Tugas Ke 3 PKn

21
Tugas PKn RESUME SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA DAN SEJARAH PARTAI KEBANGKITAN BANGSA Nama : Mia Berlia NPM : 230110130007 FPIK A Dosen : M.Ali Mauludin PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

description

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Saat Kemerdekaan Sampai Sekarang

Transcript of Tugas Ke 3 PKn

Page 1: Tugas Ke 3 PKn

Tugas PKn

RESUME SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

DAN SEJARAH PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

Nama : Mia Berlia

NPM : 230110130007

FPIK A

Dosen : M.Ali Mauludin

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014

Page 2: Tugas Ke 3 PKn

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Saat Kemerdekaan

Sampai Sekarang

Sistem pemerintahan negara Republik Indonesia mengalami beberapa kali

perubahan seiring dengan berubahnya konstitusi yang digunakan di Indonesia.

Adapun sistem pemerintahan yang pernah berlangsung antara lain adalah :

a. Sistem Pemerintahan di bawah UUD 1945, 18 Agustus 1945

Sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945,

tidak menganut suatu sistem pemerintahan dari negara manapun, melainkan

merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

Pada Penjelasan Resmi UUD 1945, pada awal dibentuknya UUD 1945

yang ditetapkan 18 Agustus 1945 oleh PPKI dapat kita jumpai adanya penegasan

tentang Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagai berikut : 1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas

hukum, 2. Sistem Konstitusional, 3. Kekuasaan yang tertinggi ditangan MPR, 4.

Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi di bawah Majelis, 5.

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, 6. Menteri Negara adalah

pembantu Presiden , Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, 7.

Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Adapun lembaga negara menurut

UUD 1945 periode 18 Agustus 1945 adalah 1. MPR, 2. DPR, 3. Presiden dan Wk.

Presiden, 4. MA, 5. BPK, 6. DPA

b. Sistem Pemerintahan Konstitusi RIS 1949

Dalam periode ini yang dijadikan sebagai pegangan adalah Konstitusi

Republik Indonesia Serikat 1949 (KRIS 1949). UUD ini terdiri dari Mukadimah,

197 pasal dan 1 lampiran. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Republik

Indonesia yang Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum

yang demokrasi dan berbentuk federal.

Page 3: Tugas Ke 3 PKn

Kekuasaan kedaulatan di dalam Negara Republik Indonesia Serikat

dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan perwakilan Rakyat dan

Senat sesuai dengan pasal 1 ayat 2 Konstitusi RIS 1949, Badan pemegang

kedaulatan ini juga merupakan badan pembentuk undang-undang yang

menyangkut hal-hal yang khusus mengenai satu, beberapa atau semua negara

bagian atau bagiannya.

Sistem pemerintahannya adalah Parlementer berdasarkan pasal 118 ayat 2

menyebutkan sebagai berikut “ Presiden tidak dapat diganggu gugat. Tanggung

jawab kebijaksanaan pemerintah berada ditangan menteri, tetapi apabila kebijakan

menteri/para menteri ternyata tidak dapat dibenarkan oleh DPR, maka

menteri/menteri-menteri itu harus mengundurkan diri, atau DPR dapat

membubarkan menteri-menteri (kabinet) tersebut dengan alasan mosi tidak

percaya.

Menurut ketentuan pasal-pasal yang tercantum dalam Konstitusi RIS

1949, sistem pemerintahan yang dianutnya sistem pemerintahan parlementer.

Pada sistem ini, kabinet bertanggung jawab kepada parlemen (DPR), dan apabila

pertanggung jawabannya itu tidak diterima oleh parlemen atau DPR, maka kabinet

secara perseorangan atau secara bersama-sama harus mengundurkan diri atau

membubarkan diri, jadi kedudukan kabinet sangat tergantung pada parlemen

(DPR).

c. Sistem Pemerintahan di Bawah UUDS 1950

Negara Kesatuan menjadi pilihan pada masa berlakunya UUD Sementara

1950, hal tersebut ditegaskan dalam pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 yang berbunyi “

Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang

demokratis dan berbentuk kesatuan “.

Pada pasal 45 UUDS 1950 disebutkan “ Presiden ialah Kepala Negara “.

Sedangkan UUDS 1950 menganut sistem pemerintahan parlementer dapat kita

temukan dalam pasal 83 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan :

Page 4: Tugas Ke 3 PKn

1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.

2. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah,

baik bersama-sama untuk keseluruhannya, maupun masing-masing untuk

bagiannya sendiri-sendiri.

Berdasarkan pasal 83 ayat 1 dan 2 UUDS 1950, jelaslah bahwa yang

bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintahan adalah menteri-

menteri kepada parlemen atau DPR. Sedangkan pasal 83 ayat 1 dan 2 UUDS 1950

dipertegas lagi oleh pasal 84 UUDS 1950 yang berbunyi “ Presiden berhak

membubarkan DPR “. Pembubaran DPR oleh Presiden diikuti dengan perintah

segera melaksanakan pemilihan umum untuk memilih DPR dalam waktu 30 hari

setelah pembubaran DPR

d. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, 5 Juli 1959

Berdasarkan pasal 134 UUDS 1950 menegaskan Konstituante (Sidang

pembuat UUD) bersama-sama Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan UUD

Republik Indonesia yang akan menggantikan UUDS 1950. Mengingat UUD 1950

masih bersifat sementara, maka harus segera ada UUD yang tetap. Berdasarkan

UUDS 1950 pembentukan badan Konstituante haruslah melalui pemilihan umum.

Pemilihan umum untuk anggota Konstituante, baru dapat terlaksana pada tanggal

15 Desember 1955, dan Konstituante untuk pertama kali bersidang pada tanggal

10 Nopember 1956 dalam sidang ini dibuka oleh Presiden Soekarno di Bandung.

Pada sidang Konstituante inilah untuk pertama kalinya Presiden Soekarno

memperkenalkan istilah Demokrasi Terpimpin. Ternyata Konstituante selalu

gagal dalam merumuskan dan menetapkan UUD yang difinitif sehingga otomatis

sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem pemerintahan yang pertama

berlaku di Indonesia.

e. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, Masa Orde Baru

Dinamika politik pada periode Orde Baru, dapat dilihat berdasarkan

aktivitas politik kenegaraan sebagai berikut :

Page 5: Tugas Ke 3 PKn

• Lahirnya Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yaitu 1. bubarkan PKI, 2. bersihkan

Kabinet Dwi Kora dari PKI, 3. turunkan harga barang/perbaiki ekonomi.

• Pemerintah Orba lebih menekankan pada pembangunan dengan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, kemudian stabilitas nasional dan pemerataan pembangunan

dan hasil-hasilnya yang terkenal dengan Tri Logi Pembangunan.

• Pada awal pemerintahan Orde baru, parpol dan media massa diberi kebebasan

untuk melancarkan kritik dan mengungkapkan realita dalam masyarakat, lama

kelamaan dibuatkan aturan tentang setiap penyiaran baik elektronika maupun

catak harus melalui badan sensor yang ketat dan apabila ada pelanggaran maka

Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP) bisa dicabut. Begitu pula terhadap partai

politik setelah keluarnya Undang-Undang No. 15 tahun 1969 tentang pemilu dan

Undang-Undang No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan anggota

MPR, DPR dan DPRD terjadilah kekuasaan otoriter soeharto karena 1/3 kursi

anggota MPR dan 1/5 kursi anggota DPR, DPRD melalui pengangkatan tidak

melalui pemilu, yang diangkat adalah ABRI dan golongan fungsional serta utusan

daerah yang mendukung kekuasaan Presiden hanya caranya sangat rapi dan

dikuatkan oleh Undang-Undang dan hal ini berlangsung sampai pemilu 1999.

• Kemenangan Golongan Karya (Golkar) pada pemilu 1971 mengurangi oposisi

terhadap pemerintah dikalangan sipil, karena Golkar sangat dominan, sementara

partai politik lainnya berada di bawah pengawasan pemerintah, selanjutnya

Golkar ini sebagai motor penggerak Soeharto untuk melanggengkan

kekuasaannya selama 32 tahun yang juga mendapat dukungan kuat dikalangan

TNI dan Polri.

• Pemilu 1971 yang diikuti oleh 10 kontestan (9 parpol dan 1 Golkar) akhirnya

pada pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 hanya diikuti oleh 3 kontestan yaitu

PDI, PPP dan Golkar. Karena sejak dikeluarkannya UU No. 3 tahun1975 tentang

Partai Politik dan Golongan Karya maka 9 partai dilebur (difusikan) menjadi dua

partai yaitu yang bercirikan Islam menjadi Partai Persatuan Pembangunan dan

yang bercirikan Nasionalisme dan Demokrasi menjadi Partai Demokrasi

Indonesia.

• Selama pemerintah Orde baru, parpol dan lembaga dewan sangat lemah karena

selalu dalam bayangan dan kontrol yang kuat, kekuasaan pemerintah di bawah

Page 6: Tugas Ke 3 PKn

Soeharto sangat kuat, kehidupan berpolitik rakyat mati suri, sedikit kritik berarti

siap untuk menanggung akibatnya yaitu hilang dan tidak ada kabar beritanya.

Anggota dewan yang berani berbicara tajam di recall dengan alasan menjaga

stabilitas nasional untuk mewujudkan salah satu dari tri logi pembangunan.

Sistem Pemerintahan menurut UUD 1945 pada masa orde baru sudah

memenuhi tuntutan yang ada pada ketentuan UUD 1945, hal dapat terselenggara

semenjak pelaksanaan pemilu yang pertama pada tahun 1971. Pada pemilihan

umum yang pertama dan pada pemilihan umum-pemilihan umum seterusnya

berdasarkan UUD 1945 lembaga negara menurut UUD 1945 sudah difinitif

(sudah sesuai dengan pasal-pasal UUD 1945)

Lembaga Negara yang harus ada berdasarkan UUD 1945 : MPR. DPR,

Presiden dan Wakil Presiden, DPA, MA dan BPK. Lembaga negara semacam ini

memiliki tugas dan wewenang berdasarkan UUD 1945. dan semenjak UUD 1945

diamandemen dan dalam pelaksanaan pemilihan umum tahun 2003 lembaga

negara seperti tersebut di atas mengalami perubahan. Berdasarkan UUD 1945

hasil amandemen lembaga negara yang ada : MPR, DPR, DPD, Presiden dan

Wakil Presiden, MA, MK, KY, BPK, lembaga negara ini semua sudah terpenuhi

sesuai dengan peraturan perundangan yang ada menurut UUD 1945

f. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, Masa Reformasi

Sistem Pemerintahan pada masa Orde Reformasi, dapat kita lihat

berdasarkan aktivitas politik kenegaraan sebagai berikut :

• Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-

hak untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan maupun tulisan sesuai

pasal 28 UUD 1945 dapat terwujud dengan dikelarkannya UU No 2 / 1999

tentang Partai Politik yang memungkinkan Multipartai.

• Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta

bertanggung jawab dibuktikan dengan keluarnya Ketetapan MPR No.

IX/MPR/1998 yang ditindaklanjuti dengan UU N0. 30 / 2002 tentang Komisi

Page 7: Tugas Ke 3 PKn

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (kini sedang menangani kasus KPU).

• Lembaga legeslatif dan organisasi sosial politik sudah memiliki keberanian

untuk menyatakan pendapatnya terhadap ekskutif yang cenderung seimbang dan

proporsional.

• Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melalui sidang

tahunan dengan menuntut adanya laporan pertanggungjawaban tugas lembaga

negara (progress report), UUD 1945 diamandemen, Pimpinan MPR dan DPR

dipisahkan jabatannya, berani memecat Presiden dalam sidang istimewanya.

• Dalam amandemen UUD 1945 masa jabatan Presiden paling banyak dua kali

masa jabatan, Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai dari

pemilu 2004 dan yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama

pilihan langsung rakyat adalah Soesilo Bambang Yudoyono dan Yoesuf Kala,

MPR tidak lagi lembaga tertinggi negara melainkan lembaga negara yang

kedudukannya sama denga Presiden, MA, BPK, kedaulatan rakyat tidak lagi

ditangan MPR melainkan menurut UUD.

Di dalam amandemen UUD 1945, ada penegasan tentang Sistem

Pemerintahan Presidensial tetap dipertahankan dan bahkan diperkuat dengan

mekanisme pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.

Page 8: Tugas Ke 3 PKn

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Pengurus

Ketua :  Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Sc

Sekjen : H. Imam Nahrawi 

Bendahara : H. Bachrudin Nasori 

Alamat Kantor DPP : Jl. Raden Saleh No. 9, Jakarta Pusat 10430 

Telp : 021- 3145328 

Fax : 021- 3145329 

Email : [email protected]

Website : www.dpp.pkb.or.id

Dewan Syuro

KH Mahfudh Ridlwan , Drs Muhyiddin Arubusman , Dr Ali Maskan Moesa, KH

Abdul Azis Afandi, KH Dimyati Rais Hj Nurhayati Said Agil Siraj, Drs Maman

Imanul Haq, Hj Fayimah Toyyib, Hj Kholidah Ilyas Rukhiyat, Hj.Lily Rozy

Munir

Dewan Tanfidz

Drs Muamir Muin Syam, Drs Saeful Bahri Anshori, Drs Saefullah Maksum, Dra

Anna Muawanah, Drs Marwan Dasopang, Drs Faisol Reza, Anggie Ermani, Drs

Zaenal Arifin Na’im, Dra Chusnunia, Dra Margareth Aliyyah, Drs M.Munib

Huda, Drs Arif Rahman, Miranti Dewaningsih, Bambang Susanto.

Page 9: Tugas Ke 3 PKn

VISI DAN MISI

1. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana

dituangkan dalam Pembukaan Undang- undang Dasar 1945.

2. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin,

material dan spiritual.

3. Mewujudkan tatanan politik nasional yang demokratis, terbuka, bersih dan

berakhlakul karimah.

Makna Lambang

(1) Arti Gambar adalah sebagai berikut:

Bumi dan peta Indonesia, bermakna tanah air Indonesia yang merupakan

basis perjuangan Partai dalam usahanya untuk mencapai tujuan partai

sebagaimana termaktub dalam pasal 7 Anggaran Dasar;

Sembilan bintang bermakna idealisme partai yang memuat 9 (sembilan)

nilai, yaitu kemerdekaan, keadilan, kebenaran, kejujuran, kerakyatan,

persamaan, kesederhanaan, keseimbangan, dan persaudaraan.

Tulisan nama Partai dan singkatannya bermakna identitas diri partai yang

berfungsi sebagai sarana perjuangan aspirasi politik rakyat Indonesia yang

memiliki kehendak menciptakan tatanan kehidupan bangsa yang

demokratis;

Bingkai segi empat dengan garis ganda yang sejajar bermakna garis perjua

ngan Partai yang menempatkan orientasi duniawi dan ukhrawi, material

dan spiritual, lahir dan batin, secara sejajar.

(2) Arti warna adalah sebagai berikut :

Putih, bermakna kesucian, ketulusan dan kebenaran yang menjadi etos

perjuangan partai;

Hijau, bermakna kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh rakyat

Indonesia yang menjadi tujuan perjuangan

Kuning, bermakna kebangkitan Bangsa yang menjadi nuansa

pembaharuan dan berpijak pada kemaslahatan umat manusia.

Page 10: Tugas Ke 3 PKn

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah sebuah partai politik Berideologi

Konservstisme di Indonesia. Partai ini didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Juli

1998 (29 Rabi'ul Awal 1419 Hijriyah) yang dideklarasikan oleh para kiai-kiai

Nahdlatul Ulama, seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A.

Mustofa Bisri, dan A. Muhith Muzadi).

Kronologi Pendirian

Kisah pendirian PKB dimulai pada 11 Mei 1998. Ketika para kyai sesepuh

di Langitan mengadakan pertemuan. Mereka membicarakan situasi terakhir yang

menuntut perlu diadakan perubahan untuk menyelamatkan bangsa ini dari

kehancuran. Saat itu para kyai membuat surat resmi kepada Pak Harto yang isinya

meminta agar beliau turun atau lengser dari jabatan presiden. Pertemuan itu

mengutus Kyai Muchid Muzadi dari Jember dan Gus Yusuf Muhammad

menghadap Pak Harto untuk menyampaikan surat itu. Mereka berangkat ke

Jakarta, meminta waktu tetapi belum dapat jadwal. Sehingga sebelum surat itu

diterima, Pak Harto sudah mengundurkan diri terlebih dahulu tanggal 23 Mei

1998.

Pada tanggal 30 Mei 1998, diadakan istighosah akbar di Jawa Timur. Lalu

semua kyai berkumpul di kantor PWNU Jatim. Para kyai itu mendesak KH Cholil

Bisri supaya menggagas dan membidani pendirian partai bagi wadah aspirasi

politik NU. Ia menolaknya karena tidak mau terlalu berkecimpung jauh dalam

dunia politik dan merasa lebih baik di dunia pesantren saja. Akan tetapi para kyai

terus mendorongnya karena dinilai lebih berpengalaman dalam hal politik. Pada

saat itu Gus Dur belum ikut dalam pertemuan ini.

Persiapan Pendirian

Kemudian pada tanggal 6 Juni 1998, KH Cholil Bisri mengundang 20 kyai

untuk membicarakan hal tersebut. Undangan hanya lewat telepon. Tetapi pada

Page 11: Tugas Ke 3 PKn

hari H-nya yang datang lebih 200 kyai. Sehingga rumahnya di Rembang sebagai

tempat pertemuan penuh. Dalam pertemuan itu terbentuklah sebuah panitia yang

disebut dengan Tim “Lajnah” yang terdiri dari 11 orang. Ia sendiri menjadi ketua

dengan sekretarisnya adalah Gus Yus. Panitia ini bekerja secara maraton untuk

menyusun platform dan komponen-komponen partai termasuk logo (yang sampai

saat ini menjadi lambang resmi partai) yang pembuatannya diserahkan kepada

KH.A. Mustofa Bisri. Selain itu terbentuk juga Tim Asistensi Lajnah terdiri dari

14 orang yang diketuai oleh Matori Abdul Djalil dan sekretarisnya Asnan Mulatif.

Pada tanggal 18 Juni 1998 panitia mengadakan pertemuan dengan PBNU.

Dilanjutkan audiensi dengan tokoh-tokoh politik (NU) yang ada di Golkar, PDI

dan PPP. Panitia menawarkan untuk bergabung, tanpa paksaan. PBNU sendiri

menolak pendirian partai. Setelah itu pada tanggal 4 Juli 1998, Tim ‘Lajnah’

beserta Tim dari NU mengadakan semacam konferensi besar di Bandung dengan

mengundang seluruh PW NU se-Indonesia yang dihadiri oleh 27 perwakilan.

Nama Partai dan Deklarator

Hari itu diputuskan nama partai. Usulan nama adalah Partai Kebangkitan

Bangsa, Partai Kebangitan Ummat dan Partai Nahdlatul Ummat. Akhirnya hasil

musyawarah memilih nama PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Lalu ditentukan

siapa-siapa yang menjadi deklarator partai. Disepakati 72 deklarator, sesuai

dengan usia NU ketika itu. Jumlah itu terdiri dari Tim Lajenah (11), Tim Asistensi

Lajenah (14), Tim NU (5), Tim Asistensi NU (7), Perwakilan Wilayah (27 x 2),

Ketua–ketua Event Organisasi NU, tokoh-tokoh Pesantren dan tokoh-tokoh

masyarakat. Semua deklarator membubuhkan tandatangan dilengkapi naskah

deklarasi. Lalu diserahkan ke PBNU untuk mencari pemimpin partai ini.

Ketika masuk ke PBNU, dinyatakan bahwa yang menjadi deklaratornya 5 orang

saja, bukan 72 orang. Kelima orang itu yakni KH Munasir Allahilham, KH Ilyas

Ruchyat Tasikmalaya, KH Muchid Muzadi Jember dan KH. A. Mustofa Bisri

Rembang dan ditambah KH Abddurahman Wahid sebagai ketua umum PBNU.

Nama 72 deklarator dari Tim Lajnah itu dihapus oleh semua oleh PBNU.

Page 12: Tugas Ke 3 PKn

Membentuk Tim Khusus PBNU

Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin, PBNU

menanggapinya secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa

hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara

organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan

kegiatan politik praktis. Namun demikian, sikap yang ditunjukan PBNU belum

memuaskan keinginan warga NU. Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak

sabar bahkan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi

politik warga NU setempat. Di antara mereka bahkan ada yang sudah

mendeklarasikan parpol yakni Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai

Kebangkitan Umat (Perkanu) di Cirebon.

Membentuk Tim 5

Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU

tanggal 3 Juni 1998 yang menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima

yang diberi tugas untuk menampung aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh

KH Ma'ruf Amin (Rais Suriyah/Koordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH

M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Prof Dr KH Said Aqil Siradj, M.A. (Wakil

Katib Aam PBNU), H M. Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad

Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris,

Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.

Membentuk Tim Asistensi

Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring

semakin derasnya usulan warga NU untuk mendirikan partai politik, maka pada

Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 20 Juni 1998 memberi

Surat Tugas kepada Tim Lima, selain itu juga dibentuk Tim Asistensi NU yang

diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H

Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz,

M.A., Drs. H Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin,

Drs. Amin Said Husni dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi NU bertugas

Page 13: Tugas Ke 3 PKn

membantu Tim NU dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan pembetukan

parpol.

Merancang Flatform, AD/ART Partai

Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat untuk

mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya. Tanggal 26 - 28 Juni 1998

Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas

untuk membahas usulan pendirian PKB dari para Kiai yang telah berkumpul di

Rembang yang di dalam usulannya telah menyerahkan berkas-berkas Platform

Partai, AD/ART, Tanda Gambar Partai. Pertemuan ini menghasilkan lima

rancangan yaitu:

1. Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik

2. Mabda' Siyasiy

3. Hubungan Partai Politik dengan NU

4. AD/ART

5. Naskah Deklarasi

Pemilihan Umum

Partai ini pertama mengikuti pemilu pada tahun 1999 dan pada tahun 2004

mengikutinya lagi. Partai yang berbasis kaum NU ini sempat mengajukan Gus

Dur sebagai presiden yang menjabat dari tahun 1999 sampai pertengahan 2001.

Pada tahun 2004, partai ini memperoleh hasil suara 10,57% (11.989.564) dan

mendapatkan kursi sebanyak 52 di DPR. Partai Kebangkitan Bangsa mendapat 27

kursi (4,82%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah

mendapat sebanyak 5.146.122 suara (4,9%). Ini berarti penurunan besar (50%

kursi) dari hasil perolehan pada tahun 2004.

Page 14: Tugas Ke 3 PKn

Daftar Pustaka

Anonim. Partai Kebangkitan Bangsa

http://www.ceritamu.com/info/parpol/partai-kebangkitan-bangsa-pkb

(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)

Anonim. Partai Kebangkitan Bangsa

http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsa

(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)

Anonim. Partai Kebangkitan Bangsa

http://www.indonesia-2014.com/partai/partai-kebangkitan-

bangsa#.UynSloWjd9w

(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)

Anonim. Partai Kebangkitan Bangsa PKB Kiprahnya Dalam Pemilu

http://www.peoplehope.com/chat/partai-kebangkitan-bangsa-pkb--

kiprahnya-dalam-pemilu-2014

(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)

Anonim. Sistem Pemerintahan Indonesia

http://wirasaputra.wordpress.com/2012/01/04/sistem-pemerintahan-

indonesia/

(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)