Tugas Makalah

8
Tugas Makalah Hukum Bisnis Judul Kontrak Bisnis Perspektif Hukum Nasional dan Islam Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar, S.H.,M.Ag NIP.19490929 198103 1004 LOGO Disusun Oleh Kelompok 15 (Kelas C) Anggota : 1. Dea Tirawati Arinta (08510102) 2. M. Wajir Ali Wafa (0851010 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri

Transcript of Tugas Makalah

Page 1: Tugas Makalah

Tugas Makalah

Hukum Bisnis

Judul

Kontrak Bisnis Perspektif Hukum Nasional dan Islam

Dosen Pengampu

Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar, S.H.,M.Ag

NIP.19490929 198103 1004

LOGO

Disusun Oleh

Kelompok 15 (Kelas C)

Anggota :

1. Dea Tirawati Arinta (08510102)2. M. Wajir Ali Wafa (0851010

Jurusan ManajemenFakultas Ekonomi

Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim (UIN-Maliki) Malang

2010

Page 2: Tugas Makalah

A. Pengertian Kontrak Bisnis

Kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement) di antara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum.1 Ada juga yang menjelaskan pengertian kontrak sebagai suatu perjanjian atau serangkaian perjanjian di mana hukum memberikan ganti rugi jika terjadi wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau terhadap pelaksanaan kontrak tersebut oleh hukum dianggap sebagai suatu tugas.2

Selain pendapat di atas, KUH pdt juga memberikan pengertian kontrak yang disebut perjanjian yaitu suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (vide Pasal 1313 KUH Pdt).3

Dari ketiga pengertian diatas, dapat disimpulkan kontrak bisnis adalah kesepakatan suatu perbuatan yang diperjanjikan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum.

Dalam islam (muamalah) dikenal istilah akad (‘aqad=perikatan, perjanjian, dan pemufakatan) yaitu pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan Kabul (pernyataan menerima ikatan), sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada objek perikatan. Demikian yang dijelaskan dalam Ensiklopedi Hukum Islam. Mustafa az-Zaqra’ menyatakan bahwa suatu akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikatkan diri. Oleh karena kehendak atau keinginan pihak-pihak yang mengikatkan diri itu tersembunyi dalam diri (hati), maka untuk menyatakan keinginan masing-masing diungkapkan dalam bentuk pernyataan.4

Dengan demikian setiap perjanjian yang dilakukan, baik menurut perundangan maupun syariat pada prinsipnya selalu melibatkan paling tidak dua pihak yang mengikatkan diri antara yang satu dengan yang lain. Selanjutnya dari perjanjian itu sendiri mempunyai konsekuensi hukum antar pihak yang terkait atau yang mengikatkan diri.

B. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Kontrak

Sebelum dilakukan sebuah kontrak bisnis, terlebih dahulu harus diperhatikan hal-hal berikut :1. Kepemilikan

a. Kepemilikan mayoritas asingb. Kepemilikan minoritas asingc. Fifty-fiftyd. Kepemilikan 49-49, dengan saham pengontrol dipegang oleh pihak ketiga yang independene. 100% kepemilikan dipegang oleh salah satu partner, sedangkan partner yang lain

mempunyai opsi untuk mendapatkan sebagian atau seluruh saham

1 Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), 4

2 Ibid3 Ibid4 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 102

Page 3: Tugas Makalah

2. Kebijaksanaan terhadap keuntungan perusahaanKeuntungan perusahaan haruslah dengan tegas disepakati, apakah keuntungan

didistribusikan atau ditahan. Dalam hal menahan keuntungan, tujuan yang biasanya dipertimbangkan :a. Sebagai modal kerjab. Ekspansi usaha/fasilitasc. Akuisisid. Pergantian asset modale. Memenuhi persyaratan dari hukum Negara domestic untuk penyediaan dana cadangan

tertentu serta larangan terhadap mengalirnya keuntungan keluar negeri

3. Perubahan-perubahan dalam perusahaana. Pengunduran diri

Hal ini biasanya terjadi dengan cara-cara sebagai berikut :- Keinginan seorang partner menjual sahamnya kepada perusahaan- Kematian dari seorang partner individu- Kepailitan dari corporate partner- Keinginan salah seorang partner untuk mendapatkan partner yang lebih baik, atau untuk

menjalankan usahanya secara single

b. Hak tolak pertamaDalam suatu kontrak join venture ditentukan bahwa apabila seorang partner

ingin menjual sahamnya, maka partner lain atau perusahaan diberikan hak untuk pertama kali menolak atau membeli.

c. Perjanjian opsiDengan adanya kewajiban divestment (pengalihan mayoritas) maka opsi yang

diberikan kepada mitra lokal diberi kesempatan untuk selama jangka waktu tertentu, membeli saham sebagian atau seluruhnya kepunyaan mitra asing.

C. Rukun dan Syarat Sah Akad (Kontrak)D. Macam-macam Kontrak BisnisE. Ingkar Janji (Wanprestasi), Keadaan Memaksa, dan Resiko

Dalam sebuah kontrak yang dilakukan oleh siapapun pada umumnya ada tiga hal yang biasa terjadi yang sulit diprediksi sebelumnya, yaitu ingkar janji dari salah satu pihak keadaan memaksayang diluar kemampuan manusia, dan munculnya risiko yang tanpa diduga sebelumnya. Berkaitan dengan ketiga hal ini dalam kompilasi hukum ekonomi syariah telah diatur sedemikian rupa sehingga lebih menjamin adanya kepastian hukum kepada para pihak yang melakukan kontrak. Oleh karena itu, sebaiknya dalam setiap kontrak bisnis yang dibuat oleh para pihak mencantumkan ketiga hal ini.5

5 Abdul R. Saliman, dkk., Esensi Hukum Bisnis Indonesia Teori & Kasus (Jakarta: Prenada Media, 2004), 15

Page 4: Tugas Makalah

Adapun yang berkaitan dengan ingkar janji, pasal 36 menetapkan bahwa pihak dapat dianggap melakukan ingkar janji, apabila karena kesalahannya :1. Tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk melakukannya2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan3. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

Dalam pasal 38 ditegaskan bahwa pihak dalam akad yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi:

1. Pembayaran ganti rugi2. Pembatalan akad3. Peralihan resiko4. Denda5. Pembayaran biaya perkara

Sanksi pembayaran ganti rugi dapat dijatuhkan apabila:1. Pihak yang melakukan ingkar janji setelah dinyatakan iangkar janji, tetap melakukan ingkar

janji2. Sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam

tenggang waktu yang telah dilampaukannya3. Pihak yang melakukan ingkar janji tidak dapat membuktikan bahwa perbuatan ingkar janji

yang dilakukannya tidak di bawah paksaan

Selanjutnya sehubungan dengan keadaan memaksa dalam pasal 40 dikatakan bahwa keadaan memaksa atau darurat adalah keadaan dimana salah satu pihak yang mengadakan akad terhalang untuk melaksanakan prestasinya. Adapun syarat keadaan memaksa atau darurat, antara lain :

1. Peristiwa yang menyebabkan terjadinya darurat tersebut tidak terduga oleh para pihak2. Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak yang harus

melaksanakan prestasi3. Peristiwa yang menyebabkan darurat tersebut diluar kesalahan pihak yang harus melakukan

prestasi4. Pihak yang harus melakukan prestasi tidak dalam keadaan beri’tikad buruk

Pihak yang lalai yang melakukan wanprestasi dapat digugat di depan hakim dan hakim akan menjatuhkan hukuman pada pihak yang lalu selaku tergugat. Dikatakan lalai karena pihak yang bersangkutan tidak memenuhi kewajiban atau terlambat memenuhi, atau memenuhinya tetapi tidak seperti apa yang diperjanjikan. Namun demikian kelalaian itu harus dinyatakan terlebih dahulu secara resmi yang berupa peringatan oleh juru sita dipengadilan atau cukup dengan surat tercatat atau kawat, agar tidak mudah dipungkiri oleh si pelaku . berbagai kemungkinan yang dapat dituntut terhadap pihak yang wanpreastasi (debitur) :

Page 5: Tugas Makalah

1. Kreditur dapat meminta penggantian perjanjian, sekalipun pelaksanaan ini sudah terlambat.

2. Kreditur dapat meminta pergantian kerugian saja, yaitu kerugian yang dideritanya karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya

3. Kreditur dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan perjanjian.

4. Dalam hal perjanjian yang meletakkan kewajiban timbale balik, kelalaian satu pihak memberikan hak kepada pihak yang lain untuk meminta kepada hakim supaya perjanjian dibatalkan, disertai dengan permintaan penggantian kerugian

Dalam KUHPdt dijelaskan bahwa yang dikatakan keadaan memaksa (overmatch) adalah keadaan “diluar kekuasaannya si berhutang dan memaksa”. Keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa suatu keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian dibuat, setidaknya tidak dapat dipikul resikonya oleh si berhutang.

Overmacth/force majeure terdiri dari dua macam, yaitu :1. Berifat mutlak yaitu dalam hal sama sekali tidak mungkin lagi melaksanakan perjanjiannya2. Bersifat relatif/tidak mutlak, yaitu suatu keadaan dimana perjanjian masih dapat

dilaksanakan, tetapi dengan pengorbanan yang sangat besar dari hak si berutang.6

F. Terminasi (Pemutusan) Suatu Kontrak

Terminasi suatu kontrak bisnis dapat dilakukan dengan jalur pengadilan dan tanpa lewat pengadilan. Untuk memutuskan suatu kontrak dengan jalur hukum/pengadilan, biasanya ditentukan juga prosedur pemutusan kontrak oleh pihak tersebut.

Sering ditentukan dalam suatu kontrak, bahwasanya sebelum diputuskannya suatu kontrak, haruslah terlebih dahulu diperingatkan kepada pihak yang tidak memenuhi prestasinya untuk melaksanakan kewajibannya. Peringatan ini bisa dilakukan dua atau tiga kali. Bila peringatan tersebut tidak diindahkan maka salah satu pihak dapat secara langsung memutuskan kontrak tersebut.

Penulisan kewajiban ini sejalan dengan prinsip yang dianut oleh KUH Pdt yaitu : ingebrekestelling, yakni dengan dikeluarkannya “akta lalai” oleh pihak kreditur, dimana somasi (dengan berbagai perkecualian) pada prinsipnya memang diperlukan untuk dapat memutuskan suatu kontrak.7

Dalam hubungan ini pasal 1238 KUHPdt menegaskan :“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta jenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang yang akan harus lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”

6 Rahayu Hartini, Aspek Hukum Bisnis (Malang: UMM Press, 2003), 287 Fuady, Hukum Kontrak, 93-94

Page 6: Tugas Makalah

Namun demikian lalai menurut syariat islam tidak mengakibatkan batalnya suatu akad, kecuali kekhilafan itu terjadi mengenai hakikat yang menjadi pokok perjanjian (pasal 30). Menurut pasal 28 ayat 3 akad baru dapat dikatakan batal apabila akad itu kurang rukun dan atau syarat-syaratnya. Atau bahkan karena telah terjadi pemaksaan pasal 31 dan 32 dan penipuan pasal 34. 8

Diantara ahli hukum islam menyatakan bahwa yang bisa mengakhiri sebuah kontrak adalah apabila terjadi hal-hal:1. Berakhir masa berlakunya akad, jika akad itu memiliki tenggang waktu2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu mengikat3. Jika akad itu bersifat mengikat, maka akad dapat berakhir apabila : akad itu fasid, berlaku

khiyar syarat (khiyar ‘aib), akad tidak dilaksanakan oleh satu pihak yang berakad, telah tercapai tujuan akad secara sempurna

4. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia9

Dengan demikian, berakhirnya sebuah kontrak itu tidaklah tunggal, tetapi banyak sebab, baik karena terprogram maupun karena diluar kemampuan manusia. Contoh yang terprogram adalah akad yang sengaja ditentukan kapan berakhirnya akad itu. Sedangkan yang tak terprogram antara lain adalah karena diluar rencana manusia seperti karena kematian salah satu pihak yang terlibat dalam pembuatan kontrak. Atau juga karena sebab-sebab lain.

8 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Mahkamah Agung RI 2008, 14-159 Hasan, Berbagai, 112