Tugas Kimia Analisa-perbedaan Titrasi

13
TUGAS KIMIA ANALISA Disusun Oleh: Nama : Puji Wulandari NIM : 03121403016 Kelas : B FAKULTAS TEKNIK / JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013 Perbedaan Tira!i A!a"#$a!a% Tira!i Red&'!% Tira!i Pen(enda)an% dan Tira!i Pe"ben*'an K&")+e'!

description

ka

Transcript of Tugas Kimia Analisa-perbedaan Titrasi

TUGAS KIMIA ANALISA

Disusun Oleh:Nama : Puji Wulandari NIM : 03121403016Kelas : B

FAKULTAS TEKNIK / JURUSAN TEKNIK KIMIAUNIVERSITAS SRIWIJAYA2013Perbedaan Titrasi Asam-Basa, Titrasi Redoks, Titrasi Pengendapan, dan Titrasi Pembentukan KompleksNo.PerbedaanTitrasi Asam-BasaTitrasi RedoksTitrasi PengendapanTitrasi Pembentukan Kompleks

1.PengertianReaksi neutraslisasi dimana asam akan bereaksi dengan asam dalam jumlah yang ekuivalen. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Biasanya jika titrannya bersifat asam larutan standarnya di gunakan yang bersifat basa. Begitu pula sebaliknya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.Suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.Disebut juga dengan titrasi argentometri adalah titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Penambahan volume titran akan mengubah kelarutan analit dan menyebabkan pengendapan.Titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk komples.

2.Jenis1.Titrasi asam lemah basa kuat2.Titrasi asam kuat-basa kuatTitrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH.3.Titrasi asam kuat-basa lemahTitrasi ini iniPada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalahasam hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.4.Titrasi asam kuat-garam dari basa lemahTitrasibasa lemah dan asam kuat adalah analog dengantitrasi asam lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat. Sebagai contoh disini adalahtitrasi0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL5.Titrasi basa kuat-garam dari basa lemahContoh titrasi ini adalah :- Basa kuat : NaOH- Garam dari basa lemah : CH3COONH4Persamaan Reaksi :NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OHReaksi ionnya :OH-+ NH4- NH4OH1.Yodometri dengan Na2S2O3 sebagai titranAnalat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam metode ini analat selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2.I2inilahyang dititrasi dengan Na2S2O3. Sumber kesalahan pada titrasi yodometri ini adalah :a.Kesalahan oksigen; oksidasi diudara dapat meyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi ion iodide menjadi I2.b.Pada pH tinggi I2yang terbentuk dapat bereaksi dengan air ( hidolisis )c.Perubahan indiator amilum yang terlalu awal.d.Waktu reaksi anaklat dengan KI yang berjalan lambat, menyebabakan kemungkinan iod menguap.2.Yodimetri dengan I2 sebagai titran Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat sehingga banyak zat-zat yang merupakan reduktor yang cukupk uat dapat dititrasi ,indicator ialah amilum dengan perubahan tak berwarna menjadi biru. Ketidakstabilan iod disebabkan oleh :a.Penguapan iodb.Reaksiiod dengan karet, gabus, dan bahan organic lain yang mungkin masuk dalam larutan lewat debu dan asap.c.Oksidasi oleh udara pada pH rendah ; oksodasi ini dipercepat oleh cahaya dan panas.3.Titrasi dengan oksidator kuat sebagai titrana.KMnO4(permanganometri)b.K2Cr2O7(kalium dikromat)c.Cerium tetravalent1.Titrasi argentometri2.Titrasi merkurimetri3.Titrasi metoda Kolhoff1.Titrasi langsung2.Titrasi balik3.Titrasi substitusi4.Titrasi alkalimetri

3.IndikatorIndikator yang paling sering sering digunakan pada titrasi asam-basa adalah fenoftalein. Indikator yang lainnya yaitu: kuning metil, dihitrofenol, jingga metil, merah metil, lakmus, fenoftalein, timolftalein, trinitrobenzena.

1. Indikator SpesifikIndikator spesifik yang umum digunakan untuk titrasi redoks adalah amilum, yang membentuk kompleks biru dengan iodinepenampakan warna dari kompleks ini menyebabkan indicator ini sangat spesifik untuk titrasi ini.2.Indikator redoksIndikator redoks yang baik akan memberikan respons terhadap perubahan potensial elektroda suatu system. Inikator ini secara subtansial lebih banyak digunakan dibandingkan dengan indicator yang spesifik.3.Indikator Eksternal4. Warna dari pereaksinya sendiri (auto indikator)

1.Indikator argentometri Mohr: K2CrO42.Indikator argentometri Fajans: indikator adsopsi3.Indikator aregentometri Volhard: indikator Fe3+ (Ferri Ammonium Nitrat)Indikator untuk titrasi dengan EDTA Relley dan Bernard telah mendaftarkan hamper 200 senyawa organic yang dapat digunakan sebagai ion logam dan EDTA (sering disebut sebagai indicator metaokromatik).Beberapa contoh antara lain :a. Hitam eriokromIndikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.b. Jingga xilenolIndikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.c. Biru Hidroksi NaftolIndikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan electrond.erio T (EBT) adalah contoh indiator metalokromatik yang biasa digunakan pada titrasi beberapa kation umum. Seyaw ini mengandung gugus sulfonat yang terdisiosisasi dalam air dan 2 gugus fenol yang terdisosiasi sebagian.

4.KurvaKurva titrasi dibuat dengan menghitung pH campuran reaksi pada beberapa titik yang berbeda selama perubahan larutan basanya. Bentuk kurva titrasi tergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan.Menggambarkan logaritma hubungan antara potensial elektroda versus konsentrasi analit/titran.Kurvatitrasi argentometridibuat dengan mengeplotkan antara perubahan konsentrasi analitpada sumbu ordinat dan volume titran pada sumbu aksis. Pada umumnya konsentrasi analit dinyatakan dalam fungsi (p) yaitu pX = -log[X] sedangkan volume titran dalam satuan milliliter. Kurva titrasi dapat dibagi menjadi 3 bagian wilayah yaitu sebelumtitik ekuivalen, pada saat titik ekuivalen dan setelah titik ekuivalen.Kurva titrasi untuk reaksi antara Kation Mn+dengan EDTA menampilkan hubungan antar pM vs Titran.

5.Cara Penentuan1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.2. Memakai indicator asam basa.indikator sendiri adalah zat yang memiliki perbedaan warna mencolok pada asam atau basa.Aplikasi lain dari titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air caraKarl Fischer. Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang dioksida membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan kelebihan piridin beraksi dengan air.1.Cara MohrPada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan sebagai indicatordigunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.2.Cara FajansCara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.AgNO3digunakan sebagai titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan Cl-,Br,I,SCN.3.Cara VolhardCara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung dalamsuasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam jumlah sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat mengunakan indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik digunakan jika reaksi berjalan lambat atu jika tidak ada indicator pemastian TE.4.Cara Guy Lussac5.Cara LeibigEDTA adalah pereaksi luar biasa:1.Dapat membentuk kelat dengan semua kation2.Kelat-kelat tersebut cukup stabil membrntuk dasar pada metode titrimetri. Kestabilan yang besar disebabkan karena kompleks yang terbentuk berupa molekul dengan struktur melingkar dalam kation yang dikelilingi dan diisolasi dari molekul pelarut.

6.Cara MelakukanCara Melakukan Titrasi Asam Basa1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang telah ditera2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi !Perhitungan kesetimbangan yang melibatkan EDTA.Kurva titrasi untuk reaksi antara Kation Mn+dengan EDTA menampilkan hubungan antar pM vs Titran. Nilai pM secara cepat dapat dihitung pada tahap awal titrasi denga asumsi bahawa konsentrasi pada saat kesetimbangan ion Mn+sama dengan konsentrasi analitiknya yang diperoleh dari data stokiometri.Perhitungan konsentasi Mn+pada dan setalah titik ekuivalen memerlukan persamaan kesetimbangan. Perhitungan pada daerah ini sulit dan butuh waktu jika PH tidak diketahui dan bervariasi tergantung pada nilsi pHnya. Beruntung sekali karena titrasi EDTA selalu dilakukan pada pada larutan yang dipertahankan pHnya untuk mencegah gangguan kation lain menjamin tetap berfungsinya indicator.

7.SyaratTerdapat beberap hal (syarat) agar kita dapat menentukan sesuatu dengan cara titrasi. Syarat-syarat tersebut adalah:1.Reaksi antara titran dengan analit harus stoikiometri2.Reaksi antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat, hal ini untuk memastikan proses titrasi cepat ber langsung dan titik equivalent cepat diketahui.3.Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit. 4.Bila reaksi antara titran dengan analit telah berjalan dengan sempurna Perubahan nya bisa berupa berubahnya warna larutan, perubahan arus listrik, ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain. 5.Kesetimbangan reaksi harus mengarah jauh ke pembentukan produk sehingga dapat diukur secara kuantitatif.Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :1.Reaksi harus cepat dan sempurna.2.Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara oksidator dan reduktor.3.Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara potentiometrik.Titrasi pengendapan mempunyai beberapa cirri-ciri :1.Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam basa.2.Kesulitan mencari inkitor yang sesuai.3.Komposisi endapan sering tidak diketahui pasti.Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:1.Mempunyai kemurnian yang tinggi2.Mempunyai rumus molekul yang pasti3.Tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang4.Larutannya harus bersifat stabil5.Mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi.Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut larutan standard primer. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan standard yang bila akan digunakan untuk standarisasi harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer.

8.Sifat&SyaratSifatAsam:1.Senyawa asam ber sifatkorosif.2.Sebagian besar reaksi dengan logam menghasilkan H2.3.Senyawa asam memiliki rasa asam.4.Dapat mengubah warna zat yang dimiliki oleh zat lain (dapat dijadikan indikator asam atau basa).5.Menghasilkan ion H+ dalam air.Untuk melengkapkan koefisien pada reaksi oksidasi atau reduksi dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:1.Tulis reaktan dan produk.2.Samakan jenis unsur. Untuk O dipakai H2O Untuk H dipakai H+ (pada media asam) atau OH (pada media basa).1.Samakan jumlah unsur.2.Samakan muatan dengan penambahan elektron pada bagian reaktan atau produk.

Syarat-syarat indikator logam, yaitu:1.Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar ter hadap logam.2.Reaksi warnanya harus spesifik.3.Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indi kator kompleks harus mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak teroksidasi dan tereduksi.4.Kestabilan komple ks logam indikator harus cukup.5.Reaksi pengusiran indikator olehEDTA harus belangsung cepat.

9.SifatSifatBasa:1.Senyawa basa ber sifat merusak kulit (kaustik).2.Terasa licin di tangan, seperti sabun.3.Senyawa basa terasa pahit.4.Dapat mengubah warna zat lain. (warna yang dihasilkan berbeda dengan asam).5. Menghasilkan ion OH dalam air.Untuk menetapka bilangan oksidasi digu nakan ketentuan berikut :1.Bilangan oksidasi dari ion sederhana (monno atomik) sama dengan muatannya.1.Jumlah bilangan oksidasi dari molekul adalah nol.2.Jumlah bilangan oksidasi dari atom-atom yang menyusun ion sama dengan muatan dari ion tersebut.3.Bilangan oksidasi dari H = +1 (kecuali pada gas Hidrogen dan hidrida, masing-masing adalah -1, 0 dan +2).4.Bilangan oksidasi dari H = +1 (kecuali pada gas Hidrogen dan hidrida, masing-masing adalah 0 dan -1).5.Bilangan oksidasi dari logam, yaitu sama dengan valensinya dan diberi tanda positif.

Faktor yang mem pengaruhi pengendapan: 1. TemperaturKelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkat nya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang.2.Sifat alamipelarutGaram anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti alkohol atau asam asetat. 3.Pengaruh ion sejenisKelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibanding kan dalam air saja. 4. Pengaruh pHKelarutan endapan garam yang mengan dung anion dari asam lemah dipe ngaruhi oleh pH, hal ini disebabka karena penggabungan proton dengan anion endapannya. 5.Pengaruh hidrolisisJika garam dari asam lemah dilarut kan dalam air maka akan dihasilkanperu bahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam ter sebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.6.Pengaruh ion kompleksKelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya pembentuk an kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut.

Berdasarkan pe rubahan warna dari indikator logam ini dapat kita beda-bedakan:1.Cara titrasi lang sung, pada titrasi ini larutan ion logam ditambah larutan dapar dan indikator, kemudi an langsung di titrasi dengan komplekson III. Titrasi ini diguna kan untuk penen tuan ion-ion logam kalium,magnesium dan zink.1.Cara titrasi tidak langsung, diguna kan untuk menentukan sen yawa aluminium dan bismth, karena pada titrasi secara langsung terjadi kesalahan yang disebabkan karena pengendapan dari logam sebagai hidroksida dalam suasana alkali.

10.RumusRumus Umum Titrasi : .NxV asam = NxV basa.nxMxV asam = nxVxM basaketerangan :N=NormalitasV=VolumeM=Molaritasn= jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)Rumus: BE= BM/valensiValensi dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:-Cara 1: dari perubahan total bilangan oksidasi-Cara 2: dari jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi

Pada titik ekivalen :Jumlah ekivalen Ag+ sisa = jumlah ekivalen SCN-AtauJumlah ekivalen Ag+ total = jumlah ekivalen (Cl- + SCN-)

Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi pembentuk an komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah :M + Y MYKonstanta pem bentukan/kestabilan senyawa komplek dinyata kan sebagai berikut ini :