Tugas Kelompok Bab 6

12
2.1 PERBANDINGAN CROSS SECTION Analisis criss section (perbandingan dengan perusahaan atau industry yang sejenis) atau bermanfaast untuk melihat prestasi perusahaan relative terhadap industry dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relative terhadap industri. Apabila perusahaan memperoleh untung diatas industry manajemen perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila yang terjadi sebaliknya. Mendefinisikan industri sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain : 1. Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier Perusahaan bisa dikelompokkan berdasarkan bahan baku yang dipakai, bisa juga berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial Classification biasanya menggunakan criteria semacam ini juga banyak dipakai oleh lembaga lain. Perhatikan klasifikasi industri yang dikeluarkan oleh laporan Jakarta Stok Exchange (Bursa Efek Jakarta) untuk mengelompokkan saham-saham yang listing berdasarkan industri.

description

bab 6

Transcript of Tugas Kelompok Bab 6

Page 1: Tugas Kelompok Bab 6

2.1 PERBANDINGAN CROSS SECTION

Analisis criss section (perbandingan dengan perusahaan atau industry yang

sejenis) atau bermanfaast untuk melihat prestasi perusahaan relative terhadap

industry dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan

bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada

beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relative

terhadap industri. Apabila perusahaan memperoleh untung diatas industry

manajemen perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus

apabila yang terjadi sebaliknya.

Mendefinisikan industri sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah.

Industri yang bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa

elemen yang sama dengan perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain :

1. Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier

Perusahaan bisa dikelompokkan berdasarkan bahan baku yang dipakai,

bisa juga berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial

Classification biasanya menggunakan criteria semacam ini juga banyak

dipakai oleh lembaga lain. Perhatikan klasifikasi industri yang dikeluarkan

oleh laporan Jakarta Stok Exchange (Bursa Efek Jakarta) untuk

mengelompokkan saham-saham yang listing berdasarkan industri.

Tabel 2.1 Klasifikasi Industri di BEJ (Bursa Efek Jakarta, 2002)

I. Pertanian, kehutanan, dan perikanan

II. Makanan ternak

III. Pertambangan dan jasa pertambangan

IV. Konstruksi

V. Manufacturing and commercial

A. Makanan dan minuman

B. Manufaktur tembakau

C. Produk testil dan sejenisnya

D. Kertas dan produk-produk sejenisnya

E. Pakaian dan produk tekstil lainnya

F. Produk kertas dan sejenisnya

Page 2: Tugas Kelompok Bab 6

G. Produk kimia dan sejenisnya

H. Produk adhesive

I. Produk plastic dan gelas

J. Semen

K. Produk besi dan sejenisnya

L. Produk besi fabrikasi dan sejenisnya

M. Produk bata, beton, dan sejenisnya

N. Mesin

O. Kabel

P. Peralatan kantor dan elektronik

Q. Produk otomotif dan sejenisnya

R. Peralatan fotografi

S. Farmasi

T. Barang bahan konsumsi (sabun, pasta gigi, dll)

VI. Pelayanan transportasi

VII. Komunikasi

VIII. Perdagangan retail dan whole sale

IX. Perbankan, lembaga keuangan selain bank, lembaga sekuritas, ansuran,

dan real estate

A. Perbankan

B. Lembaga keuangan selain bank

C. Asuransi

D. Property dan real estate

X. Hotel dan pelayanan travel

XI. Perusahaan holding dan investasi lainya

XII. lainnya

2. Kesaman dari sisi permintaan

Pendekatan ini menggunakan produk-produk yang dihasilkan sebagai

criteria pengelompokan industri. Apabila produk-produk memenuhi

kebutuhan yang sama, dan produk-produk tersebut merupakan substitusi

Page 3: Tugas Kelompok Bab 6

satu sama lainnya, maka produk-produk tersebut masuk dalam kelompok

industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon yang

pendek yaitu produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga

mempunyai horizon jangka panjang yaitu produk-produk yang saling

berkompetisi pada beberapa tahun mendatang (missal sepuluh tahun

mendatang). Perspektif jangka pendek mempunyai relevansi yang tinggi

karena membicarakan situasi saat ini, tetapi perspektif jangka panjang

membuat perusahaan waspada terhadap kemungkinan perubahan

persaingan. Produk yang saat ini bukan merupakan pesaing, barangkali

merupakan pesaing potensial yang akan menjadi pesain sesungguhnya

pada masa mendatang.sebagai contoh, mesin fax saat ini tidak bersaing

secara langsung dengan computer PC. Tetapi pada masa mendatang

dengan semakin berkembangnya PC yang mempunyai kemampuan fax

dan modem, maka PC akan menjadi pesaing serius mesin fax. Keduanya

akan memenuhi kebutuhan generic yang sama, yaitu kebutuhan

komunikasi.

3. Kesamaan dalam atribut keuangan

Dari sudut pandang investasi, saham-saham yang mempunyai beberapa

kesamaan atribut bisa dimasukan ke dalam satu kelompok. Contoh atribut

yang relevan adalah risiko, rasio PER (price Earning Ratio), dan

kapitalisasi pasar untuk menentukan besar kecilnya kapitalisasi saham.

Investor yang inggin menginvestasikan dananya ke saham kecil

(kapitalisasi pasar kecil) barangkali akan memilih 25% saham paling kecil,

dan membanding-bandingkan saham-saham yang mempunyai nilai

kapitalisasi yang kecil.

Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebagai perbandingan,

analis juga bisa menggabungkan ketiga atribut diatas. Misalkan sebuah

perusahaan transportasi dengan asset tidak terlalu besar (missal Rp 1.5M), maka

perbandingan yang tepat adalah perusahaan trasportasi lainnya dan yang

mempunyai asset yang hamper sama besarnya. Membandingkan perusahaan

Page 4: Tugas Kelompok Bab 6

tersebut dengan perusahaan trasportasi lain yang mempunyai asset Rp 100M

barangkali tidak sepenuhnya tepat.

Di Negara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan industri sejenis

biasanya bisa dicari. Tetapi tidak demikian halnya dengan data industri di Negara-

negara yang belum maju seperti di Indonesia. Saat ini perusahaan yang go public

dan listing di BEJ mencapai sekitar 200 saham (bandingkan dengan New York

Stock Exchange yang mencapai sekitar 1.700 saham). Sebagian besar perusahaan

di Indonesia masih belum go public. Perusahaan-perusahaan yang belum go

public biasanya tidak memberikan laporan keuangan ke public, dan dengan

demikian data perbandingan akan sulit diperoleh. Perkecualian barangkali bank-

bank yang mempunyai data-data keuangan nasabahnya. Tetapi data semacam ini

barangkali akan sulit diakses oleh perusahaan lain, meskipun perbandingan.

Kalaupun menggunakan data perusahaan go public, masih bisa dipertanyakan

apakah perusahaan yang dipakai sudah ‘’representatif’’ karena data industri

tersebut tidak memasukkan perusahaan yang tidak go public (private). Masalah ini

akan semakin rumit apabila perusahaan yang tidak go public tersebut merupakan

perusahaan yang dominan dalam industri tersebut.

Peusahaan Publik Penjualan ( 1993 ) Sektor Usaha

1. Exxon

2. General motors

3. Mobil

4. Ford motor

5. IBM

6. Texaco

7. Du pont

8. Phibro Solomon

9. Amoco

10. Chevron

Perusahaan Private

1. Cargill

2. Mocatta metals

88.6

74.6

54.6

44.5

40.2

40.1

35.4

29.8

27.6

27.3

28.6

26.5

Minyak dan gas

Otomotif

Minyak dan gas

Computer

Minyak dan gas

Kimia, minyak dan gas

Perdagangan dan keuangan

Minyak dan gas

Minyak dan gas

Biji

Dealler bullion

Page 5: Tugas Kelompok Bab 6

Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak ‘’jelasnya’’ industri yang

akan dipakai sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi

tidak hanya pada satu sektor usaha saja, tetapi melakukan diversifikasi pada

beberapa sektor. Konglomerasi semacam bimantara atau salim group mempunyai

ratusan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang sangat beragam.

Apabila perusahan semacam itu menerbitkan laporan keuangan per segmen usaha,

maka analisis akan tertolong. Karena bisa menggunakan segmen yang relevan

dalam analisis. Tetapi biasanya perusahaan semacam itu tidak menerbitkan

laporan persegmen, laporan yang dihasilkan biasanya laporan konsolidasi yang

mencakup semua jenis usaha. Laporan konsolidasi tentu saja kurang relevan

dalam analisis perbandingan.

Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok yang tertentu,

teapi juga mempunyai usaha pada sektor lain yang barangkali tidak terlalu domain

proporsinya. Kebanyakan laporan keuangan perusahaan semacam ini juga bersifat

konsolidasi, tidak melaporkan persegmen. Perhatikan urut-urut semacam ini.

A. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan. Laporan

keuangan tersedia.

B. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang

dominan pada sektor yang relevan. Laporan keuangan tersedia.

C. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling

dominan (mirip dengan konglomerasi). Sulit menentukan sektor usaha

yang relevan. Laporan keuangan per segmen tersedia.

D. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling

dominan. Sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan

hanya berupa laporan konsolidasi.

E. Perusahaan private, tidak ada laporan keuangan yang dipublikasikan.

(sektor usaha yang relevan adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan

perbandingan).

Perhatikan bahwa industry yang relative ‘’jelas’’ adalah industry dengan

perusahan- perusahaan masuk dalam kategori A. kategori lainnya memerlukan

Page 6: Tugas Kelompok Bab 6

pertimbangan tersendiri untuk menentukan bagaimana sebaiknya suatu industri di

definisikan. Perusahaan dalam kategori E barangkali sangat sulit dianalisis karena

tidak adanya data relevan yang tersedia. Perusahaan dalam kategori D juga sulit

dianalisis karena laporan keuangan yang tersedia masih bersifat konsolidasi.

Menetukan industri yang paling tepat untu perbandingan dan mengkomunikasikan

ke pihak eksternal kadang-kadang bukan merupakan pekerjaan yang mudah.

Sebagai contoh, bankers trust adalah bank yang terlibat dalam jual beli surat-surat

berharga (sering disebut sebagai market maker). Sifat usaha semacam ini lebih

berisiko dibandingkan dengan usaha perbankan konversional yang memfokuskan

pada manajemen tingkat bunga (mengelola spread tingkat bunga deposito dengan

tingkat bunga pinjaman). Tetapi pasar keuangan (dan juga para analisnya)

mengelompokan bankers trust kedalam kelompok perbankan, yang

mengakibatkan usaha bankers trust tampak lebih berisiko dibandingkan rata-rata

industri. Akibatnya rasio per bankers trust lebih rendah dibandingkan

dibandingkan rasio per industri, karena ada persepsi bahwa bankers trust lebih

berisiko dibandingkan dengan rata-rata industri. Misalkan bankers trust

dibandingkan dengan kelompok investment bank (seperti salomon brothers) yang

terlibat dalam jual beli saham dan surat berharga lainya, barangkali bankers trust

tidak akan nampak tinggi risikonya, dengan hasil per-nya tidak terlalu rendah

dibandingkan per industri.

Pada beberapa situasi barangkali tidak tersedia angka industri di dalam

negeri. Contoh yang paling ekstrem adalah maskapai penerbangan Singapura

(Singapore Airlines/SIA) yang merupakan satu-satunya maskapai penerbangan di

Singapura. Di Indonesia kita mempunyai PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api)

yang merupakan satu-satunya angkutan kereta api di Indonesia. Dalam situasi

semacam ini perbandingan dengan rata-rata industri dosmetik tidak mungkin

dilakukan. Dalam kasus Singapore Airlines, analisis barangkali bisa

membandingkan angka-angka SIA dengan angka-angka dari maskapai lainya

seperti Malaysia Airlines (MAS), British Airways. Dalam kasus PJKA, barangkali

bisa membandingkan secara langsung dengan perusahaan kereta api dinegara-

negara lainya, karena meskipun sama-sama bergerak dalam industri kereta api,

Page 7: Tugas Kelompok Bab 6

tetapi kondisi lingkungan di negara-negara lain barang kali akan sangat berbeda

dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Sebagai contoh, di Indonesia perusahaan

kereta api yang merupakan BUMN akan dibebani tugas sebagai agen social yang

mempunyai misi menjalankan tugas social tanpa memikirkan keuntungan.

Sementaradi Negara lain misi semacam ini barangkali tidak ada. PJAK di

Indonesia memegang monopoli angkutan kereta api, meskipun barangkali ada

pengendalian harga. Di luar negeri barangkali persaingan yang terjadi merupakan

persaingan yang sempurna. Dengan beberapa keterbatasan tadi analisis

memerlukan pertimbangan- pertimbangan dalam menentukan perbandingan yang

tepat untuk PJAK. Barangkali perbandingan dengan standard internal (target)

akan lebih tepat diterapkan untuk PJAK dengan asumsi target tadi disusun secara

realistis.

Berikut ini rasio-rasio keuangan untuk beberapa Negara. Untuk Indonesia

bisa dilihat pada lampiran.

Table 2.2 perbandingan rasio-rasio keuangan internasional

Jepang Korea Amerika Serikat

Rasio lancer total hutang ke

Total aset times interest

Earned perputara

Persedian rata-rata

Umur piutang

profit margin return on total

Asset

1.15

0.84

1.60

5.00

86 hari

0.013

0.012

1.13

0.78

1.80

6.60

33 hari

0.023

0.028

1.94

0.47

6.50

6.80

43 hari

0.054

0.074

Secara umum nampak bahwa perusahaan Amerika Serikat lebih likuid,

solvable, efisien, dan menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan Jepan dan

Korea. Apakah perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan akuntansi? Setelah

perbedaan akuntansi disesuaikan nampak bahwa kesimpulan di atas masih tetap

berlaku, sehingga perbedaan akuntansi nampaknya tidak mempengaruji

kesimpulan diatas. Pertanyaan berikutnya adalah apakah perbedaan ini disebabkan

Page 8: Tugas Kelompok Bab 6

oleh perbedaan faktor budaya dan institusional. Sampai saat ini riset belum

mengarah sampai ke riset untuk menjawab pertanyaan tersebut. Barangkali

pertanyaan tersebut akan sangat relevan untuk dijawab atas perbedaa-perbedaan

yang terjadi antar Negara tersebut.