Tugas Kajian Masalah Perpustakaan_b
-
Upload
denisianarima -
Category
Documents
-
view
280 -
download
1
Transcript of Tugas Kajian Masalah Perpustakaan_b
TUGAS KAJIAN MASALAH PERPUSTAKAAN
PERPUSTAKAAN DAERAH SURABAYA
DISUSUN OLEH :
Rima Denisiana Halim 070810273-T
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKPROGRAM STUDI TEKNISI PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA
2009
PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER
BELAJAR DAN MINAT BACA DALAM RANGKA MENIGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN
Di dalam suatu perpustakaan peningkatan mutu pendidikan itu sangatlah
penting oleh karena itu perpustakan salah satu unit kerja yang bertugas untuk
mengumpulkan,menyimpan,mengelola dan mengatur koleksi bahan pustaka
secara sistematis. Oleh karena itu perpustakaan digunakan para pemakai
sebagai suatu informasi dan sekaligus sebagai sarana untuk belajar disuatu
sisi yang menjadi factor yaitu: internal dan eksternal untuk mencapai suatu
keberhasilan.Karena itu perpustakaan sekolah belum dikembangkan dan
sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran yang menjadikan suatu
sumber belajar mengajar di sekolah lagi pula sarana dan fasilitas
perpustakaan sekolah masih sangat terbatas dan belum sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran di sekolah termasuk ketenagaan perpustakaan
sekolah belum professional dalam mengelolah perpustakaan serta literature
yang belum sesuai kebutuhan bacaan anak di sekolah akibat berbagai macam
kendala.
MOTIVASI KEPEMIMPINAN BAGI PUSTAKAWAN
MENIGKATKAN KINERJA
Pustakawan adalah sebagai sarana fungsi suatu informasi dan dokumentasi
merupakan tenaga yang menjadi andalan bagi suatu unit informasi dalam
upaya mengelola unit informasi dimana saja ia bertugas . Suatu pustakawan
selalu berupaya berjuang untuk mengembangkan dan mengangkat harkat
martabat professional di tengah-tengah masyarakat baik dikalangan kampus
sendiri maupun masyarakat luas.
PUBLIKASI DALAM MENUNJANG PEMASYARAKATAN
PERPUSTAKAAN
Publikasi merupakan suatu media yang penting dalam mengenalkan dan
memasyarakatkan berbagi hasil produk atau suatu keberadaan di dalam
suatu organisasi dan oleh sebab itu suatu badan atau suatu organisasi dapat
menampilkan beberapa suatu informasi yang dimilikinya oleh sebab itu
perpustakan dengan jenis informasi memanfaatkan berbagai jenis publikasi
perpustakaan dapat menginformasikan keberadaan dan jenis-jenis suatu
informasi.
SUMBER DAYA MANUSIA BELAJAR DAN PERPUSTAKAAN
Di dalam suatu sumber daya manusia sangatlah membutuhkan
pengembangan baik dalam keterampilan maupun di dalam bidang
pengetahuan. Oleh sebab itu dapat di capai melalui belajar di sekolah atau di
luar sekolah dengan kata lain belajar dari kehidupan sehari-hari sebagai
peranan perpustakaan yang sangat menunjang untuk terbentuknya suatu
sumber daya manusia.
PERANAN BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA DAN BERITA
BIBLIOGRAFI DALAM PENGAWASAN BIBLIOGRAFI RUJUKAN
DI INDONESIA
Sebagai konsep suatu pengawasan bibliografi dapat dibuat dengan
tujuan untuk menghindari terjadinya duplikasi pencatatan bibliografis.
Bibliografo nasional di sini adalah suatu badan yang secara resmi sebagai
pusat deposit untuk terbitan yang dikeluarkan oleh negara yang
bersangkutan biasanya Perpustakaan Nasional dari negera yang
bersangkutan.
MAJAEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Pada pengelolaan kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia pada
umumnya kegiatan-kegiatan di bidang smber daya manusia dapat dilihat dari
dua sudut pandang yaitu dari sisi pekerja dari kegiatan-kegiatan itu terdiri
atas analisis pekerjaan dan evaluasi pekerjaan manajemen sumber daya
manusia dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang terdiri atas
perencanaan,pengorganisasian,pemimpinan dan pengendalian kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan,evaluasi
pekerjaan,pengadaan,pengembangan,kompensasi,promosi dan pemutusan
hubungan kerja guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Secara
umum fungsi-fumgsi operasional SDM mencakup
pengadaan,pengembangan,perencanaan dan pengembangan karier, penilaian
prestasi, kompensasi(gaji, insentif, dan kesejahteraan), keselamatan dan
kesehatan kerja dan pemutusan hubungan kerja.
Pengadaan Tenaga Kerja
Analisis pekerjaan
Merupakan suatu proses penyelidikan yang sisitematis untuk
memahami tugas-tugas, keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam sebuah organisasi.
Perencanaan tenaga kerja
Suatu proses penyelidakan tenaga kerja dalam kuantitas dan kualitas
yang diperlukan oleh suatu organisasi.
Penarikan tenaga kerja
Merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memperoleh sejumlah
calon karyawan yang memenuhi persyaratan (berkualitas). Suatu proses
dapat diawali dengan suatu pemahaman akan adanya lowongan, tugas-tugas
yang dikerjakan proses ini merupakan langkah lanjutan dari analisis
pekerjaan dan perencanaan tenaga kerja maupun langkah-langkah yang
diperlukan dalam penetapan suatu sistem kompensasi
Seleksi
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat atau
mempunyai kualifikasi sebagaimana yang tercantum dalam spesifikasi
pekerjaan. Proses penarikan dan seleksi karyawan bertujuan untuk
mendapatkan karyawan yang dapat tercapainya suatu tujuan perusahaan atau
usaha untuk memperoleh jumlah tenaga kerja karyawan yang diperlukan
untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Pengembangan Karyawan
Pengembangan karyawan dapat dilakukan melalui orientasi, pelatihan
dan pendidikan pada hakikatnya yang ditujukan untuk menyesuaikan
persyaratan atau kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaannya. Orientasi dapat berupa pengenalan sederhana dengan
karyawan lama atau dapat merupakan suatu proses panjang yang meliputi
pemberian informasi yang mengenai kebijasanaan-kebijaksanaan personalia
(kondisi kerja, upah dan jaminan sosial) prosedur kerja. Dengan tahapan
orintasi merupakan suatu kegiatan pengenalan dan penyesuaian karyawan
baru dengan suatu organisasi proses ini sangatlah penting karena pekerjaan
baru terasa sangat sulit dan dapat menyebabkan frustasi bagi karyawan
pelatihan suatu usaha untuk meningkatkan suatu keterampilan karyawan
untuk melakukan pekerjaan tertentu. Pelatihan dapat diberikan kepada
karyawan yang baru diterima guna memperkenalkan tugas yang akan
dikerjakannya.Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan atau suatu
pemahaman tentang suatu pekerjaan.
Perencanaan dan Pengembangan Karier
Karier dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian aktivitas kerja
yang terpisah karena saling brehubungan dan memberikan kesinambungan ,
keteraturan dan arti kehidupan bagi seseorang. Perencanaan karier adalah
suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk memilih suatu tujuan dan
mengenali cara atau jalur untuk mencapai suatu tujuan suatu pendekatan
formal yang diambil dan digunakan organisasi untuk menjamin pengalaman
yang layak dan tersedia ketika orang itu dibutuhkan.
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi merupakan sebuah proses yang ditujukan untuk
memperoleh informasi tentang kinerja karyawan. Informasi ini dapat
digunakan suatu input dalam melaksanakan hampir semua aktivitas.
Kompensasi
Merupakan segala bentuk penghargaan (outcomes) yang diberikan
oleh suatu organisasi kepada karyawan atas kontribusi (inputs) yang
diberikan kepada suatu karyawan.
Keselamatan kerja dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja meliputi perlindungan dari karyawan.
Pemutusan Hubungan Kerja
Hubungan kerja dapat didefinisikan sebagai pengakhiran suatu
hubungan kerja sama antara pekerja dan pengusaha sehingga berakhir pula
hak dan kewajiban di antara mereka.
Variabel-variabel Lain Yang Mempengaruhi Berhasilan Organisasi
Karakteristik Individu
Karakteristik individu terdiri atas penelitian-penelitian dalam bidang
manajemen SDM dan perilaku suatu organisasi banyak melakukan
penelitian tentang hubungan karakteristik individu dengan sikap dan
perilaku karyawan. Setiap orang mempunyai pandangan, tujuan,
kebutuhan dan kemampuan yang berbeda satu sama lain.
perbedaan ini akan terbawa dalam dunia kerja, yang akan
menyebabkan kepuasan satu orang dengan
yang lain berbeda pula, meskipun bekerja ditempat yang
sama.
Karakteristik individu dalam penelitian ini meliputi :
Kemampuan, Nilai, Sikap, Minat.
1. Kemampuan (ability)
Kemampuan (ability) adalah kapasitas seseorang individu
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan
Robbins (2003). Dengan kata lain bahwa kemampuan
(ability) merupakan fungsi dari pengetahuan (knowledge)
dan keterampilan (skill), sehingga formulanya adalah A : f
(K.S).
2. Nilai Menurut Robbin (2003), nilai seseorang didasarkan
pada pekerjaan uang memuaskan, dapat dinikmati,
hubungan dengan orang – orang, pengembangan intelektual
dan maktu untuk keluarga.
3. Sikap (attitude)
Menurut Robbins (2003) sikap adalah pernyataan evaluatif-
baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan-
mengenai objek, orang, atau peristiwa. Dalam penelitian ini
sikap akan difokuskan bagaimana seseorang merasakan
atas pekerjaan, kelompok kerja, penyedia dan organisasi.
4. Minat (interest)
Minat (interest) adalah sikap yang membuat orang senang
akan objek situasi atau ide – ide tertentu. Hal ini diikuti oleh
perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek
yang disenangi itu. Pola – pola minat seseorang merupakan
salah satu faktor yang menentukan kesesuaian orang
dengan pekerjaannya. Minat orang terhadap jenis
pekerjaanpun berbeda-beda (Moh. As’ad, 2004 ).
Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi meliputi kompleksitas
mencerminkan jumlah unit yang ada dalam organisasi.
Sedangkan sentralisasi didefinisikan sebagai pimpinan atau
suatu pekerjaan akan dilaksanakan diputuskan oleh suatu
pelaksana maka karakteristik organasasi terhadap sikap dan
prilaku karyawan banyak dilakukan oleh para peneliti di
bidang teori organisasi.
Karakteristik Pekerjaan
Terdiri atas keanekaragaman tugas berbagai penelitian
dalam bidang manajemen SDM dan perilaku organisasi
banyak meneliti hubungan antara karakteristik tugas dan
perilaku organisasi.
Keanekaragaman tugas
Pekerjaan yang beraneka ragam biasanya dipandang
sebagai pekerjaan yang menantang karena mereka
menggunakan semua keterampilan yang mereka miliki.
Identitas tugas
Karyawan mengerjakan pekerjaannya secara
menyeluruh dan seorang karyawan sangat cenderung
menciptakan suatu tugas yang rutin dan mengakibatkan
seseorang hanya mengerjakan satu bagian saja dari
keseluruhan pekerjaan. Hal itu dapat menimbulkan adanya
perasaan tidak melakukan apa-apa dengan itu dapat
memperluas tugas-tugas yang dapat menigkatkan perasaan
untuk mengerjakan seluruh tugas pekerjaan berarti
menigkatkan identitas tugas.
Keberatian tugas
Seseorang sangatlah penting mempunyai perasaan
melakukan suatu pekerjaan yang sangat berarti bagi
perusahaan maupun masyarakat Oleh karena itu pentingnya
seorang pimpinan memberitahukan di depan orang lain
bahwa suatu pekerjaannya yang sangat berarti bagi
perusahaan.
Otonomi Balik
Pentingnya ide suatu karyawan dapat mengendalikan
sendiri tugas-tugasnya. Hal yang paling penting untuk
menimbulkan rasa tanggung jawab.
Umpan Balik
Suatau informasi ya g diterima oleh pekerja tentang
seberapa baiknya ia melaksanakan tugasnya. Karakteristik
suatu pekerjaan dengan sikap dan perilaku organisasi
banyak dilakukan oleh peneliti di bidang MSDM dan perilaku
organisasi.
Kesimpulan
Dari sudut pandang seorang pimpinan di bidang SDM
keberhasilan organisasi sangat tergantung kepada perilaku
karyawan. Ia mengharapkan karyawan yang dapat
menghasilkan barang dalam jumlah dan kualitas yang baik
atau memberikan peleyanan yang memuaskan karyawan
yang produktif yang seti dan rajin bekerja.
DESENTRALISASI BIROKRASI
Pelaksanaan otonomidaerah tidak hanya desntralisasi
birokrasi dan administrasi melainkan lebih merupakan
sebuah pergeseran peran yang berkaitan dengan kekuasaan
dan kedudukan maupun dengan interaksi atau saling
keterkaitan antar suatu peran. Akibatnya dalam suatu sistem
komunikasi birokrasi sentralistis daerah tidak mempunyai
suatu jaringan hubungan dan komunikasi daerah dapat
mengembangkan suatu jaringan komunikasi antar daerah
atas inisiatif sendiri dan tanpa menunggu. Dalam hal ini
setiap daerah mempunyai kemungkinan untuk
mengembangkan konfigurasi jaringan komunikasi yang
dapat membangun suatu hubungan yang lebih erat dengan
komponen global daripada dengan komponen daerah lain
ataupun birokrasi pusat. Dalam kaitannya dengan jaringan
komunikasi dan informasi global tidak lagi dikenal
penyaringan oleh sensor pusat (gate keeping) melainkan
secara langsung melakukan response sesuai dengan
kepentingandan kompetensi komunikasi massa (media
literacy) masyarakat daerah. Pelaksanaan otonomi daerah
sekarang ini masih harus menjawab sejumlah pertanyaan
besar menyangkut efektifitas dan efisiensi administratif
serta proses politik birokrasi yang penuh dengan permainan
uang sebagaimna terungkap dalam berbagai pemilihan
kepala daerah.
Dengan begitu komunikasi birokrasi administratif daerah
tidak lagi impersonal tanpa melainkansebuah proses
sosialisasi nilai-nilai kewargaan karena disampingnya juga
berkembang jaringan komunikasi keahlian kepentingan
keswadyaan dan pemecahan masalah dan jaringan
transaksional lain . Pengembangan sistem komunikasi baru
yang cocok dengan era pelaksanaan otonomi daerah
merupakan hal yang sangat kompleks di dalam suatu
pembicaraan tentang istem komunikasi pada umumnya kita
lebih tertarik pada infrastruktur telekomunikasi maupun
komunikasi sosial dan individu.
HUBUNGAN PERGURUAN TINGGI DAN MASYARAKAT
Universitas menjadi suatu sumber pusat aktif
pembangunan ilmu dan teknologi namu demikian
mempunyai kelemahan karena penekana spesialisasi dalam
menyebabkan orang kehilangan kontak yang lebih luas
dalam totalitas masyarakat dan kebudayaan sehingga orang
tidak mampu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan
mengembangkan inovasi dan teknologi mengembangkan
mutu tenaga kerja yang cakap untuk menghasilkan suatu
perguruan tinggi yang lebih mutu.
Pengertian, Peran, dan Fungsi Perpustakaan
Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting.
Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa.
Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki
setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.Untuk memperoleh
pendidikan, banyak cara yang dapat kita capai. Diantaranya melalui
perpustakaan. Karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa kita
peroleh, selain itu banyak juga manfaat lain yang dapat kita peroleh melalui
perpustakaan. Ketika kita mendengar kata perpustakaan, dalam benak kita
langsung terbayang sederetan buku-buku yang tersusun rapi di dalam rak
sebuah ruangan. Pendapat ini kelihatannya benar, tetapi kalau kita mau
memperhatikan lebih lanjut, hal itu belumlah lengkap. Karena setumpuk
buku yang diatur di rak sebuah toko buku tidak dapat disebut sebagai sebuah
perpustakaan.
Memang pengertian perpustakaan terkadang rancu dengan dengan istilah –
istilah pustaka, pustakawan, kepustakawanan, dan ilmu perpustakaan. Secara
harfiah, perpustakaan sendiri masih dipahami sebagai sebuah bangunan fisik
tempat menyimpan buku – buku atau bahan pustaka. Untuk itu, pada
pembahasan kali ini akan dikupas secara mendalam tentang pengantar umum
perpustakaan yang meliputi : pengertian perpustakaan, maksud dan tujuan
pendirian perpustakaan, jenis – jenis perpustakaan, peranan, tugas, dan funsi
perpustakaan, aktifitas pokok perpustakaan, dan perpustakaan sebagai
disiplin ilmu.
Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata
susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual ( Sulistyo,
Basuki ; 1991 ).
Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun,
di zaman sekarang, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa
buku-buku, tetapi bisa berupa film, slide, atau lainnya, yang dapat diterima
di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber
informasi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan
suatu informasi, kita dengan mudah dapat menemukannya.
Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi
bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan dapat digunakan oleh
pemakainya sebagai sumber informasi. ( Sugiyanto )
Menurut RUU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan
adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam,
mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas
para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan.
Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan.
Tujuan dari perpustakaan sendiri, khususnya perpustakaan perguruan tinggi
adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan
pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi (Wiranto dkk,1997).
Secara umum dapat kami simpulkan bahwa pengertian perustakaan adalah
suatu institusi unit kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara
sistematis dan mengelolanya dengan cara khusus sebagai sumber informasi
dan dapat digunakan oleh pemakainya.
Namun, saat ini pengertian tradisional dan paradigma lama mulai tergeser
seiring perkembangan berbagai jenis perpustakaan, variasi koleksi dalam
berbagai format memungkinkan perpustakaan secara fisik tidak lagi berupa
gedung penyimpanan koleksi buku.
Banyak kalangan terfokus untuk memandang perpustakaan sebagai sistem,
tidak lagi menggunakan pendekatan fisik. Sebagai sebuah sistem
perpustakaan terdiri dari beberapa unit kerja atau bagian yang
terintergrasikan melalui sistem yang dipakai untuk pengolahan, penyusunan
dan pelayanan koleksi yang mendukung berjalannya fungsi – fungsi
perpustakaan.
Perkembangannya menempatkan perpustakaan menjadi sumber informasi
ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Dari istilah pustaka, berkembang
istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan kepustakawanan
yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Pustakawan : Orang yang bekerja pada lembaga – lembaga perpustakaan
atau yang sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.
2. Kepustakaan : Bahan – bahan yang menjadi acuan atau bacaaan dalam
menghasilkan atau menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku,
laporan, dan sejenisnya.
3. Ilmu Perpustakaan : Bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal –
hal yang berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi,
penyebaran dan pelestarian ilmu pengetahuan teknologi dan budaya serta
jasa- jasa lainnya kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan jasa
perpustakaan dan peranan secara lebih luas.
4. Kepustakawanan : Hal – hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu
perpustakaan dan profesi kepustakawanan.
B. Maksud dan Tujuan Pendirian Perpustakaan
Aktifitas utama dari perpustakaan adalah menghimpun informasi dalam
berbagai bentuk atau format untuk pelestarian bahan pustaka dan sumber
informasi sumber ilmu pengetahuan lainnya. Maksud pendirian
perpustakaan adalah :
Menyediakan sarana atau tempat untuk menghimpun berbagai sumber
informasi untuk dikoleksi secara terus menerus, diolah dan diproses.
Sebagai sarana atau wahana untuk melestarikan hasil budaya manusia ( ilmu
pengetahuan, teknologi dan budaya ) melalui aktifitas pemeliharaan dan
pengawetan koleksi.
Sebagai agen perubahan ( Agent of changes ) dan agen kebudayaan serta
pusat informasi dan sumber belajar mengenai masa lalu, sekarang, dan masa
akan datang. Selain itu, juga dapat menjadi pusat penelitian, rekreasi dan
aktifitas ilmiah lainnya.
Tujuan pendirian perpustakaan untuk menciptakan masyarakat terpelajar dan
terdidik, terbiasa membaca, berbudaya tinggi serta mendorong terciptanya
pendidikan sepanjang hayat ( Long life education ).
C. Jenis – Jenis Perpustakaan
Jenis – jenis perpustakaan yang ada dan berkembang di Indonesia menurut
penyelenggaraan dan tujuannya dibedakan menjadi :
Perpustakaan Digital adalah Perpustakaan yang berbasis teknologi digital
atau mendapat bantuan komputer dalam seluruh aktifitas di perpustakaannya
secara menyeluruh. Contohnya : Buku atau informasi dalam format electiric
book, piringan, pita magnetik, CD atau DVD rom.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, selanjutnya disebut
Perpustakaan Nasional, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
berkedudukan di Ibukota Negara.
Perpustakaan Provinsi adalah Lembaga Teknis Daerah Bidang Perpustakaan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi yang mempunyai
tugas pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah provinsi
serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat.
Perpustakaan Kabupaten/Kota adalah Lembaga Teknis Daerah Bidang
Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengembangan perpustakaan di wilayah Kabupaten/Kota serta
melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum.
Perpustakaan Umum : Perpustakaan yang ada di bawah lembaga yang
mengawasinya. Perpustakaan umum terbagi atas :
Perpustakaan Umum Kecamatan, adalah Perpustakaan yang berada di
Kecamatan sebagai cabang layanan Perpustakaan Kabupaten/Kota yang
layanannya diperuntukkan bagi masyarakat di wilayah masing-masing.
Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan adalah perpustakaan yang berada di
Desa/Kelurahan sebagai cabang layanan Perpustakaan Kabupaten/Kota yang
layanannya diperuntukkan bagi masyarakat di desa/kelurahan masing-
masing.
Perpustakaan Khusus : Perpustakaan yang diperuntukkan untuk koleksi-
koleksi tokoh terkenal. Contohnya : Perpustakaan Bung Hatta.
Perpustakaan lembaga Pendidikan : Perpustakaan yang berada di lingkungan
lembaga pendidikan (SD, SMP, SMA, PT, dan LSM). Contohnya :
perpustakaan Universitas. Pada perpustakaan tingkat PT, perpustakaan dapat
dibagi kembali menjadi dua, yaitu : perpustakaan pusat dan perpustakaan
tingkat fakultas.
Perpustakaan Lembaga Keagamaan : Perpustakaan yang berada di
lingkungan lembaga keagamaan. Contohnya : Perpustakaan Masjid,
perpustakaan Gereja, dll
Perpustakaan Pribadi : Perpustakaan yang diperuntukkan untuk koleksi
sendiri dan dipergunakan dalam ruang lingkup yang kecil. Contohnya :
Perpustakaan keluarga.
D. Peranan, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan
Peranan Perpustakaan
Setiap perpustakaan dapat mempertahankan eksistensinya apabila dapat
menjalankan peranannya. Secara umum peran – peran yang dapat dilakukan
adalah :
Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber informasi
pengetahuan. Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca
serta pembangkit kesadaran pentingnya belajar sepanjang hayat.
Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan
penyelenggara sehingga tercipta kolaborasi, sharing pengetahuan maupun
komunikasi ilmiah lainnya.
Motivator, mediator dan fasilitator bagi pemakai dalam usaha mencari,
memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Berperan sebagai agen perubah, pembangunan dan kebudayaan manusia.
Tugas Perpustakaan
Setiap perpustakaan memiliki kewajiban yang sudah ditentukan dan
direncanakan untuk dilaksanakan. Tugas setiap jenis perpustakaan berbeda –
beda sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan.
Fungsi Perpustakaan
Pada umumnya perpustakaan memiliki fungsi yaitu :
Fungsi penyimpanan, bertugas menyimpan koleksi (informasi) karena tidak
mungkin semua koleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan.
Fungsi informasi, perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai informasi
untuk masyarakat.
Fungsi pendidikan, perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana
untuk belajar baik dilingkungan formal maupun non formal.
Fungsi rekreasi, masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan
membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan seperti : Novel,
cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.
Fungsi kultural, Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan
mengembangkan apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas,
seperti : pameran, pertunjukkan, bedah buku, mendongeng, seminar, dan
sebagainya.
Hal-hal yang Menghambat Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perjalanan perpustakaan sekolah tidaklah semulus yang diharapkan. Ada
beberapa hal yang sering menghambat fungsi perpustakaan sekolah.
Pertama, terbatasnya ruang perpustakaan di samping letaknya yang kurang
strategis. Banyak perpustakaan yang hanya menempati ruang sempit, dengan
tanpa memperhatikan kesehatan dan kenyamanan. Kesadaran dari pihak
sekolah sebagai penyelenggara sangatlah kurang. Perpustakaan hanyalah
untuk menyimpan koleksi bahan pustaka saja. Pengunjung tidak merasa
nyaman membaca buku di perpustakaan, sehingga perpustakaan dipandang
sebagai tempat yang kurang bermanfaat. Dengan melihat keadaan di atas
sepertinya pihak sekolah kurang menyadari tentang pentingnya
perpustakaan. Keberadaan perpustakaan hanyalah untuk pelengkap saja.
Kedua, keterbatasan bahan pustaka, baik dalam hal jumlah, variasi maupun
kualitasnya. Keberadaan bahan-bahan pustaka yang bermutu dan bervariasi
sangatlah penting. Dengan banyaknya variasi bahan pustaka, anak akan
semakin senang berada di perpustakaan, kegemaran membaca dapat tumbuh
dengan subur sehingga kemampuan bahasa siswa dapat berkembang baik
dan dapat membantu anak dalam memahami pelajaran-pelajaran lainnya.
Mengingat kemampuan bahasa merupakan kemampuan dasar yang sangat
berpengaruh dalam belajar. Begitu juga jika bahan pustakanya bermutu,
maka anak akan banyak memperoleh pengetahuan yang berguna dalam
hidupnya. Namun, untuk mengadakan bahan pustaka yang banyak dan
bervariasi dibutuhkan dana yang sangat besar, mengingat harga bahan
pustaka biasanya mahal, lebih-lebih jika bahan pustaka tersebut bermutu.
Namun, dari pihak sekolah sendiri sering kurang berusaha untuk menambah
koleksi bahan pustaka, dengan alasan utama adalah mahalnya harga bahan
pustaka. Padahal, anggaran untuk belanja bahan pustaka setiap tahunnya
selalu ada, namun jumlah bahan pustaka tidak pernah bertambah.
Ketiga, terbatasnya jumlah petugas perpustakaan (pustakawan). Banyak
perpustakaan sekolah yang tidak ada petugasnya, atau hanya tugas sambilan.
Maksudnya, mereka bukan petugas yang hanya mengurus perpustakaan saja,
sehingga sering tugas di perpustakaan jadi dikesampingkan dan
perpustakaan dianggap kurang bermanfaat. Lebih-lebih bertugas di
perpustakaan adalah pekerjaan yang sangat menjenuhkan, baik dalam hal
pelayanan pengunjung maupun perawatan bahan pustaka yang ada, sehingga
dibutuhkan suatu kesabaran yang tinggi.
Keempat, kurangnya promosi penggunaan perpustakaan menyebabkan tidak
banyak siswa yang mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan. Anak
kurang tahu tentang kegunaan perpustakaan, begitu juga dengan bahan
pustakanya. Dia membutuhkan dorongan dan ajakan untuk berkunjung ke
perpustakaan.
Aktivitas Pokok Perpustakaan
Untuk mencapai visi, misi, dan tujuannya perpustakaan menjalankan
aktifitas – aktifitas pokok meliputi : pengembangan, pengolahan, dan
pelayanan koleksi. Perkembangan Disiplin Ilmu Perpustakaan
Cara melihat sesuatu sebagai disiplin ilmu (Scwab,. 1990;7) Subyek kajian
aplikasi dan kapasitas metode hasil akhir
Ilmu perpustakaan dan informasi menurut Syhabuddin Qolyabu (2003; 63)
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan mengkaji rekaman informasi,
struktur, dinamika dan transferan informasi, cara memperoleh, mencatat,
menyimpan dan menemukankembali untuk didayagunakan dan
didistribusikan.
Ilmu perpustakaan dapat dikatakan sebagai disiplin dapat dilihat dari tiga
dimensi, yaitu produk, proses dan masyarakat (Daoed Joesoef 1987).
Disiplin ilmu menurut Thomson sebagai body of knowledge, sekelompok
konsep yang diajarkan bersama.
Perpustakaan dipandang sebagai ilmu dari tiga aspek yaitu :
1. Ontologis, ilmu perpustakaan dapat dikaji dari definisi dan obyek yang
menjadi kajiannya.
2. Epistemologis, bahwa ilmu perpustakaan memiliki kerangka pemikiran
logis dan konsisten dengan argumen yang tersusun sebelumnya,
menjabarkan hipotesisi sebagai deduksi kerangka pemikirannya, dan
melakukan falsifikasi dan verifikasi atas hipotesisi dan mengujinya secara
faktual.
3. Aksiologis, bahwa terbukti ilmu perpustakaan telah membawa
kemaslahatan bagi umat manusia.
Dengan demikian ilmu perpustakaan dapat berdiri sebagai disiplin ilmu
tersendiri. Saat ini perkembangannya terpengaruhi oleh banyak bidang ilmu
namun syarat-syarat diatas bisa terpenuhi.
Pengembangan Daya Saing dan Kapasitas Perpustakaan Daerah
Oleh: Endi Rc.
Sebagai subsistem dari pemerintahan daerah, Perpustakaan Daerah
mempunyai tugas utama dan fungsi. Perpustakaan Daerah memiliki tugas
utama untuk memberikan pelayanan terbaik dalam penyediaan dan
pelayanan informasi dalam menunjang tugas pokok dan
fungsi lembaga induknya (Pemerintah Daerah). Untuk melaksanakan tugas
itu biasanya ada empat fungsi. Yang pertama adalah : mengumpulkan,
menyusun, melestarikan dan menyediakan bahan perpustakaan dan sumber
informasi lain yang relevan untuk menunjang tugas lembaga induknya.
Fungsi kedua adalah : menganalisa, mengolah, mendaftar dan
menginformasikan pustaka yang ada kepada semua pengguna.
Fungsi ketiga adalah : mengikuti perkembangan sistem kepustakaan sesuai
perkembangan Iptek. Dan fungsi keempat adalah : ikut mendorong
meningkatkan kebiasaan dan kemampuan membaca serta menulis di
kalangan para penggunanya. Untuk kepentingan tersebut, sangat diperlukan
pengembangan daya saing dan kapasitas Perpustakaan Daerah Kabupaten
Majalengka. Konsep peningkatan daya saing pada pelayanan jasa informasi
di perpustakaan secara umum dimaksudkan sebagai upaya menerapkan
paradigma baru tentang strategi kompetitif agar mampu mengadaptasi
gejolak perubahan eksternal serta memanfaatkan peluang.
Konsep ini mengacu pada perubahan sistem pelayanan jasa perpustakaan
dan informasi menjadi jauh lebih luas daripada sekedar layanan
pemimjaman buku, layanan referensi, layanan penelusuran dan lain-lain.
Perubahan ini sebenarnya bukanlah hal yang baru sama sekali. Sebenarnya
jauh sebelum sekarang, Michael K. Buckland menyatakan, apa yang semula
dinamakan layanan perpustakaan berubah menjadi layanan informasi. Hal
ini dikarenakan perubahan bentuk media yang digunakan pada masa kini
tidak hanya buku.
Akibatnya terjadi perubahan cara mengelola keseluruhan proses
penciptaan, pengkodean, penyimpanan, dan pemakaian kembali dokumen
dalam segala bentuknya (Buckland, 1988). Bahkan setahun sebelumnya
Brian C Vickery dan Alina Vickery sudah menggambarkan bahwa di
samping perubahan teknologi media dan pengelolaannya, terjadi perubahan
antara lain dalam jumlah penduduk, pembentukan kelas-kelas baru dalam
masyarakat, perkembangan pesat dalam pendidikan, dan penyediaan
bentuk-bentuk layanan baru bagi anggota masyarakat (Vickery dan
Vickery, 1987) Hal tersebut di atas mengakibatkan derasnya arus kebutuhan
baru terhadap informasi yang baru pula. Apabila pustakawan bersikeras
memakai bentuk layanan perpustakaan secara tradisional untuk kebutuhan
masa kini, maka akan terjadi kesenjangan. Bertolak dari pendapat para ahli
tersebut, maka saat ini pustakawan harus dapat memberikan pelayanan
prima yaitu suatu sikap atau cara pustakawan dalam melayani penggunanya
dengan prinsip people based service (layanan berbasis pengguna) dan
service excellence (layanan unggul).
Tujuan dari service excellence aladah :
1) memuaskan pengguna.
2) meningkatkan loyalitas pengguna.
3) meningkatkan penjualan produk dan jasa,
4) meningkatkan jumlah pengguna.
Manfaat dari service excellence dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu
bagi pengguna jasa perpustakaan,
bagi pustakawan pengelolah
bagi perpustakaan.
Manfaat bagi pengguna jasa adalah tercapainya kepuasan karena :
1) kebutuhan akan informasi terpenuh.
2) merasa dihargai dan mendapatkan pelayanan yang baik.
3) merasa lebih dipercaya sebagai mitra pustakawan.
4) merasa menemukan perpustakaan dan pustakawan yang profesional.
Manfaat bagi pustakawan pengelola adalah rasa senang karena :
1) lebih percaya diri.
2) ada kepuasan pribadi.
3) tambahnya ketenangan bekerja.
4) akan memupuk semangat meniti karier secara lebih mantap.
Sedang manfaat bagi perpustakaan karena :
1) meningkatkan profesionalisme.
2) terjaminnya kelangsungan status perpustakaan.
3) adanya dorongan bagi pengguna untuk lebih sering memanfaatkan
perpustakaan.
4) adanya kemungkinan untuk memperluas jasa.
5) meningkatakan produktivitas perpustakaan.
Cakupan layanan jasa perpustakaan dan informasi lebih strategis lagi
apabila perpustakaan dikelola secara profesional antara lain dengan meng-
upgrade sistem perpustakaan dengan sistem komputer, internet, digital dan
e-journal sehingga dapat menjadi sarana efektif pengelolaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan sarana itu para pengguna perpustakaan
dapat mengakses informasi pengetahuan dan teknologi yang terkait melalui
komputer dan teknologi telekomunikasi (jaringan internet).
Informasi yang diperoleh tidak hanya terdapat dalam katalog atau koleksi
perpustakaan instansinya, tetapi juga terdapat pada perpustakaan yang lebih
baik di Indonesia maupun di luar negeri. Kompleksitas perkembangan
terutama dengan adanya berbagai pengaruh dari luar lembaga perpustakaan
seperti : agenda reformasi total berupa tuntutan masyarakat akan
demokratisasi; implementasi otonomi daerah,serta upaya mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan benar; diberlakukannya ketentuan World
Trade Organization (WTO), membawa konsekuensi untuk menyiapkan
perpustakaan yang berkualitas, berdaya saing tinggi serta dilaksanakan
pustakawan yang mempunyai kompentesi tinggi.
Alur pikir penerapan paradigma peningkatan daya saing, diarahkan pada
pelayanan prima jasa perpustakaan dan informasi, sehingga akan
menumbuhkan citra perpustakaan yang diharapkan. Perpustakaan dituntut
pula melaksanakan promosi dan pemasara jasa.
Langkah pertama dalam promosi biasanya dimulai dengan membangun
citra diri perpustakaan (brand image) lebih dahulu. Selanjutnya para
pustakawan dan pengelola perpustakaan harus berani menampilkan "wajah
baru" dalam arti berani melakukan terobosan baru dan paradigma baru yaitu
dapat mengubah persepsi masyarakat dari perpustakaan indentik dengan
buku menjadi perpustakaan identik dengan informasi. Dari pusrakawan
sebagai pelayan informasi menjadi pustakwan sebagai tranponder dan
provider informasi. Tahapan selanjutnya adalah menuju people based
service (layanan berbasis pengguna) dan service excellence (layanan
unggul) yang mengikuti perkembangan kebutuhan pengguna. Dengan
demikian diperlukan upaya kemitraan (kerja sama) dengan berbagai
perpustakaan baik di dalam maupun di luar negeri. Berdasarkan konsep
peningkatan kualitas pelayanan jasa perpustakaan dan informasi, serta
adanya peluang, tantangan serta faktor-faktor internal maupun eksternal
yang mendukung peningkatan daya saing, maka secara umum dapat
ditempuh langkah kebijakan sebagai berikut. Pertama yang menyangkut
kebijakan internal organisasi, dan yang kedua menyangkut kebijakan
eksternalnya.
Pada langkah internal terdapat tiga hal yang perlu dilakukan,
yaitu :
1) restrukturisasi organisasi.
2) peningkatan kualitas SDM.
3) penataan manajemen.
Dalam perpustakaan manajemen perlu dirumuskan secara jelas mengenai
visi, misi dan tujuan perpustakaan. Selanjutnya ini harus didukung dengan
skill yang memadai dan imbangannya insentif yang layak. Selain itu
manajemen hendaknya dapat mendayagunakan sumberdaya yang sesuai dan
semua itu dirumuskan dalam suatu rencana kerja yang matang. Dan tidak
kalah pentingnya juga dalam melengkapi sarana dan prasarana
perpustakaan yaitu penyediaan komputer yang handal (internet, digital, e-
journal) agar para pengguna dapat mencari informasi yang dibutuhkan
dengan cepat, akurat, dan mutakhir.
Berdasarkan konsep peningkatan daya saing jasa perpustakaan dan
informasi, dapat disimpulkan bahwa :
1. Visi dan misi perpustakaan maupun pustakawan adalah untuk
mewujudkan pustakawan yang profesional berdaya saing tinggi dan
merupakan cermin dari tekad seluruh jajaran perpustakaan dan pustakawan
di Indonesia dalam memberikan pelayanan informasi yang optimal bagi
masyarakat pengguna perpustakaan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
ditingkatkan kompetensi pustakawan. Selain itu pustakawan dituntut untuk
bekerja lebih keras, memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan
bahasa Inggris, memiliki kemampuan dalam hubungan personal, memiliki
kemampuan dalam marketing informasi dan memiliki kemampuan dalam
teknologi informasi.
2. Peningkatan daya saing pada pelayanan jasa perpustakaan dan informasi,
dilaksanakan dengan upaya membangun citra diri (brand image) lebih dulu
dan berani melakukan terobosan dan menerapkan paradigma baru, yaitu
dari perpustakaan identik dengan buku menjadi perpustakaan identik
dengan informasi. Dari perpustakaan sebagai pelayan informasi menjadi
perpustakaan sebagai transponder dan provider informasi. Tahapan
selanjutnya adalah menuju perpustakaan yang people based service dan
service excellence mengikuti perkembangan kebutuhan pengguna.
3. Pengadaan sarana dan prasarana seperti komputer, sambungan internet,
digital library serta e-journal mutlak diperlukan, sehingga cakupan layanan
perpustakaan dan informasi lebih luas lagi jangkauannya.
4. Perpustakaan Nasional RI hendaknya menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan yang terakreditasi sehingga dapat menetapkan sertifikasi untuk
standar kompetensi tertentu bagi pustakawan agar memiliki daya saing yang
tinggi. Apabila konsep peningkatan daya saing layanan jasa informasi
perpustakaan dapat dilaksanakan dengan lancar, maka peranan
perpustakaan sebagai penyedia informasi bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Majalengka dan masyarkat pengguna lainnya optimal, karena
ruang lingkup koleksi yang lengkap, akan memudahkan pengguna untuk
mencari suatu informasi berdasarkan kompentensi.
Peran Perpustakaan Daerah
Sebetulnya tidak sengaja untuk menuliskan topik ini. Awalnya karena saya
barusan membaca pengumuman lomba karya tulis yang diadakan oleh
perpustakaan daerah Indramayu. Lomba itu bertemakan peran perpustakaan
daerah dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Di sini, saya iseng-
iseng menuliskan ide sederhana, tentang bagaimana upaya perpustakaan
daerah untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Saya melihat ada dua (kategori) upaya yang bisa dilakukan oleh
perpustakaan daerah, dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Kategori
yang pertama adalah “faktor penarik”, sedangkan kategori yang ke dua
adalah “faktor pendorong”. Secara sederhana, faktor penarik ditentukan oleh
bagaimana upaya perpustakaan daerah itu dalam “memoles” dirinya sendiri,
sehingga orang mau datang. Tentunya mau baca. Sementara faktor
pendorong ditentukan oleh upaya perpustakaan tersebut dalam merangkul
pihak-pihak lain, agar mendorong orang untuk mau berkunjung.
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan faktor
penarik. Pertama, dan yang paling sederhana, adalah bagaimana desain,
fasilitas dan lingkungan perpustakaan itu dibuat nyaman dan modern. Jangan
harap orang mau datang, kalau gedung perpus itu terlihat angker, atau seperti
kantor pamong desa tahun 40-an. Ditambah koleksi bukunya jadul, serba
manual, tidak ada akses internet, meja baca seadanya, penjaga yang miskin
senyum, penataan buku yang amburadul. Ditambah lagi larangan untuk
minum dan ngemil di dalem perpus, atau tidak ada kantin di sebelah-
sebelahnya. Terus terang, jika kondisinya demikian, saya sendiri males.
Mending baca di teras belakang rumah, sambil ngopi dan diiringi lagu
kesukaan. Wuenak tenan!
Ke dua, program-program yang menarik. Salah satunya dengan bedah buku-
buku populer. Untuk mengisinya, bisa mendatangkan penulis-penulis ngetop
tanah air, atau penulis-penulis yang bukunya di-flimkan. Tentunya, audiens
untuk program-program semacam ini cocoknya adalah pelajar, atau yang
biasa megang buku. Dengan begitu, perpus akan lebih “hidup”, tidak seperti
kuil.
Ke tiga, perpus yang bisa menjangkau seluruh pelosok wilayah. Contoh
yang populer saat ini adalah perpus keliling. Atau, kalau mau cara yang
lebih mahal, bukalah perpus-perpus cabang di tiap kecamatan, niscaya
APBD bengkak! Saya punya pengalaman yang memprihatinkan terkait hal
ini. Saya baru tahu ada perpus daerah Indramayu, itu setelah saya kuliah.
Entah tingkat berapa. Maklum, perpus itu diam saja di tengah kota. Dia tidak
ke mana-mana. Menyapa anak-anak dan pelajar pun tidak pernah. Ditambah
lagi, saya memang jarang pergi ke kota Indramayu sebelumnya.
Dengan perpus keliling, maka perpus daerah bisa meminjamkan buku-buku
penunjang pelajaran bagi anak-anak SD yang tidak pernah punya buku teks.
Saya lihat di kampung saya, jarang sekali anak sekolah yang punya buku
teks. Mau beli mahal. Pinjem pun belum tentu dibaca. Beli LKS pun karena
diwajibkan. Dalam hal ini, mungkin perpus daerah yang keliling, bisa
mengambil peran.
Ke empat, penyediaan literatur-literatur yang relevan dengan kegiatan
ekonomi masyarakat. Sebagai daerah agraris, sekaligus maritim, semestinya
koleksi buku-buku yang bisa membantu masyarakat untuk memahami
pertanian dan kelautan diperbanyak. Juga literatur tentang agrobisnis dan
agro industri. Pertanyaannya, bagaimana dengan kenyataan bahwa
masyarakat petani dan nelayan itu kebanyakan buta huruf? Apakah mereka
suruh baca? Bagaimana pula dengan kenyataan bahwa mereka lebih percaya
“pengalaman” dibanding “literatur”?
Untuk mengatasi problem ini, asosiasi-asosiasi masyarakat petani dan
nelayan juga berperan dalam membantu menyerap isi buku-buku itu,
kemudian pengetahuannya dibagikan ke masyarakat. Tokoh-tokoh
masyarakat lokal yang jadi anutan, khususnya yang dianggap “piawai”
dalam bertani dan nelayan, bisa juga membantu meyakinkan masyarakat,
agar lebih terbuka dengan pengetahuan.
Kelima, masih terkait dengan poin ke empat di atas, ialah bagaimana
perpustakaan itu menciptakan program-program penyuluhan masyarakat
berbasis perpustakaan. Artinya, Pemerintah Daerah dalam memberikan
penyuluhan tentang apa pun: KB, pertanian, kelautan, kepemudaan,
semuanya harus mengikutsertakan peran perpustakaan sebagai sumber
rujukannya. Penyuluh mungkin tidak setiap saat bisa mendampingi
masyarakat, tetapi penyuluh itu bisa memberikan rekomendasi rujukan yang
bisa dipakai oleh masyarakat, yang semuanya bisa diakses melalui
perpustakaan daerah.
Perpustakaan daerah tentu tidak cukup hanya dengan “memoles” dirinya
sendiri, agar orang tertarik untuk berkunjung dan membaca. Dia juga perlu
bantuan dari pihak-pihak lainnya, agar ikut mendorong. Berikut ini faktor-
faktor yang menentukan.
Pertama, pendidikan sejak dini di dalam keluarga. Budaya membaca, tentu,
tidak datang dengan sendirinya. Pembiasan sejak masih anak-anak jauh lebih
baik. Dalam hal ini, keluarga sangat berperan dalam “membentuk”
kebiasaan anak untuk membaca. Jika ribuan keluarga melakukan hal yang
sama, niscaya tahun-tahun mendatang akan tercipta generasi penerus yang
gemar membaca dan hobi nguber-nguber perpustakaan.
Upaya yang bisa dilakukan oleh perpustakaan daerah sendiri yaitu dengan
melakukan sosialisasi. Misalnya, mengadakan event-event tertentu secara
berkala yang melibatkan banyak keluarga dari berbagai kalangan. Di
dalamnya dilakukan sosialisasi dan promosi pengembangan budaya baca
tulis di dalam keluarga. Mahal? Bisa jadi. Namanya juga usaha.
Ke dua, lingkungan yang mengapresiasi. Jujur, di satu sisi, saya sendiri
kadang malu untuk membaca di dalam angkutan umum, di pos kamling, di
trotoar jalan, di tempat-tempat nongkrong, atau di tempat-tempat umum
lainnya. Kalau di Jakarta atau Bandung, mungkin tak jadi soal. Tetapi kalau
di kampung, saya cukup khawatir. Dengan membaca di tempat umum, saya
akan menciptakan kesan ‘elitis’ dan ‘intelek’, di tengah-tengah
masyarakat petani yang minim pendidikan.
Di sisi lain, adik-adik pelajar kita juga membutuhkan contoh dan teladan,
agar mereka tidak malu dan sungkan-sungkan untuk membaca, di mana pun
berada. Kita perlu lingkungan yang mengapresiasi budaya akademik,
khususnya membaca. Peran perpustakaan daerah adalah mengajak seluruh
komponen masyarakat, untuk melakukan hal demikian.
Ketiga, peran perpustakaan sekolah. Antara perpustakaan sekolah dan
perpustakaan daerah ini, idealnya, terjadi saling komunikasi dan
kordinasi. Perpustakaan sekolah hendaknya bisa merefensikan perpustakaan
daerah, dalam hal jika di dalam perpus sekolah tersebut minim koleksi
literaturnya. Bahkan, sekolah yang belum memiliki perpustakaan sama
sekali, bisa memanfaatkan keberadaan perpustakaan daerah, sebagai
referensi bagi murid-muridnya yang membutuhkan. Begitu juga dengan
pengadaan event-event bersama, yang turut menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi tumbuh-kembangnya budaya baca masyarakat.
Ke empat, kerja sama dengan ormas-ormas daerah. Seperti yang sudah
disinggung sebelumnya, peran asosiasi-asosiasi petani, nelayan, pedagang,
seniman, dan sebagainya, bisa juga menjadi semacam ‘corong’ bagi
komunitasnya, agar mereka menjadi terbuka dengan ilmu pengetahuan.
Dengan keterbukaan terhadap buku, petani dan nelayan bisa melengkapi
pengalamannya dengan ilmu pengetahuan, demi kemajuan mereka, baik
secara individu maupun komunitas. Kenyataan bahwa mereka sebagian
besar buta huruf, itu bisa diatasi dengan bimbingan dan bantuan dari
sebagian mereka yang lebih terdidik. Dengan demikian, ilmunya bisa
diserap, tanpa harus membaca sendiri.
Ke lima, payung kebijakan pemerintah daerah. Misalnya, terkait dengan
tulisan sebelumnya, poin ke lima, kebijakan tentang kegiatan penyuluhan
berbasis perpustakaan. Kita tahu bahwa selama ini program penyuluhan
dilakukan oleh mantri-mantri penyuluhan, yang hanya sesaat mendampingi
masyarakat. Bahkan, kadang mereka hanya menceramahi masyarakat,
kemudian pulang, tanpa pendampingan sama sekali. Jadilah program-
program semacam itu tidak efektif.
Perpustakaan daerah, dalam hal ini, bisa mengambil peran dengan
menyediakan literatur-literatur yang relevan dengan materi penyuluhan yang
sedang dilakukan oleh pemerintah. Penyuluh juga hendaknya merefensikan
perpustakaan daerah kepada masyarakat, agar selepas penyuluh tersebut
mudik, masyarakat bisa tetap mengakses ilmu yang diberikan, atau bahkan
memperkaya sendiri ilmu yang sudah didapat di dalam penyuluhan.
Tujuan
Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah
V I S I :
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan
bagaimana suatu organisasi akan dibawa. Visi juga dapat
digambarkan sebagai suatu yang menantang tentang
keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin
diwujudkan. Dengan mengacu pada pengertian tersebut
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Kendal
kurun waktu tahun 2008 – 2010 telah menetapkan visi
sebagai berikut :
“ Terwujudnya Masyarakat Yang Gemar Membaca dan Sadar
Arsip ”
M I S I :
Misi mengandung pengertian sesuatu yang harus diemban
atau dilaksanakan oleh organisasi sebagai penyebaran dari
visi.
Dengan visi terwujudnya masyarakat yang gemar membaca
dan sadar arsip KPAD menjabarkan ke dalam 4 misi, sebagai
berikut :
1. Mendayagunakan aparatur pemerintah yang handal
dalam pelayanan.
2. Meningkatkan minat baca dan belajar masyarakat.
3. Meningkatkan pembinaan kearsipan di unit-unit kerja.
4. Mendayagunakan arsip sebagai bahan pertanggung
jawaban nasional.
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan mengandung pengertian sesuatu yang ingin dicapai
dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan sasaran merupakan
hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi
pemerintah sebagai penjabaran dari tujuan.
Tujuan dan sasaran Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
kurun waktu Tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :
Tujuan 1 : Meningkatkan mutu pelayanan pemerintah;
Sasaran : Terciptanya pelayanan prima pada
masyarakat
Tujuan 2 : Mewujudkan masyarakat yang gemar
membaca dan cerdas; Sasaran : Meningkatnya jumlah
pengguna perpustakaan, Meningkatnya jumlah
perpustakaan desa dan taman, bacaan, Meningkatnya
jumlah dan kualitas bahan pustaka
Tujuan 3 : Meningkatkan peran dan fungsi unit
kearsipan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Kendal; Sasaran : Meningkatnya peran dan
fungsi unit kearsipan
Tujuan 4 : Melestarikan arsip mempunyai nilai pertanggung jawaban
nasional; Sasaran : Terselamatkannya dan terlestarikannya arsip dan
dokumen yang mempunyai nilai guna pertanggungjawaban nasional.
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN ORGANISASI
Dasar hukum keberadaan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Kendal adalah Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 21
tahun 2007 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga
Teknis Daerah, Unit Pelayanan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja
di Kabupaten Kendal (pasal 51).
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Kendal dipimpin oleh
seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang perpustakaan dan
kearsipan.Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
diatas Kantor .
Perpustakaan dan Arsip Daerah mempunyai fungsi :
a. Menyusun kebijakan teknis dibidang perpustakaan
dan kearsipan.
b. Pengkoordinasian, fasilitasi, dan pembinaan
perpustakaan dan kearsipan.
c. Pelaksanaan pelayanan dibidang perpustakaan
dan kearsipan.
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan
kegiatan bidang perpustakaan dan kearsipan.
e. Pengelolaan Tata Usaha Kantor.