Tugas Koba 1
-
Upload
agustina-itin -
Category
Documents
-
view
25 -
download
1
description
Transcript of Tugas Koba 1
TUGAS KOBA 1EKSTRAKSI DAN ISOLASI
1. Apa yang dimaksud proses ekstraksi?2. Jelaskan pembagian ekstraksi berdasarkan :
a. bentuk campurannyab. proses pelaksanaannya
3. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesempurnaan suatu ekstraksi!4. Apakah syarat-syarat pelarut yang dapat dipilih untuk proses ekstraksi?5. Jelaskan Teknik berikut yang digunakan pada pengisolasian senyawa murni dari ekstrak
campurannya:a. Kromatografi Lapis Tipisb. Kromatografi Kolomc. Kromatografi Vakum Caird. Kromatografi Gase. HPLCf. Kromatografi Fluida Superkritik
KET:
TUGAS INI DIBERIKAN PADA PERTEMUAN HARI KAMIS, 6 MARET 2014 DIKUMPULKAN PADA HARI SENIN, 10 MARET 2014 PUKUL 10.00 WIB. TIDAK ADA SUSULAN UNTUK TUGAS INI
Dosen pengampu MK
IRA LESTARI, S.Si,M.Si
1. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut
organik.
2. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi
yaitu :
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat
yang terkandung di dalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada
biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk
cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk
memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air.
Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi
yaitu :
1. Ekstraksi kontinyu (Continues Extraction)
Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang digunakan secara berulang-ulang sampai proses
ekstraksi selesai. Tersedia berbagai alat dari jenis ekstraksi ini seperti alat soxhlet atau
Craig Countercurent.
2. Ekstraksi bertahap (batch)
Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru sampai
proses ekstraksi selesai. Alat yang biasa digunakan adalah berupa corong pisang.
3. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil
yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah
pelarut sedikit-sedikit. Kesempurnaan suatu ekstraksi tergantung pada beberapa faktor,
seperti :
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan
kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan obat alam, pelarut etanol, air
dan campuran keduanya lebih sering dipilih karena dapat diterima oleh konsumen.
2. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam
pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu titik didih pelarut
yang digunakan.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang
terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat. Akan tetapi semakin banyak
pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal. digunakan maka proses hilirnya akan
semakin mahal.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam
arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain kecil.
4. Pelarut yang baik pada proses ekstraksi adalah berdasarkan pada interaksi antara solut-
pelarut. Pemilihan pelarut ekstraksi ini dapat dipilih menggunakan :
1. Tabel Robin (Robin Chart)
Tabel Robin menyajikan sistem pemilihan pelarut bagi suatu solut berdasarkan komposisi
kimianya. Tabel Robin menyajikakan deviasi negatif, positif, atau netral dari interaksi
solut-pelarut terhadap larutan ideal. Deviasi negatif dan netral mengindikasikan interaksi
yang bagus diantara kelompok solut dan pelarut, sehingga kelarutan solut dalam pelarut
menjadi tinggi.
2. Parameter kelarutan Hildebrand
Penggunaan parameter kelarutan dalam pemilihan pelarut adalah berdasar aturan kimia
yang telah dikenal yakni “like dissolved like”. Jika gaya antar molekul antara molekul
pelarut dan solute memiliki kekuatan yang mirip, maka pelarut tersebut merupakan
pelarut yang baik bagi solut tersebut.
3. Pertimbangan Kriteria Pelarut
Selain menggunakan parameter kelarutan Hildebrand atau Tabel Robin, pemilihan pelarut
juga dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pemilihan pelarut seperti :
1. Selektivitas
Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas senyawa yang akan disari agar mendapat
ekstrak yang lebih murni.
2. Kestabilan kimia dan panas
Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses hilir.
3. Kecocokan dengan solut
Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang terlarut.
4. Viskositas
Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan meningkat sehingga laju
ekstraksi pun juga meningkat.
5. Recoveri pelarut
Guna meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat
digunakan kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk
direkoveri dan digunakan kembali.
6. Tidak mudah terbakar
Untuk kepentingan safety, perlu memilih pelarut yang tidak mudah terbakar
7. Tidak beracun
Pilih pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja.
8. Murah dan mudah diperoleh
Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh.
5. A. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase
geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.
B. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom bertujuan untuk purifikasi dan isolasi komponen dari suatu
campurannya. Sebagian besar prinsip pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada
afinitas kepolaran analite dengan fase diam, sedangkan fase gerak selalu memiliki
kepolaran yang berbeda dengan fase diam.
Teknik pemisahan kromatografi kolom dalam memisahkan campuran :
kolom yang telah dipilih sesuai ukuran diisi dengan bahan penyerap (adsorben) seperti
alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian
dilakukan dengan bantuan batang pemampat (pengaduk) untuk memanpatkan adsorben
dengan gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara hati-hati dan
sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara.
Sejumlah cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas
kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam
campuran diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita
sempit pada permukaan atas kolom, dengan penambahan pelarut (eluen) secara terus-
menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian
atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen campuran
dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen yang satu dengan lainnya
bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-beda sehingga
terjadi pemisahan. Jika kolom cukup panjang dan semua parameter pemisahan betul-betul
terpilih seperti diameter kolom, adsorben, pelarut dan kecepatan alirannya, maka akan
terbentuk pita-pita (zona-zona) yang setiap zona berisi satu macam komponen. Setiap
zona yang keluar dari kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain
keluar dari kolom.
C. Kromatografi Vakum Cair
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan
memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan
tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu
dengan pompa vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium
oksida
Prinsip kerja dari Kromatografi Vakum Cair (KVC) adalah adsorpsi atau serapan,
sedangkan pemisahannya didasarkan pada senyawa-senyawa yang akan dipisahkan
terdistribusi di antara fasa diam dan fasa gerak dalam perbandingan yang berbeda-beda
Prosedur kerja KVC menggunakan alat bantu yang berupa pompa vakum untuk
mempercepat laju alir fasa gerak selama proses pemindahan zat terlarut.
Teknik kromatografi vakum cair : Kolom kromatografi dikemas kering (biasanya dengan
penjerap mutu KLT 10-40 µm) dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan
maksimum. Pompa vakum dihentikan dan pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan
ke permukaan penjerap lalu divakumkan kembali. Kolom dihisap sampai kering dan telah
siap dipakai. Cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimulai dengan pelarut yang
kepolarannya rendah lalu kepolarannya ditingkatkan perlahan-lahan. Kolom dihisap
sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi. Oleh karena itu, kromatografi vakum cair
menggunakan tekanan rendah untuk meningkatkan laju aliran fase gerak.
D. Kromatografi Gas
Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya
dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan
(sorben) yang diam. Teknik dalam kromatografi gas :
Injektor merupakan tempat masuknya sampel ke dalam sistem Kromatografi Gas
dipanaskan antara 150 ~ 250oC untuk menguapkan sampel dan pelarutnya.
Linarut-linarut yang berfase uap ini akan digerakkan ke kolom oleh gas pembawa.
Kolom berada dalam oven yang terkontrol suhunya.
Laju migrasi linarut-linarut dalam kolom ditentukan oleh : sifat-sifat fisikokimianya,
suhu dan komposisi kolom.
Dalam kolom, linarut-linarut ini mengalir dengan kecepatan yang berbeda-beda. Linarut
yang bergerak tercepat akan keluar dari kolom paling awal dan diikuti dengan sisanya.
Sinyal yang didapat dari detektor akan direkam dalam bentuk kromatogram dan diolah.
E. HPLC
Kromatografi Cair Berperforma Tinggi (high performance liquid chromatography, HPLC)
merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan
tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi pada umumnya, HPLC berupaya untuk
memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan
yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam (stasioner).
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk
memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase
gerak, dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Kromatografi cair kinerja tinggi (High Performance Liquid Chromatography, HPLC)
Metode pemisahannya didasarkan pada perbedaan keseimbangan distribusi komponen
sampel antara dua fasa: diam (kolom) dan gerak (sistem pelarut yang mengalir). Tekanan
tinggi diperoleh dari pompa, meningkatkan mobilitas eluant. Prinsip dasar dari HPLC adalah
memisahkan setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan
dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif).
F. Kromatografi Fluida Superkritik
Kromatografi Fluida Superkritik merupakan pengembangan dari teknik kromatografi
kolom, dimana dalam cara kerjanya menggunakan fasa gerak fluida superkritik. Prinsip
dasarnya adalah Perbedaan distribusi komponen komponen diantara dua fasa dengan
menggunakan fluida superkritis sebagai fasa gerak. Cara kerjanya sebagai berikut :
Fasa gerak dipompa, kemudian cuplikan berupa campuran disuntikkan kedalam aliran fasa
gerak dan dibawa kekolom yang terdapat didalam oven.
Tekanan dan suhu dalam oven harus dioperasikan diatas tekanan dan suhu kritis fasa gerak,
agar mencapai keadaan fluida superkritis.
Komponen komponen cuplikan dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan waktu retensi.
Setiap komponen yang meninggalkan kolom terdeteksi oleh detector dan direkam sebagai
kromatogram.