tugas partograf.doc
-
Upload
munawar-adhar -
Category
Documents
-
view
22 -
download
1
description
Transcript of tugas partograf.doc
BAB I
PENDAHULUAN
Tinggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal menjadi ukuran kemampuan pelayanan
obstetric suatu Negara. Indonesia, dengan angka kematian ibu 390/100.000 persalinan hidup,
menunjukan bahwa kemampuan pelayanan obstetric belum menyentuh masyarakat dengan layanan
yang bermutu dan menyeluruh. Jika di Indonesia persalian diperkirakan 5.000.000/tahun, angka
kematian ibu adalah sekitar 18.500-19.000/tahun.
Kematian ibu selalu berdampak menyedhkan bagi keluarga dan bagi anak yang ditinggalkan.
Oleh karena itu segala jalan harus diupayakan agar sedapay mungkin memberikan pelayanan yang
baik dan menekan kematian ibu dan perinatal.
Friedman (1954) telah melakukan penelitian terhadap pola pembukaan serviks saat persalinan
dan menemukan bentuk kurva “S”. pada penelitian tersebut dijumpai tahapan berikut.
1. Fase laten. Pembukaan dari 0 sampai 3 cm.
a. Pada primigravida berlangsung 8-10 jam.
b. Pada multigravida berlangsung 6-8 jam.
Dikenal istilah prolong latent fase bila selang waktu tersebut dilampaui.
2. Fase aktif (pembukaan dari 3 sampai dengan 10 cm). pada fase aktif, lamanya pembukaan
bervariasi. Pada primigravida penambahan pembukaan berlangsung 1 cm/jam. Pada
multigravida penambahan pembukaan berlangsung kira-kira 2 cm/jam.
Pada fase aktif ini terdapat tiga tahapan.
a. Fase akselerasi (pembukaan 3-4 cm) berlangsung selama 2 jam.
b. Fase peningkatan maksimal (pembukaan 4-9 cm) berlangsung selama 2 jam.
c. Fase deselerasi (pembukaan 9-10 cm) berlangsung kira-kira selama 2 jam.
Pada fase ini dikenal istilah Protected active phase atau secondary arrest dan prolong active
phase.
1
Pemerikasaan kurva Friedman dilakukan setiap dua jam. Pemeriksaan ini akan membawa
bahaya infeksi asenden atau menyebabkan ketuban pecah dini. Disadarai bahwa pengaruh kurva
friedman cukup rumit karena pemeriksaan harus dilakukan oleh petugas yang sama dan apabila
terjadi infeksi asenden akan berbahaya, maka dengan memodifikasi kurva Friedman, kelompok kerja
WHO mengemukakan “partograf model WHO” dengan konsep sebagai berikut.
1. Persalinan tidak boleh melampaui 24 jam.
2. Prinsip penyederhanaan dari kurva Friedman dengan landasan:
a. Fase laten berlangsung hanya 8 jam.
b. Fase aktif:
Mulai dari pembukaan 3 cm.
Kecepatan pembukaan minimal 1 cm/jam.
Tidak dikenal fase akselerasi, pembukaan maksimal, dan fase deselerasi.
Pada fase aktif, berlangsung linier 1 cm/jam sehingga pembukaan lengkap dicapai
dalam 7-8 jam.
Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam, untuk mengurangi bahay infeksi.
c. Partograf WHO tidak boleh digunakan pada kasus :
Perempuan pendek, tinggi kurang dari 145 cm.
Perdarahan antepartum
Preeklampsia-eklampsia.
Persalianan premature.
Bekas seksio sesaria/ bekas operasi uterus.
Kehamilan ganda
Kelainan letak janin
Fetal distress
Dugaan distosia karena panggul sempit.
Pada anemia berat.
Pada hidromnion
Ketuban pecah dini
Persalinan dengan induksi.
2
BAB II
PARTOGRAF
Partograf adaiah alat bantu untuk rnemantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adaiah untuk:
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksadalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru lahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinanuntuk:
Mencatat kemajuan persalinan
Mencatat kondisi ibu dan janinnya
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinanMenggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu.
Partograf harus digunakan:
Untuk semisa ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan.Partograf harus digunakan untuk semua persalinan,
baik normal maupun patologis.Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam
3
rnemantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum,
Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
II.1. Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini, kala satu persalinan terdiri dari dua fase,
yaitu fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks:
• fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
• fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10cm.
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini
dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Buku KIA atau
Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus diruliskan setiap kali harus
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus
dicatatkan.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
Denyut jantung janin: setiap 1/2 jam
frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap '/2 jam
nadi: setiap V2 jam
pembukaan serviks: setiap 4 jam
penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
4
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering
dilakukan.Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit
dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai
ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan
atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi
teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat.Apabila asuhan persalinan
dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan
bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik.Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk
menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi
kontraksi.Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8
jam.
II.2. Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan: Partograf
Halaman depan partograf (lihat Gambar 2-4) menginstruksikan observasi dimulai
pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu:
Informasi tentang ibu:
nama, urnur;
gravida, para, abortus (keguguran);
nomor catatan medik/nomor puskesmas;
tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu);
waktu pecahnya selaput ketuban.
Kondisi janin:
DJJ;
warna dan adanya air ketuban;
penyusupan (molase) kepala janin.
5
Kemajuan persalinan:
pembukaan serviks; ;
penurunan bagian terbawah atau presentasijanin;
garis waspada dan garis bertindak.
Jam dan waktu:
waktu mulainya fase aktifpersalinan;
waktu aktual saatperneriksaan ataupenilaian. '.
Kontraksi uterus:
frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
lama kontraksi (dalam detik)
Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
oksitosin;
obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Kondisi ibu:
nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
urin (volume, aseton atau protein),
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di
sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
II.3. Mencatat Temuan pada Partograf
II.3.1. Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: 'jam atau pukuT pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
6
II.3.2. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ),
air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
1. Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan Fisik
dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit,
Skala angka di sebelah kolom paling kiri memmjukkan DJJ.Catat DJJ dengan memberi tanda
titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.Kemudian hubungkan
yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung (Gambar 2-6).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal pada angka 180 dan
100.Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mcngarah hingga di bawah 120 atau di atas
160. Lihat label 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ
melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang
tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
2. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah.Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ (Gambar 2-6). Gunakan lambang-lambang berikut ini:
U : selaput ketuban utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin.Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksarna untuk mengeriali tanda-tanda gawat janin
selama proses persalinan.Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >
1 80 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk (lihat Tabel 2-1).
7
Tctapi jika terdapat mekonium Rental, segera rujiik ibu ke tempat yang memiliki
kcmampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir (lihat Tabel 2 -1'),
3. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.Semakin besar derajat
penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi
kepala-panggul (CPD).Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan
melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala
yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan.Apabila ada dugaan disproprosi kepala-
panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.
Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi
kepala-panggul(CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala
janin.Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 :tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi tnasih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
II.3.3. Kemajuan persalinan
Kolom dan Sajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan.Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks
(Gambar 2-6).Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan
centimeter dan mencmpati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur
satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur
dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1 -5 yang sesuai
dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Menentukan Penurunan
Janin). Setiap kota segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatan
waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
8
1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam
bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di gads waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya
pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks)
dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang
sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada
ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Contoh: Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati (Gambar 2-6):
Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fane aktif.Pembukaan
serviks dicatat di "garis waspada" dan waktu pemeriksaan dituliskan di bawahnya.
Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak dicantumkan
pada garis waspada tetapi pada angka vang tcrtera pada garis tepi kolom pembukaan.
9
2. Penurunan bagian terbawah janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik di bab
ini. Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan
tanda-tanda penyulit).Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian
terbawah janin.Tapi adakalanva, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda 'O' yang ditulis pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5
maka tuliskan tanda "O" di garis angka 4. Hubungkan tanda 'O' dari'setiap pemeriksaan
dengan garis tidak terputus.
Contoh: catatan pen unman kepalapadapartograf untuk Ibu Rohati (Gambar2-6):
Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5
Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5
10
3. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka
harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku,
atau inersia uteri hipotonik, dll.). Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat
yang diperlukan, misalnya: persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit
atau puskesmas) yang memijiki kemampuan untuk rnenatalaksana penyulit dan gawatdarurat
obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis
waspada.Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis
bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan.Sebaiknya, Ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
II.3.4. Jam dan waktu
1. Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak
yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.
11
2 Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh
dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur
untuk "encatatan pembukaan serviks. DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di
bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di
garis waspada.Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6cm pada
pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang
tertera di sisi luar kolom paling kiri'dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di
bawah lajur pembukaan (kotak ketiga dari kiri).
II.3.5. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10
menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.Setiap 30
menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan
detik. Nyatakan jumlah. kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi
kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan ternuan
dari hasil pemeriksaan kontraksi (Gambar 2-4). Sebagai contoh jika ibu mengalami 3
kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20
detik.
12
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
Gambar 2-3
Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam persalinan aktif
Dalam waktu 30 menit pertama terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari 20 detik.
Dalam waktu 30 menit kelima terjadi tiga kontraksi dalam waktu 10 menit dan
lamanya menjadi 20-40 detik.
Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi lima kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
lebih dari 40 detik.
Untuk diingat:
1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30
menit selama fase aktif.
2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai.
4. Catat temuan-temuan di kotak yang sesuai dengan waktu penilaian.
II.3.6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.Bagian ini dapat juga digunakan untuk mencatat
jumlah asupan yang diberikan.
1. Oksitosin
13
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang
sesuai dengan kolom waktunya.
II.3.7. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah
ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih senng jika
diduga adanya penyulit).Beri tanda titik («) pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam seiama fase aktif persalinan (lebih
sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panuh pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak
atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang
sesuai.
2. Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan penieriksaan aseton dan
protein dalam urin.
II.3.8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal
dan waktu saat membuat catatan persalinan.
14
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
• Jumlah cairan per oral yang diberikan
• Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur
• Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)
• Persiapan sebelum melakukan rujukan
• Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan
Perlu diingat:
1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan seiama fase laten persalinan
pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau padakartu KMS.
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm.
Biasanya pembukaan serviks seiama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
4. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasi! periksa dalam
(pembukaan serviks) pada garis waspada di partograf.
5. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan serviks
pada garis waspada.
6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan
melewati garis waspada.
II.4. Pencatatan pada lembar belakang Partograf
Halaman belakang partograf (Gambar 2-5) merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut
sebagai Catatan Persalinan.Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa
nifas (terutama pada kala empat persalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.Dokumentasi ini
sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik (misalnya, pencegahan perdarahan
pada kala IV persalinan).Selain itu, catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan
15
untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih
telah dilakukan.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
Data atau Inforrnasi Umum
Kala I
Kala II
Kala III
Bayi baru lahir
Kala IV
16
17
II.4.1. Cara penglsian
Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera diisidi setiap akhir
pemeriksaan), pengisian data di lembar belakang partograf barn dilengkapi setelah seluruh
proses persalinan selesai. Informasi yang dicatatkan di halaman belakang partograf akan
meliputi unsur-unsur berikut ini:
II.4.2. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,alamat tempat
persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk.
Isikan data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau beri tanda V pada kotak di
samping jawaban yang sesuai.Lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor 5 dan
pilihan untuk pertanyaan nomor 8 mungkin lebih dari satu.Pertanyaan nomor 9 untuk
pengenalan kondisi gawatdarurat atau komplikasi saat ibu bersalin datang ke fasilitas kesehatan.
18
Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagai berikut:
19
II.4.3. Kala I
Kala 1 terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang Partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah lainyang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.Untuk
pertanyaan nomor 10, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan berikutnya hanya diisi jika terdapat
masalah lain, cara dan hasil penatalaksanaannya.
Pertanyaan pada kala I adalah sebagai berikut:
II.4.4. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya.Beri tanda V pada kotak di samping
jawaban yang sesuai.Bila pertanyaan nomor 13, jikajawabannya"Ya", tulis indikasinya.Untuk
nomor 15 dan 16 jika jawabannya "Ya", isi tindakan yang dilakukan. Khusus pada nomor 15
ditambahkan ruang baru untuk menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi
kesehatan janin, selama kala II dan harus dicatatkan apa hasil pemantauan tersebut (normal
gawat janin, atau tidak dapat dievaluasi). Bagian ini dapat menjadi pelengkap bagi informasi
pada kotak 'Ya' maupun 'Tidak' untuk pertanyaan nomor 15. Jawaban untuk pertanyaan nomor
14, mungkin lebih dari 1. Untuk 'masalah lain' pada normor 17 harus dijelaskanjenis masalah
yang terjadi.
20
Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai berikut:
II.4.5. Kala III
Data untuk Kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali
pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta
yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda V pada kotak di samping
jawaban yang sesuai.Untuk nomor 25,26 dan 28 lingkari jawaban yang benar.
21
Informasi untuk kala III adalah sebagai berikut:
II.4.6. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan.Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama
untuk menilai deteksi dini risiko atau kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi perdarahan
pascapersalinan.Bila timbul rnasalah selama kala IV, tuliskan jenis dan cara menangani masalah
tersebut secara singkat dan lengkap pada kolom yang tersedia.
22
Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit
pada satu jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom atau ruang yang sesuai pada
tabel pemantauan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisj, Catatkan semua temuan selama kala
empat persalinan pada tabel bagian bawah halaman dua partograf:
II.4.7. Bayi baru lahir
Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, rnasalah lain dan hasilnya. Isi
jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda V pada kotak di samping jawaban yang
sesuai.Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai.Untuk nomor 38,
jawabannya mungkin lebih dari satu. Informasi penting dari bayi baru lahir adalah sebagai
berikut:
23
II.4.8. Contoh Partograf
Gambar 6-4 adalah contoh penggunaan partograf untuk kasus berikut ini:
Ibu Rohati, Gl: PO: AO, 23 tahun datang ke Rumah Bersalin diantarkan oleh keluarganya
untuk mendapatkan asuhan daritoidan Ita di Rt 001/Rw 04, Kelurahan Tebet Timur Dalam,
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan pada tanggal 20 Maret 2002 pukul 13.00. Ibu Rohati
menuturkan pada bidan Ita bahwa ia sudah merasakan kontraksi sejak pukul 05.00.
Bidan Ita melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik (lihat Bab 1) secara seksama dan
ia menyimpulkan:
Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), presentasi kepala dengan
penurunan 4/5, kontraksi uterus tiga kali dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung 18
detik, dan DJJ 124 x/menit.
Pembukaan serviks 3 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80, temperatur tubuh 36,8°C.
Ibu berkemih 200 ml sebelum dilakukan periksa dalam, hasil pemeriksaan urin tidak
mendeteksi adanya protein dan aseton dalam urin.
1. Berdasarkan data pukul 13.00, bidan Ita membuat diagnosis: primigravida, hamil cukup
bulan, inpartu dalam fase laten, bayi hidup dengan DJJ normal, pembukaan serviks 3 cm,
tiga kontraksi dalam 10 menit, dan lama kontraksi kurang dari 20 detik. Bidan Ita
menentramkan hati ibu Rohati dan menganjurkannya untuk berjalan-jalan dengan
suaminya dan mengkonsumsi cukup cairan.
2. Bidan Ita menuliskan tanggal, waktu, semua temuan dan asuhannya yang diberikan pada
catatan kemajuan persalinan. Bidan Ita melanjutkan pemantauan DJJ, nadi dan kontraksi
24
uterus ibu Rohati setiap jam. DJJ, nadi dan kontraksinya tetap normal. Bidan Ita
mengukur jumlah produksi urin ibu Rohati setiap kali ia berkemih. Semua temuan dan
hasil pemeriksaan di catatkan dalam lembar kemajuan persalinan. Bidan Ita juga terus
memberikan dukungan dan semangat untuk ibu Rohati dalam menjalani persalinan dan
mempersiapkan kelahiran bayinya.
3. Pemeriksaan kedua dilakukan pukul 17.00. Ibu Rohati melaporkan bahwa kontraksinya
terasa lebih kuat dan nyeri. Bidan Ita melakukan pemeriksaan abdomen dan periksa
dalam kedua dan hasilnya: terjadi 4 kontraksi dalam 10 menit, lamanya antara 20 - 40
detik, DJJ 134 x/menit, penurunan kepala 3/5, pembukaan serviks 5 cm, tidak ada
penyusupan kepala janin dan selaput ketuban masih utuh. Tekanan darahnya 120/70 mm
Hg, nadi 88, temperatur 37°C dan ia berkemih ± 100 ml sebelum pemeriksaan dilakukan.
Pada pukul 17.00, Ibu Rohati masuk ke dalam fase aktif dan bidan Ita mulai mencatatkan
temuannya pada partograf.Pembukaan serviks dicantumkan pada garis waspada dan semua
temuan lainnya di garis waktu yang sesuai. Bidan Ita mulai menilai DJJ, kontraksi uterus dan
nadi ibu Rohati setiap 30 menit dan temperatur tubuhnya setiap 2 jam. Semua temuan dicatat di
partograf dengan tepat (Gambar 6-4):
Pukul 17.30 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 80/menit
Pukul 18.00 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
Pukul 18.30 DJJ 140/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 90/menit
Pukul 19.00 DJJ 134/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 97/menit
Temperatur 36,8' 'C Urin 150 cc
Pukul 19.30 DJJ 128/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
Pukul 20.00 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
Pukul 20.30 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 90/menit Urin
80cc
4. Pada pukul 21.00, bidan Ita melakukan pemeriksaan abdomen dan dalam. Hasilnya: DJJ
130 x/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, lamanya lebih dari 45 detik, penurunan kepala
1/5, pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan kepala janin, selaput ketuban pecah
25
sebelum pemeriksaan (pukul 20.45), dan cairan ketuban jernih. Tekanan darah 120/70
mm Hg, temperatur tubuh 37°C, dan nadi 80 x/menit.
5. Pukul 21.30, seorang bayi perempuan lahir, berat badan 3000 gram dan panjang 48 cm,
bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir 5
menit setelah bayi lahir.Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi.Perkiraan
kehilangan darah kurang lebih 150 ml.
6. Selamal 5 menit pertama kala empat (sampai pukul 21.45) dan 15 menit berikutnya pada
jam pertama setelah plasenta lahir, catatan bidan Ita menunjukkan semuanya berjalan
normal (catatan kala IV pada Gambar 1-5):
21.50: TD 120/70, nadi 80, suhu tubuh 37,2°C, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat,
tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam masih
dalam batas normal.
22.05: TD 120/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik
(keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam masih dalam batas
normal.
22.20: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik,
kandung kemih kosong, darah per vaginam masih dalam batas normal.
22.35: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik,
kandung kemih kosong, darah per vaginam masih dalam batas normal.
7. Temuannya selama 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebagai berikut (Gambar 1 -
5):
23.05: TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37,0° C, tinggi fundus dua jari di bawah
pusat, tonus uterus baik, ibu Rohati berkemih dan pengeluaran urin 250 cc, sedikit
perdarahan pervaginam.
23.35: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik,
kandung kemih kosong, sedikit perdarahan per vaginam.
26
27
28
BAB III
KESIMPULAN
Partograf adaiah alat bantu untuk rnemantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adaiah untuk:
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksadalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan
bayi baru lahir.
Temuan berikut menunjukan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan prekuensi dan durasi
Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan, fase
aktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada di sebelah kiri garis waspada)
Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan
atau fase aktif (dilatasi serviks berada di sebelah kanan garis waspada). Atau serviks
tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.Kemajuan yang kurang baik dapat
menyebabkan persalinan lama
29
Pada kegawatdaruratan dan penyulit yang melebihi tingkat keterampilan dan kemampuan
petugas dalam mengelola, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat yang
memiliki kemampuan menangani kegawatdaruratan obstetrik. Bantuan awal untuk menstabilkan
kondisi ibu harus diberikan sesuaidengan kebutuhan. Partograf atau rekam medis harus dikirim
bersama ibu, dan anggota keluarga dianjurkan untuk menemani. Petugas harus membawa
peralatan obat-obatan yang diperlukan. Oleh karena itu partograf sangat penting.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Firman F Wirakusumah. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ed 4th. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 315-33
2. Manuaba I B G, Manuaba Chandranita, Manuaba Fajar. Pengantar Kuliah Obstetri. 2007. Jakarta :
ECG. Hal 45-9.
3. Jaringan Naional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi Departemen Kesehatan Repunlik
Indonesia. 2008. Buku Acuan. Revisi 5. Jakarta. Hal 57-77.
4. Kurva Friedman. Available at http://books.google.co.id/books?id=KSu9cUd-
cxwC&pg=PA45&lpg=PA45&dq=kurva+friedman&source=bl&ots=HRYWfOdtNV&sig=SVj7_kf
O9MEJIAtp0Yz4d2koEsE&hl=id&ei=jBi4TanOJsnKrAftqIDKDQ&sa=X&oi=book_result&ct=resu
lt&resnum=9&ved=0CE4Q6AEwCA#v=onepage&q=kurva%20friedman&f=false
5. Partogram And Normogram of Cervical Dilatation in Management Of Primigravida Labour.
Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1587584/pdf/brmedj01586-0029.pdf
31
26