tugas kebudayaan fleres.docx

44
TUGAS ILMU KEPERAWATAN DASAR MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU FLORES Nama : Indry Veiby Menajang Nim : 120114081 Kelas : A2 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAMRATULANGI MANADO

description

parulian

Transcript of tugas kebudayaan fleres.docx

Page 1: tugas kebudayaan fleres.docx

TUGAS ILMU KEPERAWATAN DASAR

MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU FLORES

Nama : Indry Veiby Menajang

Nim : 120114081

Kelas : A2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAMRATULANGI MANADO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2012

Page 2: tugas kebudayaan fleres.docx

DAFTAR ISI

Bab I PENDAHULUAN

Latar belakang...............................................................................

Bab II PEMBAHASAN

Teori...............................................................................................

Bab III PENUTUP

Kesimpulan....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: tugas kebudayaan fleres.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Flores berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Flores termasuk dalam gugusan

kepulauan sundah kecil bersama Bali dan NTB, dengan luas wilayah sekitar 14.300

km². Daerah ini termasuk daerah yang kering dengan curah hujan rendah, memiliki

potensi bidang pertanian yang rendah. Meskipun potensi di bidang pertanian rendah,

Flores memiliki potensi di bidang lain yang cukup menjanjikan. Tetapi sayang, tidak

banyak yang tahu mengenai potensi tersebut. Potensi pariwisata dan budaya Flores

dianggap akan dapat memakmurkan perekonomian daerah Flores.

Daerah Flores yang indah sangat mendukung untuk dikembangkannya

pariwisata disana. Ada banyak tempat-tempat indah di Flores yang bisa dikunjungi oleh

wisatawan, baik wisatawan luar negeri maupun dalam negeri, misalnya Air Terjun

Page 4: tugas kebudayaan fleres.docx

Kedebodu/Ae Poro, Kebun Contoh Detu Bapa, Air Panas Ae Oka Detusoko, Air Panas

Liasembe dan sebagainya. Tetapi pengembangan atas bidang ini masih sangat kurang.

Budaya Flores yang beraneka ragam juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para

wisatawan. Aneka tarian, lagu daerah, alat musik dan berbagai produk budaya lainnya

merupakan kekayaan Flores yang menuntut warganya untuk selalu melestarikannya.

Upacara-upacara adat yang unik juga dapat memberikan ciri khas bagi daerah Flores.

Apabila potensi-potensi di bidang budaya ini dikembangkan, akan dapat memajukan

dan meningkatkan perekonomian Flores di masa depan. Pembelajaran, pendalaman,

pengembangan dan pelestarian terhadap budaya-budaya Flores harus mulai dilakukan

sekarang, terutama oleh masyarakat Flores sendiri.

Page 5: tugas kebudayaan fleres.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI FLORES

I. SEJARAH FLORES

Nama Pulau Flores mulanya berasal dari bahasa Portugis “Cabo de Flores” yang

berarti “Tanjung Bunga”. Nama ini semula diberikan oleh S. M. Cabot untuk menyebut

wilayah paling timur dari pulau Flores. Nama ini kemudian dipakai secara resmi sejak

tahun 1636 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores

yang sudah hidup hampir empat abad ini sesungguhnya tidak mencerminkan kekayaan

flora yang dikandung oleh pulau ini. Karena itu, lewat sebuah studi yang cukup

mendalam Orinbao (1969) mengungkapkan bahwa nama asli Pulau Flores adalah Nusa

Nipa yang artinya Pulau Ular. Dari sudut Antropologi, istilah ini lebih bermanfaat

karena mengandung berbagai makna filosofis, kultural dan ritual masyarakat Flores.

Suku bangsa Flores dianggap merupakan percampuran etnis antara melayu,malanesia,

dan portugis. Dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan timor yang pernah menjadi

Koloni portugis, maka interaksi dengan kebudayaan portugis pernah terjadi dalam

kebudayaan Flores, baik melalui Genetik, Agama, dan Budaya.

II. POPULASI

Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.073.249 jiwa (2003) (BPS NTT).

Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan persentase 91% (mayoritas

Katolik), 8% Muslim, 0,6% Hindu atau Buddhis, dan 0,4% menganut kepercayaan

Page 6: tugas kebudayaan fleres.docx

tradisional. Nusa Tenggara Timur menjadi tempat perlindungan untuk kalangan kristen

di Indonesia yang menjauhkan diri dari konflik agama di Maluku dan Irian Jaya.

III. PEREKONOMI DAN MATA PENCAHARIAN

Menurut berbagai standar ekonomi, ekonomi di provinsi ini lebih rendah

daripada rata-rata Indonesia, dengan tingginya inflasi (15%), pengangguran (30%) dan

tingkat suku bunga (22-24%).

Berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat flores, suku Mehen di Flores

Timur mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah

mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo.

Potensi alam darat dan laut Pulau Flores dan Lembata sudah dikenal sejak

dahulu kala. Karena surplusnya potensi alam yang dimiliki itulah, sejak dahulu pula

Pulau Flores dijuluki nama Pulau Bunga. Inilah fakta alam yang harus disyukuri oleh

masyarakat penghuni Pulau Flores-Lembata.

Sebagian besar penduduk (85%) hidup dan bekerja pada sektor pertanian,

termasuk peternakan. Selebihnya bekerja pada sektor-sektor perdagangan, industri,

angkutan, jasa-jasa kemasyarakatan, dan lain-lainnya.

Orang Flores masih memiliki sikap sombong dan primitif. Orang Flores juga

tidak menghargai ilmu pengetahuan. Selain sombong dan primitif, orang Flores itu

feodal. Tradisi di masa lalu kemudian mempengaruhi sifat orang Flores yang sombong.

Sementara itu, sikap primitif terbentuk dari kepercayaan dinamisme yang dianut dulu,

yakni kepercayaan pada dewa-dewa (nitu).

Page 7: tugas kebudayaan fleres.docx

Adapun beberapa keutamaan orang flores antara lain :

a) Percaya kepada Tuhan yang Kuasa

Sebelum agama Katolik tiba di Flores, masyarakat di sana sudah mengenal

Tuhan yang Kuasa, yang disebut ‘Lera Wulan Tanah Ekan’ atau Tuhan Langit dan

Bumi. Orang Flores memiliki rasa syukur dan penyerahan diri yang begitu dalam

kepada Tuhan. Untuk memperkuat kenyataan bahwa seseorang bertindak benar dan

jujur, sekaligus memperingatkan lawannya, mereka berucap: "Lera Wulan Tanah Ekan

no-on matan": Tuhan mempunyai mata (untuk melihat), yang berarti Tuhan

mengetahuinya, ia maha tahu, ia maha adil, ia akan bertindak adil. Pada peristiwa

kematian, orang biasanya berkata: "Lera Wulan Tanah Ekan guti na-en": Tuhan

mengambil pulang miliknya.

Pada perayaan syukur sebelum panen, ada kewajiban bagi para anggota masyarakat

untuk mempersembahkan sebagian hasil panen itu sebagai tanda ucapan syukur kepada

Tuhan sebelum menikmati hasil panen tersebut. Adapun doa yang didaraskan sebagai

berikut:

Bapa Lera Wulan lodo hau Bapak Lera Wulan turunlah ke sini

Ema Tanah Ekan gere haka Ibu Tanah Ekan bangkitkan ke sini

Tobo tukan Duduklah di tengah

Pae bawan Hadirlah di antara kami

Ola di ehin kae (Karena) kerja ladang sudah berbuah

Here di wain kae (Karena) menyadap tuak sudah berhasil

Goong molo Makanlah terlebih dahulu

Page 8: tugas kebudayaan fleres.docx

Menu wahan Minumlah mendahului kami

Nein kame mekan Barulah kami makan

Dore menu urin Barulah kami minum kemudian

b) Kejujuran dan Keadilan

Kepercayaan yang kuat dan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan

menimbulkan nilai-nilai keutamaan lainnya yang juga dijunjung tinggi orang Flores

seperti kejujuran dan keadilan. Nilai ini muncul sebagai keyakinan bahwa ‘Tuhan

mempunyai mata’ (Lera Wulan Tanah Ekan no-on matan) . Tuhan melihat semua

perbuatan manusia, sekalipun tersembunyi. Dia menghukum yang jahat dan mengganjar

yang baik.

Sifat dan tabiat kejujuran ini sangat menarik perhatian Vatter (1984: 56). Dia

mencatat, hormat terhadap hak milik oang lain tertanam sangat kuat di benak orang

Flores. Pencurian termasuk pelanggaran berat di Flores. Pada zaman dahulu dikenakan

hukuman mati, dan saat ini pencuri dikenai sangsi adat berupa denda yang sangat besar.

c) Penghargaan yang Tinggi akan Adat dan Upacara Ritual

Studi Graham (1985) mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sosial-budaya

masyarakat Flores Timur, ada empat aspek yang memainkan peranan penting, yaitu

episode-episode dalam mitos asal-usul, dan tiga simbol ritual lainnya yakni nuba nara

(altar/batu pemujaan), korke (rumah adat), dan namang (tempat menari yang biasanya

terletak di halaman korke). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang Flores

memiliki penghargaan yang sangat tinggi akan adat-istiadat dan upacara-upacara ritual

warisan nenek-moyangnya.

Page 9: tugas kebudayaan fleres.docx

Mitos cerita asal-usul dipandang sebagai unsur terpenting dalam menentukan otoritas

dan kekuasaan

d) Rasa Kesatuan Orang Flores

Ikatan kolektif yang sangat kuat dalam masyarakat Lamaholot terjadi pada

tingkat kampung atau Lewo. Masyarakat Lamaholot pada umumnya memiliki

keterikatan yang khas dengan Lewotanah atau tempat tinggal. Melalui ukuran kampung,

mereka membedakan dirinya dengan orang dari kampung lainnya. Kampung merupakan

kelompok sosial terbesar, dan kesadaran berkelompok hampir tidak melampaui batas

kampung (Vatter, 1984: 72-73).

Di Flores sebetulnya tidak ada kesadaran akan persatuan yang bertopang pada

pertalian genealogis, historis maupun politis. Seperti disebutkan di atas, keterikatan

mereka lebih disebabkan faktor kesamaan tempat tinggal atau kampung.

Itulah sebabnya orang Flores cenderung menyapa sesamanya dengan sebutan

kekerabatan (Om, Tante, Kakak, Adik atau mengaku sebagai saudara). Mereka juga bisa

menghargai perbedaan politis, agama, etnis bila mereka telah diikat dalam satu kesatuan

tempat tinggal. Rasa kesatuan seperti ini, kadang-kadang membuat orang Flores

menjadi sedikit bersifat etnosentris.

Kesaksian menarik juga ditulis Kapten Tasuku Sato dan P Mark Tennien dalam

buku I REMEMBER FLORES, penerbit Farrar, Straus and Cudahy, New York, 1957.

Kapten Tasuku Sato yang lahir di Taipei pada Oktober 1899, pernah menjabat

Komandan Angkatan Laut Jepang di Flores pada 1943. Tasuku Sato menulis: “...

Page 10: tugas kebudayaan fleres.docx

Penduduk pribumi Flores memiliki bakat musikal luar biasa. Mereka dapat mempelajari

lagu baru dan langsung melagukannya dalam sekli dengar.”

“Orang-orang Flores mempunyai bakat alam dalam bidang musik. Mereka dapat

mempelajari lagu dengan cepat dan baik sekali. Mereka juga menirukan lagu-lagu

Jepang dengan cepat. Orang-orang Flores juga mudah menangkap lagu-lagu yang

mereka dengar dari radio, lalu menirukannya. Mereka mempunyai orkes asli yang

terdiri atas bermacam-macam drum. Lagunya hidup dan sedap didengar. Di bawah

pengawasan komisi kebudayaan, anak-anak diajarkan melagukan dan memainkan

nyanyian-nyanyian Jepang....”

Masih ada satu hal yang penting menjadi catatan. Jika orang Flores, menurut

Max Weber, mempunyai bakat musikal yang sangat tinggi.

B. SISTEM KEMASYARAKATAN

Dalam masyarakat sub-sub suku bangsa di flores yang kuno ada suatu sistem

strafikasi sosial kuno, yang terdiri dari tiga lapisan. Dasar dari pelapisan itu ialah

keturunan dari klen-klen yang dianggap mempunyai sifat keaslian atau asas senioritet.

Biasanya ada tiga lapisan sosial. Pada orang manggarai misalnya ada lapisan orang

kraeng, lapisan orang ata ehe dan lapisan orang budak. Pada orang Ngada misalnya ada

lapisan orang gae meze, lapisan orang gae kisa dan juga lapisan orang budak (azi ana).

Lapisan kraeng dan gae meze, adalah lapisan orang bangsawan yang secara khusus

terbagi lagi dalam beberapa sub lapisan, tergantung kepada sifat keaslian dari klen-klen

tertentu, yang dianggap secara historis atau menurut dongeng-dongeng mitodologi, telah

menduduki suatu daerah tertentu lebih dahulu dari klen-klen yang lain. Demikian warga

Page 11: tugas kebudayaan fleres.docx

dari klen-klen yang berkuasa dalam dalu-dalu atau glaring-glarang, pada orang

Manggarai, termasuk lapisan kraeng.

Lapisan ata leke dan gae kisa adalah lapisan orang biasa, bukan keturunan

orang-orang senior. Orang ata leke biasanya bekerja sebagai petani, tukang-tukang atau

pedagang, walau banyak dari orang bangsawan ada juga yang dalam kehidupan sehari-

hari juga hanya menjadi saja

1. orang-orang yang ditangkap dalam peperanagn, baik dari sub suku bangsa sendiri,

maupun dari suku bangsa lain atau pulau lain

2. kecuali itu orang-orang yang mempunyai hutang dan tidak mampu membayar lagi

hutang mereka

3. dan akhirnya orang-orang yang dijatuhi hukuman untuk menjadi budak, karena

pelanggaran adat.

Sistem kemasyarakatan masing-masing etnis di Flores pada dasarnya hampir sama,

hanya beberapa hal saja dan istilahnya saja yang berbeda.

C. POLA PERKAMPUNGAN

Pola perkampungan dari desa-desa kuno biasanya merupakan suatu lingkaran

dengan tiga bagian, yaitu depan, tengah, belakang. Desa-desa di Flores ( Beo di

Manggarai) , dulu biasanya dibangun di atas bukit-bukit untuk keperluan pertahanan

dikelilingi dengan sebuah pagar dari bambu yang tingginya dua sampai tiga meter,

sedangkan pagar itu seringkali dikelilingi secara padat dengan tubuh-tumbuhan belukar

yang berduri.Akan tetapi pada masa sekarang sudah banyak desa-desa yang dibangun di

Page 12: tugas kebudayaan fleres.docx

daerah tanah datar di kaki bukit, sifatnya lebih terbuka , pagar sering tidak ada lagi ,

selain itu susunan kuno tersebut juga sudah sering tidak diperhatikan lagi

D. RELIGI

Keyakinan (religi) terhadap 'Yang Maha Tinggi' merupakan unsur maha penting

dalam berbagai kehidupan sehari-hari. Mulai dari bercocok tanam (berladang) hingga

perkawinan.

Kristianitas, khususnya Katolik, sudah dikenal penduduk Pulau Flores sejak

abad ke-16. Tahun 1556 Portugis tiba pertama kali di Solor. Tahun 1561 Uskup Malaka

mengirim empat misionaris Dominikan untuk mendirikan misi permanen di sana. Tahun

1566 Pastor Antonio da Cruz membangun sebuah benteng di Solor dan sebuah Seminari

di dekat kota Larantuka. Tahun 1577 saja sudah ada sekitar 50.000 orang Katolik di

Flores (Pinto, 2000: 33-37). Kemudian tahun 1641 terjadi migrasi besar-besaran

penduduk Melayu Kristen ke Larantuka ketika Portugis ditaklukkan Belanda di Malaka.

Sejak itulah kebanyakan penduduk Flores mulai mengenal kristianitas, dimulai dari

Pulau Solor dan Larantuka di Flores Timur kemudian menyebar ke seluruh daratan

Flores dan Timor. Dengan demikian, berbeda dari penduduk di daerah-daerah lain di

Indonesia, mayoritas masyarakat Pulau Flores memeluk agama Katolik.

Meskipun kristianitas sudah dikenal sejak permulaan abad ke-16, kehidupan

keagamaan di Pulau Flores memiliki pelbagai kekhasan. Bagaimanapun, hidup

beragama di Flores –sebagaimana juga di berbagai daerah lainnya di Nusantara (lihat

Muskens, 1978)-- sangat diwarnai oleh unsur-unsur kultural yaitu pola tradisi asli

warisan nenek-moyang.

Page 13: tugas kebudayaan fleres.docx

Untuk dapat mengenal secara singkat gambaran agama-agama di Flores, Tabel 1

mendeskripsikan 'wujud tertinggi' orang Flores. Tabel itu menunjukkan bahwa orang

Flores memiliki kepercayaan tradisional pada Dewa Matahari-Bulan-Bumi.

Kepercayaan yang bersifat astral dan kosmologis ini berasal dari pengalaman hidup

mereka yang agraris, yang hidup dari kebaikan langit (hujan) dan bumi (tanaman)

(Fernandez, 1990). Lahan pertanian yang cenderung tandus membuat orang Flores

sungguh-sungguh berharap pada penyelenggaraan Dewa LanTabel 1 Wujud Tertinggi

Orang Flores

Agama islam di Flores termasuk minoritas dalam hal jumlahnya dan terbagi atas :

1. Komunitas Islam asli Flores.

Latar belakang mereka yaitu sama-sama penduduk bumiputra yang mula-mula

menganut ‘agama asli’ atau meminjam istilah Bung Karno ‘orang kafir’. Dalam buku

sejarah, agama asli biasa disebut animisme-dinamisme. Ketika datang agama baru, baik

Katolik atau Islam, penduduk mulai konversi alias pindah agama. Agama asli identik

dengan kekolotan atau primitivisme karena terkait erat dengan dukun-dukun serta

kepercayaan alam gaib yang sulit diterima di alam moderen.

Karena sama-sama asli Lembata, Adonara, Solor, Flores Timur daratan, jemaat

Islam ini benar-benar menyatu dengan umat Katolik atau penganut agama asli. Sama-

sama diikat oleh adat, budaya, serta keturunan yang sama. Kalau diusut-usut, golongan

ini punya hubungan darah yang sangat erat.

Page 14: tugas kebudayaan fleres.docx

2. Komunitas Islam pesisir.

Mereka ini campuran antara pendatang dan penduduk asli yang sudah

bercampur-baur secara turun-temurun. Disebut pesisir karena tinggalnya di pesisir,

bekerja sebagai nelayan ulung. Selain itu, mereka pedagang ‘papalele’ hingga pedagang

besar.

Mereka menganut Islam berkat dakwah para pedagang atau pelaut Sulawesi,

Sumatera, Jawa, Sumbawa. Ada juga nelayan Sulawesi yang akhirnya menetap di Flores

karena kerap bertualang di laut. Ada tanah kosong di pinggir laut, lantas mereka

mendirikan rumah di tempat tersebut. Akhirnya, muncul banyak kampung-kampung

khusus Islam di beberapa pesisir Flores Timur.

Berbeda dengan Islam jenis pertama (asli Flores), golongan kedua ini benar-

benar pelaut sejati. Di beberapa tempat, rumah mereka bahkan dibuat di atas laut.

Karena tak punya tanah, namanya juga pendatang, mereka tidak bisa bertani. Kerjanya

hanya mengandalkan hasil laut, tangkap ikan, serta berdagang.

3. Komunitas Islam pendatang baru.

Berbeda dengan komunitas pertama dan kedua, komunitas ketiga ini pendatang

baru dalam arti sebenarnya. Mereka datang, bekerja, dan menetap di Flores Timur,

menyusul gerakan transmigrasi pada era 1970, 1980 dan seterusnya sampai sekarang.

Ada juga yang pegawai negeri sipil, pegawai swasta, profesional yang bekerja di Flores.

Mereka tidak memiliki kampung seperti muslim asli dan muslim pesisir. Kampungnya

di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan seterusnya. Komunitas ketiga ini juga tak

bisa berbahasa daerah seperti orang Lamahala atau Lamakera. Bahasanya antara lain:

Page 15: tugas kebudayaan fleres.docx

bahasa Jawa, bahasa Betawi, bahasa Padang, dan seterusnya. Komunikasi dengan

penduduk lokal, tentu saja, dengan bahasa Indonesia.

Walaupun agama sudah masuk ke wilayah ini sejak abad 16 dan 17 dan terus

berkembang sampai sekarang namun faktor kepercayaan asli masih belum hilang di

kalangan penduduk, terutama yang tinggal di pedalaman. Kepercayaan di daerah ini erat

hubungannya dengan kultus pertanian dan arwah nenek moyang. Dengan hubungannya

kepercayaan baru dan agama baru di samping kepercayaaan tradisional, sering timbul

dulisme, disatu pihak berdasarkan agama yang dianut, di lain pihak didasari

kepercayaan tradisional di dalam upacara-upacara yang dilaksanakan.

1. Upacara Kelahiran

2. Upacara Menjelang dewasa

3. Upacara Perkawinan

4. Upacara Kematian

5. Upacara Pembangunan Rumah

6. Upacara Penutupan Bulan Maria

7. Upacara Adat di Sampar

8. Iyegerek

9. Takung

10. Upacara Giit Mendong

11. Tradisi Megalitik di Flores

12. Nyale

13.Pasola

Page 16: tugas kebudayaan fleres.docx

14. Etu

15. Toalako

E. PRODUK BUDAYA

1. Rumah Adat

Rumah tradisional Flores telah lama menjadi perhatian para peneliti dari luar

Indonesia. Menurut para ahli itu rumah tradisional dikategorikan dalam boat

communities karena adanya kemiripan dengan bentuk tertentu dari bagian perahu,

seperti beberapa rumah tradisional Flores di Lio Moni,Ende dan Manggarai.

Rumah tradisional berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari alang-alang

merupakan pusat kegiatan masyarakat tradisional. Mulai dari tidur sampai memasak

dilakukan di dalam rumah. Hal tersebut disimbolkan dalam bentuk tiang rumah yang

disebut dengan ni ainaf atau tiang feminin. Tiang lainnya disebut hau monef atau tiang

maskulin.

Rumah tradisional ini dilengkapi dengan tempat persembahan yang disebut

dengan hau monef. Rumah tradisional ini memiliki nama yang berbeda-beda. Di Alor

disebut tofa dan di Ende disebut dengan saoria. Biasanya hanya keluarga inti yang

menempati rumah tradisonal ini.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa rumah tradisional

yang terdapat di Lio Moni, daerah dataran tinggi yang jauh letaknya dari laut, serta tidak

mempunyai sejarah maupun legenda yang menunjukkan hubungan dengan laut atau

perahu, hanya mempunyai kemiripan dengan perahu dalam hal bentuk saja. Hal tersebut

terjadi bukan karena adanya hubungan dengan budaya laut. Sedangkan pada rumah

Page 17: tugas kebudayaan fleres.docx

tradisional di daerah pesisir, ditemukan adanya legenda tentang nenek moyang mereka

yang memang dahulu adalah pelaut.

2. Pakaian Adat

Pakaian tradisionil di daerah flores mengenal 2 (dua) jenis pakaian yaitu pakaian

yang dikenakan kaum laki dan wanita. Pada masyarakat Lama Holot pakaian wanita

disebut Kwatek dan pria disebut Howing dgn mahkota berbagai bentuk..

3. Tarian

a) Tari Hopong

Page 18: tugas kebudayaan fleres.docx

b. tarian leke

c) tari poto wolo

d) likurai

e) tari wasa wojorana

f) Tari Togadu

g) tarian hedung bahu lelu

h) tari sogoalu

i) tari ja’l

Page 19: tugas kebudayaan fleres.docx

j) tari perang

k) garong lameng

l) cerana

m) marian topeng bobu

n)higimitan

o) kataga

p) laba sese

q) di daerah ende

8. Lagu Daerah

Seni musik atau seni bunyi yaitu yang dihasilkan oleh suara manusia / seni suara dan

suara alat-alat instrumen. Seni suara/vokal, mengungkapkan rasa lewat suara manusia

dalam bentuk kata-kata syair/lagu seperti : Doja, Ndeö-Peö,Sodha-Oro-Bhea-dll.

Berikut ini adalah daftar lagu-lagu daerah yang berasal dari setiap daerah. Lagu-lagu

daerah sering dinyanyikan pada acara-acara tertentu. Makna yang terkandung dalam

setiap nyanyian sangat beragam.

1) Daerah Dawan

· ES KAUBELE

2) Daerah Ende/Lio

· KAU MAKO

3) Manggarai

· JITA MBEWU

4) Daerah Sabu

Page 20: tugas kebudayaan fleres.docx

· ELE MOTO

5) Daerah Ngada

· KAUKO SOLO

6) Daerah Flores Timur

· FAIK LALI

7) Lagu Hymne NTT

· FLOBAMORA

4. Alat Musik

Musik instrumen yaitu membunyikan alat-alat musik sebagai ritme / melodi

dengan cara meniup, memukul, memetik, menyentak, dll. Berikut ini adalah alat-alat

musik dan bunyi-bunyian yang berasal dari daerah Flores, alat-alat musik ini memiliki

ciri khas khusus dan bunyi yang sangat menarik.

Alat Musik Tiup

FOY DOA

FOY PAY

KNOBE OH

NUREN

SUNDING TONGKENG

PRERE

SULING

Alat Musik Petik

GAMBUS

Page 21: tugas kebudayaan fleres.docx

HEO

LEKO

BOKO

SOWITO

REBA

MENDUT

KETADU MARA

Alat Musik Bunyi-bunyian

KERONTANG

TATABUANG

THEBO

GONG

Musik Tanah

Musik batu

5. Makanan Khas

Kare Rajungan

Rajungan yang bernama latin Portunus Pelagicus, merupakan jenis kepiting

yang sangat populer dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup

mahal. Rajungan merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut.

Rajungan juga memiliki beberapa keunggulan yang sangat potensial untuk

dikembangkan. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa keunggulan, pemanfaatan, dan

potensi rajungan.

Page 22: tugas kebudayaan fleres.docx

Ayam Bumbu Rendatapa

Ayam Bumbu Rendatapa adalah makanan khas Ende, Flores. Cara membuatnya,

ayam dimasukan kedalam tumisan berbagai macam bumbu dapur, kemudian ditambah

dengan santan encer. Setelah ayam setengah matang kemudian ditambahkan santan

kental. Perpaduan ini lah yang kemudian terkenal dengan sebutan Ayam Bumbu

Rendatapa.

Ayam Bakar Ende

Sementara Ayam Bakar Ende Flores juga masih termasuk masakan khas Ende,

Flores. Proses pembuatannya sama dengan Ayam Bumbu Rendatapa tapi kemudian

ayam dibakar. Jadi Ayam Bakar Ende Flores adalah Ayam Bumbu Rendatapa yang

dibakar.

Ikan Bakar Ende Flores

Ikan Bakar Ende Flores adalah masakan khas dari Ende Flores yang

menggunakan dua macam bumbu dalam pembuatannya. Ikan yang digunakan untuk

membuat masakan ini adalah ikan kue. Setelah ikan dibersihkan, ikan direndam dengan

bumbu pertamanya yaitu bawang putih, garam, air jeruk nipis, dan mentega. Setelah itu

ikan hasil rendaman dibakar dengan menggunakan daun pisang sampai ikan sudah

terlihat garing. Setelah itu ikan diangkat dan dibalur dengan bumbu rendata’pa, bumbu

khas Flores, kemudian dibakar kembali. Pembakaran dengan dua bumbu ini membuat

rasa Ikan menjadi sangat nikmat dan menggoda selera. Menu ini disajikan dengan

selada, labu, acar, dan ketimun yang membuat ikan terasa luar biasa.

Page 23: tugas kebudayaan fleres.docx

Ikan Kuah Belimbing

Ikan Kuah Belimbing adalah masakan khas Ende Flores dengan bahan dasar

Ikan Kakap Merah dan belimbing sayur. Pada proses pembuatannya ikan direndam

dahulu dengan menggunakan garam, jeruk nipis, dan bawang putih sehingga mematikan

bau amis dan anyirnya. Setelah itu ikan direbus bersama dengan air yang telah ditaruh

dengan berbagai macam bumbu dapur dan belimbing sayur. Rasa yang dihasilkan dari

Ikan Kakap dan belimbing ini adalah sedikit asam dan pedas, yang pastinya enak dan

segar.

Roti Kompiang

Salah satu makanan khas Flores adalah roti kompiang, yaitu roti padat yang

diberi wijen.

Sayur Daun Paku

Sayur daun paku ini rasanya segar dan agak pahit.

Makanan Khas Ngada

Minuman Sopi yang beralkohol.

Kopi

Orang Manggarai sangat suka minum kopi. Setiap kali bertamu, Anda akan

disuguhi kopi buatan sendiri yang rasanya sangat mantap. Bahkan, untuk orang

Manggarai ada acara minum kopi sebelum tidur.

6 Tempat Wisata

Wisata Rohani Kota Reinha

Page 24: tugas kebudayaan fleres.docx

Larantuka, sebuah kota yang juga dikenal dengan nama ‘Kota Reinha’ atau

‘Tana Nagi’ merupakan salah satu kota pusat pengembangan agama Katolik di wilayah

timur Nusantara, tepatnya di wilayah Kabupaten Flores Timur-NTT. Selama empat abad

lebih telah mewarisi tradisi keagamaan melalui peranan kaum awam (non klerus) pada

masa silam. Pengembangan agama tersebut tidak lepas dari peranan para Raja

Larantuka, para misionaris, peranan perkumpulan persaudaraan rasul awam (confreria),

dan peranan semua Suku Semana serta perananan para Kakang (Kakang Lewo Pulo)

dan para Pou (Suku Lema).

· Danau Kalimutu

Taman wisata Kelimutu di Ende. Danau tiga-warna, Kelimutu berada di pulau

Flores. Warna ketiga danau itu selalu berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu. Konon

itu akibat dari perubahan aktifitas vulkanis yang berpengaruh terhadap warna tumbuhan

air semacam ganggang yang hidup disana. Saat ini, danau yang dilukiskan berwarna

merah, terlihat berwarna kehitaman. Yang digambarkan berwarna hijau, kini lebih

condong ke biru muda, sementara yang digambarkan berwarna biru, masih tetap biru,

tapi lebih pekat.

Air Terjun Kedebodu/Ae Poro.

Terletak di Desa Kedebodu,Kec.Ende Selatan.Setelah anda tiba di km 8 (ada

sebuah kolam renang) Anda melanjutkan ke arah utara ± 5 km dan tiba di air terjun

Kedebodu/Ae Poro.Air terjun dengan ketinggian ± 35 meter ini merupakan suatu

fenomena yang menakjubkan.

Belut Sakti Wolotolo

Page 25: tugas kebudayaan fleres.docx

Terletak di Kampung Ae Kewu, Desa Wolotolo,Kecamatan Detusoko. Berjarak ±20 km

dari kota Ende dan dilanjutkan ± 1 km dengan berjalan kaki dari jalan trans Ende-

Maumere. Untuk melihat belut sakti, terlebih dahulu anda menghubungi Bapak Stefanus

Lau selaku pawang dari belut sakti tersebut dan anda diahruskan menyiapkan seekor

ayam untuk memberi makan kepada belut sakti ini. Dalam upacara adat, ayam yang

digunakan adalah ayam jantan warna merah.

Kebun Contoh Detu Bapa

Terletak di Kampung Ae Kewu, Desa Wolotolo,Kecamatan Detusoko. Berjarak

±20 km dari kota Ende dan dilanjutkan ± 1 km dengan berjalan kaki dari jalan trans

Ende-Maumere. Untuk melihat belut sakti, terlebih dahulu anda menghubungi Bapak

Stefanus Lau selaku pawang dari belut sakti tersebut dan anda diahruskan menyiapkan

seekor ayam untuk memberi makan kepada belut sakti ini. Dalam upacara adat, ayam

yang digunakan adalah ayam jantan warna merah.

Air Panas Ae Oka Detusoko

Setelah anda tiba di Detusoko (ibu kota Kec.Detusoko,± 33 km dari kota Ende),

anda berjalan ke arah Utara ±1 km dari terminal Detusoko menuju ke Kolam Air Panas

Ae Oka yang telah ditata dengan baik dan rapi. Air panas ini dipercaya dapat

menyembuhkan penyakit kulit.

Gua Maria Lourdes Detusoko

Terletak sebelah utara sekitar ± 1 km dari Kolam Air Panas Ae Oka. Suasana

yang sejuk dan sepi dapat memberi ketenangan dan keheningan bagi anda yang ingin

berziarah dan berdoa di Gua Maria Lourdes ini.

Page 26: tugas kebudayaan fleres.docx

Kampung Adat Wologai

Kampung Adat Wologai terletak di Kecamatan Detusoko ± 40 km arah timut

Kota Ende. Memililki sejumlah bangunan rumah adat berasitektur tradisional yang

tertata rapi membentuk lingkaran, dengan sejumlah atraksi budaya yang dapat

disaksikan di kampung ini terutama saat upacara adat berlangsung.

Mumi Kaki More Wolondopo

Terletak di Desa Wolondopo Kec.Detusoko, kira-kira 7 km dari Ekoleta, Desa

Wologai. Mumi Kaki More merupakan mumi dari seorang pengusaha kampung atau

Mosalaki . Atas permintaan Kaki More, jenasahnya tidak dikuburkan tetapi diletakkan

di atas pohon beringin. Mumi ini merupakan salah satu aset wisata sejarah di Kabupaten

Ende.

Air Panas Liasembe

Terletak di Kampung Liasembe sekitar 2 km dari kampung Moni. Air panas ini

digunakan oleh masyarakat umum untuk mandi. Suasana yang sejuk dan airnya hangat

dapat menyegarkan anda dari kepenatan.

Sawah Bertingkat Waturaka

Terletak di Desa Waturaka sekitar 6 km dari Kampung Moni. Kondisi sawah

yang bertingkat ini merupakan suatu pemandangan yang sangat indah. Suasana alam

yang sejuk menemani anda untuk menikmatinya.

Perikonde

Menurut kepercayaan masyarakat setempat , tempat ini adalah Pintu Gerbang

bagi arwah untuk menuju ke Danau Kelimutu sebagai tempat bersemayamnya arwah.

Page 27: tugas kebudayaan fleres.docx

Penjaganya bernama Konde Ratu.Lokasinya kira-kira 13 km dari kampung

Moni.Pengunjung diperkenankan untuk memberikan kepingan uang logam, sirih pinang

maupun rokok sebagai persembahan kepada Konde Ratu.

Rumah Adat dan Tenun Ikat Pemo

Setelah anda melihat Danau Kelimutu, anda dapat mengunjungi Desa Pemo

untuk melihat keunikan Rumah Adat dan proses pembAir Terjun Murundao

Terletak sekitar 400 meter dari kampung Moni. Air terjun Murundao dapat

ditempuh dengan berjalan kaki selama ± 10 menit dari kampung Moni. Air terjun

dengan ketinggian kira-kira 15 meter, air terjun ini dengan pemandangan alam

sekitarnya yang sangat menarik untuk dinikmati oleh pengunjung.

Tenun Ikat Mbuli Lo'o

Desa Mbuli Lo'o terletak sekitar 56 km arah selatan dari Kota Ende. Di lokasi

ini, pengunjung dapat melihat proses pembuatan tenun ikat dan membeli berbagai

macam tenun ikat dengan motif yang menarik.

Rumah Adat, Tenun Ikat Jopu dan Air Terjun Murukola

Desa Jopu terletak sekitar 60 km sebelah selatan Kota Ende. Desa yang sejuk ini

memiliki rumah adat yang dapat anda kunjungi. Andapun dapat menyaksikan

pembuatan tenun ikat dan dapat membelinya sebagai souvenir. Dan juga di Desa Jopu

terdapat air terjun Murukola yang dapat anda kunjungi.

Rumah Adat dan Tenun Ikat Nggela

Desa Nggela terletak sekitar 70 km arah selatan dari Kota Ende.Dalam kompleks

rumah adat tersebut terdapat 17 buah rumah adat yang ditinggali oleh 17

Page 28: tugas kebudayaan fleres.docx

Mosalaki.Perayaan Adat seperti loka lolo, loka pare dan joka ju dilaksanakan pada

bulan Mei-Juni. Terdapat gading sebanyak 2 buah masing-masing sepanjang 1 meter

dan 2 meter yang merupakan peninggalan dari jaman Portugis.Sekitar 3 km dari Nggela

ke Kota Ende terdapat Ae Wau (air belerang), tempat pemandian yang dipercaya bisa

menyembuhkan segala penyakit.

uatan tenun ikat. Letaknya kira-kira ± 12 km dari Danau Kelimutu. Dapat ditempuh

dengan berjalan kaki maupun kendaraan roda 2 dan 4.

7. RUMAH ADAT

Rumah Adat Mbaru Niang, Flores

Desa Wae Rebo

Rumah Adat Mbaru Niang merupakan rumah tradisional salah satu suku

Manggarai yang mempunyai bentuk seperti topi kerucut yang hanya dapat kita temui di

desa Wae Rebo, pulau Flores Nusa Tenggara Timur.

Rumah ini sangat langka patut kita jaga, tinggal 9 unit saja. Desa Wae Rebo terletak

ditas lembah dan di kelilingi pegunungan dengan hutan yang sangat lebat dan cukup

Page 29: tugas kebudayaan fleres.docx

sangat terpencil jauh dari desa-desa lainnya, desa tersebut terletak pada ketinggian 1100

m diatas permukaan air laut, tentu hawanya cukup dingin.

Page 30: tugas kebudayaan fleres.docx

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Budaya Flores yang beraneka ragam menuntut semua pihak untuk ikut serta

dalam usaha pengembangan dan pelestarian budaya Flores. Dalam hal ini, masyarakat

Flores sendirilah yang diharapkan memberikan sumbangan yang paling besar terhadap

upaya pengembangan dan pelestarian budayanya. Hal ini didasarkan pada pemikiran

bahwa masyarakat Flores yang seharusnya paling tahu dan paham terhadap budayanya.

Demikian yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini mengenai budaya Flores.

Semoga dapat bermenfaat bagi semua pihak yang membacanya. Kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat diperlukan dalam rangka perbaikan.

Page 31: tugas kebudayaan fleres.docx

Daftar pustaka

*http://maxroph.blogspot.com/2008/08/kebudayaan-flores.html

*https://www.google.co.id/search?q=gambar+suku+flores&hl=id&client=firefox-

a&hs=wmP&rls=org.mozilla:en-

US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=rw-

ZUP7tK8HPrQfdmYHoDw&ved=0CCIQsAQ&biw=1366&bih=604https://

www.google.co.id/search?q=gambar+tarian+togadu+kabupaten+ngada&ie=utf-

8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a