Tugas Makalah AAS

20
1 PENDAHULUAN 1.1 Prinsip Dasar AAS Spektrometri Serapan Atom (AAS = Atomic Absorption Spectrophotometry) adalah suatu metode analisis untuk menentukan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut. Absorpsi radiasi terjadi apabila ada elektron yang menyerap energi radiasi sehingga berpindah dari tingkat energi dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi. AAS sangat selektif karena panjang gelombang radiasi yang diserap (radiasi resonansi) adalah karakteristik/khas oleh semua atom bebas dari setiap unsur tersebut. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (transmitansi) atau yang diserap (absorbansi) maka konsentrasi unsur dalam sampel dapat ditentukan. Proses paling penting dalam AAS adalah proses atomisasi (pembentukan atom). Pada tahap ini unsur yang dianalisis dijadikan atom netral yang nantinya akan mengabsorpsi radiasi pada garis resonansi atomnya. Ada 3 macam cara pembentukan atom dalam AAS, yaitu : 1. Atomisasi menggunakan nyala campuran gas (flame-AAS) Senyawa logam yang dipanaskan pada suhu 1700 o C atau lebih akan membentuk atom logam. Dalam cara ini larutan contoh diaspirasikan ke dalam nyala dalam 1

description

fghjkll

Transcript of Tugas Makalah AAS

Page 1: Tugas Makalah AAS

1 PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Dasar AAS

Spektrometri Serapan Atom (AAS = Atomic Absorption

Spectrophotometry) adalah suatu metode analisis untuk

menentukan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan

pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur

tersebut. Absorpsi radiasi terjadi apabila ada elektron yang

menyerap energi radiasi sehingga berpindah dari tingkat energi

dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi.

AAS sangat selektif karena panjang gelombang radiasi yang

diserap (radiasi resonansi) adalah karakteristik/khas oleh semua

atom bebas dari setiap unsur tersebut. Dengan mengukur

intensitas radiasi yang diteruskan (transmitansi) atau yang

diserap (absorbansi) maka konsentrasi unsur dalam sampel

dapat ditentukan.

Proses paling penting dalam AAS adalah proses atomisasi

(pembentukan atom). Pada tahap ini unsur yang dianalisis

dijadikan atom netral yang nantinya akan mengabsorpsi radiasi

pada garis resonansi atomnya. Ada 3 macam cara pembentukan

atom dalam AAS, yaitu :

1. Atomisasi menggunakan nyala campuran gas (flame-AAS)

Senyawa logam yang dipanaskan pada suhu 1700oC atau

lebih akan membentuk atom logam. Dalam cara ini larutan

contoh diaspirasikan ke dalam nyala dalam bentuk kabut

(aerosol) pada campuran gas yang dipakai. Campuran gas

yang umum dipakai dalam flame-AAS adalah udara-propan

(suhu nyala 1700-1900oC), udara-asetilen (suhu nyala 1900-

2200oC), dan nitrousoksida-asetilen (suhu nyala 2700-

3000oC). Pada suhu nyala tersebut pembentukan atom alkali

optimum dalam nyala udara-propan, untuk logam yang sukar

1

Page 2: Tugas Makalah AAS

diatomkan (membentuk refractory oxides) nyala nitrous

oksida-asetilen menghasilkan pengatoman optimum (± 30

unsur), dan untuk unsur logam lainnya (± 35 unsur) nyala

udara-asetilen lebih sesuai.

2. Atomisasi menggunakan pemanasan listrik (electrothermal-

AAS atau graphite furnace-AAS)

Pada cara ini terdapat 3 tahapan yang terjadi, yaitu tahap

pengeringan (drying), pengabuan (ashing), dan pengatoman

(atomization). Caranya 10-20 µL larutan sampel diinjeksikan

ke dalam tabung grafit yang dipasang di antara 2 buah

elektroda kemudian arus listrik dialirkan sehingga tabung

grafit (graphite tube) naik suhunya (dapat mencapai 3000oC).

Semua unsur logam dan metaloid dapat yang dapat

diatomkan dalam flame-AAS dapat diatomkan di sini hanya

dengan mengatur suhu grafit tersebut.

3. Atomisasi dengan pembentukan hidrida yang diikuti

pemanasan (vapour generation)

Cara ini berlaku untuk unsur As, Se, Sb yang mudah

membentuk senyawa hidrida berbentuk gas yang bila

dipanaskan pada suhu 800oC atau lebih akan terurai menjadi

atomnya masing-masing. Selain itu unsur merkuri (Hg)

dengan melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4.

1.2 Matrik Sampel

Spektrometri Serapan Atom umumnya digunakan untuk

analisis unsur-unsur logam. Sekitar 67 unsur telah dapat

ditentukan dengan cara AAS, baik unsur logam maupun

metaloid. Selain itu beberapa unsur non logam atau anion dapat

dianalisis dengan cara penentuan analisis secara tidak langsung.

Sampel non logam diendapkan dengan senyawa logam tertentu

2

Page 3: Tugas Makalah AAS

berlebih selanjutnya kelebihan logam tersebut ditentukan

sehingga dapat dihitung kadar non logam tersebut. Sebagai

contoh penentuan kadar anion sulfat dengan menggunakan

garam barium.

Hal yang penting sebelum melakukan preparasi sampel

adalah memastikan unsur-unsur yang akan dianalisa dalam

sampel tidak terikat dalam bentuk senyawa kompleks dengan zat

organik lainnya, seperti protein. Selain itu pastikan sampel

memiliki kondisi sama dengan standar yang digunakan.

Pada penetapan secara AAS, tidak diperlukan pemisahan

matriks sampel kecuali bila ada zat pengganggu. Selain itu dari

satu larutan sampel yang sama dapat digunakan untuk

mengukur beberapa unsur yang berlainan sekaligus. Oleh

karenanya AAS dapat digunakan untuk analisis runutan (trace

analysis) maupun analisis komponen-komponen utama (major

elements) dengan kisaran konsentrasi yang luas (mg/L sampai

persen).

Untuk analisis flame-AAS sampel yang akan dianalisis diubah

terlebih dahulu menjadi larutan. Larutan sampel sebaiknya tidak

mengandung suspended matter. Contoh yang dapat diekstrak

langsung dengan suatu pelarut dapat langsung diukur dengan

AAS. Pada Graphite Furnace-AAS, sampel padat dalam ukuran

kecil dapat pula langsung dianalisis tanpa memerlukan preparasi

sampel.

1.3Preparasi Sampel

Analisis unsur-unsur logam secara AAS terutama flame-AAS

dapat dilakukan dengan syarat sampel yang dianalisis dilarutkan

terlebih dahulu. Namun ternyata beberapa sampel terutama

yang berupa bahan organik (padat maupun cair) tidak serta

merta dapat langsung dianalisis. Hal ini disebabkan karena

3

Page 4: Tugas Makalah AAS

standar yang dipergunakan hanya terdiri atas larutan garam dari

unsur tersebut (anorganik) sehingga perlu dilakukan pemisahan

atau penghilangan seluruhnya bahan organik pada sampel.

Untuk analisis unsur runutan (trace analysis) perlu dilakukan

pemekatan antara lain ekstraksi pelarut, penukar ion,

pengendapan (kopresipitasi), dan kadang-kadang penguapan

dari pelarutnya.

Berdasarkan jenis bahan sampel maka teknik preparasi

sampel dapat dibedakan atas dua macam, yaitu

1. Teknik preparasi sampel untuk bahan anorganik

Sampel didekomposisi dan dilarutkan dengan

menggunakan asam atau bahan pelebur. Asam-asam yang

sering digunakan untuk dekomposisi (hidrolisis) antara lain

HCl, HBr, HF, HNO3, H2SO4, HClO4, dan H3PO4 atau

kombinasinya. Pada hidrolisis asam ini biasanya sampel

ditambahkan asam kemudian didihkan selama 10 menit

atau lebih sehingga sampel larut.

Selain dekomposisi asam, dapat pula dilakukan

dekomposisi dengan bahan pelebur. Hal ini terutama

dilakukan apabila mineral sukar dilarutkan dengan asam.

Cara ini lebih cepat dan efektif bila dibandingkan dengan

hidrolisis asam karena suhu reaksi yang sangat tinggi (250

– 1000o C) yang tidak akan dicapai oleh cara hidrolisis

asam sehingga reaksi-reaksi yang pada suhu lebih rendah

tidak dapat berlangsung di teknik hidrolisis asam dapat

berjalan dengan cepat dan sempurna.

Berikut beberapa teknik peleburan yang biasa

digunakan untuk preparasi sampel AAS, yaitu :

a. Peleburan dengan alkali

(Na2CO3, K2CO3, NaKCO3, Na2CO3-Na2B4O7, Na2B4O7,

Li2CO3, NaOH, KOH)

b. Peleburan dengan asam

4

Page 5: Tugas Makalah AAS

(NaHSO4, KHSO4, Na2S2O7, K2S2O7, KHF2, B2O3)

c. Peleburan oksidatif

(Na2O2, NaKCO3, NaKCO3-KNO3, NaKCO3-NaNO3)

d. Peleburan reduktif

(Na2CO3 atau Na2B4O7 atau PbO2 yang dicampur

dengan amilum)

e. Peleburan sulfoalkali

(Na2CO3 atau K2CO3 dengan S, NaKCO3 dengan S,

NaKCO3 dengan S, Na2S dengan S, K2S dengan S)

2. Teknik preparasi sampel untuk bahan organik

Untuk sampel berupa bahan organik maka cara yang

umum digunakan untuk menghilangkan bahan organik

adalah cara oksidasi sebelum dilakukan dekomposisi

sampel, yang meliputi :

a. Oksidasi kering

Oksidasi dilakukan pada suhu tinggi hingga 550oC

atau lebih dengan menggunakan oksigen murni atau

oksigen dari udara sebagai oksidatornya. Ada tiga tahap

yang terjadi dalam cara oksidasi kering, yaitu

penguapan air (100oC atau lebih), penguapan zat yang

mudah menguap sebagai produk reaksi thermal

cracking dan oksidasi parsial (150 – 300oC atau lebih),

serta oksidasi terhadap residu sampai seluruh bahan

organik habis.

b. Oksidasi basah

Oksidasi dilakukan pada suhu lebih rendah (100-

200oC) dengan menggunakan asam-asam pengoksidasi

sebagai oksidatornya (H2SO4, HNO3, HClO4, H2O2, dll atau

kombinasinya).

5

Page 6: Tugas Makalah AAS

2 SISTEM INSTRUMENTASI AAS

Berdasarkan skema instrumentasi AAS (Gambar 1) maka

bagian sistem instrumentasi AAS dapat dibagi menjadi lima

komponen penting.

Gambar 1. Skema Instrumentasi AAS

2.1Sumber Radiasi

Instrumen secara umum memerlukan sumber radiasi yang

dapat menghasilkan daerah spektrum yang lebar dengan

intensitas yang seragam pada setiap panjang gelombang. Tidak

ada (belum ditemukan) sumber radiasi yang ideal tersebut

sehingga setiap unsur memerlukan sumber radiasi tertentu yang

sesuai. Sumber radiasi yang banyak dipakai adalah :

a. Lampu Katoda Berongga (Hollow Cathode Lamp/HCL)

Pada HCL (Gambar 2), anoda biasanya terbuat dari

wolfram atau tungsten. Katoda rongga dilapisi unsur murni

atau campurannya (diameter rongga 2 mm), dan tabung

lampu dan jendela dari silika atau kwarsa. Gas pengisi berupa

Neon (Ne), Argon (Ar) atau Helium (He) dengan tekanan

rendah (4-10 torr) agar ‘discharge’ tidak melewati batas-

batas rongga katoda.

Prinsip kerjanya adalah dengan beda potensial (300 V)

antara elektroda dan arus (4-20 mA) maka terjadi ionisasi gas

pengisi yang akan mengeksitasi atom-atom pada katoda

selanjutnya atom-atom tersebut akan kembali ke tingkat

6

Page 7: Tugas Makalah AAS

energi dasar dengan memancarkan radiasi resonansi. Lampu

HCL memerlukan pemanasan 5-20 menit sebelum

dipergunakan untuk stabilisasi intensitas radiasi yang

diemisikan di daerah katoda-anoda.

i. Gambar 2. Hollow Cathode Lamp

b. Lampu Tanpa Elektroda (Electrodeless Discharge Tube/EDT)

Penggunaan lampu ini (Gambar 3) mirip dengan HCL

tetapi cara pembentukan spektrum garis yang dihasilkan

berbeda. Emisi radiasi dihasilkan dari eksitasi atom logam

dari garam yang diisikan pada bola gelas. Bola gelas dililit

dengan kawat penghantar yang dialiri listrik pada frekuensi

radio (RF coil). Plasma yang dihasilkan akan menguapkan

garam dan mengeksitasikan atom-atom logam. Intensitas

radiasi resonansinya lebih besar (10-100x) sehingga

merupakan sumber radiasi yang lebih baik dari HCL untuk

As, Sb, Bi, Se, dan Te.

Gambar 3. Electrodeless Discharge Tube

2.2Atomizer

Sistem atomizer terdiri atas

(a) Nebulizer (sistem pengabut)

7

Page 8: Tugas Makalah AAS

Nebulizer (Gambar 4) berfungsi mengubah larutan menjadi

butiran kabut/aerosol (15-20 μm). Prinsip kerjanya adalah

larutan tersedot ke dalam kapiler karena efek aliran udara

kemudian menumbuk glass bead dengan kecepatan tinggi

sehingga terbentuk butiran halus dari cairan dalam udara atau

oksidan lainnya.

Nebulizer terbuat dari logam yang tahan asam dan

kapilernya dari Pt-Ir sedangkan bagian lainnya dari tantalum

atau platina. Glass bead dibuat dari silika (fused silica) (0,5 – 1

cm di depan nebulizer). Kecepatan penyedotan nebulizer

biasanya 3-7 mL/menit.

(b) Spray chamber

Spray chamber berfungsi membuat campuran homogen

antara gas oksidan, bahan bakar, dan aerosol yang

mengandung sampel sebelum mencapai burner. Butiran cairan

dengan ukuran lebih kecil dari 5 mikron akan mengembun

kembali dan dibuang melalui drain. Hanya 10% dari larutan

yang disedot melalui kapiler nebulizer akan mencapai burner.

Agar campuran gas tidak keluar lewat drain maka dipasang

pengaman berisi air (atau pelarut).

(c) Burner (sistem pembakar)

Burner merupakan tempat terjadinya atomisasi, yakni

pengubahan kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis

menjadi atom-atom normal di dalam nyala. Desain burner

harus dapat mencegah masuknya nyala ke dalam spray

chamber.

Karakteristik nyala setiap unsur berbeda sehingga berbeda

8

Gambar 4. Nebulizer

Page 9: Tugas Makalah AAS

pula burnernya. Umumnya tinggi nyala api gas pembakar

dibuat ± 5 cm. Ada dua macam gas pembakar, yaitu oksidan

(udara (O2) dan campuran O2+N2O) serta bahan bakar (antara

lain gas alam, propana, butana, asetilen dan H2 atau asetilen).

2.3 Monokromator

Monokromator berfungsi memisahkan radiasi resonansi dari

radiasi lainnya. Monokromator terdiri dari sistem optik, yaitu

celah, cermin, dan gritting. Selain itu dilengkapi pula dengan pre-

slit optics yang berfungsi memfokuskan radiasi resonansi ke

tengah nyala dan kemudian ke slit masuk ke monokromator. Pre-

slit optics dapat berupa single beam AAS (berkas tunggal) atau

double beam AAS (berkas ganda).

2.4Detektor

Detektor diperlukan untuk mendeteksi cahaya yang

digunakan oleh sistem. Detektor akan mengubah cahaya menjadi

sinyal listrik yang selanjutnya ditampilkan oleh penampil data.

Detektor yang biasa digunakan adalah photomultiplier tube

dengan faktor amplifikasi > 106 (λ = 150-1000 nm) (Gambar 5).

Gambar 5. Skema detektor photomultiplier tube

9

Page 10: Tugas Makalah AAS

Detektor ini bekerja mirip dengan phototube tetapi sinyal

diperkuat karena adanya dynoda. Sebuah elektron dipancarkan

oleh katode pertama menumbuk permukaan katode kedua

(dynoda yang potensialnya lebih negatif 90 Volt) sehingga

dihasilkan elektron yang jumlahnya lebih banyak dan seterusnya

hingga dynoda yang terakhir.

2.4 Penampil Data

Sistem penampil data ini terdiri atas penguat (amplifier) yang

memperkuat sinyal sehingga dapat terukur, pemroses sinyal

untuk menghapus, merata-ratakan, mengatur tampilan atau

mengkonversi data dari analog ke digital, dan tampilan data

berupa digital atau kertas.

3 PRINSIP PENGUKURAN AAS

Pada pengukuran secara AAS berlaku hukum Lambert-Beer,

yaitu

A = a. b. c = ε. b. c

dimana: A = Absorbansi (serapan) = -log T

a = Nilai serapan (absorptivity) sampel

ε = Nilai serapan (absorptivity) molar sampel

b = Panjang jalur serapan (tebal kuvet) (cm)

c = Konsentrasi sampel

Untuk sampel dan sel (kuvet) yang sistem serapannya sama

maka a.b atau ε. b adalah konstanta yang diistilahkan dengan

faktor pengali (mf) sehingga rumusnya menjadi : A = mf. C

Pada persamaan di atas terlihat bahwa nilai absorbansi

berbanding lurus dengan konsentrasi sampel. Namun hukum

Lambert-Beer ini memiliki beberapa persyaratan, yaitu:

(a)Konsentrasi analit dan/atau elektrolit (<0,01 M)

10

Page 11: Tugas Makalah AAS

(b)Indeks refraksi larutan (ε. n/(n2+2)2

(c) Tidak ada deviasi kimiawi (reaksi analit dengan pereaksi

yang menghasilkan spesi dengan spektrum berbeda)

(d)Sinar monokromatis

(e)Tidak ada sinar sesatan

Oleh karena hukum Lambert-Beer memiliki batasan maka

perlu dilakukan pengukuran deret standar untuk setiap unsur

yang akan dianalisa sehingga diketahui batasan berlakunya

hukum Lambert-Beer (kurva kalibrasi linier). Teknik ini bisa

memberikan ketelitian tinggi jika kondisi larutan bisa dibuat

persis sama serta peralatan stabil dan terkalibrasi.

4 ANALISIS SECARA AAS

4.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dengan metode AAS dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu dengan metode serapan atau emisi. Untuk cara

serapan maka dilakukan dengan mengukur serapan sampel pada

panjang gelombang karakteristik menggunakan lampu katoda

rongga unsur yang diduga. Jika terdapat serapan maka diduga

unsur tersebut terdapat di dalam sampel.

Pada cara emisi dilakukan dengan mengamati intensitas

radiasi sepanjang daerah panjang gelombang 150 – 800 nm.

Dengan mencocokkan hasil pengukuran panjang gelombang

karakteristik yang diperoleh terhadap tabel panjang gelombang

karakteristik unsur maka kandungan unsur dalam sampel dapat

ditentukan.

4.2 Analisis Kuantitatif

11

Page 12: Tugas Makalah AAS

Kurva kalibrasi perlu dibuat untuk memplot rentang

konsentrasi linier dari unsur yang akan dianalisis. Terdapat tiga

metode yang umum digunakan untuk analisis kuantitatif, yaitu

a. Metode kurva kalibrasi biasa

Pada metode kurva kalibrasi biasa, dibuat suatu deret larutan

standar dengan konsentrasi tertentu kemudian diukur serapan

atau emisinya. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi serapan atau

emisi terhadap konsentrasi larutan standar sehingga didapatkan

daerah yang linier dan non linier. Daerah yang linier tidak

dipakai. Dengan menginterpolasikan serapan atau emisi sampel

pada daerah linier dari kurva kalibrasi tersebut maka konsentrasi

unsur di dalam sampel dapat ditentukan.

b. Metode standar adisi

Metode standar adisi sangat cocok untuk larutan sampel

dengan matriks yang sangat kompleks dan pekat atau apabila

larutan sampel diperkirakan mengandung bahan terlarut yang

akan mengganggu pengukuran. Pada metode ini dibuat deret

larutan sampel dengan konsentrasi sama dan masing-masing

ditambah larutan standar dari unsur yang akan dianalisis.

Serapan atau emisi masing-masing larutan diukur pada panjang

gelombang resonansinya kemudian dibuat kurva serapan atau

emisi terhadap konsentrasi. Cara ini tidak dapat dipakai apabila

kurva yang dihasilkan tidak linier. Konsentrasi unsur yang

dianalisis didapatkan dengan interpolasi.

c. Metode high precision ratio

Metode ini digunakan untuk memperoleh presisi hasil analisis

yang amat tinggi. Caranya digunakan dua buah larutan standar

yang masing-masing konsentrasinya 5% lebih rendah (c1) dan 5%

lebih tinggi (c2) daripada konsentrasi larutan sampel (cs). Untuk

mendapatkan konsentrasi unsur dalam sampel maka hasil

12

Page 13: Tugas Makalah AAS

pengukuran absorbansi masing-masing larutan dimasukkan ke

dalam rumus perhitungan sebagai berikut

cs = (As - A1) (c2-c1) + c1

(A2-A1)

5 TROUBLESHOOTING ANALISIS AAS

5.1Gangguan Instrumental

Gangguan berasal dari kondisi dan pengaturan instrumen,

seperti histerisis pada skala monokromator, posisi jalur sinar

yang tidak tepat, sinar sesatan, penyumbatan tiba-tiba pada

sistem aspirasi sampel, atau ketidakstabilan sistem atomisasi.

5.2 Gangguan Fisika (Matriks)

Gangguan ini disebabkan adanya unsur-unsur atau senyawa-

senyawa lain yang terkandung di dalam sampel sehingga

mempengaruhi sifat fisik sampel (viskositas dan berat jenis).

Adanya perbedaan kandungan matriks ini akan mengakibatkan

perbedaan pada proses atomisasi dan penyerapan energi radiasi

oleh atom-atom yang dianalisis akibatnya pada konsentrasi yang

sama absorbansi sampel berbeda dengan absorbansi standar.

Gangguan matriks terjadi apabila kandungan matriks (garam

dari unsur lain) dalam sampel mencapai kisaran persen.

Gangguan ini dapat diatasi dengan menyesuaikan kandungan

komponen matriks yang mayor dalam jumlah berlebih pada

preparasi standar atau dapat pula dengan melakukan analisis

dengan metode standar adisi.

5.3 Gangguan Kimia (Suppression Effect)

Gangguan ini disebabkan oleh adanya komponen-komponen

yang membentuk senyawa stabil secara termal dengan unsur

yang dianalisis (senyawa oksi) sehingga menghalangi atomisasi

13

Page 14: Tugas Makalah AAS

unsur yang dianalisis. Misalnya adanya ion fosfat pada

penentuan kalsium akan membentuk senyawa kalsium fosfat

yang stabil. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan

unsur lain dalam jumlah berlebihan (releasing agent) seperti

penambahan senyawa lanthanum atau strontium yang lebih

cenderung untuk bereaksi dengan komponen pengganggu atau

dapat pula dengan menaikkan suhu atomisasi.

5.4 Gangguan Ionisasi

Gangguan ini terjadi akibat penggunaan suhu atomisasi yang

terlalu tinggi sehingga atom-atom yang dianalisis tidak hanya

teratomisasi pada tingkat energi dasar melainkan atom-atom

tersebut dapat tereksitasi secara termal bahkan dapat

terionisasi. Gangguan ini terutama untuk analisis unsur golongan

alkali dan alkali tanah. Gangguan ini dapat diatasi dengan

menambahkan unsur lain yang lebih mudah terionisasi dalam

jumlah berlebih (buffer ionisasi) seperti CsCl, KCl, atau LiCl

sehingga akan menghasilkan elektron dalam jumlah besar dan

menekan proses ionisasi unsur-unsur yang dianalisis.

5.5 Gangguan Spektra

Gangguan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya

a. Gangguan akibat faktor lain (partikel padat dalam nyala,

atom unsur lain, campuran gas, atau molekul) yang juga

menyerap radiasi resonansi

Partikel padat dalam nyala akan menimbulkan smoke

terutama dari contoh dengan konsentrasi garam tinggi. Efek

terlihat pada pengukuran panjang gelombang <300 nm.

Solusi untuk mengatasinya adalah dengan menyamakan atau

pemisahan analit dari matriks contoh, background correction.

14

Page 15: Tugas Makalah AAS

b. Gangguan atom dari unsur lain tergolong langka

Gangguan terjadi karena serapan atom unsur yang

dianalisis tumpang-tindih dengan serapan atom unsur lain

dengan lebar spektra garis 0,002. Pada umumnya gangguan

ini jarang terjadi mengingat panjang gelombang setiap

serapan atom karakteristik. Untuk mengatasi gangguan ini

dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran serapan

menggunakan panjang gelombang karakteristik yang lain dari

unsur yang dianalisis sebagai koreksi.

c. Gangguan dari campuran gas oksidan dan bahan bakar

Solusi mengatasinya adalah dengan men-zero set-kan

pengukuran absorbansi menggunakan larutan blanko.

d. Gangguan Serapan Latar (Back-ground Absorption)

Gangguan ini disebabkan oleh serapan molekuler atau

senyawa-senyawa yang tidak teratomisasi dalam atomizer,

hamburan sinar partikel-partikel padat yang halus melintang

berkas sinar, dan serapan nyala bahan bakar yang digunakan.

Pengaruh gangguan serapan latar pada umumnya terjadi

pada daerah panjang gelombang di bawah 250 nm. Untuk

mengatasi gangguan serapan latar ini maka digunakan lampu

deuterium atau dengan efek Zeeman (medan magnet). Pada

AAS grafit furnace, gangguan serapan latar dapat diatasi

dengan penambahan matriks modifier.

6 DAFTAR PUSTAKA

AA-Perkin Elmer, Analythical Methods for Atomic Absorption Spectroscopy. (1996) 3-46

J. Bassett, R.C. Denney, G. H Jeffery, J. Mendham, Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis. (2004) 963-979

R. A. Day Jr, A. L. Underwood, Quantitative Analysis. (1990) 437-

15

Page 16: Tugas Makalah AAS

444

Suharman, Mulja Muhammad, Analisis Instrumental. (1995) 107-

111

16