Tugas kewirausahaan

11
Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Disusun Oleh : Sigit Rossandi U ( 360763013 ) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER INDONESIA MANDIRI

Transcript of Tugas kewirausahaan

Tugas Mata Kuliah

Kewirausahaan

Disusun Oleh :

Sigit Rossandi U ( 360763013 )

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER INDONESIA MANDIRI

Jl. Jakarta No. 79 Bandung 40272Telp. 022-7272672, 022-7208180Fax. 022-7271693

E-mail: [email protected]

Nama:Soebronto Laras

Lahir:

Jakarta, 5 Oktober 1943

Jabatan:

Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional

Isteri:

Herlia Emmi Yani, putri Almarhum Jenderal Ahmad Yani

Anak:

Dua Orang

Pendidikan:

-SD Perguruan Cikini, Jakarta, 1958

-SLP Perguruan Cikini, Jakarta, 1961

- SLA Harapan Kita, Jakarta, 1964

-Paisley College (Mechanical Engineering), Scotlandia, 1969

- Hendon College (Business Administration), London, United Kingdom, 1972

Karir:

- Direktur PT Saphira Pillar Motor (1972-1974)

- Direktur First Chemical Industry (1974)

- Dirut PT Indohero Steel Engineering & Co.

- Dirut PT Indo Mobil Utama dan Wakil Dirut PT Suzuki Indonesia

- Manufacturing (1976)

- Wakil Dirut PT Suzuki Engine Industry

- Dirut PT National Motors Co. dan Dirut PT Unicor Prima Motor

(1984)

- Komisaris PT Jurnalindo Aksara Grafika (1985)

- Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional

Presiden Direktur PT. INDOMOBIL, pria kelahiran Jakarta 5 Oktober 1943 ini adalah Pengusaha

yang membesarkan nama Suzuki di Indonesia.Subronto Laras berhasil memasarkan produk-produk

Suzuki dan meraih sukses yang cukup besar di Indonesia. Subronto laras dibesarkan didalam

keluarga yang memang ketertarikannya di bidang Otomotif cukup besar, ayah dari Subronto yaitu

DR. Moerdowo (almarhum) adalah importir mobil Citroen, Tempo dan Combi sejak 1949. Dari hal

tersebutlah ia mulai tertarik dalam bidang Otomotif.

 Ketika di sela acara peluncuran buku biografi Soebronto Laras berjudul Meretas Dunia Automotif

Indonesia, Minggu (15/5), di Grand Ballroom, Hotel Hilton, mengapa Suzuki APV memakai mesin

1.500 cc dan tidak menggunakan yang lebih besar dari pesaing-pesaingnya. Dia menjawab bahwa

mesin berkapasitas 1.500 cc adalah batasan minimum dari aturan pajak 20 persen. Kalau lebih dari

itu maka pajaknya lebih tinggi dan harganya akan menjadi lebih mahal. Suzuki APV bisa saja

memakai mesin 1.600 cc, tapi harganya jadi lebih mahal sepuluh jutaan.

Soebronto Laras pun turut meramaikan bursa calon Ketua Umum PB PELTI (Persatuan Tenis

Seluruh Indonesia) 2002. pada Musyawarah Nasional (MUNAS) PELTI 2002 yang berlangsung di

Makassar Golden Hotel di Makassar. MUNAS PELTI 2002 tersebut yang dihadiri 29 Pengda sangat

memungkinkan menampilkan lima calon ketua umum yang akan dipilih oleh para peserta Munas,

karena Sistem pemilihan ketua umum pada Munas tahun itu berbeda dengan Munas sebelumnya

yang membatasi hanya dua calon untuk dipilih, tetapi kali ini terbuka luas untuk siapa saja yang

mencalonkan diri dengan mendapat dukungan minimal sepuluh suara.

Subronto Laras menikah dengan Herlia Emmi Yani Putri Almarhum Jendral Ahmad Yani dan

mereka pun di karunia dua orang anak. Subronto menjalani pendidikan dari SD sampai SLA di

Jakarta,ketika SD di Perguruan Cikini,Jakarta,1958,SLP perguruan Cikini,Jakarta, 1961 dan SLA

Harapan Kita, Jakarta,1964. Setamatnya SLA ia melanjutkan studi rekayasa mesin di Paisley

College for Technology, Scotlandia, 1969. Kemudian melanjut ke Hendon College for Business

Management, di London, United Kingdom, 1972. Yonto sempat menjadi staf lokal Atase

Pertahanan di KBRI London dan mengenal Roesmin Noerjadin (mantan Menteri Perhubungan),

dan Benny Moerdani (mantan Pangab).

Sekembalinya dari sana ia berkenalan dengan Atang Latif, pemilik Bank Indonesia Raya dan

sejumlah kasino. Subronto menjadi orang kepercayaan Atang Latif dan menjabat sebagai Direktur

PT First Chemical Industry. Empat tahun kemudian ia menjadi dirut perusahaan perakitan motor

mobil Suzuki, dengan dukungan dari Atang Latif. Dari perusahaan yang hampir bangkrut tersebut

hingga beromset ratusan milyar. kemudian bisnisnya tersebut berkembang dan bertambah kuat

ketika masuknya Grup Liem Sioe Liong. Pada tahun 1984 dan ia menjadi Dirut PT National Motors

Co dan PT Unicor Prima Motor, perakit mobil Mazda, Hino, dan sepeda motor Binter.

Sukses yang diraih produk-produk Suzuki tidak lepas dari tangan dingin Subronto Laras, Presiden

Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional. Meski tak selamanya berjalan mulus, Suzuki bisa

dikatakan meraih sukses dengan pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia.

Berbicara tentang jatuh-bangunnya industri otomotif di Indonesia, mau tak mau, kita harus

menyebut Soebronto Laras (61), tokoh yang membesarkan merek Suzuki di sini. Namanya kini

bahkan identik dengan Suzuki, atau sebaliknya Suzuki adalah Soebronto Laras. Dua nama yang

tak terpisahkan.

Obsesi Soebronto untuk memberikan kontribusi bagi negeri ini, sudah banyak diwujudkannya. Yang

terakhir adalah sebuah produk terbaru yang telah menjadi impian lamanya, yakni Suzuki APV,

kendaraan multiguna (Multi Purpose Vehicle, MPV).

Soebronto tampak bersemangat sekali jika disinggung soal impiannya. Ketika ditanya mengapa

Suzuki APV memakai mesin 1.500 cc dan bukan yang lebih besar dari rata-rata pesaingnya,

dengan enteng dia menjawab bahwa mesin berkapasitas 1.500 cc adalah batasan minimum dari

aturan pajak 20 persen. Kalau lebih dari itu maka pajaknya lebih tinggi.

”Suzuki APV bisa saja memakai mesin 1.600 cc, tapi harganya jadi lebih mahal sepuluh jutaan,”

jelasnya di sela acara peluncuran buku biografi Soebronto Laras–Meretas Dunia Automotif

Indonesia, Minggu (15/5), di Grand Ballroom, Hotel Hilton.

Mobil, menurutnya, memang telah menjadi kebutuhan hidup di kota. Tak heran jika bisnis otomotif

tetap bergairah. Cuma, sebagian besar harga mobil sudah tak terjangkau oleh segmen menengah

ke bawah.

Oleh sebab itu, wajar jika mobil-mobil yang harganya tak begitu mahal jadi alternatif konsumen.

Suzuki APV diharapkan bisa menjawab kebutuhan masyarakat. ”Apalagi jika mobil tersebut

menjanjikan kenyamanan sekelas sedan,” ujarnya.

Suzuki APV kini tidak hanya menjadi produk kebanggaan Suzuki, tapi juga kebanggaan bangsa

Indonesia. Pasalnya, mobil keluarga yang dibuat di pabrik perakitan Suzuki di Tambun ini pada

April 2005 lalu menjadi produk yang dapat dinikmati konsumen otomotif dunia alias telah diekspor.

”Dalam kurun waktu hampir mendekati tiga dasawarsa, kami tak kenal lelah bekerja keras dan

dijiwai oleh semangat yang tinggi untuk mempersembahkan produk yang terbaik bagi para pecinta

mobil di Asia, khususnya Indonesia,” jelasnya pada kesempatan lain.

Memenuhi Permintaan Pasar

Penganekaragaman produk untuk memenuhi permintaan pasar pun terus dilakukan mengiringi

meningkatnya pendapatan perusahaan. Sebagai konsekuensinya, pada tahun 2004, PT Indomobil

Suzuki International dipercaya menjadi mother plant (pabrik induk) untuk memproduksi Suzuki APV

yang dipasarkan ke pasar global dengan variasi mesin 1.600 cc dan 1.500 cc.

”Kepercayaan yang diberikan Suzuki Motors Corporation (SMC) Jepang kepada kami merupakan

kebanggaan tersendiri untuk bisa memproduksi produk Suzuki dengan sasaran ekspor ke

mancanegara,” ujarnya. Pabrik Suzuki di Tambun, Bekasi telah disulap menjadi manufaktur

berkelas dunia, setelah disuntik dana segar sebesar 11,5 miliar yen Jepang.

”Saya sangat bangga dengan apa yang telah berhasil dikembangkan bersama putra-putri bangsa

Indonesia seperti yang saya cita-citakan 30 tahun yang lalu, pada waktu mulai mengembangkan

industri otomotif Suzuki di Tanah Air. Ibaratnya seperti dreams come true, mewujudkan impian

menjadi kenyataan,” paparnya.

Pada ekspor perdana April lalu, yang dituju barulah kawasan ASEAN, seperti Malaysia, Singapura,

Filipina, dan Thailand. Sampai dengan April 2005, PT Indomobil Suzuki International sudah

mengekspor 1.000 unit.

”Untuk di luar ASEAN, pemasaran ke Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika, dan Oceania, juga

sudah kami agendakan. Tahun 2005 kami menjadwalkan produksi Suzuki APV mencapai angka

70.000 unit. Dari sejumlah ini, sekitar 25.000 unit untuk ekspor dan sisanya untuk pasar dalam

negeri,” ucapnya.

Model Baru

Suzuki APV, seperti yang diutarakan Soebronto, merupakan model baru. Desainnya mengikuti

karakter negara-negara di ASEAN walau cocok pula untuk negara di belahan benua lain. Untuk

bisa bersaing, empat kriteria harus menjadi dasar pembuatan mobil ini. Keempat hal tersebut

antara lain, kualitas, harga bersaing di pasar global, ramah lingkungan, dan memperhatikan aspek

keselamatan.

Pada tahun 1979, kenangnya, dia dianggap mustahil untuk mengembangkan pasar mobil Suzuki.

Suzuki kala itu sudah telanjur dikenal sebagai produsen sepeda motor. Di era itu, orang hanya

mengenal dua merek mobil; Mitsubishi dan Toyota. Pada waktu itu, Mitsubishi sudah mampu

memasok 7.000 unit mobil per bulan, sementara kemampuan Suzuki baru 100 unit.

Pada 1978, terjadi panen cengkeh di Manado. Ketika merek-merek lain sibuk di Jakarta dan Jawa,

mereka tak memikirkan daerah, Soebronto masuk ke Sulawesi Utara. Tanpa disadarinya,

kendaraan ST20 yang menjadi andalan terjual 3.000 unit. ”Waktu itu cengkeh mahal di sana. Satu

mobil hanya ditukar dengan beberapa karung cengkeh,” kenangnya.

Soebronto tak mengingkari jika kebangkitan Suzuki berawal dari Sulawesi Utara, khususnya

Manado. Langkah selanjutnya adalah menembus pasar Sulawesi, Surabaya, Jawa Tengah, Jawa

Barat, dan terakhir Jakarta. Penjualan yang semula hanya 1.500 unit per bulan, kini mencapai

6.000 unit. ”Saya berarti berhasil menjual mobil terbanyak di Indonesia di antara merek lainnya,”

ujarnya bangga.

Tentang produk sepeda motor Suzuki, Soebronto juga antusias bercerita. Bagaimana dia

memutuskan untuk membuat sebuah model setelah membaca dan menganalisis pasar. ”Bisa

dibayangkan bagaimana kalau kita salah menganalisis pasar dan kecenderungannya, bisa fatal,”

ucapnya.

Ia mencontohkan kini di seluruh dunia sedang terjadi pergantian karakter motor bebek menjadi

skuter. Bagi Subronto, ini menjadi tanda tanya terus, apakah Indonesia sewaktu-waktu akan

kembali ke skuter.

Dia belajar dari kasus Vespa yang eksis namun hilang diganti motor bebek. Untuk Indonesia,

menurutnya, dia melihat ada constrain secara teknik. Jenis motor itu memiliki ban kecil, sementara

jalan-jalan di sini rata-rata berlubang, tanjakan, dan banyak polisi tidur sehingga menjadi kendala

untuk pengembangannya.

”Kami berpikir, apakah sudah waktunya untuk berubah. Kalau sekarang membuat skuter, kami

harus memastikan semuanya karena investasinya tidak kecil. Selain itu, kami melihat jika pasar

berkembang dalam different way, tahu-tahu jenis skuter yang dibutuhkan, mati kami karena tidak

punya produk itu. Jadi untuk itu harus investasi ganda. Ini berisiko besar, tapi musti dilakukan. Bisa

benar, bisa juga tidak,” jelasnya.

Banyak Aspek

Tapi Soebronto mengamati kompetitor juga telah membuat scootic. Dia melihat satu bulan hanya

terserap 5.000 unit ketimbang kebutuhan motor secara nasional yang mencapai 350.000–400.000

unit per bulan. ”Artinya, jenis motor itu belum cocok, namun siapa tahu pasar berkembang, berarti

analisis kami salah,” tuturnya.

Menurutnya, dalam mengembangkan produk memang harus melihat banyak aspek. Kini mengapa

ada motor bebek padahal sebelumnya tidak ada. Ketika Suzuki memulai bisnis jenis motor ini,

pasarnya sangat kecil. Tapi karena multiguna di mana wanita, ibu dan bapaknya memakai, pasar

berkembang pesat.

Di bagian lain Soebronto bercerita, Suzuki kini sedang membangun sebagai citra motor 4-tak.

Usaha keras itu berhasil lewat Smash yang dibuat untuk menghambat penetrasi motor Cina dengan

harga di bawah Rp 10 juta. Juga Shogun yang bahkan kini sudah dilakukan pergantian model yang

lebih sempurna dengan mesin 125 cc, yang sebelumnya 110 cc. ”Saya bermaksud mematikan

pelan-pelan yang 110 cc dengan Shogun One Two Five,” jelasnya.

Salah satu yang berkesan, menurutnya, Suzuki Shogun 125R yang mengusung mesin keluaran

terbaru yang irit dan tangguh. Dalam memilih kendaraan, setiap orang pasti menghendaki jenis

yang berkualitas terbaik, desain yang mewah, sporty, serta mudah perawatannya.

”Secara garis besar, konsep yang melatarbelakangi produk ini adalah penciptaan sepeda motor

bebek 4 tak yang tangguh. Dalam produk ini, banyak yang kami pertaruhkan demi kepuasan

konsumen,” ucapnya.

Diakuinya, penggunaan mesin yang lebih besar pada motor ini ditujukan untuk meningkatkan

kualitas dan performa di kelasnya. Di samping itu, desainnya yang ramping menjadikan kendaraan

ini lincah di berbagai kondisi jalanan.

Motor itu merupakan kendaraan yang mengutamakan tenaga, nilai ekonomis dengan harga yang

kompetitif dan irit bahan bakar, serta kenyamanan berkendara. Performa mesinnya menawarkan

torsi yang lebih baik dalam kecepatan rendah, maupun torsi paling besar dalam kecepatan sedang.

Rancangan ini ditujukan untuk mengurangi pemborosan yang diakibatkan oleh mechanical losses.

Unsur itulah yang membuat kendaraan tersebut irit bahan bakar dan nyaman dalam berkendara.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1995. OTOMOTIF. Diunduh dari www.hamline.edu

--------------. 1996. ”Mengapa Timor, Mengapa Tommy?” dalam Analisa & Peristiwa Edisi

01/01 6 Maret 1996, diunduh dari www.tempointeraktive.com

--------------. 2003. Persaingan Industri Otomotif Makin Ketat, Indonesia Sebaiknya Fokus ke

Sepeda Motor. Kompas, Kamis 18 September 2003, diunduh dari www.kompas.com

----------------. 2004. Penjualan Mobil Capai 354.31 Unit. Metro Balikpapan, 19 Januari 2004,

diunduh dari www.metrobalikpapan.co.id

----------------. 2005a. Profile. Diunduh dari www.isuzu-astra.com

----------------. 2005b. Pasar Mobil 2005 Masih Potensial. Bernas, Senin 5 Desember 2005,

diunduh dari www.bernas.co.id

----------------. 2006a. Inovasi dan Berpikir Holistik. Diunduh dari www.itpin.com

---------------. 2006b. Membahas Undang-Undang Persaingan di Indonesia : Berbagai

Tantangan dan Pendekatan. www.columbia.edu

Atmaji, Wahyu. 2003. Persaingan Mobil Murah, Konsumen Diuntungkan. Suara Merdeka,

Sabtu 27 Desember 2003, diunduh dari www.suaramerdeka.com

Gaikindo. 2007. Domestic Motor Vehicle Export and Sales in Indonesia by Category Jan-Dec

2006. www.gaikindo.org

Gero, Pieter P. 2001. Menghapus Cap ”Tukang Jahit” Industri Otomotif Nasional. Kompas,

Selasa 28 Agustus 2001, diunduh dari www.kompas.com

.

Herbawati, Neneng. 2003. Analisa Manufaktur : Menyoal Arah Industri Mobil Nasional. Bisnis

Indonesia, Rabu 23 Juli 2003, diunduh dari www.bisnis.com

11

Imanullah, Fahmi, Nurul Kolbi, dan Theresia Wahyuni. 2004. Ketika Toyota Bukan Lagi

Buatan Jepang. Diunduh dari www.majalahtrust.com

Ovi. 2004. Laporan Utama : Indonesia Basis Produksi Mobil Global. Diunduh dari

www.pikiran-rakyat.com

Ray. 2006. Motif Dibalik Pembelian Mobil di Indonesia. Diunduh dari www.otogenik.com

Rochma, Malia. 2005. Industri Mobil, Tak Terpengaruh Harga BBM. Economic Review

Journal. No 201. September 2005

Wikipedia. 2007. Toyota Kijang. Diunduh dari http://wikipedia.org

http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/soebronto-laras/index.shtml

http://www.andriewongso.com/awartikel-2270-Success_Story-Soebronto_Laras

http://www.perspektifbaru.com/wawancara/297

http://www.sinarharapan.co.id/ceo/2005/0516/ceo1.html

http://www.tempo.co.id/ang/min/01/24/ekbis1.htm

http://www.forumkami.com/forum/biodata/1122-soebronto-laras.html

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/03/02/54160/Soebronto-Laras-

Membangun-Suzuki-dari-Sulawesi