagi sejenis terong bulat, tanaman akan
semakin bercabang dan buah akan semakin banyak.
e) Teknologi panen dan pascapanen jeruk nipis
Memanen jeruk nipis tidak perlu menunggu buah matang dan berwaran kuning.
Justru ketika mulai menguning, khasiat dan kegunaannya tidak seperti jeruk
nipis yang masih hijau.
Panenlah buah yang tampak besar maksimal dibandingkan dengan buah lainnya
pada satu rumpun. Memanen jeruk nipis dapat dilakukan dengan memotong
tangkai atau memetik buah satu persatu apabila masih terdapat buah lain yang
belum siap dipanen.
Apabila ingin mengonsumsi sendiri, sebaiknya petiklah jeruk nipis sesaat
sebelum digunkan. Hal ini akan menghasilkan buah yang segar.
f) Teknologi panen dan pascapanen kacang panjang
Saat tanaman berumur 40 hari, kacang panjang sudah ada yag bisa dipanen,
petiklah kacang panjang dengan hati-hati untuk menghindari terlepasnya kacang
panjang yang masih kecil. Karena perkembangan kacang panjang yang
demikian cepat, sebaiknya dipanen dua hari sekali. Jangan membiarkan kacang
panjang terlalu lama dibatang karena akan membuatnya tua dan rasanya tidak
enak. Terkecuali kacang panjang yang akan digunakan sebagai bibit, biarkan ia
mengering di batang.
g) Teknologi panen dan pascapanen sawi
Panen tanaman sawi dapat dilakukan saat tanaan berumur 2 bulan. Caranya
dengan mencabut tanaman hingga keakar-akrnya. Potonglah akar dan pisahkan
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
dengan batang. Bagian tanaman yang diambil adalah bagian batang dan daun
yang berbentuk pelepah.
Untuk konsumsi sendiri, sawi dapat dipanen segera setelah daun mulai
membesar seukuran telapak tangan. Sawi harus segera diolah setelah oanen,
karena sifat tumbuhan yang lunak dan berair menjadikan sawi cepat layu.
g) Teknologi panen dan pascapanen bayam
Bayam dipanen saat tanaman berumur 35 hari. Cara memanennya berdasarkan
jenis bayam. Untuk bayam cabut, memanenya dengan cara mencabuti batang
hingga ke akar. Jika jenis bayam kakap, bayam dipanen dengan cara dipetik.
h) Teknologi panen dan pascapanen kangkung
Kangkung darat dapat dipanen saat tanaman berumur 40 hari atau lebih.
Caranya dengan mencabut setiap rumpun tanamn hingga keakar-akrnya.
Sedangkan untuk tanaman kangkung air, panen bisa dilakukan dengan memetik
pucuk tanaman yang masih lembut. Gunkan pisau untuk memetik kangkung air.
Kangkung air bisa dipanen hingga beberapa kali sepanjang masih bisa bertunas.
i) Teknologi panen dan pascapanen daun bawang
Jika tanaman daun bawang sudah berumur tiga bulan dan sudah rimbun,
tanaman sudah boleh dipanen. Cara memanen daun bawang adalah dengan
mencabuti rumpun hingga keakar-akarnya (Y.adismal, 2011)
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang panen dan pasca panen hortikultura, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup
umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya
2. Indikator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat adalah
indicator fisk, indicator visual, indicator fisioligis, analisis kimia, dan komputasi
3. Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya
yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak
dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.
Selain itu juga, dengan adanya proses perlakuan setelah panen yaitu pasca panen.
Kita dapat mempertahankan umur simpan, mutu dan dapat mengurangi
kehilangan hasil yang mungkin terjadi
4. Tahapan penanganan pasca panen meliputi pemanenan, pengumpulan, sortasi,
penyucian, grading, pengemasan, penyimpanan dan pendinginan, transportasi.
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
DAFTAR PUSTAKA
Sriani, S. Dan Ketty, S. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Yurmawita, A. 2011. Agrihome : Panen 17 Tanaman dari Teras Rumah.
Yogyakarta. Cahaya Atma Pustaka
Winarno, F.G. 2001., Penanganan Pasca Panen. Bahan Kuliah (Diktat) Penanganan Pasca
Panen Bogor: Program Studi PGKP FATETA IPB.
Anonim, 2013., Hortikultura. http://id.wikipedia.org/wiki/Hortikultura. Diakses
pada tanggal 16 Februari 2013.
http://andrewopunk.blogspot.com/2010/11/teknologi-hasil-hortikultura.html
http://chylenzobryn.blogspot.com/2011/04/penangan-panen-dan-pasca-panen-pada-
tan.html
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN HOLTIKULTURA