tugas makalah tawqkkal
Transcript of tugas makalah tawqkkal
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-sehari kita sering mendengar kata tawakal . bagia
sebagian orang telah mengerti makna dari tawakkal tersebut namun sebagian orang
lainya belum paham mengenai makna dari tawakal .dalam makalah ini akan
menjelaskan tentang pengertian ,makna tujua dan lain sebagainya tentang tawakal
itu.Sebagian orang menganggap bahwa tawakkal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha
sama sekali. Misalnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan
melaksanakan tes. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri
untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak
bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan, " Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban .
" Apakah semacam ini benar-benar disebut tawakkal?! Semoga pembahasan di makala ini dapat
menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakkal yang sebenarnya dan apa saja manfaat
dari tawakkal tersebut.
2. Rumusan masalah
Untuk memehami tentang tawakal?
Agar kita mengetahui makna , dari tawakal serta yang berkaitan tentang tawakal.
3. Tujuan penulisan
Agar siswa Mengetahui pengertian tawakal
Agar siswa Memahami makna dari tawakal
Agar siswa Mengetahui manfaat dari tawakkal
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian tawakal
Tawakal ( bahasa Arab : توكل ) atau tawakkul berarti mewakilkan atau
menyerahkan. Dalam agama Islam , tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu kondisi.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal adalah
menyandarkan kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada dalam
waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang
tenteram.
Menurut Abu Zakaria Anshari, tawakkal adalah "keteguhan hati dalam menyerahkan urusan
kepada orang lain". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang
yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia benar-benar memiliki sifat amanah (tepercaya) terhadap apa
yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat
tersebut.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat
kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang
menciptakan segala-galanya, Pengetahuan Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam
semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya
kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu
dan Maha Bijaksana.
Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal. Dia enggan berusaha dan
bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini memiliki pemikiran, tidak perlu belajar, jika
Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah
menghendaki menjadi orang kaya tentu kaya, dan seterusnya.
Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya, seklipun ada berbagai makanan,
tetapi ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini
dpegang teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri.
2
Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau
perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya - menurut ajaran Islam - adalah menyerah diri
kepada Allah setelah berusaha keras dalam berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan
dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.
Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat, barulah ia
bertawakkal. Pada zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa
diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-benar
bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, "Ikatlah
dan setelah itu bisa engkau bertawakkal." Jadi tawakal bisa juga diartiakan Tawakkal adalah
kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta'ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta
mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Allah Ta'ala berfirman yang
artinya, "Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar
dan memberi rizqi dari arah yang tidak ia sangka-sangka, dan barangsiapa bertawakkal kepada
Allah, maka Dia itu cukup baginya." (Ath Tholaq : 2-3)
B. Makna bertawakkal kepada Allah
Banyak di antara para ulama yang telah menjelaskan makna Tawakkal, diantaranya
adalah Al Allamah Al Munawi. Ia mengatakan, "Tawakkal adalah menampakkan kelemahan
sertapenyandaran(diri)kepadayangdiTawakkali."( FaidhulQadir ,5/311). IbnuAbbas radhiyallahu'a
nhuma mengatakanbahwaTawakkal berarti percaya sepenuhnya kepada Allah Ta'ala. Imam
Ahmad mengatakan, "Tawakkal berarti memutuskan pencarian disertai keputus-asaan terhadap
makhluk." Al Hasan Al Bashri pernah ditanya tentang Tawakkal, maka beliau menjawab, "Ridho
kepada Allah Ta'ala" , Ibnu Rojab Al Hambali mengatakan, "Tawakkal adalah bersandarnya hati
dengan sebenarnya kepada Allah Ta'ala dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya,
baik urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan. " Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani
mengatakan, "Tawakkal yaitu memalingkan pandangan dari berbagai sebab setelah sebab
disiapkan."
C. Mendapatkan Kebaikan dan Menghindari Kerusakan
Ibnul Qayyim berkata, "Tawakkal adalah faktor paling utama yang bisa
mempertahankan seseorang ketika tidak memiliki kekuatan dari serangan makhluk lainnya yang
menindas serta memusuhinya. Tawakkal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi
3
kondisi seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah sebagai pelindungnya atau yang memberinya
kecukupan. Maka barang siapa yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya serta yang
memberinya kecukupan, maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya.
"( Bada'i Al-Fawa'id 2/268)
Bukti yang paling baik adalah kejadian nyata, Imam Al Bukhori telah mencatat dalam kitab
shohih beliau, dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyAllahu anhuma , bahwa ketika Nabi Ibrahim
dilemparkan ke tengah-tengah api yang membara beliau mengatakan, "HasbunAllahu wa ni'mal
wakiil." ( Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung). Kata
ini pulalah yang diungkapkan oleh Rosululloh shollallahu 'alaihi wa sallam ketika dikatakan
kepada beliau, Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berencana untuk memerangimu, maka
waspadalah kamu terhadap mereka. "(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab Tafsir.
Lihat Fathul Bari VIII/77 )
Ibnu Abbas berkata, "Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika ia dilemparkan
ke tengah bara api adalah: 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik
pelindung'." (HR. Bukhori)
D. Bertawakkal kepada Allah Adalah Kunci Rizki
Rosululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, seandainya kalian
bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana
burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam
keadaan kenyang. " (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)
Dalam hadits yang mulia ini Rosululloh menjelaskan bahwa orang yang bertawakkal kepada
Allah dengan sebenar-benarnya, pastilah dia akan diberi rizki. Bagaimana tidak, karena dia telah
bertawakkal kepada Dzat Yang Maha Hidup yang tidak pernah mati. Abu Hatim Ar Razy
berkata, "Hadist ini merupakan tonggak tawakkal. Tawakkal kepada Allah itulah faktor terbesar
dalam mencari riqzi. " Karena itu, barangsiapa bertawakkal kepada, niscaya Allah Subhanahu Wa
Ta'ala akan mencukupinya. Allah berfirman yang artinya, "Dan barangsiapa bertawakkal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang Dia kehendaki). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu. " (Ath-Thalaq: 3). Ar Rabi 'bin Khutsaim berkata mengenai ayat tersebut, "Yaitu
mencukupinya dari segala sesuatu yang membuat sempit manusia."
E. Tawakkal Bukan Berarti Tidak Berusaha
4
Mewujudkan Tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Allah memerintahkan hamba-
Nya untuk berusaha sekaligus bertawakkal. Berusaha dengan seluruh anggota badan dan
bertawakkal dengan hati merupakan perwujudan iman kepada Allah Ta'ala.
Sebagian orang mungkin ada yang berkata, "Jika orang yang bertawakkal kepada Allah itu akan
diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah kita
cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari langit? " kata itu sungguh
menunjukkan kebodohan orang itu pada hakikat Tawakkal. Nabi kita yang mulia telah
menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki itu dengan burung yang pergi di pagi hari
untuk mencari rizki dan pulang pada sore hari, padahal burung itu tidak memiliki cadangan
apapun, baik perdagangan, pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal
kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tempat bergantung.
Para ulama-semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik kebaikan-telah
memperingatkan masalah ini. Di antaranya adalah Imam Ahmad, beliau berkata: "Dalam hadits
tersebut tidak ada sinyal yang memungkinkan meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya
ada sinyal yang menunjukkan perlunya mencari rizki. Jadi maksud hadits tersebut, bahwa
seandainya mereka bertawakkal kepada Allah dalam bepergian, kedatangan dan usaha mereka,
dan mereka mengetahui bahwa kebaikan (rizki) itu di tangannya, tentu mereka tidak akan pulang
kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut.
"( Tuhfatul Ahwadzi , 7/8)
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau di masjid
seraya berkata, "Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai rizkiku datang sendiri" . Maka beliau
berkomentar, "Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi shollallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,' Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku dalam bayang-bayang tombak
perangku (baca: ghonimah ) '. Dan beliau juga bersabda, 'Jika kalian bertawakkal kepada Allah
dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah memberimu rizki sebagaimana yang diberikanNya
kepada burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari
dalam keadaan kenyang. ' (Hasan Shohih. HR.Tirmidzi). Selanjutnya Imam Ahmad berkata, "Para
sahabat juga berdagang dan bekerja dengan mengelola pohon kurmanya. Dan mereka itulah
teladan kita. " ( Fathul Bari , 11/305-306)
Kalau kita mau merenungi maka dapat kita katakan bahwa pengaruh tawakkal itu
tampak dalam gerak dan usaha seseorang ketika bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya. Imam
5
Abul Qasim Al-Qusyairi mengatakan, "Ketahuilah sesungguhnya tawakkal itu letaknya di dalam
hati. Adapun gerak lahiriah maka hal itu tidak bertentangan dengan tawakkal yang ada di dalam
hati setelah seseorang meyakini bahwa rizki itu datangnya dari Allah. Jika ada kesulitan, maka hal
itu adalah karena takdir-Nya. Dan jika ada fasilitas maka hal itu karena fasilitas dariNya.
"( Murqatul Mafatih , 5/157)
Diantara yang menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah tidaklah berarti meninggalkan usaha
adalah sebuah hadits. Seseorang berkata kepada Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam , "Aku
lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal?" Nabi bersabda, "Ikatlah kemudian bertawakkallah
kepada Allah." (HR. Tirmidzi dan dihasankan Al Albani dalam Shohih Jami'ush shoghir ). Dalam
riwayat Imam Al-Qudha'i disebutkan bahwa Amr bin Umayah radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku
bertanya, 'Wahai Rosululloh!! Apakah aku ikat dahulu unta tungganganku lalu aku bertawakkal
kepada Allah, ataukah aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal? ', Beliau menjawab,' Ikatlah
untamu lalu bertawakkallah kepada Allah. " ( Musnad Asy-Syihab , Qayyidha wa Tawakkal , no.
633, 1 / 368)
Tawakkal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Hendaknya setiap muslim bersungguh-
sungguh dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak bisa menyandarkan
diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa segala urusan
adalah milik Allah, dan bahwa rizki itu hanyalah dari Dia semata.
F. Manfaat Tawakal kepada Allah Swt
Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah buah dari tawakal kepada Allah
Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah tergantung pada orang lain, sebab ia menyandarkan
dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan
jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannya tetap terjaga.Ilmu pengetahuan, industri, seni dan
teknologi, menjadi sumber prestasi bagi manusia. Dengan ilmu dan teknologi manusia dapat
mencapai kemakmuran materi dan memiliki berbagai fasilitas dalam kehidupannya, dan banyak
hal yang awalnya tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas baginya.Dewasa ini, banyak
fenomena yang telah dipahami oleh ilmu manusia, namun ada satu poin yang menjadi perenungan
dan harus ditinjau ulang oleh para pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi tidak mampu
memenuhi kebutuhan ruh dan jiwa manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, ketenangan, rasa
optimis dan harapan akan masa depan.Saat ini, banyak problem yang mengancam masyarakat, di
mana kecemasan dan depresi adalah yang paling umum dialami mereka. Ilmu psikologi,
6
bimbingan dan psikiatri dengan berbagai metodenya, berupaya memberikan solusi terhadap
masalah tersebut. Berbagai aliran pengobatan psikologis, mulai dari terapi perilaku, terapi
psikoanalitik dan pengobatan yang didasarkan pada nalar dan emosi serta bentuk pengobatan yang
lainnya, diterapkan demi membantu manusia menghilangkan problemnya. Selain berbagai metode
pengobatan tersebut, agama datang untuk membantu manusia dan memberikan strategi psikologis
khusus untuk menghadapi masalah-masalah kejiwaan.Tawakal kepada Allah Swt adalah salah
satu metode yang dapat membantu manusia. Berbagai riset dan pengamatan empiris menekankan
akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan
berbagai penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis, serta menciptakan ketentraman,
keberanian, optimisme, percaya diri dan kesabaran untuk manusia. Dalam Islam ditegaskan
bahwa tawakal kepada Allah Swt sebagai salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan
manusia.Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan menyerahkan
permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan adanya kelemahan dan ketergantungan
kepada pihak lain.Dalam Al-Qur'an, kata tawakal berjumlah 42 dalam segala bentuk, tunggal atau
jamak, berkonotasi memasrahkan diri, memercayakan serta menyerahkan segala permasalahan
kepada Allah Swt.Sedangkan secara istilah, salah satu definisi tawakal adalah bentuk
ketergantungan dan kepasrahan yang benar kepada Allah sebagai zat yang berkuasa
mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya dengan senantiasa melakukan ikhtiar (usaha)
sebagaimana yang diperintahkan-Nya.Bertawakal bukan berarti tidak melakukan ikhtiar, tetapi
lebih dari itu, tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT sembari senantiasa
melakukan ikhtiar. Rahasia dan hakikat tawakal adalah kepasrahan jiwa kepada Allah, karena itu
segala bentuk ikhtiar tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukan tanpa kepasrahan kepada
Allah.Ketika manusia mengalami masalah dan merasa dirinya tidak mampu menyelesaikan
masalah itu, maka ia akan menyerahkan masalah tersebut kepada seseorang yang mampu
menyelesaikannya, dan dengan jalan tersebut telah meningkatkan kemampuannya. Oleh karena
itu, jika yang diwakilkan adalah seseorang yang berilmu, mampu dan berkualitas, serta memiliki
minat dan simpati tinggi ke yang mewakilkan, maka penyerahan tersebut akan memiliki nilai
tinggi dan kemungkinan berhasilnya pun akan lebih besar.Kenyataan ini sesuai dengan tawakal
manusia kepada Allah Swt. Manusia senantiasa mengalami masalah dalam hidupnya, dan
mengingat manusia memiliki banyak keterbatasan dan tidak mampu menyelesaikan masalahanya
sendiri, maka untuk menutupi ketidakmampuan dan kelemahannya, selain menggunakan faktor
7
alamiah dan materi, ia harus bersandar kepada kekuatan tak terbatas Allah Swt dan percaya
kepada-Nya, serta memohon pertolongan Allah Swt agar sukses dalam mengatur urusan
kehidupannya. Allah Swt sebagai pencipta manusia lebih mengetahui segala sesuatu yang
menguntungkan atau merugikan manusia dan tentunya Dia lebih penyanyang dari segalanya.
Sebagaimana keutamaan akhlak yang lain, tawakal juga memiliki berbagai sebab dan
sumber. Namun dapat dikatakan bahwa pennyebab utama tawakal adalah iman dan yakin kepada
zat suci Allah Swt dan keindahan serta keagungan-Nya. Ketika manusia menyadari kekuatan dan
ilmu tak terbatas Allah Swt dan melihat dunia sebagai panggung penghargaan tak terbatas-Nya,
maka ia dengan penuh keyakinan akan bertawakal dan menyerahkan dirinya kepada Allah
Swt. Saat manusia berada dalam masalah, Ia akan berpegang hanya kepada Allah Swt dan selain
berusaha, ia juga akan meminta keberhasilan kepada-Nya.Percaya penuh kepada Allah Swt demi
meraih ketenangan jiwa dapat menghilangkan kecemasan dan kegelisaan, sehingga manusia
dengan mudah dapat melangkah untuk meraih hasilnya. Salah satu fitur orang yang bertawakal
adalah di saat bahagia ia tidak terlalu bangga, dan tatkala kebahagiaan itu lenyap, ia juga tidak
terlalu gelisah dan sedih, namun ia semaksimal mungkin berupaya memenuhi kebutuhannya dan
menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt. Ia yakin bahwa Allah Swt akan menolongnya.Manusia
seperti itu bagaikan orang yang berlindung di benteng yang kuat dan musuh tidak dapat
menjangkaunya. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin tatkala menghadapi masalah, mereka
langsung berlindung di bawah benteng tawakal, di mana tak seorang pun dapat menembus
benteng tersebut.Dengan begitu kegelisahan dan ketakutan tidak ada artinya bagi mereka.Banyak
ayat Al-Quran dan riwayat yang menjelaskan tentang tawakal. Dalam tujuh ayat secara berulang
disebutkan kalimat yang artinya orang-orang yang beriman harus bergantung hanya kepada Allah
Swt. Kalimat tersebut secara jelas menerangkan hubungan antara iman dan tawakal.Dalam surat
Ash-Shuara ayat 61 dan 62, Allah Swt berfirman, "Maka tatkala kedua kelompok itu saling
melihat, para pengikut Musa berkata ketakutan," Sesungguhnya Firaun dan kaumnya hampir
menyusul dan kemudian membunuh kita. "(61)" Musa berkata, " Sesungguhnya perlindungan
Allah selalu menyertai ke mana aku pergi. Dia senantiasa memberikan kepadaku jalan
keselamatan. "Demikianlah, Musa berusaha menenangkan BaniIsrael dan membuang jauh-jauh
dari pikiran mereka perihal ketersusulan yang menakutkan itu. "(62)Kedua ayat tersebut
mengisahkan tentang Nabi Musa as dan kaumnya. Ketika kaum Nabi Musa melihat bala tentara
8
Firaun yang mengejar mereka, mereka ketakutan dan menyatakan bahwa mereka tidak akan
mampu menghadapai tentara Firaun. Namun Musa menenangkan mereka dan mengingatkan
kaumnya bahwa Allah Swt bersama mereka.Padahal, salah satu metode efektif yang dilakukan
semua nabi dalam menghadapi masalah adalah tawakal kepada zat tak terbatas Allah
Swt. Manusia yang bertawakal, dalam dirinya akan timbul energi dan kekuatan serta akan
menemukan kesabaran yang berkesinambungan demi mencapai tujuan-tujuannya.Selain itu, ia
akan menemukan arti dari segala peristiwa yang ia alami dalam kehidupannya.Pemahaman
tersebut dapat membantunya dalam menafsirkan fenomena kehidupannya, sehingga terlepas dari
sesuatu yang tidak berguna dan tak berarti. Manusia seperti ini tidak akan pernah merasa putus
asa dan akan terus berupaya demi mencapai tujuannya, namun jika mereka tidak mendapatkan
hasil yang diinginkan, mereka menilai bahwa ada kebaikan di balik itu. Terkait hal itu, Allah Swt
dalam surat al-Baqara ayat 216 berfirman, ".... Mungkin saja di dalam hal-hal yang tidak kalian
sukai itu ada kebaikan, dan sebaliknya, di dalam hal-hal yang kalian sukai justru ada keburukan.
Allah sungguh mengetahui maslahat yang kalian ketahui. Maka, sambutlah apa yang diwajibkan
kepada kalian. " Salah satu sisi lain dari tawakal kepada Allah Swt adalah harapan manusia
kepada anugerah Allah tatkala mengalami kondisi yang sulit. Munculnya harapan untuk terbebas
dari kegelisahan dan problem, dan harapan untuk mendapat pertolongan Allah Swt dalam
memerangi kebatilan, merupan dampak dari tawakal. Orang yang bertawakal merasa yakin akan
mendapat pertolongan Allah Swt, sehingga ia tidak tenggelam dalam masalah yang ia hadapi.
Manfaat lain dari tawakal adalah memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil
keputusan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa "Barang siapa yang ingin menjadi orang
yang paling dicintai masyakarat, maka ia harus bertakwa, dan barang siapa ingin manjadi orang
terkuat di masyarakat, maka ia harus bertawakal kepada Allah Swt, dan ....."Kemuliaan dan
martabat di sisi masyarakat adalah buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal
tidak pernah tergantung pada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah
Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat
dan kemuliaannnya tetap terjaga.Terkait hal itu, dalam surat al-Anfal ayat 49, Allah Swt
berfirman, "... Sesungguhnya orang-orang yang menyerahkan urusan mereka kepada Allah
dengan penuh keimanan dan harapan, serta menyandarkan diri hanya kepada Allah, niscaya Dia
akan mencukupkan segala kebutuhan dan memenangkan pada musuh-musuh mereka.
Sesungguhnya Allah Mahakuat kekuasaan-Nya dan Mahabijaksana dalam pemeliharaan-Nya. "
9
Dengan tawakal, urusan materi dan maknawi manusia akan teratur. Ia akan mendapat rizki yang
tidak pernah ia bayangkan dan pikirkan sebelumnya dan ia akan menjalani hidupnya di jalan yang
benar dengan rasa puas dan optimis. Rasa puas tersebut dapat menjauhkan manusia dari penyakit-
penyakit jiwa dan akhlak. (IRIB Indonesia / RA / NA)
Tags:
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa.Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksiman. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu.
Oleh karenanya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada Allah, dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawkalan ke dalam diri kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam surga Allah tanpa adanya hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits di atas. Amin.
B. SARANMarilah kita bertawakal kepada Allah swt, atas apa yang sudah kita perbuat . dan menyerahkan segala urusan hasil dari usah kita kepada nya. Amin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Buletin At-Tauhid Penulis: R. Indra Pratomo P.Artikel www.muslim.or.id
Dari artikel Tawakkal — Muslim.Or.Id by
nullhttp://whasid.wordpress.com/2007/09/24/kategori-tawakal-umat-akhir-zaman/
Gema Insani, 2007.[3]H. Supriyanto,Lc.,M.S.I,Tawakal Bukan Pasrah, Qultum Media, 2010
[1]Dr. Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc., M.A, Indahnya Tawakal , Indiya MediaKreasi, 2008.[2]Drs. Ahmad Yani, Menjadi Pribadi Terpuji
12