TUGAS KUP

7
TUGAS KUP PAJAK VS KORUPSI Kelas : Pajak 1B Kelompok 2 Nama Anggota Kelompok : 1. Ahmad Fauzi (02) 2. De Agung Demang (09) 3. Husna Alqawi Kurniawan (14) 4. Much Ibnu Baharuddin Sholeh (19) 5. Reynart Gusty Givary (26) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)

description

tugas KUP STAN D1 BDK MANADO

Transcript of TUGAS KUP

Page 1: TUGAS KUP

TUGAS KUP

PAJAK VS KORUPSI

Kelas : Pajak 1B

Kelompok 2

Nama Anggota Kelompok :

1. Ahmad Fauzi (02)2. De Agung Demang (09)3. Husna Alqawi Kurniawan (14)4. Much Ibnu Baharuddin Sholeh (19)5. Reynart Gusty Givary (26)

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)Program Diploma 1 Spesialisasi Perpajakan

Balai Diklat Keuangan Manado2013

Page 2: TUGAS KUP

PAJAK VS KORUPSI

I. Pendahuluan

Akhir-akhir ini, pajak menjadi trending topik diberbagai media nasional. Bukan karena target

penerimaan pajaknya, namun karena penyalahan pajak. Pada dasarnya, penyalahgunaan pajak

yang berujung pada korupsi adalah semacam “benalu sosial” yang merusak struktur

pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan

pembangunan pada umumnya.

II. Pembahasan

1. Pengertian Pajak dan Korupsi

Pajak

Dalam pasal 1 angka 1 UU KUP, yang dimaksud pajak adalah kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk kepentingan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Fungsi Pajak:

1. Fungsi budgetair, yang disebut pula sebagai fungsi penerimaan dan sumber utama

kas negara

2. Fungsi reguler, pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan di bidang social dan ekonomi.

3. Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

4. Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan pendapatan.

Korupsi

Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan

tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan

mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si

pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa

juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa

dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan

kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai

Page 3: TUGAS KUP

hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang

demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku

pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan

masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.

Dampak dari korupsi bag masyarakat diantaranya adalah :

1. Kenaikan harga-harga barang akibat anggaran APBN yang dikorupsi

2. Bertambahnya rakyat miskin dikarenakan uang tunjangan bagi rakyat miskin yang

seharusnya disalurkan dikorupsi.

3. Mahalnya biaya yang harus rakyat keluarkan untuk mendapatkan layanan dasar

seperti pendidikan dan kesehatan yang seharusnya bersubsidi.

2. Kondisi Perpajakan di Indonesia

Berdasarkan data Kementerian Keuangan RI, dalam kerangka  APBN 2013 total

penerimaan dari sektor perpajakan ditargetkan menopang lebih dari 1000 trilyun rupiah. Ini

artinya lebih dari 70% pembiayaan negara diharapkan bisa ditopang dari pajak yang dibayar

masyarakat.

Sementara pemberitaan media belakangan ini berkaitan dengan pajak khususnya prilaku

pegawai pajak justru melemahkan semangat masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya. Mulai dari kasus gayus tambunan yang meledak pada tahun 2009 hingga yang

terakhir kasus dugaan suap penunggakan pajak PT The Master Steel yang konon senilai 160

miliar rupiah yang disebut-sebut melibatkan 2 pegawai pajak yang saat ini ditangani KPK,

seolah-olah memberi gambaran kepada wajib pajak akan kebobrokan aparat pajak yang tidak

profesional mengelola administrasi perpajakan.

Tingkat kepercayaan yang tinggi dari wajib pajak tentunya sangat  berpengaruh pada

penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang tidak mencapai target disinyalir salah satunya

disebabkan oleh kasus-kasus korupsi yang melibatkan pegawai pajak. Lalu muncul pertanyaan

korupsi pajak, salah siapa?

Pelaksanaan penerimaan pajak oleh negara sebenarnya melibatkan berbagai elemen

diantaranya Ditjen Pajak, wajib pajak, pemerintah pusat, pemerintah daerah, DPR, aparat

penegak hukum bahkan media massa. Seiring dengan berjalannya reformasi birokrasi di

lingkungan Kementerian Keuangan khususnya Ditjen Pajak selaku administrator perpajakan

telah melakukan berbagai hal dalam memperbaiki mental para aparat pajak.  Mulai dari

Page 4: TUGAS KUP

penerapan hukuman disiplin sesuai PP 53 Tahun 2010 yang juga berlaku untuk seluruh PNS

hingga pemotongan tunjangan remunerasi berkaitan dengan kehadiran pada jam kerja atau juga

pelanggaran aturan kerja lainnya, whistleblowing system (pelaku atau calon pelaku akan merasa

terancam dengan kehadiran orang lain yang mengetahui atau ingin mengetahui kekayaannya.)

Kasus-kasus korupsi pajak belakangan ini bisa jadi merupakan bukti bahwa reformasi

birokrasi di lingkungan Ditjen Pajak belum berhasil seratus persen, namun elemen lain juga bisa

jadi turut memberi andil yang besar terjadinya korupsi pajak. Yang paling berkepentingan dalam

negosiasi pembayaran pajak tentunya wajib pajak. Beberapa wajib pajak yang masih berusaha

untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak kerap memancing pegawai pajak dengan

kompensasi tertentu untuk membantu mengurangi ketetapan pajak yang harus dibayar. Bagi

pelaku usaha pajak merupakan salah satu beban yang mengurangi profit usaha. Jika ada

kesempatan mengurangi pembayaran pajak atau bahkan menghindarinya tentu akan sangat

menggiurkan bagi wajib pajak.

Di sisi lainnya media massa juga ikut terlibat dalam membangun kepercayaan publik

khususnya wajib pajak terhadap Ditjen Pajak. Pemberitaan media akan menjadi pemandu pola

pikir masyarakat yang sangat berpengaruh pada citra DJP. Begitu pula animo wajib pajak untuk

membayar pajak. Berita negative tentang aparat pajak sejauh ini masih dipandang lebih seksi

untuk dimuat oleh media massa dibanding berita positif seperti keberhasilan reformasi birokrasi.

3. Kasus Korupsi Pajak

Pada 2007, jumlah pegawai yang terkena sanksi disiplin sebanyak 196 orang. Angka itu

berlipat ganda pada tahun 2008 menjadi 406 orang. Pada 2009 dan 2010 berturut-turut Ditjen

Pajak memberikan sanksi disiplin kepada 516 dan  657 pegawai. Sedangkan sepanjang  2012,

sudah ada 39 pegawai yang dijatuhkan sanksi. Berikut beberapa kasus korupsi pajak yang hangat

diperbincangkan di media nasional:

Gayus Tambunan (Mantan Pegawai Ditjen Pajak) dengan kasus menyalahgunakan

wewenang saat menangani keberatan pajak Rp. 570,92 juta. Memiliki rekening dengan

dana Rp. 25 miliar. Jumlah dana dan transaksi tidak sesuai dengan pekerjaannya. Gayus

divonis dengan hukuman 7 tahun penjara oleh PN Jakarta Selatan (19/1/2011)

Bahasyim Assifie (Mantan Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Jakarta

VII) dengan kasus menerima Rp 1 miliar dari wajib pajak dan pencucian uang atas

hartaya Rp 60,82 miliar dan 681.000 dollar AS. Memiliki dana hingga Rp 70 miliar di

Page 5: TUGAS KUP

rekening. Jumlah dana transaksi tidak sesuai dengan pekerjaannya. Bhasyim divonis

dengan hukuman10 tahun penjara oleh PN Jakarta Selatan (3/2/2011).

Dhana Widyarmika (Mantan Pegawai Ditjen Pajak) dengan kasus menerima gratifikasi

Rp 2,75 miliar dari PT Mutiara Virgo. Dhana Widyarmika terbukti memiliki 12 rekening

di 7 bank dengan aliran dana hingga Rp 97 miliar pada salah satu rekening. Sejumlah

aliran dana bersumber dari tiga wajib pajak. Dhana Divonis dengan hukuman 7 tahun

penjara oleh Pengadilan Tipikor (9/11/2012).

Eko Darmayanto dan Mohamad Dian Irwan (penyidik di Direktorat Jenderal pajak pada

kantor Wilayah Jakarta Timur) dengan kasus menerima uang 300.000 dollar Singapura

atau sekitar Rp2,3 miliar dari PT The Master Steel dalam operasi tangkap tangan pegawai

pajak di halaman terminal III Bandara Soekarno Hatta (15/05/2013). Proses hukum masih

berjalan.

III. Kesimpulan