Tugas Kegiatan Belajar 2 Mandas

5
Tugas kegiatan belajar 2 1. Secara kelompok, mahasiswa diminta untuk menetapkan suatu kegiatan (proyek) yang ada (existing) pada sistem alami wilayah DAS Brantas. Catatan: kegiatan yang ditetapkan oleh satu kelompok tidak boleh sama dengan kelompok yang lain. Kegiatan yang ditetapkan oleh kelompok kami adalah konservasi hutan di daerah hulu DAS Brantas yang telah mengalami degradasi lahan. Berbagai sumber telah meneliti kekritisan dan degradasi lahan di DAS Brantas Hulu. BPDAS (2003a, 2003b dan 2003c) menghitung tingkat erosi teoritik diDAS Brantas Hulu telah mencapai 2,9 mm tahun -1 . PU (2005) laju erosi teoritik dihitung sebesar 2,8 mm tahun -1 atau setara 4,49 juta m3 tahun -1 . Sedangkan Valiant (2007) menggunakan data satelit ASTER (2005) menghitung tingkat erosi teoritik di Brantas mencapai 2,8 mm tahun -1 . Laju erosi ini mengindikasikan adanya degradasi lahan secara sistematis, di mana hutan dan lahan yang semula tertutup vegetasi dibuka untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh dapat dilihat hasil kajian PU (2005) pada Sub-DAS Sumber-Brantas (luas 182 km2) yakni bagian paling hulu DAS Brantas: luas hutan tersisa 42,41 km 2 (23%), semak 29,67 km 2 (16%), lahan rumput 1,66 km 2 (1%), sawah 24,72 km 2 (14%), pemukiman 20,95 km 2 (12%) dan lain-lain seperti kebun/ladang 62,59 km 2 (34%). Kegiatan konservasi di kawasan hulu dilakukan bersama masyarakat kebanyakan menggunakan tanaman berkayu dari jenis sengon (Albiziachinensis), Jabon (Neolamarckiacadamba), dan pinus/tusam (Pinusmerkusii ). Ketiga jenis tanaman ini memiliki sebaran di kawasan Asisa dan sesuai dengan keikliman tropis (dataran dibawah 11.800 mdpl). Konservasi menggunakan tanaman jabon, sengon maupun pinus dilatarbelakangi manfaat ekonomi. Jabon dan pinus merupakan penghasil kayu dengan kekuatan kelas sedang, sedangkan sengong merupakan penghasil kayu kelas ringan. Analisi terhadap kegiatan konservasi yang dilakukan Perum Jasa Tirta 1 (2012-2013)

description

mandas

Transcript of Tugas Kegiatan Belajar 2 Mandas

Tugas kegiatan belajar 2

1. Secara kelompok, mahasiswa diminta untuk menetapkan suatu kegiatan (proyek) yang ada (existing) pada sistem alami wilayah DAS Brantas. Catatan: kegiatan yang ditetapkan oleh satu kelompok tidak boleh sama dengan kelompok yang lain.

Kegiatan yang ditetapkan oleh kelompok kami adalah konservasi hutan di daerah hulu DAS Brantas yang telah mengalami degradasi lahan. Berbagai sumber telah meneliti kekritisan dan degradasi lahan di DAS Brantas Hulu. BPDAS (2003a, 2003b dan 2003c) menghitung tingkat erosi teoritik diDAS Brantas Hulu telah mencapai 2,9 mm tahun-1. PU (2005) laju erosi teoritik dihitung sebesar 2,8 mm tahun-1 atau setara 4,49 juta m3 tahun-1. Sedangkan Valiant (2007) menggunakan data satelit ASTER (2005) menghitung tingkat erosi teoritik di Brantas mencapai 2,8 mm tahun-1.Laju erosi ini mengindikasikan adanya degradasi lahan secara sistematis, di mana hutan dan lahan yang semula tertutup vegetasi dibuka untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh dapat dilihat hasil kajian PU (2005) pada Sub-DAS Sumber-Brantas (luas 182 km2) yakni bagian paling hulu DAS Brantas: luas hutan tersisa 42,41 km2 (23%), semak 29,67 km2 (16%), lahan rumput 1,66 km2 (1%), sawah 24,72 km2 (14%), pemukiman 20,95 km2 (12%) dan lain-lain seperti kebun/ladang 62,59 km2 (34%).Kegiatan konservasi di kawasan hulu dilakukan bersama masyarakat kebanyakan menggunakan tanaman berkayu dari jenis sengon (Albiziachinensis), Jabon (Neolamarckiacadamba), dan pinus/tusam (Pinusmerkusii). Ketiga jenis tanaman ini memiliki sebaran di kawasan Asisa dan sesuai dengan keikliman tropis (dataran dibawah 11.800 mdpl). Konservasi menggunakan tanaman jabon, sengon maupun pinus dilatarbelakangi manfaat ekonomi. Jabon dan pinus merupakan penghasil kayu dengan kekuatan kelas sedang, sedangkan sengong merupakan penghasil kayu kelas ringan. Analisi terhadap kegiatan konservasi yang dilakukan Perum Jasa Tirta 1 (2012-2013) misalnya, menunjukan sekitar 40% tanaman konservasi yang ditanam bersama masyarakat adalah dari ketiga jenis pohon diatas.

Valiant, Raymond. 2014. Penurunan Kualitas Lahan (Degradasi Lahan) : Studi Kasus di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu. Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijawa. Malang.

2. Mengidentifikasi input alami dan input manajemen yang digunakan pada suatu kegiatan yang telah ditetapkan pada nomor 1 di atas.

Input alami :

Input alami yang digunakan demi mensukseskan kegiatan konservasi hutan dengan konservasi menggunakan tanaman jabon, sengon maupun pinus adalah dengan mendatangkan bibit-bibit tersebut dari dalam daerah itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agak terciptanya interaksi yang baik antara tanaman local dengan lingkungan sekitar. Kemudian perlunya menggunakan input alami lainnya seperti dengan menggunakan pupuk organic yang diolah atau diperoleh dari lingkungan sekitar. Penggunaan pupuk organic ini dimaksudkan guna menambah kebutuhan unsure hara bagi tanaman. Sebenarnya lahan hutan telah mampu memenuhi kebutuhan unsure haranya tersendiri, tetapi dengan penambahan bahan organic pada tanah ataupun tanaman yang ditanam dapat dimaksudkan untuk membantu tanaman yang belum cukup dewasa dalam memperoleh unsure hara. Karena tanaman yang masih kecil cenderung memiliki perakaran yang pendek dan belum menyebar maka tanaman menjadi sulit untuk memperoleh unsure hara yang berada pada tanah bagian dalam. Pupuk organic yang digunakan haruslah pupuk organic yang dibuat atau diproduksi oleh masyarakat sekitar daerah konservasi. Hal ini berguna bagi pemberdayaan sumber daya pada daerah sekitar dan fungsi social lainnya.

Input Manajemen :

DAS bagian hulu mempunyai peran penting, terutama sebagai tempat penyedia air untuk dialirkan ke bagian hilirnya. Oleh karena itu bagian hulu DAS seringkali mengalami konflik kepentingan dalam penggunaan lahan, terutama untuk kegiatan pertanian, pariwisata, pertambangan, serta permukiman. Mengingat DAS bagian hulu mempunyai keterbatasan kemampuan, maka setiap kesalahan pemanfaatan akan berdampak negatif pada bagian hilirnya. Pada prinsipnya, DAS bagian hulu dapat dilakukan usaha konservasi dengan mencakup aspekaspek yang berhubungan dengan suplai air dan lain-lain. Kegiatan manajemen yang perlu dilakukan guna mensukseskan kegiatan konservasi yang dilakukan dengan cara konservasi menggunakan tanaman jabon, sengon maupun pinus adalah:

1. Kegiatan pengaturan pola atau kegiatan pertanaman tanaman konservasi.

Pengaturan pola tanam atau teknis-teknis dalam kegiatan penanaman perlu dilakukan agar kita dapat menghasilkan kualitas tanaman yang baik dan tentunya akan berdampak baik pada lingkungan atau daerah sekitar

2. Perawatan

Kegiatan perawatan juga amatlah penting, dikarenakan tanpa melakukan perawatan kita tidak dapat menjamin apakah program atau kegiatan yang kita jalankan dapat berjalan dengan baik kedepannya. Dengan perawatan kita dapat memperkecil tingkat kegagalan dari teknik konservasi yang kita lakukan.

3. Pengawasan

Setelah melakukan kegiatan perawatan lalu perlu kegiatan pengawasan atau monitoring. Kegiatan ini berguna sebagai alat control dalam kegiatan konservasi yang dilakukan.

3. Mengidentifikasi output (produk utama, produk samping, residu dan sisa buangan) dari kegiatan yang telah ditetapkan pada nomor 1 di atas.

Output

Dari hasil input yang ada, kemudian dikelola dengan optimal oleh manusia agar dapat menghasilkan output yang berkualitas. Manusia melakukan pengelolaan yang optimal di kawasan hutan. Kegitan yang utama yaitu produksi kayu yang mana menggabungkan antara input yang didapat, agar dapat menghasilkan hasil yang berkualitas baik.

Ada beberapa output yang dihasilkan yaitu dari output pengelolaan hutan dan output kegiatan produksi kayu. Untuk output utama kegiatan produksi kayu berupa produk kayu untuk bangunan ataupun kayu bakar. Sedangkan untuk output pengelolaan hutan akan menghasilkan output air/mata air, serta keanekaragaman hayati yang terdapat dihutan tersebut yang dapat di manfaatkan sebagai kawasan wisata ataupun konservasi.

amrizal

angiid

ibnu