Tugas LAPTER
-
Upload
eka-kusuma-ariesvi -
Category
Documents
-
view
32 -
download
2
Transcript of Tugas LAPTER
KLASIFIKASI BANDARA JUANDA SURABAYA
Bandar Udara Juanda pertama kali didirikan pada tahun 1969 dan mulai
beroperasi pada tahun 1982 pada lahan seluas 626,586 Ha, merupakan klasifikasi
bandara klas 1A yang melayani perjalanan rute domestik dan mancanegara dan
beropersi mulai pukul 06.00 s.d. 24.00 WIB atau 23.00 s.d. 17.00 UTC ( 18 jam).
Bandar udara juanda surabaya berada sekitar 20 km selatan surabaya menuju
sidoarjo yang secara administratif di kecamatan sedati kabupaten sidoarjo dengan
bandara yang sanggup didarati boeing 747 dengan ladasan 3000 m, secara keseluruhan
terminal bandara juanda mencapai 28.088 m2 dengan kapasitas total 5,4 juta penumpang
/ tahun bandara juanda memiliki 3 terminal yaitu terminal domestik internasional dan
terminal cargo.
1. Untuk terminal domestik terminal seluas 20.131 m2 ini dapat melayani hingga 4
juta penumpang / tahun
2. Untuk terminal internasional 1,4 juta/tahun mencakup bangunan seluas 7.957 m2
3. Untuk terminal cargo terletak sebelah bandara dengan luas 9.200 m2
4. Selain terminal - terminal di atas bndara juanda memiliki terminal VIP yg
terletak di sebelah timur terminal internasional. Terminal ini di gunakan untuk
kedatangan maupun keberangatan tamu khusus / tamu bandara
Rute tujuan penerbangan dengan waktu operasi dari jam 06.00 – 24.00 WIB bandara
melayani 19 maskapai penerbangan domestik maupun internasional. Dengan data
sebagai berikut :
1. Landasan pacu / runway untuk menunjang operasi penerbangan dengan arah 10
– 28, dimensi 3000 x 45 m2 dan PCN : 83/F/D/X/T
2. Penghubung landasan pacu/ taxiway dengan total luas 164.338 m2 dengan
PCN : 73/F/C/X/U.
3. Tempat parkir pesawat/ apron dengan luas 128.400 m2 dengan PCN ;
73/R/C/X/U yang dapat menampung pesawat udara dengan jenis pesawat B-737
berjumlah 24 pesawat dan meliputi sebagai berikut :
Type Jenis Pesawat Udara Posisi Parking Stand
Wide Big Body B-737 8 0 0
Wide Body A-300/DC-10/MD-11 0 0 7
Narrow Body B-737 / F-100 16 24 14
Jumlah 24 24 21
Kapasitas Apron
Untuk terminal penumpang meliputi :
1. Internasional mempunyai luas 7.957 m2 dengan kapsitas 600.000 penumpang
pertahun
2. Domestik mempunyai luas 20.132 m2 dengan kapasitas 2,9 juta penumpang
pertahun
Untuk data spesifikasi data Bandara Juanda Surabaya sebagai berikut :
Luas : 626,586 Ha
Elevasi : 2.6 m
Kode ICAO/IATA : WRSJ/ SUB
Jam Operasi : 24 Jam
LANDASAN
Sebutan : R10/ R28
Sudut Magnetik : 297-097
Ukuran : 3000 m X 45 m
Kekuatan : PCN 73 RCXU
Permukaan : Aspal Concreate
APRON :
Kekuatan : PCN 73 FCJ
Permukaan : Beton
Kapasitas : TIPE B 737 = 14,A – 300 = 4., MAX A/C., A-300
Luas Apron Utama : 72262 m2
Apron Barat : 12.177 m2
Apron Timur : 12.177 m2
TERMINAL :
Domestik : Kedatangan dan Keberangkatan
Luas : 10.043,99 m2 ± 20.000 m2
Internasional : Kedatangan dan Keberangkatan
Luas : 5.580 m2
Fasilitas Ppengamanan / Audio visula dan komputer : X-RAY, WALKTROUGH,
HANDY METAL DETECTOR, FIRE
ALARAM, EXPLOSIVE
DETECTOR, PIS, PAS, PABX
Fasilitas Telekomunikasi : ADC, APP, ER, DAIREXPI, ASMC,
SSB, TTY, TELEXATIS, AFTN, FAX
PKPPK : Disyaratkan CAT8,.
Tersedia CAT8.
Alat Bantu Navigasi : NDB, ILS, DFOR/DME AUTO
MARKER, RADAR ( ASR DAN SSR ),
RVR, FISUAL AIDS, REH, REI, REIL,
TAXHWAY, LIGHT, SECUENCE
FLASHER, PROTETIN BEACON,
LANDING TEE.
Dalam KM 47 tahun 2002 tentang sertifikasi Operasi Bandar Udara disebutkan
item-item Fasilitas-fasilitas yang ada pada Sisi Udara meliputi:
a. Fasilitas Landas Pacu (Runway). Fasilitas ini adalah faslitas yang berupa suatu
perkerasan yang disiapkan untuk pesawat melakukan kegiatan pendaratan dan tinggal
landas. Elemen dasar runway meliputi perkerasan yang secara struktural cukup untuk
mendukung beban pesawat yang dilayaninya, bahu runway, runway strip, landas pacu
buangan panas mesin (blast pad), runway end safety area (RESA) stopway, clearway.
Kelengkapan data yang merupakan aspek penilaian meliputi Runway designation /
number / azimuth yang merupakan nomer atau angka yang menunjukkan penomoran
landas pacu dan arah kemiringan landas pacu tersebut. Data ini merupakan data yang
telah ditetapkan sejak awal perencanaan dan pembangunan bandar udara. Bagian
berikutnya adalah dimensi landas pacu yang meliputi panjang dan lebar landas pacu.
Panjang landas pacu dipengaruhi oleh pesawat kritis yang dilayani, temperatur udara
sekitar, ketinggian lokasi, kelembaban bandar udara, kemiringan landas pacu, dan
karakteristik permukaan landas pacu. Fasilitas Landas Pacu ini mempunyai beberapa
bagian yang masing-masingnya mempunyai persyaratan tersendiri :
1) Runway Shoulder/ bahu landas pacu adalah area pembatas pada akhir tepi
perkerasan runway yang dipersiapkan menahan erosi hembusan jet dan
menampung peralatan untuk pemeliharaan dan keadaan darurat serta untuk
penyediaan daerah peralihan antara bagian perkerasan dan runway strip.
2) Overrun mempunyai bagian meliputi clearway dan stopway. Clearway adalah
suatu daerah tertentu pada akhir landas pacu tinggal landas yang terdapat di
permukaan tanah maupun permukaan air dibawah pengaturan operator bandar
udara, yang dipilih dan diseleksi sebagai daerah yang aman bagi pesawat saat
mencapai ketinggian tertentu yang merupakan daerah bebas yang disediakan
terbuka diluar blast pad dan untuk melindungi pesawat saat melakukan manuver
pendaratan maupun lepas landas. Stopway adalah suatu area tertentu yang berbentuk
segiempat yang ada di permukaan tanah terletak di akhir landas pacu bagian tinggal
landas yang dipersiapkan sebagai tempat berhenti pesawat saat terjadi pembatalan
kegiatan tinggal landas. Aspek yang diperhatikan dalam penilaian kelayakan
operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan memanjang
(Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope), jenis perkerasan
(Surface Type), dan kekuatan (Strength).
3) Turning area adalah bagian dari landas pacu yang digunakan untuk lokasi
pesawat melakukan gerakan memutar baik untuk membalik arah pesawat,
maupun gerakan pesawat saat akan parkir di apron. Standar besaran turning area
tergantung pada ukuran pesawat yang dilayaninya.
4) Longitudinal slope adalah kemiringan memanjang yang didapatkan dari hasil
pembagian antara ketinggian maksimum dan minimum garis tengah sepanjang
landas pacu. Dengan alasan ekonomi, dimungkinkan adanya beberapa
perubahan kemiringan di sepanjang landas pacu dengan jumlah dan ukuran yang
dibatasi oleh ketentuan tertentu.
5) Transverse Slope adalah kemiringan melintang landas pacu yang harus dapat
membebaskan landas pacu tersebut dari genangan air.
6) Jenis perkerasan landas pacu terdiri dari dua jenis yaitu perkerasan lentur
(flexible) dan perkerasan kaku (rigid).
7) Kondisi permukaan landas pacu juga merupakan bagian penting dari landas pacu
yang meliputi kerataan, daya tahan terhadap gesekan (skid resistance) dan nilai
PCI. Kekuatan landas pacu juga tergantung pada jenis pesawat, frekwensi
penerbangan dan lalu lintas yang dilayani.
8) Kekuatan perkerasan landas pacu adalah kemampuan landas pacu dalam
mendukung beban pesawat saat melakukan kegiatan pendaratan, tinggal landas
maupun gerakan manuver saat parkir atau menuju taxiway. Perhitungannya
mempertimbangkan karakteristik pesawat terbesar yang dilayani, lalu lintas
penerbangan, jenis perkerasan, dan lainnya.
9) Runway strip adalah luasan bidang tanah yang menjadi daerah landas pacu yang
penentuannya tergantung pada panjang landas pacu dan jenis instrumen
pendaratan (precission aproach) yang dilayani.
10) Holding bay adalah area tertentu dimana pesawat dapat melakukan penantian,
atau menyalip untuk mendapatkan efisiensi gerakan permukaan pesawat.
11) RESA (Runway End Safety Area). RESA adalah suatu daerah simetris yang
merupakan perpanjangan dari garis tengah landas pacu dan membatasi bagian
ujung runway strip yang ditujukan untuk mengurangi resiko kerusakan pesawat
yang sedang menjauhi atau mendekati landas pacu saat melakukan kegiatan
pendaratan maupun lepas landas. Aspek yang diperhatikan dalam penilaian
kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan
memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope),
jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength).
12) Marka landas pacu yang meliputi Runway designation marking, Threshold
marking, Runway centre line markin, Runway side stripe marking, Aiming point
marking, Touchdown zone marking, dan Exit guidance line marking. Tiap-tiap
bagian mempunyai persyaratan teknis tertentu agar dapat memberikan kinerja
operasional yang handal. Fasilitas penghubung landas pacu (Taxiway). Taxiway
adalah bagian dari fasilitas sisi udara bandar yang dibangun untuk jalan keluar
masuk pesawat dari landas pacu maupun sebagai sarana penghubung antara
beberapa fasilitas seperti aircraft parking position taxiline, apron taxiway, dan
rapid exit taxiway. Exit taxiway perlu dirancang untuk meminimasi waktu
penggunaan runway yang diperlukan oleh pesawat yang mendarat. Rapid end
taxiway yang terletak di bagian ujung landas pacu dirancang dengan sudut
kemiringan 250 hingga 450 dari sudut landas pacu untuk digunakan oleh pesawat
keluar meninggalkan runway dalam kecepatan tinggi. Taxiway harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan jarak antara terminal dan bagian
ujung landas pacu. Exit taxiway atau turnoff adalah jenis taxiway yang
diletakkan menyudut pada beberapa bagian dari landas pacu sebagai sarana bagi
pesawat untuk dengan segera meninggalkan runway sehingga runway bisa
dengan cepat digunakan lagi oleh pesawat lainnya. Lebar taxiway sebesar 30 m
dengan lebar bahu 10 m untuk mengamankan mesin dari pesawat yang lebih
besar. Kemiringan memanjang dan melintang taxiway dirancang untuk
menghindarkan taxiway dari bahaya banjir akibat hujan selain penempatan
lubang in let drainase tiap 50 m panjang. Data-data yang diperhatikan dalam
verifikasi Taxiway meliputi Taxiway designation, Dimension (length, width),
Longitudinal slope, Transverse Slope, Surface Type, Strength dan Taxiway
marking yang antara lain Taxiway centre line marking, Runway holding position
marking, dan Taxiway edge marking. Fasilitas Pelataran parkir pesawat udara
(Apron) adalah fasilitas sisi udara yang disediakan sebagai tempat bagi pesawat
saat melakukan kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang, muatan pos
dan kargo dari pesawat, pengisian bahan bakar, parkir dan perawatan pesawat.
Apron merupakan bagian bandar udara yang melayani terminal sehingga harus
dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakteritik terminal trsebut. Beberapa
pertimbangannya antara lain :
a. Menyediakan jarak paling pendek antara landas pacu dan tempat pesawat
berhenti.
b. Memberikan keleluasaan pergerakan pesawat untuk melakukan manuver
sehingga mengurangi tundaan.
c. Memberikan cukup cadangan daerah pengembangan yang dibutuhkan jika
nantinya terjadi peningkatan permintaan penerbangan atau perkembangan
teknologi pesawat terbang.
d. Memberikan efisiensi, keamanan, dan kenyamanan pengguna secara
maksimum.
e. Meminimalkan dampak lingkungan
13) Selain dari pada itu perancangan apron juga terkait dengan sistem terminal yang
digunakan oleh bandar udara bersangkutan yang terdiri dari terminal konsep
tunggal, konsep linier, konsep dermaga, konsep satelit, konsep transporter dan
konsep campuran. Aspek yang diperhatikan dalam kegiatan verifikasi penilaian
kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan
memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope),
jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength) dan Apron marking
yang antara lain Apron edge marking, Apron guidance marking, Parking stand
position marking. GSE (Ground Support Equipment). Fasilitas ini adalah suatu
area yang disediakan sebagai tempat lalu lintas peralatan penunjang pendaratan
dan penerbangan yang terletak diantara apron dan teminal penumpang.
Luasannya dipengaruhi oleh jenis pesawat yang dilayani dan jumlah serta jenis
peralatan pendaratan dan penerbangan yang dipersyaratkan untuk menunjang
kinerja operasional bandar udara tersebut. Aspek yang diperhatikan dalam
penilaian kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar),
kemiringan memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse
Slope), jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength). Fasilitas
Obstruction Restriction. Fasilitas ini dioperasikan berdasarkan jenis runway
yang ada yang dibedakan menjadi tiga klasifikasi yaitu non-instrument,
nonprecision approach, dan precision approach category. Item fasilitas yang
diatur standar teknis opersionalnya meliputi kemiringan dan ketinggian Conical
surface and dimension, ketinggian dan radius inner horizontal, jarak dari
threshold, panjang dan kemiringan (slope) inner approach, panjang dari batas
dalam runway, jarak dari threshold yang dibedakan menjadi bagian pertama,
bagian kedua dan bagian horisontal. Ada pula kemiringan transisi, dan balked
landing surface.
14) Fasilitas Drainase merupakan salah satu bagian dari fasilitas sisi udara yang
penting untuk memastikan keamanan daerah sisi udara saat terjadinya perubahan
cuaca. Perhitungan drainase sisi udara mengacu pada aturan perhitungan drinase
pada umumnya hanya saja dalam perencanaannya diupayakan agar saluran
drainase yang dibuat dapat dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu pengoperasian fasilitas yang lain.
1. Fasilitas Sisi Darat Bandar Udara.
Keputusan Menteri Perhubungan KM No 47 tahun 2002 menyebutkan bahwa Sisi Darat
suatu bandar udara adalah wilayah bandar udara yang tidak langsung berhubungan dengan
kegiatan operasi penerbangan.
Kelompok
Bandar Udara
Tingkat
Pelayanan
LLU
FASILITAS DAN KEGIATAN
OPERASIONAL BANDARA UDARA
A Un – Attended 1 I A 1
B
AFIS 2 II B 2
3
2 III C 4
5
C ADC 3 IV D 6
7
4 V E 8
9
VI F 10
2. JENIS PENGENDALIAN RUANG UDARA DISEKITAR BANDAR UDARA
Sesuai dengan KM. 44 Tahun 2002 Jenis pengendalian ruang udara disekitar bandara
terbagi menjadi :
1. Ruang Udara disekitar Bandar udara tidak dikendalikan dan tidak melayani
pemberian informasi apapun atau bandara yang tingkat pelayanan LLU Un-
attended, misalnya bandara-bandara perintis yang masih bersifat Satuan kerja
(satker).
2. Ruang Udara disekitar tidak dikendalikan tetapi melayani informasi seperti
cuaca dan kondisi landasan atau bandara yang tingkat pelayanan LLU AFIS,
misalnya adalah bandara-bandara yang sudah memiliki jadwal penerbangan
yang rutin.
3. Ruang Udara disekitar dikendalikan, dimana pengelola bandara sudah melayani
informasi cuaca, kondisi landasan dan pengaturan traffic, atau bandara yang
tingkat pelayanan LLU ADC.
AFIS : Aeronoutical Flight Information
ADC : Aerodrome Control Centre
APP : Approach Control
ACC : Area Control Centre
IFR : Instrument Flight Rule
VFR : Visual Flight Rule
3. Pengelompokan BANDAR UDARA Berdasarkan Landasan BANDARA
BANDARA JUANDA SURABAYA termasuk dalam kelompok BANDARA
kelas 1, hal ini sesuai dengan KM 47 Tahun 2002 yaitu pengelompokan Landasan
BANDARA berdasarkan besar pesawat udara yang lepas landas maupun mendarat
dibandara tersebut meliputi :
Kode
Angka
Panjang Landasan Bentang Sayap
(m)
Jarak Sisi Terluar
Roda Pesawat
1 Panjang Landasan(m)<800 m Bentang sayap
(m)<15m
Jarak sisi terluar
roda pesawat <4,5
m
2 800 ≤ Panjang Landasan(m)
<1200 m
15 m ≤ Bentang
sayap (m) < 24 m
4,5 ≤ Jarak sisi
terluar roda pesawat
< 6m
3 1200 m ≤ Panjang
Landasan(m) <1800 m
24m ≤ Bentang
sayap (m) < 36 m
6≤ Jarak sisi terluar
roda pesawat < 9 m
4 Panjang Landasan (m) ≥ 1800 m
36 m ≤ Bentang sayap (m) <52 m
9 ≤ Jarak sisi
terluar roda
pesawat < 14 m
52 m ≤ Bentang sayap (m) <65 m
9 ≤ Jarak sisi
terluar roda
pesawat < 14m
TUGAS LAPANGAN TERBANG
KLASIFIKASI BANDARA JUANDA
SURABAYA
Nama : Hafna Ilmi Makhalla
NPM : 09110004
Kelas : D
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2011 – 2012
SISTRANAS BIDANG TRANSPORTASI UDARA MENURUT
DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA
1) Jaringan pelayanan
Jaringan pelayanan transportasi udara merupakan kumpulan rute penerbangan
yang melayani kegiatan transportasi udara dengan jadwal dan frekuensi yang
sudah tertentu.
Berdasarkan wilayah pelayanannya, rute penerbangan dibagi menjadi
penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan luar negeri. Jaringan
penerbangan dalam negeri dan luar negeri merupakan suatu kesatuan dan
terintegrasi dengan jaringan transportasi darat dan laut.
Berdasarkan hirarki pelayanannya, rute penerbangan terdiri atas rute
penerbangan utama, pengumpan dan perintis.
a).rute utama yaitu rute yang menghubungkan antar bandar udara pusat
penyebaran.
b).rute pengumpan yaitu rute yang menghubungkan antara bandar udara pusat
penyebaran dengan bandar udara yang bukan pusat penyebaran, dan atau
antar bandar udara bukan pusat penyebaran.
c).rute perintis yaitu rute yang menghubungkan bandar udara bukan pusat
penyebaran dengan bandar udara bukan pusat penyebaran yang terletak pada
daerah terisolasi/tertinggal.
Berdasarkan fungsi pelayanan transportasi udara sebagai ship follow the trade
dan ship promote the trade, jaringan pelayanan transportasi udara dibagi
menjadi pelayanan komersial dan non komersial (perintis).
Kegiatan transportasi udara terdiri atas : angkutan udara niaga yaitu angkutan
udara untuk umum dengan menarik bayaran, dan angkutan udara bukan niaga
yaitu kegiatan angkutan udara untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kegiatan
pokoknya bukan di bidang angkutan udara. Sebagai tulang punggung
transportasi adalah angkutan udara niaga berjadwal, sebagai penunjang adalah
angkutan niaga tidak berjadwal, sedang pelengkap adalah angkutan udara bukan
niaga.
Kegiatan angkutan udara niaga berjadwal melayani rute penerbangan dalam
negeri dan atau penerbangan luar negeri secara tetap dan teratur, sedangkan
kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal tidak terikat pada rute
penerbangan yang tetap dan teratur.
2) Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi udara terdiri dari bandar udara, yang berfungsi
sebagai simpul, dan ruang udara yang berfungsi sebagai ruang lalu lintas udara.
Bandar udara dibedakan berdasarkan fungsi, penggunaan, klasifikasi, status dan
penyelenggaraanya serta kegiatannya.
a. Berdasarkan hirarki fungsinya bandar udara dikelompokkan menjadi bandar
udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran.
b. Berdasarkan penggunaanya, bandar udara dikelompokkan menjadi :
bandar udara yang terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari luar
negeri;
bandar udara yang tidak terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari
luar negeri.
c. Berdasarkan statusnya, bandar udara dikelompokkan menjadi:
a). bandar udara umum yang digunakan untuk melayani kepentingan umum;
b).bandar udara khusus yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri
guna menunjang kegiatan tertentu.
d. Berdasarkan penyelenggaraanya bandar udara dibedakan atas :
1. bandar udara umum yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau badan usaha kebandar-udaraan.
Badan usaha kebandarudaraan dapat mengikutsertakan pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum Indonesia melalui
kerjasama, namun kerjas sama dengan pemerintah provinsi dan atau
kabupaten/kota harus kerja sama menyeluruh.
2. bandar udara khusus yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum Indonesia.
3. Berdasarkan kegiatannya bandar udara terdiri dari bandar udara yang
melayani kegiatan :
pendaratan dan lepas landas pesawat udara untuk melayani kegiatan
angkutan udara;
pendaratan dan lepas landas helikopter untuk melayani angkutan
udara.Bandar udara untuk pendaratan dan lepas landas helikopter untuk
melayani kepentingan angkutan udara disebut heliport, helipad, dan
helideck.
4. Berdasarkan fungsinya ruang udara dikelompokkan atas :
controlled airspace yaitu ruang udara yang ditetapkan batas-batasnya,
yang didalamnya diberikan instruksi secara positif dari pemandu (air
traffic controller) kepada penerbang (contoh: control area, approach
control area, aerodrome control area);
uncontrolled airspace yaitu ruang lalu lintas udara yang di dalamnya
hanya diberikan informasi tentang lalu lintas yang diperlukan
( essential traffic information).
Ruang lalu lintas udara disusun dengan menggunakan prinsip jarak
terpendek untuk memperoleh biaya terendah dengan tetap
memperhatikan aspek keselamatan penerbangan.