Tugas Konservasi Waduk Bab 4

download Tugas Konservasi Waduk Bab 4

of 10

description

Tugas Konservasi Waduk

Transcript of Tugas Konservasi Waduk Bab 4

BAB 4CONTOH PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

4. 1. Umum

Study kasus Penanganan permasalahan waduk yang diambil dalam makalah ini adalah study kasus yang terjadi di Waduk Kedung Ombo di Kabupaten Boyolali, Grobogan, dan Sragen. Untuk menanggulangi permasalahan di sekitar kawasan Waduk Kedung Ombo dilakukan penyusunan penatagunaan lahan. Penatagunaan lahan tersebut dapat dijadikan arahan yang jelas dan tepat bagi pemanfaatan ruang agar perkembangannya dapat dikelola dengan baik, sehingga kerusakan lingkungan dapat dihindari dan kelestarian sumber air dapat dijaga. Waduk Kedungombo terletak di antara 3 kabupaten, meliputi Kabupaten Grobogan, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen. Kawasan tersebut memerlukan rencana pengembangan untuk memberikan kepastian pemanfaatan ruang yang sesuai dengan peran dan fungsi waduk yang tetap memperhatikan karakteristik masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dalam mengamati perubahan penggunaan lahan menggunakan faktor perubahan indeks vegetasi, perubahan pola penggunaan lahan dan perubahan pola pemukiman. Ketiga faktor tersebut dapat menjadi salah satu indikator perubahan tata guna lahan. Proses identifikasi perubahan tata guna lahan WKO menggunakan citra Landsat tahun 1998 dan tahun 2002 beserta peta rupa bumi kawasan WKO. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana pengembangan kawasan WKO.

4. 2. Permasalahan yang dihadapi

Waduk Kedung Ombo sebagai waduk multi fungsi telah memberikan konstribusi yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, maupun aspek lainnya, sehingga keberadaannya perlu dilestarikan. Namun dengan berjalannya waktu, muncul permasalahan baik yang menyangkut kondisi waduk dan bendungan beserta bangunan - bangunan pendukungnya maupun menyangkut kawasan di sekitarnya.

Permasalahan kondisi waduk dan bendungan tersebut antara lain adalah: sedimentasi yang tinggi sehingga mengurangi kapasitas waduk (Data dari Penelitian UGM, 2003), penurunan kuantitas air yang masuk ke dalam waduk Semakin besarnya range debit maksimum dan minimum yang masuk ke waduk. yang juga mengindikasikan semakin rusaknya DAS Kedung Ombo dan banyaknya bangunan liar yang tidak terkendali yang dibangun di kawasan waduk, baik daerah pasang-surut maupun daerah sabuk hijau/green belt (Hasil kunjungan lapangan, Juli 2006). Disamping itu terjadi masalah lingkungan di kawasan ini antara lain: kekurangan air bersih bagi masyarakat sekitar waduk, sanitasi, penyaluran air buangan limbah ke waduk dan permasalahan konservasi yang menyangkut konservasi hutan, tanah, dan air.

4. 3. Pemecahan Masalah

Mengacu pada permasalahan diatas, dalam studi ini yang dibahas adalah analisis tata guna lahan kawasan waduk kedungombo menggunakan citra satelit landsat tahun 1998 dan 2002 Diharapkan dengan kegiatan ini didapatkan data mengenai tata guna lahan pada daerah sekitar Waduk Kadung Ombo, selanjutnya digunakan untuk menentukan system pemetaan kawasan yang berbasis konservasi.Maksud studi ini adalah untuk menanggulangi permasalahan kawasan Kedung Ombo dengan penyusunan penatagunaan lahan sekitar waduk, yang dapat dijadikan arahan yang jelas dan tepat bagi pemanfaatan ruang agar perkembangannya dapat dikelola dengan baik, sehingga kerusakan lingkungan dapat dihindari dan kelestarian sumber air dapat dijaga. Sedangkan tujuannya adalah menata kembali tata guna tanah / lahan sesuai dengan kemampuan lahan dan peruntukannya, sekaligus untuk memberikan kepastian pemanfaatan ruang yang sesuai dengan peran dan fungsi waduk, dengan memperhatikan karakteristik masyarakat dan lingkungan. Penataan kembali ini harus sesuai dengan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan selaras dengan RUTR masing-masing kabupaten yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan maupun RTRW Provinsi Jawa Tengah.

4.3. 1. Lokasi, Alat dan Bahan

Gambar 1. Lokasi Waduk Kedung OmboLokasi pekerjaan ini adalah sekitar Waduk Kedung Ombo yang berada di Kabupaten Boyolali, Grobogan, dan Sragen yang meliputi daerah genangan dan lokasi sekitar genangan sepanjang 500 m diluar muka air tertinggi yang diperkirakan terjadi yaitu pada elevasi +95.00 dpl. Bahan dan alat penelitian yang dibutuhkan, antara lain:

a. Peta Topografi wilayah Waduk Kedungombo skala 1:50.000, sumber peta: Proyek Jratun Seluna.

b. Peta Rupa Bumi Skala 1:25.000 Waduk Kedungombo, sumber peta: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional-Bakosurtanal, edisi 1 Tahun 2000.c. Data Citra Satelit Landsat 5 dan TM 7, sumber citra: Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN).

d. Software ER Mapper dan AutoCAD Map.4.3. 2. Penglolaan Peta Digital

Langkah-langkah yang dikerjakan dalam pengolahan peta digital untuk keperluan pemantauan perubahan lahan Waduk Kedungombo, meliputi:

a. Penyiapan peta RBI dalam format digital terdapat 9 peta RBI digital yang meliputi daerah kawasan waduk Kedungombo.

b. Pengecekan dan unifikasi skala dan format datum yang akan digunakan, dalam hal ini digunakan datum utm dengan skala 1:25.000.

c. Penggabungan seluruh peta RBI menjadi satu kesatuan peta dengan menggunakan titik persekutuan terpilih dan dalam skala dan datum yang sama

d. Pelaksanaan deliniasi garis kontur 90 m dan 100 m pada peta RBI digital.

e. Pembentukan garis kontur 95 m berdasarkan deliniasi interpolasi antara garis kontur90 dan 100 m.

f. Penetapan garis Greenbelt (sabuk hijau) kawasan waduk Kedungombo berdasarkan penarikan garis 500 m dari garis kontur 95 m.

4.3. 3. Pengelolaan Citra Satelit

Langkah-langkah yang dikerjakan dalam pengolahan citra digital untuk keperluan pemantauan perubahan lahan Waduk Kedungombo, meliputi:

a. Penyiapan citra LANDSAT pada daerah pengamatan,dua waktu yang berbedayaitu pengamatan tahun 2002 dan 1998.

b. Penyiapan peta rupa bumi daerah pengamatan skala 1:25.000.

c. Identifikasi titik control tanah (GCPs) pada citra LANDSAT dan peta rupa bumi skala 1:25.000.

d. Masing-masing Citra Landsat tahun 2002 dan tahun 1998 dilakukan koreksi geometrik.

e. Pemotongan citra (Rezising) LANDSAT TM +7 tahun 2002 dan tahun 1998 dengan batas yang sama sehingga diperoleh 2 buah citra yang mencakup daerah dan batas yang sama persis.

f. Pembuatan training sites (Region of Interest/ROI) masing-masing untuk citra LANDSAT tahun 2002 dan 1998. Pada pembuatan training sites ditentukan ada 5 kelas sesuai kenampakan dominan yang ada, yaitu: pemukiman, tegalan/semak belukar, obyek spasial khusus, sawah, hutan dan daerah genangan WKO.

g. Melakukan spesifikasi terhadap masing-masing citra tahun 2002 dan 1998 sehingga menghasilkan citra terklasifikasi dalam beberapa kelas.

h. Melakukan hitungan luas masing- masing kelas untuk citra terklasifikasi tahun 2002 dan 1998. Hitunganini untuk menentukan adanya perubahan fungsi lahan

i. Melakukan tumpang susun (overlay) peta terklasifikasi tahun 2002 dan tahun 1998 untuk dilakukan analisis secara statistika adanya perubahan lahan. Serta melakukan overlay peta terklasifikasi tahun 2002 dengan hasil digitasi Greenbelt Waduk Kedungombo serta overlay peta terklasifikasi tahun 1998 dengan hasil digitasi Greenbelt Waduk Kedungombo untuk analisis secara visual adanya perubahan penggunaan lahan di daerah Greenbelt Waduk Kedungombo

j. Melakukan analisis statistik untuk analisis perubahan lahan kawasan Waduk Kedungombo.

4.3. 4. Hasil dan Pembahasan

Kawasan Waduk Kedungombo memiliki beberapa kajian obyek spasial yang mendapat perhatian khusus terkait dengan perubahan tata guna lahan kawasan Waduk Kedungombo, meliputi: obyek wisata WKO, restoran terapung, tubuh bendungan WKO, rumah keramba, resort De Kraton, kebun bibit kayu putih, kawasan Gunung Kemukus dan arena pacuan kuda.

Gambar 2. Obyek pengembangan didalam kawasan sabuk hijau WKO

4.3. 5. Perubahan Tata Guna Lahan

Kondisi tata guna lahan pada tingkat desa dalam batas 500 m dari batas genangan di kawasan Kedung Ombo lebih didominasi oleh pemanfaatan lahan berturut-turut sawah, hutan, tegalan dan belukar juga pemukiman. Dari data kawasan green belt Waduk Kedung Ombo didapatkan lahan kritis seluas 20 Ha di lokasi sabuk hijau yang sangat kritis, 70 Ha di areal Desa Kedungmulyo dan Wonoharjo, 10 Ha di lokasi bendungan dan 50 Ha di lokasi sabuk hijau. Pada Tabel 3 diperlihatkan penggunaan lahan pada tingkat desa di kawasan Kedung Ombo.Kawasan yang masih berupa hutan adalah di Desa Rambat (206,12 ha) dan sebagian kecil di Desa Ngargosari (21,37 ha). Hutan jati terdapat terutama di Desa Wonoharjo dengan luas 402,05 ha, sebagian di Desa Nglaji (82,48 ha) dan Desa Rambat (32,15 ha). Lahan lain yang diidentifikasi sebagai lahan kosong atau belukar hampir tersebar di semua Desa kecuali Desa Ngandul, Bagor, Gilirejo dan Genengsari. Persawahan sangat dominan tersebar di seluruh desa di kawasan waduk Kedung Ombo dengan terluas di Desa Gilirejo (973,81 ha) diikuti Desa Nglaji (238,27 ha). Lahan tegalan tidak terlalu dominan tetapi cukup tersebar di semua desa. Pemukiman terdapat disemua desa kecuali Desa Rambat dan Wonoharjo tidak ada pemukiman yang berada dekat dengan batas genangan waduk kedungombo.4.3. 6. Potensi Pembangunan Waduk Kedung OmboRencana pengembangan Kawasan Waduk Kedung Ombo akan dilaksanakan secara bertahap, mengingat terbatasnya kemampuan pendanaan. Sehingga perlu rencana pentahapan pembangunan sebagai berikut:

1. Program jangka pendek, yaitu:

a. Pemetaan, penyusunan Rencana Pengembangan dan Study Tapak Kawasan;

b. Penyiapan lahan, Pembibitan dan Konservasi Lahan;

c. Studi Amdal;

d. Perlengkapan sarana dan prasarana yangterdiri: jalan, jembatan, telekomunikasi, listrik, air bersih dan bangunan penunjang;

e. Pembangunan Gate Way / Pintu gerbang;

f. Pembangunan Resort;

g. Pengembangan keramba dan pembangunan rumah makan apung;

h. Pembangunan area parkir, motor cross, pacuan kuda, dermaga dan olah raga air;

i. Penghijauan dan pemadatan tanaman tegakan;

j. Penanaman bibit Holtikultura (buah dan sayur organik);

k. Pembangunan pasar hewan;

l. Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

2. Program jangka Menengah, yaitu:

a. Program utama dengan kegiatan meliput:

Penataan vegetasi / Tata Hijau;

Pembangunan kereta gantung (cable car);

Pembangunan taman safari;

Pembangunan pasar hewan.

b. Program pendukung dengan kegiatannya:

Pembinaan sumber daya manusia setampat dan yang terkait;

Pembinaan sosial budaya setempat;

Penetapan pelestarian lingkungan.

4.3. 7. Potensi Kawasan Sabuk Hijau (Green Belt)Dari data kawasan green belt Waduk Kedung Ombo didapatkan lahan kritis seluas 20 Ha di lokasi sabuk hijau yang sangat kritis, 70 Ha di areal Desa Kedungmulyo dan Wonoharjo, 10 Ha di lokasi bendungan dan 50 Ha di lokasi sabuk hijau. Dari studi di atas didapatkan permasalahan kawasan Kedung Ombo adalah kondisi penduduk di sekeliling waduk yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani atau buruh tani dengan lahan yang sempit sehingga mereka memanfaatkan sabuk hijau untuk pertanian semusim yang bukan merupakan pilihan yang baik bagi kelestarian waduk, oleh karena itu harus dipertimbangkan penanaman sabuk hijau dengan tanaman keras namun juga dikombinasikan dengan tanaman pangan dan rumput yang sering disebut agroforestry. Dengan demikian penanaman sabuk hijau akan berfungsi sebagai pelestarian waduk sekaligus peningkatan sosial ekonomi bagi masyarakat sekeliling waduk dapat tercapai.Tabel 1. Indikasi Kondisi Budidaya Pertanian dan Tata Guna Tanah Sekitar Kawasan Waduk Kedung Ombo

Tabel 2. Penggunaan Lahan Kawasan Kedung Ombo Tingkat Kecamatan Berdasarkan Citra Landsat Tahun 1998 dan 2002

Tabel 3. Penggunaan Lahan Tingkat Desa (500 m Batas Genangan) di Kawasan Kedung Ombo

Gambar 3. Peta Tata Guna Lahan Kawasan Waduk Kedungombo dan Peta Perencanaan Pengembangan Kawasan Waduk Kedungombo