Tugas kampus Syaeful
-
Upload
selvirofaedy -
Category
Documents
-
view
966 -
download
3
description
Transcript of Tugas kampus Syaeful
Prinsip-prinsip Good Governance
Terdapat empat belas prinsip yang dapat terhimpun dari telusuran wacana good
governance, yaitu:
1. Wawasan ke Depan (visionary);
2. Keterbukaan dan Transparansi (openness and transparency);
3. Partisipasi Masyarakat (participation);
4 Tanggung Gugat (accountability);
5. Supremasi Hukum (rule of law);
6. Demokrasi (democracy);
7. Profesionalisme dan Kompetensi (profesionalism and competency);
8. Daya Tanggap (responsiveness);
9. Keefisienan dan Keefektifan (efficiency and effectiveness);
10. Desentralisasi (decentralization);
11. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (private Sector and civil
society partnership);
12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (commitment to reduce Inequality);
13. Komitmen pada Lingkungan Hidup (commitment to environmental protection);
14. Komitmen Pasar yang Fair (commitment to Fair Market);
Keempat belas prinsip good governance tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visi strategis)
Semua kegiatan pemerintah di berbagai bidang seharusnya didasarkan pada visi dan misi
yang jelas disertai strategi implementasi yang tepat sasaran.
2. Tata pemerintahan yang bersifat terbuka (transparan)
Wujud nyata prinsip tersebut antara lain dapat dilihat data dan informasi tentang
kebijakan, program, dan kegiatan aparatur pemerintah, baik yang dilaksanakan di tingkat
pusat maupun daerah.
3. Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat
Masyarakat yang berkepentingan ikut serta dalam proses perumusan dan/atau
pengambilan keputusan atas kebijakan publik yang diperuntukkan bagi masyarakat.
4. Tata pemerintahan yang bertanggung jawab/ bertanggung gugat (akuntabel)
Instansi pemerintah dan para aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Demikian
halnya dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukannya.
5. Tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum
Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya penuntasan kasus KKN dan pelanggaran
HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan kesadaran hukum, serta pengembangan
budaya hukum. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan aturan dan
prosedur yang terbuka dan jelas, serta tidak tunduk pada manipulasi politik.
6. Tata pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada konsensus
Perumusan kebijakan pembangunan baik di pusat maupun daerah dilakukan melalui
mekanisme demokrasi, dan tidak ditentukan sendiri oleh eksekutif. Keputusan-keputusan
yang diambil antara lembaga eksekutif dan legislatif harus didasarkan pada konsensus
agar setiap kebijakan publik yang diambil benar-benar merupakan keputusan bersama.
7. Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi
Wujud nyata dari prinsip profesionalisme dan kompetensi dapat dilihat dari upaya
penilaian kebutuhan dan evaluasi yang dilakukan terhadap tingkat kemampuan dan
profesionalisme sumber daya manusia yang ada, dan dari upaya perbaikan atau
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
8. Tata pemerintahan yang cepat tanggap (responsif)
Aparat pemerintahan harus cepat tanggap terhadap perubahan situasi/kondisi
mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta mengambil prakarsa untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi masyarakat.
9. Tata pemerintahan yang menggunakan struktur & sumber daya secara efisien &
efektif
Pemerintah baik pusat maupun daerah dari waktu ke waktu harus selalu menilai
dukungan struktur yang ada, melakukan perbaikan struktural sesuai dengan tuntutan
perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan,
menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat, serta selalu berupaya mencapai hasil yang
optimal dengan memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia secara efisien
dan efektif.
10. Tata pemerintahan yang terdesentralisasi
Pendelegasian tugas dan kewenangan pusat kepada semua tingkatan aparat sehingga
dapat mempercepat proses pengambilan keputusan, serta memberikan keleluasaan yang
cukup untuk mengelola pelayanan publik dan menyukseskan pembangunan di pusat
maupun di daerah.
11. Tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan dunia usaha swasta dan
masyarakat
Pembangunan masyarakat madani melalui peningkatan peran serta masyarakat dan sektor
swasta harus diberdayakan melalui pembentukan kerjasama atau kemitraan antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hambatan birokrasi yang menjadi rintangan
terbentuknya kemitraan yang setara harus segera diatasi dengan perbaikan sistem
pelayanan kepada masyarakat dan sektor swasta serta penyelenggaraan pelayanan
terpadu.
12. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan kesenjangan
Pengurangan kesenjangan dalam berbagai bidang baik antara pusat dan daerah maupun
antardaerah secara adil dan proporsional merupakan wujud nyata prinsip pengurangan
kesenjangan. Hal ini juga mencakup upaya menciptakan kesetaraan dalam hukum (equity
of the law) serta mereduksi berbagai perlakuan diskriminatif yang menciptakan
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.
13. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup
Daya dukung lingkungan semakin menurun akibat pemanfaatan yang tidak terkendali.
Kewajiban penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan secara konsekuen,
penegakan hukum lingkungan secara konsisten, pengaktifan lembaga-lembaga
pengendali dampak lingkungan, serta pengelolaan sumber daya alam secara lestari
merupakan contoh perwujudan komitmen pada lingkungan hidup.
14. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pasar
Pengalaman telah membuktikan bahwa campur tangan pemerintah dalam kegiatan
ekonomi seringkali berlebihan sehingga akhirnya membebani anggaran belanja dan
bahkan merusak pasar. Upaya pengaitan kegiatan ekonomi masyarakat dengan pasar baik
di dalam daerah maupun antardaerah merupakan contoh wujud nyata komitmen pada
pasar.
Prinsip-prinsip Good Governance sebagaimana tersebut diatas hanya bermakna bila
keberadaannya ditopang oleh lembaga yang melibatkan kepentingan publik. Jenis
lembaga tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik
2. Sektor Swasta
a. Menjalankan industri
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Menyediakan insentif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM
3. Masyarakat Madani
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
b. Mempengaruhi kebijakan publik
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat
Pengertian Pemerintahan
Pemerintahan secara popular sering disebut dengan good governance. Istilah Good
governance ini secara umum diterjemahkan dengan pemerintahan yang baik, meskipun
istilah aslinya memandang luas dimensi governance tidak sebatas hanya menjadi
pemerintahan saja. Selain itu good governance dapat juga diartikan sebagai tindakan atau
tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan
kehidupan keseharian.
Sedangkan pemerintahan dalam artian umum adalah lembaga atau badan-badan publik
dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan Negara. Perintahan dalam artian
luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan Negara.
Pada dasarnya konsep good governance memberikan rekomendasi pada system
pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga-lembaga Negara baik di
tingkat pusat maupun daerah, sektor swasta dan masyarakat madani.
A.Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan
hukum serta undang-undang di wilayah tertentu1. Berikut sembilan aspek fundamental
(asas) dalam perwujudan good governance, yaitu :
1.Partisipasi (Participation)
Semua warga negara berhak terlibat dalam keputusan, baik langsung maupun melalui
lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka.2 Paradigma sebagai
center for public harus diikuti dengan berbagai aturan sehingga proses sebuah usaha
dapat dilakukan dengan baik dan efisien, selain itu pemerintah juga harus menjadi public
server dengan memberikan pelayanan yang baik, efektive, efisien, tepat waktu serta
dengan biaya yang murah, sehingga mereka memiliki kepercayaan dari masyarakat.
Partisipasi masyarakat sangat berperan besar dalam pembangunan, salah satunya
diwujudkan dengan pajak.
2.Penegakan Hukum (Rule of Law)
Penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintah yang profesional dan harus didukung
oleh penegakan hukum yang berwibawa.3 Penegakan hukum sangat berguna untuk
menjaga stabilitas nasional. Karna suatu hukum bersifat tegas dan mengikat. Perwujudan
good governance harus di imbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan
hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a.Supremasi Hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara dan peluang
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum
dan peraturan yang jelas dan tega dan dijamain pelaksanaannya secara benar serta
independen.
b.Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum
yang jelas dan pasti, tidak duplikasi dan tidak bertentangan antara satu dengan lainnya.
c.Hukum yang responsive, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
msyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
d.Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum yang
berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu jabatan maupun status sosialnya sebagai
contoh aparat penegak hukum yang melanggar kedisiplinan dan hukum wajib dikenakan
sanksi.
e.Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh
penguasa atau pengaruh lainnya. Sayangnya di negara kita independensi peradilan belum
begitu baik dan dinodai oleh aparat penegak hukum sendiri, sebagai contoh kecilnya
yaitu kasus suap jaksa.
3.Tranparasi (Transparency)
Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini bangsa indonesia terjebak dalam kubangan
korupsi yang sangat parah. Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak
kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak baik. Dalam pengelolaan
negara, Goffer berpendapat bahwa terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara
transparasi, yaitu :
a.Penetapan posisi dan jabatan.
b.Kekayaan pejabat publik.
c.Pemberian penghargaan.
d.Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e.Kesehatan.
f.Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
g.Keamanan dan ketertiban.
h.Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
4.Responsif (Responsiveness)
Asas responsif adalah bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan
masyarakat secara umum. Pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya, bukan
menunggu masyarakat menyampaikan aspirasinya, tetapi pemerintah harus proaktif
dalam mempelajara dan mengalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Jadi setiap unsur
pemerintah harus memiliki dua etika yaitu etika individual yang menuntut pemerintah
agar memiliki kriteria kapabilitas dan loyalitas profesional. Dan etika sosial yang
menuntut pemerintah memiliki sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan pubik.5 Orientasi
kesepakatan atau Konsensus (Consensus Orientation)
Asas konsensus adalah bahwa setiap keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah. Cara pengambilan keputusan secara konsensus akan mengikat sebagiah
besar komponen yang bermusyawarah dalam upaya mewujudkan efektifitas pelaksanaan
keputusan. Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan maka
akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili selain itu
semakin banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan
umum maka akan semakin tinggi tingkat kehati-hatiannya dan akuntanbilitas
pelaksanaannya dapat semaki di pertanggungjawabkan.
5.Keadilan dan Kesetaraan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Pemerintah harus bersikap dan berprilaku adil dalam memberikan pelayanan terhadap
publik tanpa mengenal perbedaan kedudukan, keyakinan, suku, dan kelas sosial.
6.Efektivitas (Effectifeness) dan Efisiensi (Efficiency)
Yaitu pemerintah harus berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas biasanya
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan
masyarakat dari berbagai kelopok dan lapisan sosial. Sedangkan asas efisiensi umumnya
diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Semakin kecil biaya yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran maka pemerintah
dalam kategori efisien.
7.Akuntabilitas (Accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.6 Setiap pejabat publik
dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun
netralitas sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas
dalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
8.Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and clean
governance. Dengan kata lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini, harus
diperhitungkan akibatnya pada sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Tidak sekedar
memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seorang yang menempati jabatan
publik atau lembaga profesional lainnya harus mempunyai kemampuan menganalisis
persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.
B.Good and Clean governance dan kontrol sosial
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip
pokok good and clean governance, setidaknya harus melakukan lima aspek pelaksanaan
prioritas program, yakni :
1.Penguatan fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan
Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, DPRD, mutlak dilakukan
dalam rangka peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya pemerintahan7.
Selain melakukan check and balances , lembaga legislatif juga harus mampu menyerap
dan mengartikulasikan aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan pembangunan yang
berorientasi pada kepentingan masyarakat kepada lembaga eksekitif.
2.Kemandirian Lembaga Peradilan
Kesan yang paling buruk dari pemerintahan orde baru adalah ketidak mandirian lembaga
peradilan. Intervensi eksekutif terhadap yudikatif masih sangat kuat,sehingga peradilan
tidak mampu menjadi pilar terdepan dalam penegakan asas rule of law. Hakim, jaksa dan
polisi tidak bisa dengan leluasa menetapkan perkara. Era reformasi sebagai era
pembaharuan juga masih belum memberikan angin segar bagi independensi lembaga
peradilan, karna mainstream pembaharuan independensi lembaga peradilan sampai saat
ini belum jelas. Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
berdasarkan prinsip good and governance peningkatan profesionalitas aparat penegak
hukum dan kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan. Akuntabilitas aparat
penegak hukum dan lembaga yudikatif merupakan pilar yang menentukan dalam
penegakan hukum dan keadilan.
3.Aparatur Pemerintah yang Profesional dan Penuh Integritas
Birokrasi di Indonesia tidak hanya dikenal buruk dalam memberikan pelayanan publik,
tapi juga telah memberi peluang berkembangnya praktik-praktik kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN)8. Dengan demikian pembaharuan konsep, mekanisme dan paradigma
aparatur negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis (pelayanan rakyat) harus
dibarengi ddengan peningkatan profesionalitas dan integritas moral jajaran birokrasi
pemerintah. Akuntabilitas jajaran birokrasi akan berdampak pada naiknya akuntabilitas
dan legitimasi birokrasi itu sendiri. Aparatur birokrasi yang mempunyai karakter tersebut
dapat bersinergi dengan pelayanan birokrasi secara cepat, efektif, dan berkualitas.
4.Masyarakat Madani yang Kuat dan Partisipatif
Peningkatan partisipasi masyarakat adalah unsur penting dalam merealisasikan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan
publik mutlak dilakukan dan difasilitasi oleh negara. Masyarakat mempunyai hak untuk
menyampaikan usulan, mendapat informasi, dan hak untuk melakukan kritik terhadap
berbagai kebijakan pemerintah. Kritik dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga
perwakilan, pers maupun dilakukan secara langsung lewat dialog-dialog terbuka dengan
jajaran birokrasi bersama LSM, partai politik, maupun organisasi sosial lainnya9.
Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dalam Kerangka Otonomi Daerah
Salah satu kelemahan dari pemerintahan masa lalu adalah kuatnya sentralisasi kekuasaan
pada pemerintah pusat, sehingga potensi-potensi daerah dikelola oleh pemerintah pusat.
Kebijakan ini menimbulkan akses yang amat parah, karena banyak daerah yang amat
kaya dengan sumber daya alamnya, justru menjadi kantong-kantong kemiskinan nasional.
Untuk merealisasikan prinsip-prinsip clean and good governance, kebijaksanaan ekonomi
daerah dapat dijadikan sebagai media transformasi pewujudan model pemerinttahan yang
menopang tumbuhnya kultur demokrasi di Indonesia. Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah telah memberikan wewenang pada daerah untuk melakukan
pengelolaan dan memajukan masyarakat dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya
dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI. Dengan pelaksanaan otonomi daerah
pencapaian tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih cepat agar pada akhirnya
akan mendorong kemandirian masyarakat.
Implementasi otonomi daerah di Indonesia dapat dilihat sebagai sebuah strategi yang
memiliki tujuan ganda. Pertama, diberlakukannya otonomi daerah merupakan strategi
dalam merespons tuntutan masyarakat di daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu
sharing of powers, distribution of incomes, dan kemandirian sistem manajemen di daerah.
Kedua, otonomi daerah dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian
daerah dalam memperkokoh perekonomian nasional menuju kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.
Demikian pula dengan semakin besarnya partisipasi masyarakat, desentralisasi kemudian
akan mempengaruhi komponen pemerintahan lainnya, seperti bergesernya orientasi
pemerintah dari command and control menjadi berorientasi pada demand (tuntutan) and
public needs (kebutuhan public). Orientasi inilah kemudian akan menjadi dasar bagi
pelaksanaan peran pemerintah sebagi stimulator, fasilitator, koordinator dan entrepreneur
(wirausaha) dalam proses pembagunan.
Oleh karenanya, otonomi daerah akan menjadi formulasi yang tepat apabila diikuti
dengan serangkaian perubahan di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik tidak
saja sekedar perubahan format institusi, akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat
yang digunakan untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara
ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel sehingga cita-cita mewujudkan good
governance benar-benar akan tercapai.
Cara untuk menggunakan khazanah kekayaan negara itu dengan sebaik-baiknya ialah:
a.Melibatkan rakyat atau paling tidak orang miskin untuk memiliki saham dalam
mengusahakan pengeluaran khazanah itu. Dengan diberikan saham kepada mereka secara
subsidi dari pemerintah.
b.Membuat perusahaan untuk mengusahakan pengeluaran kekayaan bumi tsb, supaya
hasilnya merata dan melimpah-ruah kepada negara dan rakyat, sekaligus menambah
pendapatan rakyat.
C.Good and Clean Governance dan Gerakan Antikorupsi
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
meraih keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan Negara secara spesifik.
Korupsi menjadi penyebab ekonomi menjadi berbiaya tinggi, politik yang tidak sehat,
dan kemerosotan moral bangsa yang terus - menerus merosot.
1.Gerakan Antikorupsi
CEREMY Pope menawarkan strategi untuk memberantas korupsi yang mengedepankan
control kepada dua unsur paling berperan di dalam tindak korupsi10. Pertama, peluang
korupsi; kedua, keinginan korupsi. Menurutnya, korupsi terjadi jika peluang dan
keinginan dalam waktu bersamaan. Peluang dapat dikurangi dengan cara membalikkan
siasat ”laba tinggi, risiko rendah” menjadi “laba rendah, risiko tinggi”; dengan cara
menegakkan hukum dan menakuti secara efektif, dan menegakka mekanisme
akuntabilitas.
Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan antara lain dengan:
pertama, adanya political will dan political action dari pejabat Negara dan pimpinan
lembaga pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah
proaktif pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi. Tanpa
kemauan kuat pemerintah untuk memberantas korupsi di segala lini pemerintahan,
kampanye pemberantasan korupsi hanya slogan kosong belaka.
Kedua, penegakan hokum secara tegas dan berat. Proses eksekusi mati bagi koruptor di
Cina, misalnya, telah membuat sejumlah pejabat tinggi dan pengusaha di negeri itu
menjadi jera untuk melakukan tindak korupsi. Hal yang sama terjadi pula di Negara-
negara maju di Asia, seperti Korea Selatan, Singapura, dan Jepang termasuk Negara yang
tidak kenal kompromi dengan pelaku korupsi. Tindakan tersebut merupakan shock
therapy untuk membuat tindakan korupsi berhenti.
Ketiga, membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan korupsi,
misalnya, Komisi Ombudsman sebagai lembaga yang memeriksa pengaduan pelayanan
administrasi publik yang buruk. Pada beberapa Negara, mandat Ombudsman mencakup
pemeriksaan dan inspeksi atas sistem administrasi pemerintah dalam hal kemampuannya
mencegah tindakan korupsi aparat birokrasi. Di Indonesia telah di bentuk Komisi
Pemberantas Korupsi (KPK), Tim Penuntasan Tindak Pidana Korupsi (Timtastipikor)
dengan tugas melakukan investigasi individu dan lembaga, khususnya aparatur di
pemerintah yang melakukan korupsi. Selain lembaga bentukan pemerintah, masyarakat
juga membentuk lembaga yang mengemban misi tersebut, seperti Indonesia Corruption
Watch (ICW) dan lembaga sejenis.
Keempat, membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin
terlaksananya pratik good and clean governance, baik di sektor pemerintah, swasta atau
organisasi kemasyarakatan.
Kelima, memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal. Dalam pendidikan formal, sejak pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi diajarkan bahwa nilai korupsi adalah bentuk lain dari kejahatan.
Keenam, gerakan agama antikorupsi, yaitu gerakan membangun kesadaran keagamaan
dan mengembangkan spiritualitas antikorupsi.
2.Tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi pelayanan publik
Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa, baik oleh pemerintah,
pihak swasta atas nama pemerintah maupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan
atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat11.
Dengan demikian, yang bisa memberikan pelayanan publik kepada masyarakat luas
bukan hanya instasi pemerintah, melainkan juga pihak swasta. Pelayanan publik yang
dijalankan oleh instasi pemerintah bermotif sosial dan politik, yakni menjalankan tugas
pokok serta juga mencari dukungan suara. Sedangkan, pelayanan publik oleh pihak
swasta bermotif ekonomi, yakni mencari keuntungan.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai
pengembangan dan penerapan good and clean governance di Indonesia :
Pertama, pelayanan publik selama ini menjadi area di mana Negara yang di wakili
pemerintah berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan
publik akan mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.
Kedua, pelayanan publik adalah wilayah dimana berbagai aspek good and clean
governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah.
Ketiga, pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu
pemerintah, masyarakat, dan mekanisme pasar. Dengan demikian, pelayanan publik
menjadi tidak pangkal efektifnya kinerja birokrasi.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-
elemen indikator sebagai berikut ini :
Indikator masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi mampu
menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia,
informasi, kebijakan dan sebagainya.
Indikator proses (process), yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
Indikator produk (outputs), yaitu sesuai yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik maupun nonfisik.
Indikator hasil (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
produk kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Indicator manfaat (benefit), adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanan kegiatan.
Indikator dampak (impacts), adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun
negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah di tetapkan.
3.Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi
Kinerja birokrasi di masa depan akan dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut ini:
a)Struktur biroksasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang
menjalankan aktivitas birokrasi.
b)Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan dalam
perencanaan strategis pada birokrasi.
c)Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk
bekerja dan berkarya secara optimal.
Pengertian Good Governance
Good governance mencakup aspek kehidupan yang luas mulai dari aspek hokum,
politik, ekonomi, social dan terkait erat dengan tugas fungsi eksekutif, legislative dan
yudikatif, serta dengan posisi dan peran sector dunia usaha, dengan masyarakat. Dengan
lingkup tersebut good governance dapat di kelompokan menjadi 9 (sembilan)
karakteristik :
1. Participation
2. Rule of law
3. Transparancy
4. Responsiveness
5. Consensus orientation
6. Equity
7. Effectiveness & Efficiency
8. Account ability
9. Strategic vision
Manajemen perubahan baik atas perubahan kondisi lingkungan maupun perubahan
kelembagaan dan organisasi adalah suatu yang strategik. Sesuai GBHN 1999-2004 krisis
multidimensi akan diatasi melalui perubahan mendasar (reformasi total) dan 4P
Pembangunan.
KONSEPSI GOOG GOVERNANCE
Arti good governance mengandung dua pengertian: Pertama, nilai-nilai yang
menjunjung tinggi keinginan / kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan
berkelanjutandan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang
efektif dan efisien dalampelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Negara sebagai suatu unsure governance, dialamnya termasuk lembaga-lembaga
politik dan lembaga-lembaga sector politik. Sektor swasta meliputi perusahaan-
perusahaan swasta yang bergerak diberbagai bidang dan sector informal lain di pasar.
Ada anggapan bahwa sektor swasta dapat dibedakan dengan masyarakat karena namun
demikian sektor swasta dapat dibedakan dengan masyarakat karena sekto swasta
mempunyai pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan sosial.
Berdasarkan hal ini UNDP kemudian mengajukan karakteristik good governance,
sebagai berikut:
1. Participation, setiap mempunyai suara dalam pembuatan keputusan. Baik secara
langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasiyang mewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi
dan berbicara serta berpatisipasi secara konstruktif
2. Rule of law, kerangka harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu terutama
hokum untuk hak azasi manusia.
3. Transparency, Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima
oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dimonitor.
4. Responsiveness, lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholders.
5. Consensus orientation, good governance menjadi perantara kepentingan yang
berada untuk memperoleh pilihan rebaik bagi kepentingan yang lebih luas baik
dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Equity, semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness dan efficiency, proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan
sesuai sesuai apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber
yang telah tersedia sebaik mungkin.
8. Accountability, para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sector swasta dan
masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-
lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung kepada organisasi dan sifat
keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau
eksternal organisasi.
9. Strategic vision pra pemimpin dan publik harusmempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan apa
yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
AKUNTABILITAS SEBAGAI SUATU KONSEP
Tinjauan Historis Dan Teoritis
Untuk menyatakan keberadaan akuntabilitas sebagai suatu system dan agar dapat
memahami secara utuh, perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Perkembangan
2. Jenis
3. Tantangan
4. Hambatan
5. Lingkungan
6. Hal-hal yang untuk keberhasilan akuntabilitas
7. Media akuntabilitas
Perkembangan
Menurut The Oxford Advance Leaner's Dictionary, akuntabilitas adalah
required or expected to give an explanation for one's action. Dengan kata lain, dalam
akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak
tanduk dan kegiatannya terutama di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang
lebih tinggi / atasnya. Dalam hal ini, terminology
akuntabilitas dilihat dari sudut pandang pengendalian tindakan pada pencapaian tindakan
pada pencapaian tujuan. Tolak ukur atau indicator pengukuran kinerja adalah kewajiban
individu atau
organisasi untuk mempertanggungjawabkan dalam konsep akuntabilitas terbatas pada
laporan pertanggungjawabkan.
Jenis
Menurut sirajudin H. Salleh dan Aslam Iqbal, akuntabilitas sebelumnya merupakan sisi-
sisi sikap dan watak kehidupan manusia yang meliputi:
1. Akuntabilitas intern seseorang dan
2. Ekstern seseorang
Hambatan
Akir-akhir ini banyak informasi yang lkita peroleh yang berkaitan dengan terjadinya mal-
administration, banyak korupsi, kolusi dan nepotisme.Hal ini menunjukan bahwa
akuntabilitas tidak berjalan. Banyak factor yang menyebabkan tidak berlangsungnya
akuntabilitas disuatu
Negara antara lain:
Low literacy percentage
Poor standard of living
General decline in the moral values
A policy of live and let live
Cultural factors
Government monopoly
Deficiencies in the accounting system
Lack of will in enforcing accountability
Birocratic secrecy
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul: Akuntabilitas Dan Good Governance. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah hokum tata pemerintahan.
Saya menyadari bahwa tuas ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya
bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang tlah membantu saya sehingga tugas ini
bisa selasai.
Saya berharap mudah-mudahan tugas ini dapat berguna bagi saya pada khususnya
dan dunia pendidikan pada umumnya. Semoga segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin
Bandung, Mei 2009
Penyusun
TUGAS AKUNTABILITAS DAN GOOD
GOVERNANCETugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum tata
Pemerintahan
Dosen : H Nana Sobana, Drs., SH.
Disusun oleh :
Syaeful Rochman
065010050
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FKIP UNIVERSITAS PASUNDAN
2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I Prinsip-prinsip Good Governance…………………….. 1
Pengertian Pemerintahan……………………………... 1
BAB II GOOD GOVERNANCE……………………………….. 2
A. Konsepsi Good Governance………………………… 3
B. Pengertian Good Governance……………………… 5
C. Manajemen Perubahan…………………………….. 7
D. Organisasi Masa Depan……………………………. 10
BAB III AKUNTABILITAS SEBAGAI SUATU KONSEP….. 12
Tinjauan Historis Dan Teoritis……………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pedoman penyusunan Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah
LAN, Oktober 1999.
Chris Argyris, The Impact of Budgets on people(new york : Contollership
Foundation).
Disarikan dari : Jamrs A senn, Analysis & Design of Information System, second
edition.
James A senn, (1989), Analysis & Design of Information System, second edition
TUGAS AKUNTABILITAS DAN GOOD
GOVERNANCETugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum tata
Pemerintahan
Dosen : H Nana Sobana, Drs., SH.
Disusun oleh :
Selvie Rofaedy
065010049
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FKIP UNIVERSITAS PASUNDAN
2009