tugas makalah forensik

download tugas makalah forensik

of 14

description

tugas makalah forensik dengan benar

Transcript of tugas makalah forensik

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

MalpraktekMalpraktek berasal dari kata mal yang berarti buruk, serta practice yang berarti tindakan atau praktik. Dengan demikian, yang dimaksud dengan malpraktek tidak lain adalah tindakan (medik) dan atau praktik kedokteran yang buruk. Kata malpraktek berasal dari Hukum Luar Negeri. Di KUHP, KUH Perdata, UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan maupun UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran tidak ada kata malpraktek, yang ada adalah kata kelalaian.Malpraktek medik dapat di rumuskan sebagai praktek buruk atau tidak pandai dari pihak dokter atau dokter spesialis bedah yang sampai mengakibatkan kerugian/luka kepada pasien. Atau kegagalan dari seorang dokter untuk melaksanakan tugasnya dengan hati-hati, terampil dan teliti, sehingga cara yang dilakukan adalah bertetangan dengan peraturan yang sudah di terima, sehingga sampai mengakibatkan luka pada pasien.Menurut Hanafiah MJ dalam bukunya Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 1999, dokter dikatakan melakukan malpraktik bila:1. Dokter kurang menguasai IPTEK kedokteran yang umum berlaku di kalangan profesi kedokteran;2. Memberikan pelayanan kedokteran di bawah standar profesi (tidak lege artis);3. Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan yang tidak hati-hati; dan 4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.Dalam kepustakaan-kepustakaan Anglo-Saxon dikatakan bahwa seorang dokter baru dapat diperslahkan menurut hukum, apabila memenuhi syarat yang dirumuskan dalam Formula 4-D, yaitu: Duty (kewajiban), Dereliction of Duty (penyimpangan terhadap kewajiban), Damage (kerugian), Direct Causation (Akibat langsung).Unsur-unsur malpraktek medik adalah: 1. Dokter itu mempunyai kewajiban terhadap pasien,2. Dokter itu gagal dalam memenuhi kewajibannya terhadap pasien,3. Sebagai akibat dari kegagalan dokter itu untuk memenuhi kewajibannya, maka sampai terjadi kerugian pada pasien,4. Kegagalan sang dokter untuk memenuhi kewajibannya adalah penyebab langsung dari luka yang timbul. Medical malpractice ada 2 macam yaitu Ethical Malpractice dan Yuridical Malpractice. Setiap Yuridical Malpractice pasti merupakan ethical malpractice, tetapi tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice. Yuridical Malpractice dibagi menjadi 3 yaitu: Criminal Malpractice, Civil Malpractice dan Administrative Malpractice.Criminal malpractice terjadi bila seorang dokter menangani suatu kasus telah melanggar hukum dan menyebabkan dia dituntut oleh negara.Misalnya: 1. Seorang dokter diminta untuk mengobati pasien dan dia melakukan kesalahan terhadap pasien tersebut.2. Seorang dokter spesialis bedah plastik yang mengubah wajah seorang atau merusak sidik jari seseorang dengan tujuan mempersulit identifikasi.3. Seorang dokter dapat dituntut jika dengan sengaja memalsukan surat kematian atau surat kelahiran, atau member sumpah palsu untuk maksud tertentu, atau berusaha menyembunyikan kasus criminal.4. Seorang dokter dapat dituduh melakukan criminal malpractice bila dokter tersebut mengakibatkan luka atau kematian terhadap pasien dengan metode pengobatan yang sama sekali tidak benar dan berbahaya.5. Seorang dokter dapat di tuntut melakukan criminal malpractice bilaa. Melakukan abortus tanpa indikasi medis.b. Melakukan euthanasiac. Membocorkan rahasia kedokterand. Tidak melakukan pertelongan darurat terhadap seseorang atas dasar prikemanusiaan.e. Melakukan tindakan medis tanpa informed consentf. Alpa atau kurang hati-hati sehingga pasien menderita luka atau meninggal dunia.g. Alpa atau kurang hati-hati sehingga meninggalkan gunting dalam perut pasien.Pada criminal practice, tanggung jawabnya selalu bersifat individual dan personal. Oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada korporasi (misalnya perusahaan atau badan hukum).Civil Malpractice adalah tipe malpractice dimana dokter karena pengobatannya dapat mengakibatkan pasien meninggal atau luka tetapi dalam waktu yang sama tidak melanggar hukum pidana, tetapi pasien atau keluarganya dapat mengguggat dokter secara perdata untuk mendapatkan uang sebagai ganti rugi. Tanggung jawab dokter tersebut tidak berkurang meskipun pasien tersebut kaya atau tidak mampu membayar.Administrative Malpractice. Didalam UU RI No. 29 tahun 2004 dan di dalam permenkes RI no 1419/Menkes/Per/X/2005 dijelaskan bahwa seorang dokter yang praktik harus punya Sertifikasi Kompetensi, Surat Tanda Registrasi, dan Surat Ijin Praktik kalau seorang dokter tidak mempunyainya selain dokter mendapat sanksi pidana, sanksi perdata, juga sanksi administratif.Rekam Medis (Medical Record)Rekam medis yaitu berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnose, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang dilakukan pada pasien selama dirawat di sarana pelayanan kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No;749a/MENKES/PER/XII/1989Isi rekam medis berdasarkan Permenkes No;749a Thn 1989 untuk pasien rawat jalan dapat dibuat selengkap-lengkapnya dan sekurang-kurangnya memuat: Identitas pasien, Anamnese, Diagnosis, Tindakan /pengobatan. Sedangkan isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat: identitas pasien, anamneses, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan laboratorium, diagnose, perstujuan tindakan medik, tindakan/pengobatan, catatan observasi klinisdan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan.Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut.Permenkes no. 749a tahun 1989 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 ,manfaat yaitu:1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum3. Bahan untuk kepentingan penelitian4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.Secara garis besar penyelenggaraan Rekam Medis dalam Permenkes tersebut diatur sebagai berikut:1. Rekam Medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan (pasal 4). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih original dan tidak ada yang terlupakan karena adanya tenggang waktu.2. Setiap pencatatan Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas pelayanan kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistim pertanggung-jawaban atas pencatatan tersebut (pasal 5).Pada saat seorang pasien berobat ke dokter, sebenamya telah terjadi suatu hubungan kontrak terapeutik antara pasien dan dokter. Hubungan tersebut didasarkan atas kepercayaan pasien bahwa dokter tersebut mampu mengobatinya, dan akan merahasiakan semua rahasia pasien yang diketahuinya pada saat hubungan tersebut terjadi.Dalam hubungan tersebut seara otomatis akan banyak data pribadi pasien tersebut yang akan diketahui oleh dokter serta tenaga kesehatan yang memeriksa pasien tersebut. Sebagian dari rahasia tadi dibuat dalam bentuk tulisan yang kita kenal sebagai Rekam Medis. Dengan demikian, kewajiban tenaga kesehatan untuk menjaga rahasia kedokteran, mencakup juga kewajiban untuk menjaga kerahasiaan isi Rekam Medis.Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 5 manfaat, yang untuk mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:1. Adminstratlve value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanan kesehatan.2. Legal value: Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan.3. Financial value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien.4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan.5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.

Undang- Undang Tentang Informasi dan Transaksi ElektronikKetentuan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan :Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. (Tim Redaksi PustakaYustisia, 2009, hal. 30. atau baca : Gradien Mediatama, 2009, hal. 53).Sedangkan ketentuan Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan :Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). (Tim Redaksi Pustaka Yustisia, 2009, hal. 30. atau baca : Gradien Mediatama, 2009, hal. 53).

BAB IIKASUS DAN ANALISA

1. Kronologi Awal Kasus Prita MulyasariAwalnya pada tanggal 7 Agustus 2008 sekitar jam 20.30 wib terdakwa datang ke R.S. Omni Internasional Tangerang dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala. Setelah dilakukan pemeriksaan darah diperoleh hasil bahwa trombositnya adalah 27.000, pada waktu itu terdakwa ditangani oleh dr. Indah (umum) dan dinyatakan harus rawat inap. Kemudian dr. Indah menanyakan dokter spesialis mana yang akan terdakwa pilih untuk menangani terdakwa. Selanjutnya terdakwa meminta referensi dari dr. Indah karena terdakwa sania sekali tidak tahu. Dan referensi dr.Indah adalah dr.Hengky.Setelah itu dr. Hengky memeriksa kondisi terdakwa yang disampaikan melalui anamnesa yaitu lemas, dernam 3 hari, sakit kepala yang hebat, nyeri seluruh tubuh, mual, muntah dan tidak bisa makan serta dari observasi febris (demam) yaitu suspect demam berdarah dengan dianogsa banding viral infektion (infeksi virus) dan infeksi sekunder, sehingga malam itu terdakwa diinfus dan diberikan suntikan. Keesokan paginya dr. Hengky menginformasikan bahwa ada revisi hasil laboratorium semalam bukan 27.000 tetapi 181.000, selanjutnya tangan kiri terdakwa mulai membengkak dan terdakwa meminta dihentikan infus dan suntikan.Kemudian karena menurut terdakwa kondisinya semakin memburuk yaitu pada bagian leher dan mata terdakwa mengalami pembengkakan akhirnya terdakwa keluar dan R.S. Omni Internasional Alam Sutera Tangerang, pada tanggal 12 Agustus 2008 dengan hasil diagnosis akhir parotitis (gondokan) dan langsung menuju RSI bintaro Tangerang serta dirawat dari tanggal 12 s/d 15 Agustus2008.Dan sehubungan dengan perawatan terdakwa di R.S. Omni Internasional Alam Sutera Tangerang, terdakwa menyampaikan komplein secara tertulis ke manajemen Omni yang diterima oleb OGI (Customer Service Coordinator) dan dr. Grace Hilza Yarlen Nela (Customer Service Manager) dimana yang menjadi obyek komplein adalah kondisi kesehatan tubuh terdakwa pada saat masuk UGD, hasil laboratorium dan pada saat keluar dari R.S. Omni Internasional Alam Sutera Tangerang selain itu selama perawatan terdakwa tidak mendapatkan pelayanan dan informasi yang baik dan jelas mengenai kondisi kesehatan terdakwa dari dr. Hengky Gosal, Sp.PD. Akan tetapi tanggapan dr. Grace mengenai masalah komplein terdakwa tidak profesional sehingga terdakwa pada waktu dirawat di RSI Bintaro Tangerang dan mengirimkan E-mail atau surat elektronik, dan yang dimaksud dengan E-mail atau surat elektronik adalah cara pembuatan, pengiriman, penyimpanan dan penerimaan surat/ pesan dengan cara menyimpan dan mengirimkari data surat/ pesan melalui media komunikasi elektronik. Selanjutnya terdakwa mengirim E-mail tersebut melalui alamat email "Prita Mulyasari yahoo.com" ke sejumlah orang yang berjudul "Penipuan Omni Internasional Hospital Alam Sutera Tangerang" yang isinya antara lain "Saya informasikan dr. Hengky praktek di RSCM juga, saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dokter ini dan "Tanggapan dr. Grace yang katanya penanggung jawab masalah complain saya ini tidak profeslonal sama sekali" dan "Tidak ada sopan santun dan etika mengenal pelayanan customer.

2. Masalah Hukum Pokok Pada KasusTerdakwa memenuhi unsur dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang no 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yaitu dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik (terhadap dr. Hengky Gosal, Sp.PD dan dr. Grace H. Yarlen Nela).Sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang yaitu dr. Hengky Gosal, Sp.PD dan dr. Grace H. Yarlen Nela, dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum. Sehingga didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum secara berlapis dengan menggunakan Pasal 310 KUHP serta Pasal 311 KUHP tentang Pencemaran Nama Baik.

3. ANALISA KASUSKasus Prita ini menarik untuk dikaji baik dari segi hukum maupun dari rasa keadilan. Di satu sisi harus dijerat dengan pasal pencemaran nama baik karena dianggap telah mencemarkan nama baik Rumah Sakit OMNI dan dokternya, di sisi lain ia hanya berusaha mengekspresikan (membagi) pengalaman atau kekecewaan terhadap RS OMNI kepada teman-temannya.Berdasarkan kronologis kasus di atas dapat di analisa bahwa mengapa prita sampai mengeluhkan pelayanan RS Omni International di karenakan selama perawatan prita tidak mendapatkan pelayanan dan informasi yang baik dan jelas mengenai kondisi kesehatannya dan tidak ada kecendrungan mengarah kepada malpraktek. Prita merasa tidak atau kurang mendapatkan penjelasan mengenai penyakitnya, dan terapi yang diberikan. Hal ini jelas merupakan pelanggaran terhadap hak-hak pasien yang tercantum pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 yang meliputi: 1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3.2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain3. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis4. Menolak tindakan medis5. Mendapatkan isi rekam medisTerkait rekam medis, peraturan Menteri Kesehatan no. 269 pasal 12 menyebutkan:1. Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan2. Isi rekam medis merupakan milik pasien3. Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis4. Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, di catat, atau di copy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu. ketentuan Pasal 4 huruf (c) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan :Hak konsumen antara lain adalah hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa pihak RS OMNI tidak benar karena tidak memberikan penjelasan dan kurangnya informasi yang di berikan kepada pasien mengenai penyakitnya.Analisa kedua bahwa Prita bersalah dalam kasus pencemaran nama baik RS OMNI dengan mengirim email berisi keluhan dan kekecewaan terhadap RS OMNI kepada teman- temannya dengan berdasarkan pada Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang no 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Pasal 310 KUHP serta Pasal 311 KUHP tentang Pencemaran Nama Baik. Hal ini bertentangan dengan Ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan:Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya, ditetapkan dengan undang-undang.Pertentangan lain terkait kebebasan berpendapat adalah sebagaimana ditentukan Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), yang menyatakan :Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, dan hak ini termasuk kebebasan untuk memiliki pendapat tanpa ada gangguan serta untuk mencari, menerima dan berbagi informasi serta gagasan melalui apapun dan tanpa mengindahkanperbatasan negaraKebebasan berpendapat juga dilegitimasi oleh Pasal 23 ayat (2) Undang- Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menentukan :Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan bangsa.Berdasarkan pasal-pasal tersebut jelas terjadi pertentangan antara pasal satu dengan pasal yang lain. Oleh karena itu perlu di tinjau ulang kembali undang- undang yang berlaku di Indonesia terutama undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) agar tidak terjadi pertentangan dan tumpang tindih antar undang-undang yang satu dengan yang lain.

BAB IIIPENUTUP

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa:1. pihak RS OMNI melanggar UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 mengenai hak-hak pasien, dan pasal 4 huruf (c) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.2. Terjadi pertentangan Undang-Undang no 11 tahun 2008 pasal 27 ayat (3) tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dengan Undang- Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 23 ayat (2), Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).3. perlu di tinjau ulang kembali undang- undang yang berlaku di Indonesia terutama undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) agar tidak terjadi pertentangan dan tumpang tindih antar undang-undang yang satu dengan yang lain.

DAFTAR PUSTAKASoewono H. 2006. Perlindungan Hak-hak Pasien dalam Transaksi Terapeutik. Surabaya: SrikandiGuwandi J. 1996. Dokter Pasien dan Hukum. Jakarta: FKUISolichin S. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya: FKUASAchadiat C. 2007. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman. Jakarta: EGCRedaksi Sinar Grafika. 1999. Undang-Undang Perlindungan Konsumen 1999. Jakarta :Sinar Grafika OffsetGradien Mediatama. 2009. Undang-Undang Internet & Transaksi Elektronik. Jakarta :Transmedia Pustaka. Hamzah, Andi. 2003. KUHP & KUHAP. Jakarta : Rineka CiptaSoepiadhy, Soetanto. 2004. Undang-Undang Dasar 45 Kekosongan Politik Hukum Makro. Jakarta : Kepel PressIndonesia Legal Center Publishing. 2006. Undang-Undang RI No.39 Tahun 1999tentang Hak Asasi Manusia. Jakarta : PT. Abadi

MAKALAH FORENSIKPRITA MULYASARI VS RS OMNI INTERNATIONAL

OlehM. Hafidz Azhari S.KedNIM. I1A007053

Pembimbingdr. Iwan Aflanie Sp. F

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMANFK UNLAM RSUD ULINBANJARMASINJuli, 2012