Tugas Makalah
description
Transcript of Tugas Makalah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, dengan judul
manusia, nilai moral, dan hukum.
Makalah ini ditulis dan disusun dengan metode Library Research
(kepustakaan). Kami menyadari penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami membuka diri bila ada
koreksi – koreksi dan kritikan – kritikan konstruktif dari pembaca makalah ini.
Terakhir kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penulisan makalah ini. Semoga Tuhan selalu menjaga dan membimbing setiap
langkah kita, sehingga dalam kehidupan kita sehari – hari tidak terlepas dari
rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, semoga makalah ini bisa
turut andil dalam mencerdaskan generasi muda bangsa.
Malang, 10 April 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................11.2 Rumusan Masalah..........................................................................................11.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengertian.......................................................................................................22.1.1 Hakikat Manusia.....................................................................................22.1.2 Nilai Moral..............................................................................................32.1.3 Hukum.....................................................................................................4
2.2 Pelaksanaan....................................................................................................82.2.1 Sistem Hukum.........................................................................................82.2.2 Nilai Moral............................................................................................11
2.3 Kemerosotan................................................................................................132.3.1 Nilai Moral............................................................................................132.3.2 Hukum...................................................................................................15
2.4 Pelanggaran..................................................................................................162.4.1 Hukum...................................................................................................162.4.2 Nilai Moral............................................................................................19
BAB III PENUTUP...............................................................................................23
3.1 Kesimpulan..................................................................................................23DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum, yang mempunyai peraturan-
peraturan hukum, yang sifatnya memaksa seluruh masyarakat atau rakyat
Indonesia harus patuh terhadap peraturan-peraturan atau kebijakan-kebijakan
hukum di Indonesia bahkan juga memaksa orang asing yang berada di wilayah
Indonesia untuk patuh terhadap hukum yang ada di Negara Indonesia. Negara pun
membentuk badan penegak hukum untuk mempermudah dalam mewujudkan
Negara yang adil dan makmur.
Tetapi tidak dapat dipungkiri di Negara kita masih banyak kesalahan
dalam menegakan hukum. Akibat dari keteledoran - keteledoran banyak sekali
pelangaran-pelangaran nilai moral dan hukum.
Oleh karena itu kami akan membahas bagaimana hakikat manusia,
bagaimana pelaksanaan sistem hukum dan nilai moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta kemerosotan dan pelanggaran nilai
moral dan hukum di Indonesia. Karena masalah tersebut merupakan masalah yang
sangat serius yang harus dipecahkan, guna menciptakan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengertian hakikat manusia, nilai moral, dan hukum ?
2) Bagaimana pelaksaan sistem hukum, nilai, dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ?
3) Bagaimana kemerosotan nilai moral dan hukum di Indonesia ?
4) Bagaimana pelanggaran di antara nilai, norma, dan hukum ?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian hakikat manusia, nilai moral, dan hukum.
2) Untuk mengetahui pelaksaan sistem hukum, nilai, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Untuk mengetahui kemerosotan nilai moral dan hukum di Indonesia.4) Untuk mengetahui pelanggaran di antara nilai, norma, dan hukum.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah peran ataupun fungsi yang harus dijalankan oleh
setiap manusia. Kata manusia berasal dari kata “ manu ” dari bahasa Sanksekerta
atau “ mens ” dari bahasa Latin yang berarti berpikir, berakal budi, atau bisa juga
dikatakan “ homo ” yang juga berasal dari bahasa Latin. Hal yang paling penting
dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah dapat dikatakan
bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan dan keyakinan untuk
mempertinggi kualitas hidupnya di dunia. Manusia merupakan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara ciptaan yang lain.
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
kedudukan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Berikut penjelasan
yang lebih rinci mengenai makhluk individu dan makhluk sosial.
Hakekat manusia menurut beberapa ahli dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menurut Aristoteles, Manusia adalah hewan berakal sehat, yang
mengeluarkan pendapatnya yang berbicara berdasarkan akal pikirannya.
2. Menurut tinjauan Islam, manusia adalah pribadi yang individu, yang
berkeluarga, dan bersilaturrahmi, serta selalu mengabdi kepada Tuhan.
Manusia adalah pemelihara alam sekitar, wakil Allah SWT di muka bumi.
3. Menurut Jalaluddin dan Usman Said, Islam memendang manusia sebagai
makhluk yang sempuna dibandingkan dengan hewan dan makhluk ciptaan
lainnya karena manusia menggunakan indera dan akalnya agar tidak salah
memahami makna kebenaran.
4. Menurut Muhaimin, eksistensi manusia yang padat perlu dimengerti untuk
pemikiran selanjutnya. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk
religius, dengan pernyataan mewajibkan manusia memperlakukan agama
sebagai suatu kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakini.
2
5. Menurut Drijarkara, kedudukan manusia yang paling menarik adalah
manusia itu menyelidiki kedudukannya sendiri dalam lingkungan yang
diselediki pula
6. Menurut Mutharari, seperangkat perbedaan manusia dengan makhluk lain
yang tidak sama, yang menganugerahi keunggulan pada diri manusia.
Manusia pada dasarnya adalah hewan yang memiliki banyak sifat yang
serupa dengan makhluk lain.
7. Menurut Anshari, pikiran manusia pada saat mereka merasakan seperti
hewan maka saat itu mereka juga berpikir bahwa ia adalah warga dunia
ideal dan nilai.
2.1.2 Nilai Moral
Pengertian moral menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ajaran
tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban
dan sebagainya. Pengertian moral juga memiliki kesetaraan atau kesamaan arti
dengan pengertian akhlak, budi pekerti dan susila.
Pengertian moral juga sepadan dengan kondisi mental yang membuat
orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin dan sebagainya.
Barangkali itulah mengapa, dalam istilah militer sering kali kita dengar kata
“moral prajurit meningkat” dan sebagainya. Atau dengan kata lain, moral adalah
isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terunngkap dalam perbuatan.
Pengertian moral menurut beberapa tokoh :
1. Dian ibung
Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur
tingkah laku seseorang
2. Wiwit wahyuning, dkk
Moral berkenaan dengan norma - norma umum, mengenai apa yang baik atau
benar dalam cara hidup seseorang.
3. Zainuddin saifullah nainggolan
Moral ialah suatu tendensi rohani untuk melakukan seperangkat standar dan
norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat.
3
4. Maria assumpta
Moral adalah aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
5. Sonny keraf
Moral menjadi tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk menentukan baik
buruknya tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota
masyarakat atau sebagai orang dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu.
6. Imam sukardi
Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran - ukuran
tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan
tertentu
7. J. Douma
Moral adalah segala kesusilaan yang berlaku.
8. Russel swanburg
Moral adalah pernyataan pikiran yang berhubungan dengan semangat atau
keantusiasan seseorang dalam bekerja
2.1.3 Hukum
Hukum ialah peraturan yang dibuat dan disepakati secara resmi dan
menjadi pengatur baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang mengikat
perilaku setiap masyarakat tertentu dan dikuatkan oleh pemerintah. Biasanya juga
dapat dikatakan sebagai UU, peraturan, patokan (kaidah, ketentuan).
Pengertian hukum menurut para ahli hukum :
1. Plato, dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem
peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat
masyarakat.
2. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya
mengikat masyarakat tetapi juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu
yang berbeda dari bentuk dan isi konstitusi; karena kedudukan itulah
undang-undang mengawasi hakim dalam melaksanakan jabatannya dalam
menghukum orang-orang yang bersalah.
3. Austin, hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk memberi
bimbingan kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang
berkuasa atasnya (Friedmann, 1993: 149).
4
4. Bellfoid, hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur tata tertib
masyarakat itu didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat.
5. Mr. E.M. Mayers, hukum adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan ditinjau kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat dan yang menjadi pedoman penguasa-penguasa negara dalam
melakukan tugasnya.
6. Duguit, hukum adalah tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang
daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat
sebagai jaminan dari kepentingan bersama terhadap orang yang melanggar
peraturan itu.
7. Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
kehendak dari orang yang satu dapat menyesuaikan dengan kehendak
bebas dari orang lain memenuhi peraturan hukum tentang Kemerdekaan.
8. Van Kant, hukum adalah serumpun peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa yang diadakan untuk mengatur melindungi kepentingan orang
dalam masyarakat.
9. Van Apeldoorn, hukum adalah gejala sosial tidak ada masyarakat yang
tidak mengenal hukum maka hukum itu menjadi suatu aspek kebudayaan
yaitu agama, kesusilaan, adat istiadat, dan kebiasaan.
10. S.M. Amir, S.H.: hukum adalah peraturan, kumpulan peraturan-peraturan
yang terdiri dari norma-norma dan sanksi-sanksi.
11. E. Utrecht, menyebutkan: hukum adalah himpunan petunjuk hidup –
perintah dan larangan– yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat,
dan seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan, oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa itu.
12. M.H. Tirtaamidjata, S.H., bahwa hukum adalah semua aturan (norma)
yang harus dituruti dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan
hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-
aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang
akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya.
5
13. J.T.C. Sumorangkir, S.H. dan Woerjo Sastropranoto, S.H. bahwa hukum
itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh
badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-
peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman.
14. Soerojo Wignjodipoero, S.H. hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah larangan atau izin
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu atau dengan maksud untuk
mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
15. Dr. Soejono Dirdjosisworo, S.H. menyebutkan aneka arti hukum yang
meliputi: (1) hukum dalam arti ketentuan penguasa (undang-udang,
keputusan hakim dan sebagainya), (2) hukum dalam arti petugas-petugas-
nya (penegak hukum), (3) hukum dalam arti sikap tindak, (4) hukum
dalam arti sistem kaidah, (5) hukum dalam arti jalinan nilai (tujuan
hukum), (6) hukum dalam arti tata hukum, (7) hukum dalam arti ilmu
hukum, (8) hukum dalam arti disiplin hukum.
16. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A., dan Purnadi Purbacaraka, S.H.
menyebutkan arti yang diberikan masyarakat pada hukum sebagai berikut:
a. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun
secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.
b. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan
atau gejala-gejala yang dihadapi.
c. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau
perikelakuan yang pantas atau diharapkan.
d. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat
kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu.
e. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan
kalangan yang berhubungan erat dengan penegakan hukum.
f. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi yang
menyangkut keputusan penguasa.
g. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal-
balik antara unsur-unsur pokok sistem kenegaraan.
6
h. Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur, yaitu
perikelakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang
bertujuan untuk mencapai kedamaian.
i. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan-jalinan dari konsepsi-
konsepsi abstrak tentang apa yang siagap baik dan buruk.
j. Otje Salman, S.H.: dilihat dari kenyataan sehari-hari di lingkungan
masyarakat mengartikan atau memberi arti pada hukum terlepas dar
apakah itu benar atau keliru, sebagai berikut:
a. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, diberikan oleh kalangan ilmuan.
b. Hukum sebagai disiplin, diberikan oleh filosof, teoritis dan politisi
(politik hukum).
c. Hukum sebagai kaidah, diberikan oleh filosof, orang yang
bijaksana.
d. Hukum sebagai Lembaga Sosial, diberika oleh filosof, ahli
Sosiaologi Hukum.
e. Hukum sebagai tata hukum, diberikan oleh DPR. Dan eksekutif (di
Indonesia).
f. Hukum sebagai petugas, diberikan oleh tukang beca, pedagang
kaki lima.
g. sebagai keputusan penguasa, diberikan oleh atasan dan bawahan
dalam suatu Instansi atau lembaga negara.
h. Hukum sebagai proses pemerintah, diberika oleh anggota dan
pimpinan eksekutif.
i. Hukum sebagai sarana sistem pengandalian sosial, diberikan oleh
para pembentuk dan pelaksana hukum.
j. Hukum sebagai sikap tindak atau perikelakuan ajeg, diberikan oleh
anggota dan pemuka masyarakat.
k. Hukum sebagai nilai-nilai diberikan oleh filosof, teorotis (ahli
yurisprudence).
l. Hukum sebagai seni, diberikan oleh mereka yang peka terhadap
lingkungannya; ahli karikatur.
7
2.2 Pelaksanaan
2.2.1 Sistem Hukum
Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa sistem hukum.
Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum
adat, dan hukum negara eropa terutama Belanda sebagai Bangsa yang pernah
menjajah Indonesia.
Pelaksanaan hukum di Indonesia memiliiki banyak kelemahan atau
kekurangan. Paling tidak ada dua faktor signifikan yang melatarbelakangi
kelemahan tersebut, yakni: Pertama Penegak Hukum, dan kedua Sanksi
(Hukuman).
1. Penegak Hukum
Pelaksanaan hukum dalam tatanan hukum positif di Indoensia terdiri dari
Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman. Kendati, dalam ketentuan perundangan
lembaga-lembaga ini terpisah, namun masih memiliki jalur koordinasi keatasnya,
hingga ke presiden. Lembaga-lembaga tersebut tidak ada yang bebas dan
independen, karena garis koordinasi bersifat vertikal bertanggung jawab kepada
kepala negara.
a. Kepolisian
Kendati jajaran kepolisian kian berbenah dengan semboyan
profesionalisme dan melayani kepentingan masyarakat, namun dalam prakteknya
kerap terjadi distorsi kebijakan. Masyarakat sering mempertanyakan eksistensi
pihak kepolisian ini. Pertama aspek kemaksimalan tugas, Kedua Sensitifitas
problema/kriminlaitas masyarakat, Ketiga, Kejujuran dan Kenetralan Tugas.
Badan (lembaga) yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat ternyata
sekarang menjadi lembaga angker dan menakutkan. Sebagai pengayom
masyarakat, agaknya pihak kepolisian belum melaksanakan tugas sebagaimana
mestinya. Lembaga ini kerapkali menuai kritikan dari masyarakat dari tahun ke
tahun. Apalagi saat ini ketika seorang Susno Duadji mulai buka mulut.
Kendati jajaran kepolisian kian berbenah dengan semboyan
profesionalisme dan melayani kepentingan masyarakat, namun dalam prakteknya
kerap terjadi distorsi kebijakan. Masyarakat sering mempertanyakan eksistensi
pihak kepolisian ini. Pertama aspek kemaksimalan tugas, Kedua Sensitifitas
8
problema/kriminlaitas masyarakat, Ketiga, Kejujuran dan Kenetralan Tugas.
Badan (lembaga) yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat ternyata
sekarang menjadi lembaga angker dan menakutkan. Sebagai pengayom
masyarakat, agaknya pihak kepolisian belum melaksanakan tugas sebagaimana
mestinya. Lembaga ini kerapkali menuai kritikan dari masyarakat dari tahun ke
tahun. Apalagi saat ini ketika seorang Susno Duadji mulai buka mulut.
b. Kejaksaan
Badan (lembaga) ini juga bukan tidak luput menuai kritikan. Cukup
banyak kasus-kasus besar yang menghebohkan di-peti es-kan tanpa alasan yang
jelas. Berbagai rentetan kasus yang menjadi perhatian publik (masyarakat) masih
banyak yang belum dilimpahkan ke Pengadilan. Tampaknya badan (lembaga) ini
terlalu banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang belum terselesaikan.
Kelemahan itu, bukan hanya dari sisi upaya pihak kejaksaan untuk
mengajukan pelaku kejahatan tersebut ke Pengadilan, namun pelaku kejahatan
yang sudah divonis pengadilan pun melengkapi ketidak-berdayaan hukum dan
perangkat pendukungnya. Misalnya, Eddi Tansil pada tahun 1992 sempat
menghebohkan negara dan masyarakat dengan staregi dan taktik katebelecenya
mengelabui pejabat tinggi ketika itu dan mengkorupsi uang negara 1,3 trilyun.
Pada masa itu, nilai uang tersebut sungguh sangat besar dan mencengangkan. Ia
sudah dipidana dengan hukuman penjara selama 20 tahun dan sempat beberapa
saat mendekam dipenjara, namun dengan menggunakan berbagai taktik licik ala
mafia ia berhasil kabur dari penjara. Kini, ia bebas berkeliaran kemana saja ia mau
sambil menikmati uang yang telah ditilepnya itu.
Memang, lembaga ini memiliki banyak masalah yang juga meresahkan
masyarakat. Jaksa selaku Penuntut Umum telah juga ternoda, karena ulah
sebagian oknum jaksa nakal dan silau dengan materi. Kenakalan jaksa tdak hanya
dalam kasus-kasus yang telah dilimpahkan di Pengadilan. Namun, kenakalan itu
juga di luar Pengadilan. Misalnya, kasus-kasus yang masih dalam tahap
penyelidikan/penyidikan. Di tingkat penyelidikan atau penyidikan kerap terjadi
penyalah-gunaan wewenang. Tertuduh/tersangka atau keluarganya bisa saja
melobi jaksa yang menyelidik/menyidik kasusnya meminta kasusnya di-peti es-
kan atau istilah formalnya SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyelidikan).
9
c. Kehakiman
Departemen kehakiman hingga kini belum mampu memberantas
kenakalan para hakim di seluruh negeri ini. Betapa tidak, sebenarnya munculnya
cibiran tentang mafia peradilan lebih ditujukan kepada para hakim. Kita tahu,
wajah hukum negeri ini telah dicoreng dengan banyaknya kasus-kasus yang
terjadi karena praktik vonis yang tanpa dasar atau cenderung menurut selera para
hakim.
Dari hari ke hari, Lembaga ini kerap ditunding melahirkan hakim nakal.
Putusan-putusan hakim sering mengusik hati nurani dan rasa keadilan masyarakat.
Kita tentu masih ingat misalnya dulu, Si raja “Kayu Bob Hasan” yang telah
menggunduli ratusan ribu hektar tanah dan hutan lindung di vonis hanya beberapa
tahun saja. Mantan Dirut BI Syahril Sabirin yang diduga bermasalah dengan
kebijakan moneternya divonis bebas. Tommi Suharto yang seabrek-abrek
kejahatannya, divonis hanya 15 tahun penjara. Anehnya, beberapa hari mendekam
dipenjara, tanpa dasar dan alasan yang rasional ia mendapatkan keringanan masa
tahanan (remisi). Dan masih banyak lagi kasus-kasus kelas kakap yang belum
dapat dituntaskan pihak Kejaksaan.
Sebenarnya, praktik mafia peradilan tidak hanya ditujukan kepada dua
lembaga tersebut, tapi harusnya perlu juga mencermati benar dan terukur
pekerjaan Pengacara. Sekarang ini, tugas pengacara banyak mengalami perubahan
fungsi.
Semula mendampingi klien dan membelanya, baik di dalam maupun di
luar Pengadilan (litigasi dan non litigasi). Kini, sudah bergeser menjadi calo
perkara dan pelobi atau makelar kasus (MARKUS). Meski tidak semua, namun
kebanyakan pengacara menangani perkara karena pertimbangan financial,
sekalipun mereka harus mematikan hati nurani. Menariknya, ukuran keberhasilan
(menang) suatu kasus bukan karena kemampuan analisis cerdas pengacara dalam
mengotopsi dan menggali dasar hukum kasus yang sedang ditangani, melainkan
berdasarkan kalkulasi seberapa banyak uang klien yang akan disuguhi kepada
hakim yang menangani suatu kasus.
10
2. Sanksi (Hukuman)
a. Masa hukuman pelaku tindak pidana
Sanksi hukuman yang terdapat dalam berbagai hukum (peraturan
perundangan) yang berlaku sangat ringan sekali. Hukuman pelanggar berbagai
tindak pidana sebagaimana yang dituang dalam KUHP (Kitab Undang-undang
Hukum Pidana) memuat sanksi yang sangat rendah. Bisa disebut hingga kini
KUHP belum banyak berubah sejak penjajahan belanda hingga sekarang. Dengan
konsepsi KUHP ini, mungkinkah hukum bisa membuat jera dan menyadarkan
masyarakat ?.
b. Peraturan tidak menghasilkan sanksi tindak tegas
Dalam berbagai kesempatan kita menyaksikan pemerintah beserta aparat
penegak hukum telah membuat peraturan di sekitar masyarakat. Kendati peraturan
telah dibuat berikut dengan hukuman/sanksinya, namun tetap saja peraturan
tersebut diabaikan atau ekstrimnya diacuhkan. Mengapa ? Karena, pemerintah dan
aparat hukum tidak secara sungguh-sungguh memiliki good will untuk
menertibkan masyarakat dalam menciptakan keteraturan hidup. Artinya, setelah
peraturan dibuat, kontrol terhadap pelanggar masih bisa ditolerir. Walhasil,
peraturan yang dipajang hanya sebatas himbauan moral an sich, tanpa bisa
menyentuh kepedulian masyarakat. Misalnya, di pasar perbelanjaan sering kita
temukan papan pengumuman kepada para pedagang, “Jangan buang sampah
sembarangan, buanglah pada tempat yang tersedia”. Kendati, pengumunan telah
dibuat, namun para pedagang masih terus saja melanggarnya, seakan tidak
memperdulikan adanya pengumuman
2.2.2 Nilai Moral
Moral merupakan ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat
kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya
yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik
terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan
norma yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
11
Jika bukan karena faktor ketidaktahuan, mengapa para pejabat dan tokoh
publik kita terus saja melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermoral? Berbagai
jawaban dapat saja dikemukakan, mulai dari mencari popularitas,
mengekspresikan kekuasaan atau mungkin pemberontakan terhadap nilai moral
dasar tertentu yang dirasa membelenggu. Dari kaca mata filsafat moral, beberapa
skandal moral yang terjadi di negara kita dapat dibaca sebagai krisis atau
pendangkalan (triviality) moralitas individu.
Penerapan nilai moral dapat digambar dengan melaksanakan beberapa
nilai norma yang ada di Indonesia.
1. Norma Sopan Santun
Norma sopan santun adalah norma yang mengatur tata pergaulan sesama
manusia di dalam masyarakat.
Contoh :
- Hormat terhadap orang tua dan guru
- Berbicara dengan bahasa yang sopan kepada semua orang
- Tidak suka berbohong
- Berteman dengan siapa saja
- Memberikan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil
2. Norma Agama
Norma agama adalah norma yang mengatur kehidupan manusia yang berasal
dari peraturan kitab suci melalui wahyu yang diturunkan nabi berdasarkan atas
agama atau kepercayaannya masing-masing. Agama adalah sesuatu hal yang
pribadi yang tidak dapat dipaksakan yang tercantum dalam undang-undang
dasar ’45 pasal 29.
Contoh :
- Membayar zakat tepat pada waktunya bagi penganut agama islam
- Menjalankan perintah Tuhan YME
- Menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama
3. Norma Hukum
Norma hukum adalah norma yang mengatur kehidupan sosial kemasyarakatan
yang berasal dari kitab undang-undang hukum yang berlaku di negara kesatuan
republik indonesia untuk menciptakan kondisi negara yang damai, tertib, aman,
12
sejahtera, makmur dan sebagainya.
Contoh :
- Tidak melanggar rambu lalu-lintas walaupun tidak ada polantas
- Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia
- Taat membayar pajak
- Menghindari KKN / korupsi kolusi dan nepotisme
2.3 Kemerosotan
2.3.1 Nilai Moral
Kemerosotan moral bangsa tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja,
namun telah menjamur hingga pelosok negeri. Indikator yang bisa dijadikan dasar
acuan kemerosotan moral bangsa Indonesia dapat terlihat dari memudarnya nilai-
nilai luhur yang dulu dijunjung tinggi. Salah satu contoh yang paling mudah
adalah menurunnya rasa hormat terhadap orang tua. Terlepas dari pola-pola
perilaku yang berkembang dari hubungan anak dan orang tua, secara keseluruhan
orang tua yang mengeluhkan “kekurangajaran” anaknya banyak terdengar.
Hal ini berarti nilai-nilai menghormati orang tua berubah ke arah yang
negatif. Hal diatas adalah sebagian contoh terkecil dari bangsa ini, yakni keluarga.
Belum lagi jika dilihat secara makro, tentu akan lebih banyak lagi, diantaranya
menurunnya rasa takut dan malu kepada Sang Pencipta. Akibatnya perbuatan
sewenang-wenang terjadi, dari desa hingga ibukota, seperti pemerkosaan,
perampokan, penipuan dan lain-lain.
Pengamalan pancasila sebagai dasar negara dan filsafat bangsa tampaknya
sudah tidak dihiraukan lagi. Masyarakat sudah terlalu jauh melangkah ke arah
modernisasi sehingga melupakan nilai-nilai moral. Tidak salah jika kini Pancasila
hanya diucapkan dalam kata namun dikhianati dalam perilaku.
Berbagai persoalan dan kerusakan yang ada saat ini sesungguhnya
disebabkan oleh kondisi moral dan etika masyarakat yang sudah mengalami
kemerosotan. Kerapuhan moral dan etika bangsa ini makin terlihat jelas tatkala
persoalan demi persoalan bangsa semakin hari bukan semakin hilang, tapi justru
semakin meningkat tajam. Mulai dari kasus kekerasan antar kelompok,
13
ketidakadilan sosial dan hukum, hingga budaya korup penguasa yang makin
menggurita.
Kerapuhan ini telah menjalar kesemua lapisan masyarakat. Pelajar yang
seharusnya dipersiapkan guna menjadi insan dan calon pemimpin masa depan
ternyata lebih suka tawuran daripada belajar di bangku sekolah. Mahasiswa yang
semestinya bertindak sebagai penjaga nilai-nilai moral dan etika bangsa, ternyata
terjebak dalam budaya hedonis dan westernism yang tak jarang terjerumus dalam
pergaulan bebas. Guru-guru dan pengajar yang seharusnya menjadi suri tauladan
bagi anak didiknya, ternyata sibuk mengejar sertifikasi yang akhirnya berujung
pada gaya hidup yang materialistis.
Para penyelenggara negara pun tak kalah lebih parah. Korupsi makin hari
makin menggurita, penegakan hukum makin tak terarah. Kasus demi kasus
bertumpuk seperti sampah yang sangat menjijikkan. Masyarakat setiap hari harus
dihadapkan pada tontonan ketidakjujuran para penyelenggara negara.
Jika harus mengurai permasalahan kemerosotan bangsa ini satu demi satu,
sungguh terlalu rumit dan panjang. Bahkan lebih rumit daripada harus mengurai
benang kusut.
Penyebab rusaknya moral bangsa Indonesia :
1. Pengaruh Budaya Luar Ini adalah hal yang mungkin menjadi penyebab
rusaknya moral bangsa Indonesia,tak dapat dipungkiri pengaruh budaya barat
merusak moral bangsa ini.Sebagai contoh free sex dan pergaulan bebas
masuk ke indonesia dari merangseknya budaya barat ke negeri ini.
2. Kurangnya Agama Ini juga bisa menjadi sebab rusaknya bangsa
indonesia.Jika agama yang kita miliki kuat maka tentu saja kita akan takut
berbuat dosa.Sehingga tidak akan ada kejahatan atau paling tidak kejahatan
akan sangat minim dalam negeri ini.Contohya saja jika para pejabat negeri ini
memiliki landasan agama yang baik,maka apa berani dia memakan uang
rakyat(Korupsi).
3. Salahnya Sistem Pendidikan Indonesia Ini juga bisa menjadi penyebab
rusaknya moral di Indonesia. Sebagaimana anda tahu anak-anak
menghabiskan banyak waktunya di dalam sekolah. Sayangnya sekolah
sekarang hanya identik untuk mencari ilmu duniawi saja dan jarang ada yang
14
sekolah yang juga mengajarkan aspek2 moral,Jikalau ada porsinya sangat
minim.
2.3.2 Hukum
Beberapa tahun belakangan ini, hukum Indonesia semakin parah saja.
Hukum seakan-akan bukan lagi dasar bagi bangsa Indonesia, rakyat Indonesia
seolah tak lagi takut pada hukum yang berlaku di negara ini.
Kebanyakan orang akan bicara bahwa hukum di Indonesia itu dapat di
“beli”, yang menang mereka yang mempunyai kekuasaan, yang punya uang
banyak pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Ada
pengakuan informal di masyarakat bahwa karena hukum dapat di beli maka aparat
penegak hukum tidak dapat diharapkan untuk melakukan penegakan hukum
secara menyeluruh dan adil. Praktik penyelewengan dalam proses penegakan
hukum, seperti mafia hukum dan peradilan, peradilan yang diskriminatif atau
rekayasa proses peradilan merupakan realitas yang gampang ditemui dalam
penegakan hukum di negeri ini. Peradilan yang diskriminatif menjadikan hukum
di negeri ini persis seperti yang dideskripsikan Plato bahwa hukum adalah jaring
laba – laba yang hanya mampu menjerat yang lemah tetapi akan robek jika
menjerat yang kaya dan kuat.
Keprihatinan yang mendalam tentunya melihat reformasi hukum yang
masih berjalan lambat dan belum memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.
Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pada dasarnya apa yang terjadi akhir-
akhir ini merupakan ketiadaan keadilan yang dipersepsi masyarakat (the absence
of justice). Ketiadaan keadilan ini merupakan akibat dari pengabaian hukum
(diregardling the law), ketidakhormatan pada hukum (disrespecting the law),
ketidakpercayaan pada hukum (distrusting the law) serta adanya penyalahgunaan
hukum (misuse of the law).
Sejumlah masalah yang layak dicatat berkenaan dengan bidang hukum
antara lain:
1. Sistem peradilan yang dipandang kurang independen dan imparsial
2. Belum memadainya perangkat hukum yang mencerminkan keadilan social
3. Inkonsistensi dalam penegakan hukum
4. Masih adanya intervensi terhadap hukum
15
5. Lemahnya perlindungan hukum terhadap masyarakat
6. Rendahnya kontrol secara komprehensif terhadap penegakan hukum
7. Belum meratanya tingkat keprofesionalan para penegak hukum
8. Proses pembentukan hukum yang lebih merupakan power game yang
mengacu pada kepentingan the powerfull daripada the needy.
2.4 Pelanggaran
2.4.1 Hukum
Berikut ini beberapa pelanggaran hukum di Indonesia :
1. Pembajakan Lagu/ Film
Dalam Studi yang dilakukan oleh IDC menyebutkan tingkat pembajakan
di Indonesia mencapai 85% dengan potensi kerugian sebesar US$544 juta pada
2008. Kalau dibandingkan 2007 naik sebesar 1% dari 84% dengan potensi
kerugian sebesar US$411 juta. Dengan hasil 85% tersebut, Persentase Indonesia
ini sama dengan Vietnam dan Irak.
2. Pelanggaran rambu-rambu lalu lintas
Tingginya pelanggaran lalu lintas bisa dilihat dari angka pelanggaran yang
terus meningkat. Data di Direktorat Lalu lintas Polda Metro Jaya tercatat catat
589.127 kasus selama tahun 2008 hingga awal 2009, atau rata-rata sehari sekitar
1.000 lebih terjadi pelanggaran. Dari angka tersebut, sekitar 60% dilakukan
pengendara sepeda motor, 30% angkutan umum baik Mikrolet, Bis, Metromini
dan lainnya, 10% sisanya mobil pribadi. banyak sekali.
3. Pernikahan dibawah umur
Laporan Pencapaian Millennium Development Goal’s (MDG’s) Indonesia
2007 yang diterbitkan oleh Bappenas menyebutkan, bahwa Penelitian Monitoring
Pendidikan oleh Education Network for Justice di enam desa/kelurahan di
Kabupaten Serdang Badagai (Sumatera Utara), kota Bogor (Jawa Barat), dan
Kabupaten Pasuruhan (Jawa Timur) menemukan 28,10% informan menikah pada
usia di bawah18 tahun. Mayoritas dari mereka adalah perempuan yakni sebanyak
76,03%, dan terkonsentrasi di dua desa penelitian di Jawa Timur (58,31%).
Angka tersebut sesuai dengan data dari BKKBN yang menunjukkan tingginya
pernikahan di bawah usia 16 tahun di Indonesia, yaitu mencapai 25% dari jumlah
16
pernikahan yang ada.Bahkan di beberapa daerah persentasenya lebih besar, seperti
Jawa Timur (39,43%), Kalimantan Selatan (35,48%), Jambi (30,63%), Jawa Barat
(36%), dan Jawa Tengah (27,84%).
4. Main hakim sendiri
Mungkin inilah kejahatan yang paling sering terjadi di Indonesia. Asal ada
pencopet atau penjahat kelas teri yang ketangkap pasti langsung main hakimi
sendiri gak langsung di kasih sama pak polisi. ini udah menjadi budaya di negara
kita.
5. Buang sampah sembarangan
Indonesia memang negara yang banyak angka kemiskinannya tapi kalau
yang buta huruf kayaknya dikit gak terlalu banyaklah. Tapi masih banyak juga
orang-orang yang masih aja buang sampah sembarangan meskipun sudah di
pasang pamplet DILARANG BUANG SAMPAH DISINI.
6. Pemukiman liar
Banyaknya penduduk di Ibukota mungkin jadi suatu alasan untuk meeka-
mereka yang gak punya tempat tinggal untuk tinggal di tempat-tempat yang
dilarang oleh pemerintah. kayaknya cuma di Indonesia yang ada namanya tempat
pemukiman liar.
7. Diskriminasi dan SARA
Di Indonesia masih banyak yang namanya diskriminasi dan SARA. bisa
kita liat contohnya dimana-mana. gak perlu di tulis di sini sat per satu coba liat aja
di sekeliling kamu sekarang.
8. Pengemis
Tindakan tegas yang dilakukan Dinas Sosial terhadap pemberi sedekah
kepada pengemis di jalan sesuai dengan PerdaNomor 8 tahun 2007 tentang
Ketertiban Umum. Sanksi yang tercantum dalam perda cukup berat, kurungan tiga
bulan atau denda maksimal Rp 20 juta. Dan untuk si pemberi sedekah akan
didenda Rp 300 ribu.
9. Kelakuan wakil rakyat dan pejabat
Sebanyak 75 mobil dinas anggota DPRD DKI Jakarta masa jabatan 2004-
2009 belum dikembalikan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Padahal, para
17
wakil rakyat itu sudah mengakhiri masa jabatannya pada Selasa.
Para anggota Dewan kecuali empat pimpinan Dewan diberi fasilitas berupa mobil
dinas Toyota Altis tahun 2007. Mobil itu dibeli dengan menggunakan APBD DKI
dan berfungsi sebagai mobil operasional. Jadi, begitu anggota Dewan berhenti,
mereka wajib mengembalikan mobil tersebut.
10. Korupsi
Korupsi merupakan pelanggaran hukum yang biasa terjadi di Indonesia.
Orang yang melakukan korupsi disebut koruptor. Contoh perilaku dari korupsi
yaitu menggunakan fasilitas kantor atau lembaga yang dipimpinnya untuk
keperluan pribadi dan memperkaya diri sendiri.
Akibat/konsekuensi dari korupsi yaitu sangat berbahaya bagi standar
moral di masyarakat, saat mereka menganggap korupsi adalah suatu hal yang
biasa. Terutama bagi pemahaman generasi muda. melebihkan itu dapat dikantongi
sendiri.
Contoh hukum/sanksi dari korupsi:
Pelanggaran ini termasuk hukum pidana. Sanksi yang diberikan berupa
hukuman denda berupa ganti rugi atau penyitaan barang serta hukuman penjara.
11. Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif
berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia,
baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah pikiran,
suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Contoh perilaku yang biasa
dilakukan yaitu penyalahgunaan narkoba. Pernyalahgunaan narkoba disebabkan
karena zat-zat tersebut menjajikan sesuatu dapat memberikan rasa kenikmatan,
kenyamanan, kesenangan, dan ketenangan, walaupun hal itu sebenarnya hanya
dirasakan secara semu.
Akibat/konsekuensi dari narkoba yaitu dapat mempengaruhi susunan
syaraf, mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan, karena mempengaruhi
susunan syaraf.
Contoh hukum/sanksi dari narkoba :
Untuk pengedar sanksinya dipenjara selama 10 tahun dan didenda
sebanyak 500 juta rupiah. Tetapi apabila pengedar itu berstatus sebagai bandar
18
atau bosnya maka dia dipenjara selama 20 tahun sampai dengan seumur hidup
bahkan dihukum mati dan didenda 1 milyar rupiah. Untuk penyimpang atau
pembuat narkoba sanksinya dipenjara selama 7 tahun dan didenda sebanyak 10
juta rupiah dan didenda sebanyak 10 juta rupiah
12. Pajak
Contoh pelanggaran dalam pembayaran pajak yaitu tidak membayar pajak
PBB dan PBB yang tertunggak dengan jumlah yang sudak besar. Wajib pajak
yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat Jenderal
Pajak akan melakukan penagihan pajak. Tindakan ini dilakukan apabila wajib
pajak tidak membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan dalam Surat Tagihan Pajak (STP), proses penagihan dimulai dengan
Surat Teguran dan dilanjutkan dengan Surat Paksa.
Akibat/konsekuensi tidak membayar pajak yaitu pembangunan terhambat
dan akan dilakukan penyitaan barang dan pelelangan atas harta yang disita
tersebut untuk melunasi pajak yang tidak/belum dibayar.
Contoh hukum/sanksi dari pelanggaran perpajakan :
Ada 2 macam sanksi perpajakan yaitu Sanksi Administrasi dan Sanksi
Pidana. Sanksi Administrasi terdiri dari Sanksi Administrasi berupa denda, berupa
bungan dan berupa kenaikan. Sedangkan Sanksi Pidana yaitu pemerintah masih
memberikan keringanan dalam pemberlakuan Sanksi Pidana dalam pajak, yaitu
bagi wajib pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB
tidak dikenai Sanksi Pidana, tetapi dikenai Sanksi Administrasi.
2.4.2 Nilai Moral
Beberapa pelanggaran nilai moral di Indonesia:
1. Pencurian pulsa
Semakin banyaknya pengguna telepon operator selular mengakibatkan
operator yang bekerjasama dengan content provider menghadirkan konten-konten
hiburan untuk penggunanya sepertiringtone, wallpaper, game dan lain-lain. Tidak
jarang untuk mendapatkan hiburan yang pendaftarannya menggunakan sms
premium itu menjebak pengguna dengan melakukan pendaftaran tanpa disertai
keterangan lebih lanjut, seperti bagaimana cara untuk berhenti dari berlangganan
19
tersebut. Walaupun tidak semua content provider melakukan itu ada saja
yangdengan tiba-tiba langsung melakukan registrasi tanpa diketahui oleh pemilik
nomer tersebut yang berakibat terkuras nya pulsa untuk mengambil keuntungan
yang sebesar-besarnya.
2. Penipuan Belanja Secara Online
Kebutuhan orang semakin meningkat dan waktu semakin tidak berguna.
Belanja online adalah solusi dari sekian banyak orang yang tanpa harus pusing
menyita waktu dan tenaga untuk berbelanja. Karena itu tidak sedikit orang yang
tidak bertanggung jawab mencari keuntungan dari celah belanja online tersebut
dengan mengambil kepercayaan konsumen. Dan bila mempunyai permasalahan di
dunia maya akan lebih sulit dari dunia nyata. Semua orang dapat menggunakan
identitas palsu yang bahkan bila kita mempercayai seseorang di dunia maya bisa
180 derajat akan menjadi teman yang menipu tanpa kita sadari. Seseorang bisa
saja membuat akun palsu dan menjual barang yang palsu pula / yang dia tidak
punyai/ barang cacat. Kejahatan seperti ini lebih sulit dilacak dari kejahatan dunia
nyata.Terlebih lagi bila kita langsung mempercayainya dan tanpa lihat kiri kanan
langsung tancap gas.
3. Pembajakan Software
Bicara tentang pembajakan software tidak akan habis-habisnya. Mulai dari
software denganharga ratusan ribu sampai jutaan rupiah tidak lepas dari
pembajakan. Di satu sisi pengguna yangtidak mampu untuk membeli software
original bisa diuntungkan dengan pembajakan tersebutdengan mendapatkan harga
yang lebih murah atau pun gratis. Tapi dilain pihak, pengembangsoftware akan
gigit jari melihat software mereka dibajak.
4. Pelanggaran moral yang dilakukan oleh guru
Ada beberapa pelanggaran moral yang dilakukan oleh oknum guru.
Beberapa diantaranya adalah pemalsuan nilai dilakukan agar siswa lulus dalam
seleksi penerimaan mahasiswa baru. Selain itu juga kasus pelecehan seksual oleh
oknum guru olahraga ataupun kasus-kasus guru yang selingkuh di sejumlah
daerah.
Kasus lainnya yaitu kecurangan pembocoran soal UAN yang merupakan
kejahatan bersama antara guru dan kepala sekolah di sejumlah daerah Indonesia,
20
juga kasus berbagai bentuk kecurangan yang dilakukan oleh guru ketika menjadi
peserta sertifilaki profesi guru melalui uji portofolio seperi pemalsuan berkas,
penjiplakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, bahkan yang paling parah adalah
menyelipkan uang dalam berkas portofolio. Kecurangan dalam seleksi sertifikasi
guru ini dilakukan oleh 3% dari 200.000 total guru Indonesia yang mengikuti
seleksi tersebut. Jumlah persentase yang melakukan kecurangan memang
tergolong hanya sedikit dari 200.000 orang guru tersebut, namun tetaplah
disesalkan karena kecurangan-kecurangan itu semestinya tidak terjadi, apalagi
dalam konteks penseleksian guru professional ini, ironis sekali.
Hal itu cukup mencoreng citra dunia pendidikan di Indonesia. Karena
akan berdampak pada rusaknya pandangan masyarakat terhadap sosok guru,
hilangnya rasa segan, hormat serta rasa percaya kepada sosok guru.
5. Pelanggaran moral di dalam dunia politik
Ada beberapa kepala pemerintahan/daerah dan wakil rakyat
mengundurkan diri dari jabatan nya sebelum masa waktu jabatan berakhir.
Contoh kasus si A jabatan sekarang sebagai anggota dewan dan baru menjabat 2
tahun masa kerja, ketika ada pemilihan bupati, si A mengundurkan diri dari
anggota dewan dan ikut pada pemilihan bupati. Di dalam contoh kasus di atas,
Kalau kita tinjau dari peraturan per undang undangan tidak ada yang salah dari si
A, karena si A sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota dewan
dan itu merupakan hak asasi dari si A untuk ikut mencalonkan diri menjadi bupati,
namun kalau kita pandang dari sudut etika dan moral, sungguh tidak etis hal
tersebut di lakukan oleh si A, mengapa demikian, karena masih ada beban moral
yang masih di tanggung oleh si A yaitu harus menyelesaikan tugasnya sebagai
anggota dewan yang di beri amanah untuk itu dalam membawa aspirasi
masyarakat yang memilihnya menjadi anggota dewan selama 5 tahun dan si A
baru menjalankan jabatanya selama 2 tahun, kalau si A mencalonkan diri menjadi
Bupati otomatis suara rakyat yang memilih si A dalam pemilu pemilihan anggota
dewan akan menjadi sia sia dan itu merupakan tindakan serta perilaku yang buruk
bagi si A yang telah menzalimi pilihan rakyat yang memilih nya menjadi anggota
dewan sehingga dapat di sebut bahwa moral dan etika si A buruk.
21
Selain itu, banyak pula ditemukannya pelanggaran moral di bidang politik
seperti kasus penyuapan. Kasus suap – menyuap sudah sering kali terjadi dalam
kalangan politikus. Contohnya, seorang caleg yang berbondong- bondong
memberikan uang kepada masyarakat secara cuma- cuma. Masyarakat cukup
hanya dengan memilih mereka sebagai caleg, agar partai tersebut mampu menjadi
pemenang dalam pemilihan calon legislative. Kasus seperti ini memang sudah
dianggap biasa, bahkan menjadi karakter bangsa Indonesia. Namun, apa yang
terjadi jika kita hidup dalam kebohongan besar ? Permainan apa lagi yang nanti
kita ikuti ? Pastilah semua itu akan merugikan masyarakat Indonesia sendiri dan
akan menimbulkan masalah baru.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakikat manusia adalah fungsi yang harus di jalankan oleh setiap manusia,
karena manusia adalah pelaku utama untuk menjalankan nilai moral dan hukum
yang sudah ada di Indonesia. Tetapi dalam kenyataannya pelaksanaan sistem
hukum dan nilai moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara memiliki banyak kelemahan. Kelemahan tersebut disebabkan karena
kemerosotan serta pelanggaran nilai moral dan hukum.
Jika ini terus berlanjut, tidak mengherankan bila dalam beberapa tahun ke
depan Indonesia akan semakin terpuruk. Nilai moral dan hukum merupakan aspek
terpenting dalam suatu negara, apabila hukum negara saja bisa di permainkan
dengan uang, bisa dibayangkan bagaimana keadaan Indonesia di masa yang akan
datang.
Maka, ini menjadi tugas para generasi penerus bangsa untuk segera
memperbaiki Indonesia agar tidak lagi menjadi negara yang naïf.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://yettihidayah.blogspot.com/2011/11/perbedaan-dan-persamaan-
hukum-norma.html
http://ashibly.blogdetik.com/2011/07/19/pelanggaran-etika-moral-dalam-
berpolitik/
http://septialhanif.wordpress.com/2010/10/08/pelanggaran-moral-guru-
adakah-berdampak-bagi-siswa/
http://www.scribd.com/doc/137686384/Contoh-Kasus-Pelanggaran-Etika-
Di-Masyarakat-Dan-Solusinya
http://fuzudhoz.blogspot.com/2013/03/pengertian-hukum-secara-umum-
dan.html
http://pondok24.wordpress.com/2010/04/13/catatan-kritis-pelaksanaan-
hukum-di-indonesia/
http://milalanasution.wordpress.com/2013/06/11/permasalahan-dan-
kondisi-moral/
http://merpati-himapanka.blogspot.com/2013/12/kemerosotan-moral-
bangsa.html
24