Tugas Modul I

21
I. ILMU DAN METODOLOGI ILMIAH 1.1 Definisi Metode Ilmiah Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah yaitu, Karakterisasi (observasi dan pengukuran), Hipotesis (penjelasan teoritis yang merupakan dugaan atas hasil observasi dan pengukuran), Prediksi (deduksi logis dari hipotesis), dan Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas). Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu, tetapi suatu himpunan pengetahuan saja tentang berbagai-bagai gejala, tanpa dapat disadari hubungan antara gejala yang lain. Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang

Transcript of Tugas Modul I

Page 1: Tugas Modul I

I. ILMU DAN METODOLOGI ILMIAH

1.1 Definisi Metode Ilmiah

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh

pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi

serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi

yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika

suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah yaitu,

Karakterisasi (observasi dan pengukuran), Hipotesis (penjelasan teoritis yang merupakan

dugaan atas hasil observasi dan pengukuran), Prediksi (deduksi logis dari hipotesis), dan

Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas).

Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara dalam rangka ilmu

tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu

pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu, tetapi suatu himpunan pengetahuan saja

tentang berbagai-bagai gejala, tanpa dapat disadari hubungan antara gejala yang lain.

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi.

Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan

yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses

penentuan (definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan

pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.

1.2 Metode Penelitian Sosial

Setiap kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan selalu berlandaskan filosofi

Hakikat filosofi adalah kebenaran yang diperoleh melalui berpikir logis, sistematis,

metodis. Kebenaran adalah kenyataan apa adanya yang sesuai dengan logika sehat.

Kebenaran juga sekaligus menjadi tujuan pengembangan ilmu pengetahuan karena

bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Berpikir logis adalah berpikir secara bernalar

menurut logika yang diakui ilmu pengetahuan dengan bebas sedalam-dalamnya sampai

ke dasar permasalahan guna mengungkapkan kebenaran. Sistematis adalah berpikir dan

berbuat yang bersistem, yaitu runtun, berurutan, tidak tumpang tindih. Metodis adalah

Page 2: Tugas Modul I

berpikir dan berbuat menurut metode tertentu yang kebenarannya diakui menurut

penalaran. Penelitian sosial merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis,

sistematis, dan metodis gejala sosial yang terjadi di sekitar kita untuk direkonstruksi guna

mengungkapkan kebenaran bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu

pengetahuan. Kebenaran dimaksud adalah keteraturan yang menciptakan keamanan,

ketertiban, keseimbangan, dan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian sosial merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis,

sistematis, dan metodis gejala sosial yang terjadi di sekitar kita untuk direkonstruksi guna

mengungkapkan kebenaran bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu

pengetahuan. Kebenaran dimaksud adalah keteraturan yang menciptakan keamanan,

ketertiban, keseimbangan, dan kesejahteraan masyarakat.

1.3 Manfaat dan Tujuan Ilmu

Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada

maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang

menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu

saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi ilmu.

Sifat-sifat ilmu berdasarkan pengertian di atas adalah, Berdiri secara satu

kesatuan, Tersusun secara sistematis, Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang

dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),

Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset. Communicable, ilmu

dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya.

Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan

kapan saja di seluruh alam semesta ini. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong

pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu

menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya (AsianBrain,

2008).

Ilmu pengetahuan manusia sangat berkembang setelah manusia mulai mempunyai

kemampuan untuk mambaca dan menulis serta membukukan pengetahuan yang

ditemukannya. Menurut Liang Gie (1984), dengan berkembangnya sains, manusia terus

Page 3: Tugas Modul I

mencari dan mengetahui sains sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya, karena sains

bermanfaat untuk:

Mengungkap suatu kebenaran (truth),

Menambah pengetahuan (knowledge) agar lebih terampil dalam mengarungi

bahtera hidup,

Meningkatkan pemahaman (understanding, comprehension, insight) terhadap

sesuatu gejala alam,

Menjelaskan (explanation) proses sebab akibat dari suatu kejadian,

Memprakirakan (prediction) sesuatu kejadian yang bakal terjadi,

Mengendalikan (control) alam agar sesuai dengan yang diharapkan,

Menerapkan (appplication) suatu kaidah alam,

Menghasilkan (production) sesuatu yang berguna untuk kehidupan umat manusia

masa kini dan masa yang akan datang.

Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan

dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut: Segala

sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu

terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya,

sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.

1.4 Logika Induktif dan Deduktif

Deduktif ialah cara berpikir yang bersandarkan pada sesuatu yang bersifat umum,

dan dari yang umum itu ditetapkan sesuatu yang istimewa. Logika deduktif berangkat

dari theoretical framework sesuatu yang bersifat abstrak, difokuskan dengan formal

theory, middle range theory, substantive theory, dan selanjutnya dirumuskan hipotesis

untuk diuji. Sehingga menuju ke empirical social reality atau kejadian-kejadian yang

konkrit.

Logika deduksi meliputi pembatasan pengertian pengharapan. Deduksi

menghasilkan ramalan yang harus memenuhi syarat, yaitu tegas dan persis. Persis berarti

semua orang mengartikan dengan satu cara yang sama (universal). Ramalan seperti itu

merupakan hasil pengandaran yang terdiri dari pengandaran logis, yaitu menurunkan

Page 4: Tugas Modul I

pernyataan spesifik dari pernyataan yang lebih umum dan pengandaran metodologis,

yaitu operasionalisasi konsep beserta perancangan prosedur pengujian.

Pengertian teori formal, range theory dan teori substantive oleh Nuemen (2003)

sebagai berikut. “Formal theory is developed for board conceptual area in general

theory. Substantive theory is developed for specific area of social concern. Middle range

theories can be formal or substantive, but slightly more abstract the empirical

generalization or specific hypoyheses.

Sedangkan induktif diartikan sebagai aliran pikiran yang mengambil dasar sesuatu

dari yang istimewa untuk menentukan hal yang bersifat lebih umum. Logika induktif

diawali dengan pengamatan yang mendetail konkrit pada empirical social reality,

sehingga terbentuk grounded theory yang selanjutnya berkembang menjadi substantive

theory, middle range theory, formal theory, dan akhirnya menjadi theoretical framework

(bisa juga berupa paradigma atau theoretical system).

Logika induksi merupakan pembatasan lanjut dari pendugaan. Pembatasan

induksi ini mengenai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk pembentukan

hipotesis. Namun, suatu pendugaan baru mencapai hipotesis bila dirumuskan sedemikian

rupa dan dapat ditarik kesimpulan yang bersifat konkret dan dapat diselidiki

kebenarannya.

1.5 Peran dan Kedudukan Metode Penelitian dalam Metode Ilmiah

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu empiris, rasional, dan sistematis. Rasional

berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga

terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat

diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-

cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu

menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Metode ilmiah adalah perangkat aturan tetap yang dapat dipakai untuk

menemukan jawaban atas segala masalah. metode ilmiah bersifat memecahkan persoalan

karena merupakan formulasi dari unsur-unsur cara berpikir sehari-hari, bahwa seseorang

Page 5: Tugas Modul I

yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan selelu menghadapi “problem situation”

pada waktu belajar, mencari dan mengenal dunia dengan segala cabang kehidupannya.

Metode penelitian juga bertujuan memecahkan persoalan dengan

mengumpulkan, mencatat dan menganalisa fakta-fakta untuk dapat mengenal sifat-sifat

dan ciri-ciri objeknya dan menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu

pengetahuan. Usaha-usaha tersebut hanya mungkin dicapai dengan mempergunakan

metode ilmiah. Metode ilmiah juga dapat digunakan diam-diam atau secara tegas untuk

menilai baik buruknya suatu penelitian.

Penelitian merupakan bentuk penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf

keilmuan. Orang yakin bahwa ada sebab bagi setiap akibat dan segala gejala yang

nampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah.

1.6 Identifikasi Kriteria Metode Ilmiah

Cara ilmiah membedakan metode ilmiah dengan yang bukan ilmiah. Perbedaan

ini menjadi kriteria yang harus dipenuhi dalam suatu metode ilmiah (menurut Boyd dan

Westfall).

1. Obyektivitas peneliti

Pendapat atau pertimbangan-pertimbangan yang diambil didasarkan atas fakta; tidak

seperti cara memperoleh keyakinan yang lain.

2. Ketelitian ukuran

Metode ilmiah berusaha memperoleh ukuran yang seteliti-telitinya. Hal ini bagi ilmu

pengetahuan alam sangat diperlukan dan mungkin terlaksana. Untuk ilmu

pengetahuan sosial ukuran yang dipergunakan relatif kasar; sering dengan kuisioner.

3. Tabiat penyelidikan yang terus-menerus dan menuju kesempurnaan

Penyelidikan ilmiah mempertimbangkan semua fakta secara tepat ke dalam masalah.

Ia merupakan penelitian yang agresif (galak) untuk mencari bukti dan membuat

kesimpulan. Namun peneliti tidak pernah begitu, yakni bahwa ia telah menemukan

pokok kebenaran. Sikap yang selalu menantang inilah membawa kemajuan ilmu

pengetahuan.

Page 6: Tugas Modul I

Berbagai ciri metode ilmiah:

a. memperoleh keterangan yang cukup dan teliti,

b. menggunakan pemikiran yang logis dan teratur,

c. menyusun pengetahuan secara sistematis,

d. membatasi masalahnya dengan garis-garis yang tegas,

e. menemukan hukum-hukum, prinsip-prinsip umum sebagai suatu teori dasar yang

dapat dipercaya, untuk dipergunakan di masa depan,

f. menguji dan menunjukkan pokok-pokok dari penemuan-penemuan.

Page 7: Tugas Modul I

II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Definisi dan Karakteristik Metode Penelitian

2.1.1. Qualitative (Kualitatif)

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu

situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini, lebih mementingkan

pada proses dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu, prosedur kegiatan

dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang

ditemukan. Sedangkan penggunaannya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat

praktis.

Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai

pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang

ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna

semantis universal dari gejala yang sedang diteliti.

Pada mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian

antropologi , etnologi, serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena

teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu sosial lainnya mengadopsi

sebagai sarana penelitiannya. Tujuan utama penelitian yang menggunakan

pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang

pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory

research”.

Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat

berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti

foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian

dilakukan. Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada

pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya

bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan

salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik.

Sampel juga dipandang sebagai sampel teoritis dan tidak representative.

Page 8: Tugas Modul I

Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan

akan menggunakan teknik observasi atau dengan melakukan observasi terlibat

langsung, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan

etnologi sehingga peneliti terlibat langsung dengan yang diteliti. Dalam

praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto

dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview tertentu.

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak

mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada

saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang

diteliti secara intensif. Apabila sampel itu manusia, maka yang menjadi responden

diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.

Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan

yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan

pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa

domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan

analisa komparasi konstan (grounded theory research).

2.1.2. Quantitative (Kuantitatif)

Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai

obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk

operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan

syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena

kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan

replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya,

penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang

kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik

analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih

memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan

makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

Page 9: Tugas Modul I

Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada

apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme,

behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang

bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata. Sedangkan dalam

pengunaannya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun

fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik,

menaksir dan meramalkan hasilnya.

Desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya

harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya.

Desainnya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan

penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya

salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan

desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group

pretest, posttest design, Solomon four group design dll.nya.

Pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif / angka-angka statistik

ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk

variable-variabel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya

skala nominal, ordinal, interval dan ratio.

Dalam pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan

statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin

merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif

membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel

biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu

diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti.

Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan

variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung,

varaibel moderat, variable antara, dan varaibel kontrol. Hal ini dilakukan agar

peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable pengganggu.

Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan

berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner,

eksperimen dan eksperimen semu. Dalam melakukan interview, biasanya

Page 10: Tugas Modul I

diberlakukan interview terstruktur untuk mendapatkan seperangkat data yang

dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang

diperlukan.

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti

mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara

subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang

tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek. Analisa dalam

penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan

dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan

sarana statistik, seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor,

regresi linear dll.nya.

2.1.3. Eksplaration

Eksplaration (Eksplorasi) adalah penelitian yang bertujuan menemukan

permasalahan-permasalahan yang baru.

2.1.4. Description (Deskripsi)

Deskripsi adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat

diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang

yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan

agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat

dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan

pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut.

Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu

kelihatannya, bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya, dan sebagainya.

Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah

teknik. Saat data yang dikumpulkan, deskripsi, analisis dan kesimpulannya lebih

disajikan dalam angka-angka maka hal ini dinamakan penelitian kuantitatif.

Sebaliknya, apabila data, deskripsi, dan analisis kesimpulannya disajikan dalam

uraian kata-kata maka dinamakan penelitian kualitatif.

2.1.5. Explanatory (Eksplanatori)

Page 11: Tugas Modul I

Eksplanatori adalah sebuah teori yang mengkaji hubungan sebab akibat

diantara dua fenomena atau lebih. Ini dipakai untuk menentukan suatu ekspalanasi

keterkaitan sebab – akibat valid atau tidak, atau menentukan mana dua teori atau

lebih yang lebih valid. Teori Eksplanatori menerangkan fenomena berdasarkan

atas proses pengkajian Ilmiah. Prinsip-prinsip umum didukung oleh data-data

dimaksudkan sebagai alat untuk menerangkan suatu fenomena/kejadian.

Merupakan teori yang mendasari dan memahami lingkunan alami dan buatan

serta peranannya dalam kehidupan. Muatan teori akan selalu berkembang dengan

disatukannya teori yang logis, lengkap serta konsisten secara keseluruhan. Dalam

desain , Eksplanatori memberikan penjelasan tentang faktor-faktor dasar yang

dapat dikembangkan sebagai dukungan ilmiah terhadap karya desain dan seni.

Teori Eksplanatori memiliki dua faktor penggerak yaitu substansi dan prosedural.

A. Jenis dan macam Teori Eksplanatori

Eksplanatori dapat dibedakan menjadi dua jenis pendekatan yaitu :

1) Eksplanatori Penjelasan (Explanation)

Explanation bertujuan untuk menjelaskan sesuatu yang sudah terjadi, dan

mempertanyakan mengapa hal tersebut bisa terjadi dan apa yang menjadi

penyebabnya. Untuk mengetahui kenapa hal- hal itu terjadi dilakukan

penelitian yang menggunakan metode survey untuk mengungkap faktor –

faktor penyebabnya maka perlu dibuat dugaan ( Hipotesis ) berdasarkan teori

yang sudah mapan dan hasil penelitian sejenis yang sudah dilakukan. Setelah

itu hipotesis diuji di lapangan dengan menggunakan data empiris.

2) Eksplanatori Perkiraan (Prediction)

Prediction bertujuan untuk mencari jawaban, misalnya apa yang terjadi

terhadap masyarakat petani bila areal pertanian mereka berubah fungsi.

Contoh lain adalah penyusunan dokumen AMDAL, apabila akan terjadi

dampak negatif yang penting sehingga merusak lingkungan hingga tidak

mungkin di lestarikan lagi maka pembangunan tersebut tidak dapat diteruskan

dan tidak mendapatkan izin.

B. Karakteristik Teori Eksplanatori

Page 12: Tugas Modul I

1. Menerangkan, memberikan keterangan ten tang mengapa atau bagaimana

suatu fenomena terjadi

2. Meringkas/sistematisasi, teori meringkas hubungan antara berbagai fakta,

konsep atau fenomena.

3. Memberikan Arah (Orientasi), teori menentukan dan menyeleksi fakta-

fakta yang akan dipelajari, serta menyingkirkan data – data yang tidak

relevan.

4. Mengidentifikasi Gap/kekurangan, teori menunjukkan area-area tertentu

yang relevan namun belum tergarap sehingga memungkinkan diadakan

penelitian lebih lanjut.

5. Mengembangkan strategi penelitian atau studi, teori memberikan dasar

bagi terselenggaranya kegiatan penelitian berdasarkan keterangan dari teori

tersebut.

6. Membuat prediksi, memperkirakan tentang suatu fakta yang belum

diketahui kondisinya pada masa yang akan datang.

C. Perkembangan Teori Eksplanatori

Teori Eksplanatori yang lebih identik dengan sebutan teori penjelasan

karena karakter khas teori ini adalah mencoba mengemukakan dan menjelaskan

berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian. Teori Eksplanatori mengalami

perkembangan yang dikembangkan oleh beberapa pakar yang dipicu oleh

mundurnya paham positivisme logis hal ini dikembangkan dalam 5 Tradisi /

karakter Teori :

1. Penjelasan dan Realisme menyebabkan

2. Membangun Teori Pengalaman

3. Sebagai Bahasa Filosofi

4. Teori Ilmu Pengetahuan

Page 13: Tugas Modul I

5. Naturalisme dan Realisme Ilmiah

2.1.6. Experiment

Dalam metode ilmiah, percobaan atau disebut juga eksperimen (dari

Bahasa Latin: ex-periri yang berarti menguji coba) adalah suatu set tindakan dan

pengamatan, yang dilakukan untuk mengecek atau menyalahkan hipotesis atau

mengenali hubungan sebab akibat antara gejala. Eksperimen adalah landasan

dalam pendekatan empiris untuk memperoleh pengetahuan, baik dalam ilmu

sosial maupun ilmu alam. Dalam kajian keilmuan, eksperimen didefinisikan

sebagai metode untuk menyelidiki suatu bidang, memecahkan masalah praktis,

dan membuktikan asumsi teoretis.

2.1.7. Survey

Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Penelitian survai dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan, (2) deskripsi, (3)

penjelasan, (4) evaluasi, (5) prediksi, (6) penelitian operasional, (7)

pengembangan indicator soisal.

2.1.8. Field Research

Metode field research diperkenalkan di kancah akademik pada paruh

kedua abad 19. Pada umumnya metode ini diterapkan oleh peneliti antropologi.

Menurut Bronislaw Malinoski -salah seorang pelopornya di tahun 1920an-

peneliti sosial harus berinteraksi langsung dan hidup bersama masyarakat

pribumi, mempelajari adat istiadat, kepercayaan serta proses sosialnya.

2.2 Jenis Metode yang Lain

a) Applied Research (Riset Terpakai)

b) Development Research

c) Penelitian Verikatif

Page 14: Tugas Modul I

d) Penelitian Inferensial

e) Penelitian Historis Dokumenter

f) Fact Finding Research

DAFTAR PUSTAKA

AsianBrain. 2008. Definisi Ilmu.http://www.asianbrain.com/definisiilmu (diakses 26

Februari 2009)

Kadir, Abdul M. 2003. Filosofi dan Metode Penelitian Sosial.

Marzuki. 1983. Metodologi Riset. Penerbitan Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta,

Bandung.

Unaradjan, Dolet. 2000. Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial. PT Grasindo, Jakarta