Tugas Keselamatan Kerja Dan Proses

4
TUGAS KESELAMATAN KERJA DAN PROSES Senin, 25 November 2013 15:33 WIB Berikut Rentetan Kecelakaan Kerja PT Pertamina Dumai Sejak 2012 Penulis: Megi Al Fajrin DUMAI, GORIAU.COM - Desas-desus seringnya terjadi kecelakaan kerja di PT Pertamina Dumai tidak hanya sekedar isapan jempol belaka, sejak tahun 2012 lalu sudah sering terjadi kecelakaan kerja bahkan hingga merenggut nyawa para tenaga kerja. Menurut data yang diperoleh goriau Sejak Desember 2012 sudah dikabarkan terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan operasional kilang PT Pertamina RU II Dumai. Dimana, seorang tukang las bernama Jasman tersengat listrik hingga tewas saat bekerja, Senin (24/12/12). Kembali pada Oktober 2013 tepatnya, Jumat (20/9/2013) lalu. Seorang pekerja kontrak PT Pertamina RU II kembali dikabarkan tewas dalam kecelakaan kerja di lingkungan kilang minyak Putri Tujuh. Informasi dihimpun menyebutkan korban bernama Benget Beda Simanulang (45) bekerja sebagai ahli pengelasan pipa (Welder) di dapur pengolahan minyak kilang Pertamina RU II. Benget dilaporkan pada saat itu sedang bekerja las pipa di atas ketinggian 4 meter dengan badan terikat tali penyelamat. Namun secara tiba-tiba, pipa menyemburkan air panas bersuhu 140 derajat celsius dan mengenai sekujur tubuh korban yang sedang bekerja dan tidak bisa melepaskan diri karena sedang terikat tali. Kali ini, kembali kecelakaan kerja PT Pertamina RU II Dumai memakan korban, sedikitnya tiga orang pekerja harus mengalami luka bakar sehingga harus mendapatkan perawatan intensif dari pihak rumah sakit.(egy) Nama : Dewi Ayu Novita 21030111130096 Faad Yahya

description

tugas

Transcript of Tugas Keselamatan Kerja Dan Proses

Nama: Dewi Ayu Novita21030111130096 Faad Yahya210301111300Kelas: C / KamisTUGAS KESELAMATAN KERJA DAN PROSES

Senin, 25 November 2013 15:33 WIBBerikut Rentetan Kecelakaan Kerja PT Pertamina Dumai Sejak 2012Penulis:Megi Al Fajrin

DUMAI, GORIAU.COM -Desas-desus seringnya terjadi kecelakaan kerja di PT Pertamina Dumai tidak hanya sekedar isapan jempol belaka, sejak tahun 2012 lalu sudah sering terjadi kecelakaan kerja bahkan hingga merenggut nyawa para tenaga kerja.

Menurut data yang diperoleh goriau Sejak Desember 2012 sudah dikabarkan terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan operasional kilang PT Pertamina RU II Dumai. Dimana, seorang tukang las bernama Jasman tersengat listrik hingga tewas saat bekerja, Senin (24/12/12).

Kembali pada Oktober 2013 tepatnya, Jumat (20/9/2013) lalu. Seorang pekerja kontrak PT Pertamina RU II kembali dikabarkan tewas dalam kecelakaan kerja di lingkungan kilang minyak Putri Tujuh.

Informasi dihimpun menyebutkan korban bernama Benget Beda Simanulang (45) bekerja sebagai ahli pengelasan pipa (Welder) di dapur pengolahan minyak kilang Pertamina RU II.

Benget dilaporkan pada saat itu sedang bekerja las pipa di atas ketinggian 4 meter dengan badan terikat tali penyelamat.

Namun secara tiba-tiba, pipa menyemburkan air panas bersuhu 140 derajat celsius dan mengenai sekujur tubuh korban yang sedang bekerja dan tidak bisa melepaskan diri karena sedang terikat tali.

Kali ini, kembali kecelakaan kerja PT Pertamina RU II Dumai memakan korban, sedikitnya tiga orang pekerja harus mengalami luka bakar sehingga harus mendapatkan perawatan intensif dari pihak rumah sakit.(egy)Sumber: GoRiau.com, Surat Kabar Online, http://www.goriau.com/berita/dumai/berikut-rentetan-kecelakaan-kerja-pt-pertamina-dumai-sejak-2012.html

Disnakertrans Dumai Kecewa, Pertamina Lamban Laporkan Kecelakaan KerjaOnFriday, November 29th, 2013ByDP Dinata+ Dumai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Dumai menyayangkan sikap PT Pertamina RU II Dumai yang hingga kini belum melaporkan kasus kecelakaan kerja akibat kebakaran di kilang minyak yang menimbulkan 3 korban luka bakar, Minggu (24/11/2013) lalu. Hal ini disinyalir sebagai pelanggaran atas regulasi yang berlaku. Kepala Bidang Pengawasan dan Syarat Kerja Disnakertrans Kota Dumai, Muhammad Fadly menyebutkan, lambannya laporan dari PT Pertamina RU II Dumai jelas-jelas melanggar amanat UU yang mewajibkan perusahaan untuk memberikan keterangan selambat-lambatnya 224 jam sejak kecelakaan kerja terjadi.Pertamina lamban melaporkan kasus kecelakaan kerja. Hingga saat ini kami belum menerima laporan resmi kronologis kecelakaan kerja yang terjadi di kilang Pertamina pada Minggu (24/11) malam yang mengakibatkan 3 tenaga kerjanya mengalami luka bakar. Padahal perusahaan wajib memberikan laporan kronologis kecelakaan kerja maksimal 224 jam, ujar Fadly seperti dikutip dariHalloriau.com, Jumat (29/11/2013).Tak hanya itu, tak adanya laporan resmi hingga saat ini makin membuat Disnakertrans curiga adanya korban lain dalam peristiwa itu. Diduga korban terbakar akibat insiden itu lebih dari 3 orang. Informasi itu saya dapatkan langsung dari orang dalam. Oleh sebab itu, kami akan mengembangkan kasus ini, lanjut dia.Hingga saat ini dua dari tiga korban masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Pertamina RU II Dumai. Setelah terjadinya kasus ini, demikian Fadly, pihaknya akan menindaklanjuti fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan itu yang dinilai tidak berjalan baik. ***(hrc/mrn/DP)Sumber: http://www.pekanbaru.co/16844/disnakertrans-dumai-kecewa-pertamina-lamban-laporkan-kecelakaan-kerja/

Tanggapan: Apapun yang berkaitan dengan kecelakaan kerja adalah sesuatu yang harus dihindari. Tidak boleh ada satu celah dalam hal ini, karena apabila ada kesalahan sedikit saja dapat berakibat fatal. Oleh karena itu semua pihak mulai dari pekerja sendiri, pihak manajemen hingga orang-orang yang ada dan terlibat dalam pekerjaan itu harus memahami mekanisme kerja dan standar operasional yang baik. Karena tanpa adanya kesamaan cara kerja dan standar yang ditetapkan, maka kecelakaan bisa saja terjadi.Seharusnya PT Pertamina lebih memperketat dan memperhatikan keselamatan kerja, jangan hanya mementingkan produksi saja sementara keselamatan kerja bagi para pekerja tidak diperhatikan. PT Pertamina juga jangan menyepelekan kasus kecelakaan kerja. Karena kecelakaan kerja yang terjadi menunjukkan bahwa panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan bersangkutan tidak berjalan.Penerbit atau pemberi izin operasional PT Pertamina harus kembali meninjau ulang akan kelayakan dan standar keselamatan kerja di areal operasional Pertamina. Kelayakan operasional Pertamina harus ditinjau kembali apakah selama ini dilakukan peremajaan pada pabrik operasional Pertamina, sehingga sering terjadi insiden kecelakaan kerja.Tidak hanya itu, di setiap perusahaan juga harus memiliki ahli K3 yang mumpuni, dan jumlah ahli K3 tersebut tentunya harus disesuaikan dengan besar perusahaan serta banyaknya jumlah kerja di perusahaan tersebut.Para pekerjaAdakan pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja secara teratur. Juga lakukan investigasi terhadap kecelakaan kerja dan yang nyaris menimbulkan kecelakaan kerja. Buatlah suatu sistem di tempat kerja tersebut yang memungkinkan karyawan dapat mengingatkan pihak manajemen tentang adanya keadaan-keadaan bahaya atau yang berpotensi menimbulkan bahaya.