Tugas Komsos 1

21
TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI SOSIAL PENGUKURAN AGENDA MEDIA SECARA KUANTITATIF TERHADAP ISU “KRIMINALISASI WAKIL KETUA KPK, BIBIT S. RIYANTO DAN CHANDRA M. HAMZAH (KPK VS POLRI)” James Hasudungan Hutajulu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa yang ada saat ini merupakan bentuk dari komunikasi massa. Komunikasi massa pada awalnya berangkat dari industrialisasi yang salah satunya ditandai dengan adanya penyeragaman dalam berbagai hal. Media massa lebih menitikberatkan pada efisiensi dan efektifitas karena dengan media massa, informasi dapat disebarkan secara massal. Menurut Harold Laswell, setidaknya ada 4 (empat) fungsi dari media massa, yaitu: pertama, media massa berfungsi sebagai sarana edukasi (pendidikan). Kita ketahui bersama bahwa pada era tahun 2000-an di Indonesia juga telah lahir televisi yang berfungsi sebagai sarana edukasi yaitu TPI (Televisi Pendidikan Indonesia), namun stasiun televisi ini kemudian berganti nama dan diambil alih oleh perusahaan televisi lain. Kedua, media massa juga berfungsi sebagai sarana pengawasan sosial. Fungsi ketiga dari media massa adalah sebagai sarana penyebar informasi. Hal ini tentu 1 Mahasiswa Magister Ilmu Kepolisian STIK Angkatan ke-IV 1

Transcript of Tugas Komsos 1

Page 1: Tugas Komsos 1

TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI SOSIAL

PENGUKURAN AGENDA MEDIA SECARA KUANTITATIF TERHADAP ISU “KRIMINALISASI WAKIL KETUA KPK,

BIBIT S. RIYANTO DAN CHANDRA M. HAMZAH (KPK VS POLRI)”

James Hasudungan Hutajulu1

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGMedia massa yang ada saat ini merupakan bentuk dari

komunikasi massa. Komunikasi massa pada awalnya berangkat dari industrialisasi yang salah satunya ditandai dengan adanya penyeragaman dalam berbagai hal. Media massa lebih menitikberatkan pada efisiensi dan efektifitas karena dengan media massa, informasi dapat disebarkan secara massal.

Menurut Harold Laswell, setidaknya ada 4 (empat) fungsi dari media massa, yaitu: pertama, media massa berfungsi sebagai sarana edukasi (pendidikan). Kita ketahui bersama bahwa pada era tahun 2000-an di Indonesia juga telah lahir televisi yang berfungsi sebagai sarana edukasi yaitu TPI (Televisi Pendidikan Indonesia), namun stasiun televisi ini kemudian berganti nama dan diambil alih oleh perusahaan televisi lain. Kedua, media massa juga berfungsi sebagai sarana pengawasan sosial. Fungsi ketiga dari media massa adalah sebagai sarana penyebar informasi. Hal ini tentu sangat relevan karena dengan media massa maka informasi akan sangat mudah untuk disampaikan kepada khalayak umum. Dari ketiga fungsi media massa tersebut, kemudian Harold Laswell menambahkan fungsi keempat yaitu media massa sebagai sarana hiburan (entertainment)2.

Ada 3 (tiga) kajian teoritik tentang media massa, yaitu: pertama, perspektif makro. Dalam persepktif ini media massa sangat dapat

1 Mahasiswa Magister Ilmu Kepolisian STIK Angkatan ke-IV2 Bahan Kuliah Komunikasi Sosial S2 STIK Angkatan ke-IV

1

Page 2: Tugas Komsos 1

membuat orang berubah, dimana audiens dianggap lemah dan tidak berdaya. Kedua, perspektif mikro, yang menganggap sebaliknya yaitu media massa tidak berdaya karena audiens-lah yang menentukan dirinya sendiri. Dan ketiga, perspektif messo, media massa bukan berpengaruh kepada orangnya tetapi terhadap lingkungannya. Dari ketiga perspektif di atas, perspektif mikro merupakan aliran postivistik dengan penerapan kuantitatif yang kemudian melahirkan 3 (tiga) kajian teoritik yaitu: teori agenda setting media massa, teori uses and gratification, dan teori bullet.

Di Indonesia, media massa juga sangat berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya bermunculan media massa yang baru dengan titik berat pada aspek-aspek yang berbeda sebagaimana sesuai dengan fungsi media massa yang telah dijelaskan sebelumnya. Media massa juga memiliki agenda media, yaitu perspektif media dalam memandang sebuah objek atau fenomena yang ada. Orang terkadang salah mengartikan agenda setting yang disamakan dengan agenda media. Padahal makna sebenarnya dari agenda setting adalah adanya kesesuaian antara agenda media dengan agenda publik.

Pengukuran agenda media dapat dilakukan dengan analisis isi (content analysis) yang terdiri dari dua model, yaitu: analisis isi konvensional (kuantitatif) dan analisis isi kualitatif. Dalam makalah ini, penulis akan melakukan pengukuran agenda media secara kuantitatif terhadap isu “Kriminalisasi Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Riyanto dan Chandra M. Hamzah (KPK versus Polri)”.

B. PERMASALAHANDari uraian latar belakang tersebut di atas, dalam makalah ini

penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:1. Bagaimana cara pengukuran secara kuantitatif terhadap isu

tertentu?

2

Page 3: Tugas Komsos 1

2. Bagaimana pengukuran agenda media terhadap isu “Kriminalisasi Wakil Ketua KPK, Bibit S. Riyanto dan Chandra M. Hamzah (KPK vs Polri)”?

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGUKURAN AGENDA MEDIA SECARA KUANTITATIFPengukuran terhadap isu-isu tertentu yang diangkat oleh media

dapat dilakukan secara kuantitatif dengan analisis isi konvensional. Dalam kajian teoritik dari perspektif mikro yang merupakan aliran positivistik, maka yang seringkali digunakan adalah teori agenda setting media massa. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, orang seringkali kurang tepat memaknai pengertian dari agenda setting. Terkadang orang menyebutkan bahwa agenda setting adalah apa yang diberitakan oleh media, padahal sebenarnya itu adalah agenda media dan bukan agenda setting.

Teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada konsep “The World Outside and The Picture in Our Head” yang sebelumnya telah menjadi bahan pertimbangan oleh Bernard Cohen (1963) dalam konsep “The mass media may not be successful in telling us what to think, but they are stunningly successful in telling us what to think about“. Kemudian, Maxwell Mc. Comb dan Donald L. Shaw melakukan penelitian empiris tentang peran media dalam pemilihan presiden pada tahun 1968 di Chappel Hill, North Carolina dan secara simultan mengumpulkan data tentang agenda berita media dan agenda publik3.

3 Maxwell Mc. Combs. News influence on our picture of the world” in Jenning Bryan and Dolf Jilmann (eds) Media Effect, Advances in Theory and research, 1994

3

Page 4: Tugas Komsos 1

Maxwell Mc. Comb (1994) mengatakan bahwa teori agenda setting adalah adanya kesesuaian antara agenda media dengan agenda publik terhadap sebuah isu tertentu. Teori agenda setting ini sangat positivistik dalam model penelitian kuantitatif. Dalam penelitiannya, Mc. Comb melakukan kajian terhadap sikap voters (pemilih) terhadap isu yang dikabarkan oleh media.

Agenda media dapat diartikan sebagai suatu perspektif media dalam memandang sebuah objek atau fenomena yang ada. Hal ini akan terlihat, ke arah manakah media mengalirkan isu tersebut serta akan dapat dianalisis keberpihakan dari media massa tersebut, apakah kepada kekuasaan (negara), kepada pemegang ekonomi (uang), audiens, ataupun kelompok elite tertentu.

Pengukuran secara kuantitatif terhadap isu-isu tertentu, menurut Seagal dapat dilakukan dengan variabel-variabel sebagai berikut:1. Tone

Tone dapat diartikan sebagai arah pemberitaan. Dalam suatu berita dapat terlihat arah pemberitaan (tone) terhadap isu tertentu, apakah memiliki tone yang positif, netral atau negatif.

2. NarasumberDalam suatu berita dapat dilihat, narasumber mana yang digunakan oleh media untuk memberikan pendapat terkait isu tertentu. Apakah narasumber berasal dari kalangan eksternal, akademisi, atau narasumber yang berpihak kepada kelompok tertentu.

3. KeberlanjutanAgenda media dapat dilihat dari keberlanjutan pemberitaan tentang sebuah isu tertentu. Apakah pemberitaan terus dilanjutkan atau berhenti terhadap isu yang diangkat dalam media.

4. PenonjolanPenonjolan media terhadap isu tertentu dapat dilihat dari peletakan pemberitaan dalam media massa. Misalnya, pada media cetak, dapat dilihat halaman pemberitaannya dengan

4

Page 5: Tugas Komsos 1

melihat mana yang menjadi headline news-nya. Sedangkan pada media elektronik dapat dilihat seberapa sering pemberitaan tentang isu tersebut muncul.

5. Jaringan BeritaJaringan berita ini dapat kita lihat dari keterkaitan antara satu media dengan media lainnya. Misalnya sebuah media cetak yang merupakan anak perusahaan dari media elektronik ataupun media online yang berafiliasi dengan media elektronik tertentu.

6. Panjang BeritaPemberitaan yang merupakan agenda media biasanya dituliskan secara panjang dengan berbagai uraian. Semakin panjang berita yang dimuat maka semakin besar agenda media yang ditujukan untuk isu tersebut.

7. Jenis beritaDalam suatu pemberitaan melalui media massa, dapat dibedakan dalam tiga jenis berita, yaitu: straight news, yang biasanya merupakan siaran langsung (live), feature news (yang bersifat menceritakan kembali), atau hard news.

8. Gambar/FotoGambar dan foto yang ditampilkan akan memperlihatkan apakah isu tersebut merupakan hal penting bagi media atau tidak.

B. PENGUKURAN TERHADAP ISU “KRIMINALISASI WAKIL KETUA KPK, BIBIT S.RIYANTO DAN CHANDRA M. HAMZAH (KPK VS POLRI)”

Pengukuran agenda media terhadap isu tertentu dapat dilakukan secara kuantitatif sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Pada makalah ini, penulis akan melakukan pengukuran agenda media terhadap isu “Kriminalisasi Wakil Ketua KPK, Bibit S. Riyanto dan Chandra M. Hamzah (KPK vs Polri)” yang merupakan isu hangat pada akhir tahun 2009 yang lalu.

Dalam melakukan pengukuran agenda media terhadap isu di atas, karena keterbatasan penulis dalam mengakses berita terkait isu di

5

Page 6: Tugas Komsos 1

atas karena sudah terjadi beberpa tahun yang lalu, maka penulis menggunakan pemberitaan dari beberapa media online dengan sampel 10 (sepuluh) berita, sebagai berikut:1. Harian Kompas dengan judul “Polri Bantah Keras Tuduhan

Kriminalisasi KPK”, pada tanggal 29 Oktober 2009.2. Harian Suara Pembaruan dengan judul “ Sesaat Bibit dan Chandra

rasakan angin segar”, pada tanggal 30 Oktober 2009.3. Media detiknews.com dengan judul “Polri ingin selamatkan diri

dari kriminalisasi KPK”, pada tanggal 30 Oktober 2009.4. Media viva.co.id dengan judul “Kriminalisasi Bibit Chandra tak

mengada-ada”, pada tanggal 1 November 2009.5. Media hukumonline.com dengan judul “Rekayasa Kriminalisasi

Bibit Chandra benar-benar terkuak”, pada tanggal 9 November 2009.

6. Media merdeka.com dengan judul “Tuduhan terhadap Chandra dan Bibit tidak cukup bukti”, pada tanggal 9 November 2009.

7. Pemberitaan Metro TV dalam Acara Metro Hari Ini pada tanggal 1 November 2009, dengan judul “Chandra-Bibit ditahan”.

8. Pemberitaan TV One dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam pada tanggal 1 November 2009 dengan judul “Kriminalisasi Pimpinan KPK”.

9. Pemberitaan Metro TV dalam Breaking News (live) pada tanggal 6 November 2009 dengan judul “Bibit Chandra bantah keterangan Kapolri”.

10. Pemberitaan SCTV dalam Liputan 6 pada tanggal 10 November 2009, dengan judul “Kisruh KPK vs Polri”.

Dari sepuluh media massa baik media cetak, media online, maupun media elektronik sebagaimana disebutkan di atas, dapat penulis uraikan dimensi-dimensi pengukuran pada masing-masing pemberitaan tersebut sebagai berikut:1. Harian Kompas dengan judul “Polri Bantah Keras Tuduhan

Kriminalisasi KPK”, pada tanggal 29 Oktober 2009.N DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

6

Page 7: Tugas Komsos 1

O1. Tone Positif

2. NarasumberEksternal :-Internal : 1 (Polisi)Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita Kompas TV6. Panjang Berita ½ halaman7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Tidak ada foto

2. Harian Suara Pembaruan dengan judul “ Sesaat Bibit dan Chandra rasakan angin segar”, pada tanggal 30 Oktober 2009.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

2. NarasumberEksternal : 3Internal :-Pengamat : 1 Akademisi

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Halaman 25. Jaringan Berita -6. Panjang Berita 1 halaman7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Tidak ada foto

3. Media detiknews.com dengan judul “Polri ingin selamatkan diri dari kriminalisasi KPK”, pada tanggal 30 Oktober 2009.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

2. NarasumberEksternal :1Internal : -Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita TV One6. Panjang Berita ½ halaman7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Ada foto

7

Page 8: Tugas Komsos 1

4. Media viva.co.id dengan judul “Kriminalisasi Bibit Chandra tak mengada-ada”, pada tanggal 1 November 2009.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

2. NarasumberEksternal :2Internal : -Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita TV One6. Panjang Berita 2 halaman7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Ada foto

5. Media hukumonline.com dengan judul “Rekayasa Kriminalisasi Bibit Chandra benar-benar terkuak”, pada tanggal 9 November 2009.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

2. NarasumberEksternal :4Internal : -Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita -6. Panjang Berita 2 halaman7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Tidak Ada foto

6. Media merdeka.com dengan judul “Tuduhan terhadap Chandra dan Bibit tidak cukup bukti”, pada tanggal 9 November 2009.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

2. NarasumberEksternal :2Internal : -Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita -6. Panjang Berita 1 halaman

8

Page 9: Tugas Komsos 1

7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Ada foto

7. Pemberitaan Metro TV dalam Acara Metro Hari Ini pada tanggal 1 November 2009, dengan judul “Chandra-Bibit ditahan”.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

2. NarasumberEksternal : 4Internal : -Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita Metro TV6. Panjang Berita Durasi 3 menit7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Ada gambar

8. Pemberitaan TV One dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam pada tanggal 1 November 2009 dengan judul “Kriminalisasi Pimpinan KPK”.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

2. NarasumberEksternal :3Internal : -Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita TV One6. Panjang Berita Durasi 2 menit7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Ada gambar

9. Pemberitaan Metro TV dalam Breaking News (live) pada tanggal 6 November 2009 dengan judul “Bibit Chandra bantah keterangan Kapolri”.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

9

Page 10: Tugas Komsos 1

2. NarasumberEksternal :3Internal : -Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita Metro TV6. Panjang Berita Durasi 5 menit7. Jenis Berita Straight news (live)8. Gambar/Foto Ada gambar

10. Pemberitaan SCTV dalam Liputan 6 pada tanggal 10 November 2009, dengan judul “Kisruh KPK vs Polri”.

NO

DIMENSI JUMLAH/KRITERIA

1. Tone Negatif

2. NarasumberEksternal :1Internal : -Pengamat :-

3. Keberlanjutan Ya4. Penonjolan Headline news5. Jaringan Berita SCTV6. Panjang Berita Durasi 2 menit7. Jenis Berita Feature news8. Gambar/Foto Ada gambar

Pengukuran agenda media terhadap isu “Kriminalisasi Wakil Ketua KPK, Bibit S. Riyanto dan Chandra M. Hamzah (KPK vs Polri)” sesuai dengan sumber berita dari beberapa media massa di atas, dapat dilakukan dengan dimensi-dimensi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. ToneDari kesepuluh sumber berita dari media massa yang telah disebutkan di atas, tone dari berita yang disampaikan dapat digambarkan sebagai berikut:

N TONE JUMLAH PERSENTASE

10

Page 11: Tugas Komsos 1

O1. Positif 1 10%2. Netral 1 10%3. Negatif 8 80%

TOTAL 10 100% Dari hasil penghitungan pada tabel di atas, dapat terlihat

bahwa pemberitaan di media massa terkait isu “Kriminalisasi Wakil Ketua KPK, Bibit S. Riyanto dan Chandra M. Hamzah (KPK vs Polri)” adalah disetting secara negatif oleh media terhadap pemberitaan untuk Polri sebagai penyidik yang menangani kasus tersebut.

2. Narasumber

NO

NARASUMBER

JUMLAH PERSENTASE

1. Eksternal 23 92%2. Internal 1 4%3. Pengamat 1 4%

TOTAL 25 100%

Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa narasumber yang diwawancarai ataupun diambil oleh media massa dalam memberikan tanggapan terhadap isu ini adalah sebagian besar (92%) berasal dari pihak eksternal di luar pihak yang menangani kasus tersebut, sedangkan pihak internal (penyidik) hanya 4% dimasukkan pendapatnya serta pengamat (sebagai pihak yang netral) juga hanya sebesar 4%. Pendapat dari narasumber eksternal pun berisi pernyataan yang memberikan opini negatif terhadap penyidikan yang dilakukan oleh Polri.

3. Keberlanjutan

NO

KEBERLANJUTAN

JUMLAH PERSENTASE

11

Page 12: Tugas Komsos 1

1. Ya 10 100%2. Tidak - -

TOTAL 10 100%

Keberlanjutan pemberitaan tentang isu di atas, oleh seluruh media massa dilanjutkan dengan pemberitaan selanjutnya terkait isu yang sama. Pemberitaan tentang isu ini berlanjut selama beberapa bulan dan merupakan isu hangat yang diangkat oleh media pada akhir tahun 2009 yang lalu. Hal ini menandakan bahwa isu tersebut merupakan isu penting yang diangkat oleh media massa sebagai salah satu agenda media utamanya.

4. Penonjolan

NO

PENONJOLAN JUMLAH PERSENTASE

1. Headline News 9 90%2. Halaman 2 1 10%

TOTAL 10 100%

Dilihat dari dimensi penonjolan, pemberitaan terkait isu tersebut merupakan pemberitaan yang menjadi berita utama. Hal ini terlihat dari 90% pemberitaan merupakan headline news dan hanya 1% yang diletakkan di halaman kedua. Media menjadikan pemberitaan tentang isu ini menjadi suatu bahan berita utama untuk menjadi agenda media.

5. Jaringan Berita

NO

JARINGAN BERITA

JUMLAH PERSENTASE

1. Ada 7 70%2. Tidak Ada 3 30%

TOTAL 10 100%

Pemberitaan terkait isu ini, dimunculkan oleh media massa yang memiliki jaringan berita. Terdapat 70% media dalam sampel penulis yang memiliki jaringan berita, baik jaringan berita pada media cetak, media online, maupun pada media elektronik.

6. Panjang Berita

12

Page 13: Tugas Komsos 1

Media cetak dan onlineNO

PANJANG BERITA

JML HALAMAN

PERSENTASE

1. Positif ½ halaman 7,1%2. Negatif 6 ½ halaman 92,9%

TOTAL 7 halaman 100%Media elektronik

NO

PANJANG BERITA

DURASI PERSENTASE

1. Positif - 0%2. Negatif 12 menit 100%

TOTAL 12 menit 100%

Pemberitaan media massa terkait isu ini memperlihatkan bahwa media menganggap isu ini merupakan salah satu isu yang penting. Hal ini terlihat dari panjang berita yang dibuat walaupun pemberitaan tersebut dimunculkan pada halaman utama. Berita yang dimuat dalam isu yang negatif terhadap penanganan kasusnya lebih panjang dibandingkan dengan berita yang positif. Dapat disimpulkan bahwa isu ini merupakan isu yang utama dalam agenda media.

7. Jenis Berita

NO

JENIS BERITA

JUMLAH PERSENTASE

1. Straight News 1 10%2. Feature News 9 90%3. Hard News - -

TOTAL 10 100%

Dilihat dari jenis berita yang ditampilkan terkait isu tersebut, sebagian besar meletakkannya pada feature news karena sumber berita adalah media cetak yang menuliskan kembali hasil wawancaranya terhadap para narasumber. Namun, ada stasiun televisi yang menanyangkan secara langsung (live) terkait pemberitaan tersebut. Ini menunjukkan bahwa isu ini merupakan pemberitaan utama bagi media massa.

13

Page 14: Tugas Komsos 1

8. Gambar/Foto

NO

GAMBAR/FOTO JUMLAH PERSENTASE

1. Ada 7 70%2. Tidak Ada 3 30%

TOTAL 10 100%

Dari sepuluh media massa yang diambil sampel oleh penulis terkait isu ini, ternyata 70% menampilkan gambar/foto terkait pemberitaannya dan hanya 30% yang tidak memuat gambar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberitaan terkait isu ini merupakan pemberitaan yang utama bagi media sesuai dengan agenda medianya.

Dari pengukuran terhadap agenda media dengan mengukur masing-masing dimensi sebagaimana diuraikan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa terhadap isu “Kriminalisasi Wakil Ketua KPK, Bibit S. Riyanto dan Chandra M. Hamzah (KPK vs Polri)” terlihat bahwa media menganggap isu tersebut merupakan isu yang utama bagi media serta terdapat agenda media yang mengopinikan isu yang negatif terhadap penanganan penyidikan oleh Polri dengan menciptakan judul dan isi pemberitaan yang seolah-olah menyudutkan Polri dengan kata-kata kriminalisasi dan meragukan penyidikan yang dilakukan oleh Polri.

Dengan pengukuran secara kuantitatif tersebut di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa agenda media yang diinginkan adalah menciptakan opini negatif terhadap penanganan oleh Polri. Agenda media ini ternyata menimbulkan pengaruh terhadap agenda publik yang juga menyetujui bahwa terdapat kriminalisasi oleh Polri terhadap kedua pimpinan KPK tersebut yang kemudian memunculkan aksi simpati dan pembelaan dari masyarakat (publik) terhadap kedua

14

Page 15: Tugas Komsos 1

pimpinan KPK, baik melalui dunia nyata maupun di dunia maya (melalui jejaring sosial).

Dalam hal pemberitaan tentang isu ini, terdapat kesesuaian antara agenda media dengan agenda publik yang menganggap bahwa terdapat suatu bentuk kriminalisasi terhadap kedua pimpinan KPK tersebut. Adanya kesesuaian antara agenda media dan agenda publik inilah yang disebut dengan agenda setting.

BAB IIIPENUTUP

Dari uraian pada latar pendahuluan dan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:1. Pengukuran agenda media dapat dilakukan secara kuantitatif dengan

menggunakan dimensi pengukuran, antara lain: pertama, tone yaitu arah pemberitaan, dapat positif, netral atau negatif. Kedua, narasumber yang digunakan oleh media untuk memberikan pendapat, apakah dari eksternal, internal atau pengamat. Ketiga, keberlanjutan terhadap pemberitaan terkait isu tertentu. Keempat, penonjolan berita apakah headline news atau lainnya. Kelima, apakah media yang memberitakan isu itu mempunyai jaringan berita dengan media lainnya. Keenam, semakin panjang berita yang dimunculkan maka semakin besar agenda medianya. Ketujuh, jenis berita yang dibagi ke dalam tiga jenis yaitu: straight news, feature news, atau hard news. Dan kedelapan, apakah media memunculkan gambar/foto dalam pemberitaannya.

2. Terkait isu “Kriminalisasi Wakil Ketua KPK, Bibit S. Riyanto dan Chandra M. Hamzah (KPK vs Polri)”, berdasarkan hasil pengukuran secara kuantitatif dengan menggunakan 10 (sepuluh) sampel berita dari media cetak, media online, dan media elektronik, diperoleh hasil sebagai berikut: Pertama, tone terhadap pemberitaan terkait isu tersebut merupakan tone yang negatif. Kedua, sebagian besar narasumber berasal dari eksternal yang memberikan opini negatif terhadap penanganan kasus oleh Polri. Ketiga, pemberitaan terkait isu

15

Page 16: Tugas Komsos 1

tersebut mengalami keberlanjutan yang dapat disimpulkan bahwa media menganggapnya sebagai hal yang penting. Keempat, pemberitaan dibuat dengan penonjolan sebagai suatu headline news. Kelima, beberapa media memiliki jaringan dengan media yang lainnya. Keenam, panjangnya berita yang dimuat mencerminkan bahwa isu itu merupakan agenda media. Ketujuh, pemberitaan dimunculkan dalam feature news pada media cetak dan ada media elektronik yang memunculkan sebagai straight news (live). Kedelapan, sebagian besar menampilkan gambar/foto yang menunjukkan bahwa isu ini merupakan isu yang penting bagi media.

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Kuliah Komunikasi Sosial Mahasiswa Magister Ilmu Kepolisian STIK PTIKMaxwell Mc. Combs. News influence on our picture of the world” in Jenning

Bryan and Dolf Jilmann (eds) Media Effect, Advances in Theory and research, 1994

Internet:www.hukumonline.com, “Rekayasa Kriminalisasi Bibit Chandra benar-benar

terkuak”, disadur pada tanggal 19 September 2014

www.kompas.com, “Polri bantah keras tuduhan kriminalisasi KPK”, disadur pada tanggal 19 September 2014

www. detik.com, “Polri ingin selamatkan diri dari kriminalisasi KPK”, disadur pada tanggal 19 September 2014

www. viva.co.id, “Kriminalisasi Bibit Chandra tak mengada-ada”, disadur pada tanggal 19 September 2014

www. suarapembaruan.com, “Sesaat Bibit dan Chandra rasakan angin segar”, disadurpada tanggal 19 September 2014

www. merdeka.com, “Buyung: Tuduhan pada Chandra dan Bibit tidak cukup bukti”, disadur pada tanggal 19 September 2014

16

Page 17: Tugas Komsos 1

17