Tugas Makalah Jamsostek (PRINT)

18
PERANAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA Tugas K3 dan Ketenagakerjaan Dosen Pengajar : Yuli Asmara T.,S.H.,M.H. Kelas 6 LA Nama : M Adi Nugraha MP NIM : 0612 3031 0155 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Transcript of Tugas Makalah Jamsostek (PRINT)

PERANAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

Tugas K3 dan KetenagakerjaanDosen Pengajar :Yuli Asmara T.,S.H.,M.H.

Kelas 6 LA

Nama: M Adi Nugraha MPNIM: 0612 3031 0155

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIKPOLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAPALEMBANG2015BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia dilakukan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat indonesia seluruhnya untuk mewujudkan suatu masyarakat sejahtera, adil, dan makmur baik materiil maupun spritual. Dimana pembangunan ketenagakerjaan ini merupakan bahagian dari intergral Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun1945. Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan naisonal semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya, oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan sebagai perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum bagi tenaga kerja bersama keluarga, hal ini merupakan suatu penghargaan kepada setiap tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada perusahaan tempat dimana ia bekerja, sehingga pada giliran akan dapat meningkatkan produktifitas naisonal. Dengan demikian, untuk mengatur hak-hak perlindungan mendasar bagi tenaga kerja, sehingga pemerintah pun menggeluarkan Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Menurut UU No 13 Tahun 2003 tersebut, pada pasal 99 ayat 1 dikatakan bahwa setiap tenaga kerja (pekerja/buruh) dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja, atau sering disebut JAMSOSTEK. Jaminan sosial tenaga kerja yang dimaksud merupakan program perlindungan dasar bagi tenaga kerja dan keluarganya dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, oleh karena itu JAMSOSTEK merupakan asuransi kesehatan/jiwa bagi tenaga kerja harus selalu diupayakan peningkatannya. Dengan demikian dapat dikatakan JAMSOSTEK ini diberikan oleh pihak perusahaan selaku pihak pemberi kerja bagi pekerja/buruh dengan jumlah iuran setoran kepesertaan yang berbeda sesuai dengan kedudukan/jabatan tenaga kerja di perusahaan. Penyelenggarakan program Jamsostek seperti tertera dalam UU No 3 Tahun 1992 tersebut maka dikeluarkanlah PP Nomor 76 Tahun 2007 jo PP Nomor 14 Tahun 1993. Dalam peraturan pemerintah tersebut diatur tentang adanya santunan cacat total dan cacat sebagian karena hilangnya kemampuan kerja fisik yang disebabkan karena kecelakaan kerja, santunan biaya kematian bukan karena kecelakaan kerja dan biaya pemakaman yang diberikan pada keluarga sebagai upaya dalam rangka meringankan beban keluarga pekerja yang tidak sesuai kondisi saat ini. B. Perumusan Masalah Pada penulisan ini yang menjadi masalah yang akan dibahas sesuai topik yang adalah : 1. Bagaimana ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang bekerja di perusahaan? 2. Bagaimana perananPT. JAMSOSTEK (persero) dalam penyelengaraan program jaminan sosial bagi tenaga kerja?

C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengkaji ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kera yang bekerja pada perusahaan2. Untuk mengkaji perananPT. JAMSOSTEK(persero) dalam penyelengraan program jaminan sosial bagi tenaga kerja.

D. Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diperoleh dalam penulisan skripsi ini adalah:1. Untuk mengetahui ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan.2. Untuk mengetahui perananPT. Jamsostek (persero) dalam memberikan jaminan sosial bagi tenaga kerja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja Hal mengenai asuransi sosial tidak terlepas juga kita melihat tentang jenis asuransi lainnya. Hal mana kita juga melihat dalam pelimpahan resiko itu sendiri, artinya resiko yang seharusnya ditanggung sendiri secara pribadi dapat ditanggung oleh pihak lain.Walaupun dalam perkembangan asuransi sosial berbeda dengan asuransi-asuransi lainnya, dimana asuransi sosial justru timbul karena kebutuhan masyarakat akan terselenggaranya atau terpenuhinya suatu jaminan sosial (sosial security). Jaminan sosial tersebut dibutuhkan karena keadaan atau bahaya yang terjadi di luar kemampuan dan kehendak dari masyarakat itu sendiri. Di sini anggota masyarakat sebagai satu kesatuan yang dalam hal ini kepentingannya dilindungi oleh negara, sehingga resiko-resiko yang mungkin dihadapinya tidak akan ditanggung bersama-sama pula.Sementara dalam ketentuan umum UU No 40 Tahun 2004 pada pasal 1 tersebut yang dimaksud dengan Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.Jadi dengan demikian secara yuridis formal hukum asuransi dapat ditarik disimpulan dari kedua pengertian asuransi sosial dan jaminan sosial meliputi yaitu suatu mekanisme pengumpulan dana wajib yang berasal dari iuran anggota guna memberikan perlindungan sosial atas resiko kerja bagi peserta dan keluarganya untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak yang dijamin oleh pemerintah. Sehingga dapat dilihat bahwa tujuan asuransi sosial itu, terutama untuk menjamin terlindunginya kebutuhan akan jaminan sosial bagi masyarakat luas (asuransi umum), atau golongan masyarakat tertentu (asuransi khusus). Misalnya untuk masyarakat umum dapat kita lihat dalam UU No. 33 Tahun 1969 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, dimana yang dilindungi di sini adalah setiap penumpang kendaraan umum, sedangkan dalam UU No. 34 tahun 1964 tentang dana kecelakaan lalu lintas jalan, dimana yang dilindungi di sini adalah setiap orang yang menjadi korban baik ia meninggal ataupun cacat tetap akibat kecelakaan yang disebabkan oleh alat angkutan lalu lintas.

Oleh karena itu kepada tenaga kerja dalam hal ini buruh, perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan, peningkatan kesejahteraan dalam bentuk asuransi sosial dalam PP No 33 Tahun 1977 tentang Astek dan perkembangan asuransi tenaga kerja berdasarkan PP No 36 Tahun 1995 PT. Astek diubah menjadi PT. JAMSOSTEK(persero) sebagai badan penyelengara jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan UU No 3 Tahun 1992tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, mengingat dengan adanya perkembangan pembangunan khususnya dalam sektor tenaga kerja yang semakin meningkat, dibarengi pula dengan kebutuhan tenaga kerja yang semakin meningkat. Sehubungan dengan penyelenggaraan Jamsostek ini, dalam pasal 1 UU No. 3 Tahun 1992, telah diuraikan hal-hal sebagai berikut : 1. Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.2. Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.3. Pengusaha adalah : a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.c. Orang, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 4. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara.5. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut suatu perjanjian atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas suatu dasar perjanjian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja termasuk tunjangan baik untuk tenaga kerja sendiri maupun keluarganya.

6. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.7. Cacat adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.8. Sakit adalah setiap gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan.9. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

BAB IIIPEMBAHASAN

Ruang Lingkup Program Jamsostek Bagi Tenaga Kerja

Hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha merupakan hal yang sangat penting dalam kelangsungan usaha sebagaimana yang telah disepakati dalam surat perjanjian kerja, peraturan perusahan atau kesepakatan kerja bersama. Atau dalam arti bahwa pekerja/buruh yang melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pekerjaan yang telah diatur dalam perjanjian itu, maka Pengusaha harus melaksanakan kewajibannya untuk membayar upah. Tidaklah menjadi suatu persoalan bahkan pembicaraan yang lebih lanjut, bilamana antara kedua pihak dalam hal ini pekerja/buruh maupun pengusaha saling melaksanakan kewajibannya masing-masing sesuai dengan apa yang mereka sepakati dalam perjanjian yaitu hak dan kewajiban. Namun selama melaksanakan pekerjaan ini, pekerja/buruh tentunya tidak terlepas dari berbagai tantangan ataupun resiko yang harus dihadapinya, sehingga membuat kewajibannya dalam hal ini melaksanakan pekerjaan tidak terpenuhi. Sehingga dalam hal ini bila melihat pada perjanjian kerja, selama pekerja/buruh tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka upah sebagian sebagai haknya tidak dapat diterimanya. Dengan persoalan ini, menimbulkan suatu pertanyaan, bagaimana dengan kelangsungan hidup maupun kesejahteraannya sebagai seorang pekerja dalam suatu perusahaan tersebut, bahkan terlebih kesejahteraan keluarganya. Maka berdasarkan hal tersebut di atas, kepada pekerja/buruh dalam hal ini pekerja/buruh, perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan melalui suatu jaminan sosial tenaga kerja, sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 dan UU No 13 tahun 2003, disamping mengingat peran tenaga kerja dalam pembangunan Nasional semakin meningkat disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya.

Sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 Ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 bahwa program jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), ini meliputi :

a. Jaminan Kecelakaan Kerja Setiap tenaga kerja senantiasa menghadapi resiko kecelakaan kerja. Atau dalam arti bahwa, kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja (pekerja/buruh) yang melakukan pekerjaan. Sesungguhnya sebelum berlakunya ketentuan tentang jaminan kecelakaan kerja sebagaimana yang diatur oleh Undang-undang No. 3 Tahun 1992, beberapa ketentuan yang berlaku dalam kaitannya dengan masalah kecelakaan kerja ini, hal ini dapat dilihat dengan adanya peraturan yang memuat aturan-aturan, yang bertujuan menjaga keamanan buruh dari bahaya kecelakaan atau yang disebut peraturan keamanan kerja. Penjagaan secara umum terhadap bahaya kecelakaan mula-mula diatur dalam reglement houdende bepalingen tot bevelinging boj het verbelijven ini fabrieken en werkplaasten (Peraturan tentang Pengamanan Dalam Pabrik dan Tempat Kerja) atau disingkat veiligheidsreglement Stb. 1905 No. 521, dan pada tahun 1910 Reglement ini diganti dengan peraturan baru dengan nama Veiligheidsreglement (Stb. 1910 No. 406).Disamping ketentuan-ketentuan tersebut, hal menyangkut masalah kecelakaan kerja ini, diatur juga dalam Ongevallen regeling (Peraturan Ganti Rugi pada Kecelakaan Kerja) yang kemudian diganti dengan Undang-undang No. 33 Tahun 1947, dalam UU tersebut kewajiban penggantian ini merupakan akibat tidak terpenuhinya kewajiban penggantian ini merupakan akibat tidak terpenuhinya kewajiban mengatur dan memelihara ruangan, alat dan perkakas itu sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan atau dengan kata lain usaha pengamanan apakah yang harus pengusaha lakukan. Dalam Pasal 1 UU No. 2 Tahun 1951 ini, telah memakai prinsip Risoue Professional yang dalam arti bahwa resiko yang ditimpa kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan menjadi tanggungan majikan. Hal mana dapat dilihat dari penjelasan Undang-undang tersebut sebagai berikut : Perusahaan-perusahaan yang memakai mesin-mesin dan bahan-bahan yang mudah meledak, derajat-panas yang tinggi merupakan sumber-sumber bahaya kecelakaan yang selalu mengancam kesehatan dan jiwanya buruh.Segala sesuatu dijalankan untuk menghindarkan buruh dari bahaya yang disebabkan oleh hal tersebut, akan tetapi bahaya kecelakaan tetap ada dan terjadinya kecelakaan tak dapat dicegah. Namun seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa setiap tenaga kerja, senantiasa menghadapi resiko sehingga dalam hal terjadinya resiko maka tenaga kerja ini perlu untuk mendapatkan jaminan kecelakaan yang ia hadapi, sehingga hukum ketenagarjaan (UU No 13 Tahun 2003 pasal 99) mewajibkan setiap pengusaha untuk menjamin keselamatan kerja pekerja/buruh dalam jaminan sosial tenaga kerja.Ruang lingkup kecelakaan kerja dapat terjadi sebagai berikut : a.Pada waktu kerja, yang termasuk kecelakaan yang terjadi pada waktu kerja yaitu : 1.Kecelakaan yang terjadi pada waktu sedang melakukan tugas sehari-hari yang telah diberikan. 2.Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan wajar.3.Kecelakaan yang terjadi di luar lokasi kerja tetapi masih jam kerja (istirahat).4.Kecelakaan dalam tugas keluar negeri tapi masih berhubungan dengan tugas dan pekerjaan yang diberikan.5.Kecelakaan yang terjadi pada waktu lembur, yang dibuktikan dengan surat keterangan lembur.6.Kecelakaan sebagai akibat perkelahian di tempat kerja.

b. Kecelakaan terjadi di luar waktu kerja :1.Kecelakaan yang terjadi pada waktu kegiatan olah raga yang dibuktikan dengan surat tugas perusahaan. 2.Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang dibuktikan dengan surat tugas. 3.Kecelakaan yang terjadi pada waktu perkemahan disekitar lokasi kerja, bila istirahat dan keluar lokasi kerja harus dibuktikan dengan surat tugas. Berkenaan dengan kecelakaan kerja khususnya penyakit yang timbul karena hubungan kerja maka telah diatur lebih lanjut dalam Keputusan Presiden No 22 Tahun 1993. Dalam Pasal 1 Keputusan Presiden ini, telah disebutkan bahwa penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan pekerjaan.

Selanjutnya dalam pasal 2 dari Keputusan tersebut, telah menyatakan bahwa setiap Tenaga Kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan maupun pada masa hubungan kerja berakhir. Hal mana mengandung arti bahwa walaupun hubungan kerja telah berakhir namun hak atas jaminan kecelakaan kerja dapat diperoleh apabila menurut hasil diagnosis dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja, demikian pula penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak hubungan kerja tersebut. Sehingga untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan dari tenaga kerja yang diakibatkan oleh karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak dapat bekerja lagi perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

b. Jaminan Kematian Suatu hal yang tidak dapat dielakkan bahwa setiap manusia pada umumnya akan mengalami kematian, khususnya bagi tenaga kerja, kadangkala diperhadapkan dengan kematian sebelum mencapai hari tuanya, atau dalam arti bahwa tenaga kerja itu mengalami kematian sementara dalam pelaksanaan tugasnya. Tenaga kerja yang meninggal dunia mengakibatkan terputusnya penghasilan dan sangat berpengaruh pada kehiduppan ekonomi sosial keluarga yang ditinggalkan, oleh karena itudiperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga, baik dalam bentuk biaya pemakaman dalam bentuk santunan berupa uang.

c. Jaminan Hari Tua Setiap tenaga kerja pada suatu saat pasti sampai pada hari tua.Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketentuan kerja sewaktu mereka masih bekerja, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Sehingga maksud jaminan hari tua ini adalah untuk memberikan jaminan bagi tenaga kerja pada masa tuanya. Dalam pasal 24 ayat (1) PP Nomor 14 Tahun 1993 telah disebutkan bahwa besarnya jaminan hari tua adalah keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil pengembangannya.

d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Kondisi maupun kesehatan dari tenaga kerja sangat menentukan dalam ia melangsungkan pekerjaannya. Sehingga pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja sangat diperlukan.Hal mana juga dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitasn tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang penyembuhan. Sebelum berlakunya ketentuan tentang jaminan pemeliharaan kesehatan menurut pasal 16 UU No. 3 Tahun 1992, hal menyangkut pemberian atau bantuan kesehatan untuk tenaga kerja diatur dalam Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 15 Tahun 1957 jo Nomor 3 Tahun 1964 jo Nomor 3 Tahun 1967.Disamping itu ada juga peraturan-peraturan sebelumnya yaitu Indienstneming van Werklieden (peraturan tentang mempekerjakan buruh) dimana dalam peraturan ini mewajibkan majikan memberi perawatan yang layak termasuk obat yang diperlukan.Dan juga Aanvullende Plantersregeling (Peraturan Perburuhan di Perusahaan Perkebunan) yang menetapkan bahwa jika buruh sakit, pengusaha selama hubungan kerja berlangsung tetap selama-lamanya untuk 3 (tiga) bulan wajib memberikan perawatan dan pengobatan yang layak. Oleh karena upaya penyembuhan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program JAMSOSTEK.Jaminan pemeliharaan kesehatan ini selain diperuntukkan bagi tenaga kerja yang bersangkutan, juga untuk keluarganya. Pasal 33 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 telah disebutkan bahwa jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan kepada tenaga kerja atau suami atau isteri yang sah dan anak sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dari tenaga kerja.

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan Dengan melihat uraian-uraian pada bagian terdahulu, maka penulis mengambil simpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa penyelenggaraan asuransi pada umumnya, dilakukan atas adanya suatu perjanjian yang di dalamnya ada suatu kepentingan artinya resiko yang sesungguhnya ditanggung sendiri dapat dilimpahkan kepada orang lain/suatu lembaga. Bahwa asuransi sosial itu ada karena adanya kebutuhan masyarakat akan jaminan sosial sehingga asuransi sosial itu dibutuhkan dengan adanya keadaan bahaya yang terjadi di luar kemampuan masyarakat.2. Bahwa dengan adanya penyelenggaraan program Jamsostek oleh Badan Penyelenggara (pasal 25 ayat (1) UU No. 3 tahun 1992), yang dalam hal ini oleh PT. Jamsostek, dapat membantu meringankan beban perusahaan, khususnya jika ada kecelakaan yang memerlukan biaya yang cukup besar, juga dapat mengurangi beban perusahaan dalam menangani masalah kesehatan dan kecelakaan kerja, dan disamping itu pula dapat membantu meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja.

B. Saran Bahwa antara pengusaha/majikandan tenaga kerja (buruh) dalam hubungan kerja perlu ada kesesuaian, atau dalam arti bahwa pengusaha tidak menganggap buruh sebagai pembantu dalam perusahaannya, melainkan menganggap sebagai mitra kerja dalam peningkatan produktivitas perusahaan. Bahwa melihat peranan PT.JAMSOSTEK(persero)bagi tenaga kerja yang bersamaan dengan perantenaga kerja semakin meningkat dalam pembangunan dan pada sisi lain juga tantangan berupa resikokerjayang mengancam keselamatan cukup tinggi, maka perusahaanperlu memperhatikan kewajibanmengikutsertakantenaga kerjadalam program jaminan sosial tenaga kerja, dan meningkatkanjumlah kepesertaan lewat penerapan sangksi pidana terhadap pelaku tindak pidana yang tidak memberikan kewajiban mengikutsertakan pekerja/buruh dalam dalam program jaminan sosiali tenaga kerja, serta berupaya melakukan terobosan baru dalam program jaminan pengangguran bagi pekerja/buruh yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja, secara khusus pekerja/buruh yang bekerja dalam waktu belum mencapai 5 (lima) tahun kerja dan kurang dari 4(empat)tahun kerja.

DAFTAR PUSTAKA

http://welli-mataliwutan.blogspot.com/2012/04/peranan-asuransi-sosial-bagi.html