tugas ipi
Click here to load reader
-
Upload
syauka-niar -
Category
Documents
-
view
18 -
download
8
Transcript of tugas ipi
A. Manusia Sebagai Mahkluk Pedagogik
Salah satu karakteristik pendidikan Islam ialah
paradigmanya yang tidak hanya memandang manusia sebagai
objek pendidikan tapi juga sebagai pelaku pendidikan. Dengan
kata lain kita dapat mengatakan
bahwa Manusia adalah makhluk pedagogik yang diciptakan oleh Allah swt. Dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik. Potensi ini pulalah yang kemudian mengantar manusia mendapat kepercayaan atau amanah sebagai khalifah.
Potensi yang dimiliki setiap insan untuk mencari atau
menemukan kebenaran melalui proses belajar mengajar itu
berarti bahwa manusia memerlukan pendidikan, juga berarti
bahwa setiap orang berpotensi untuk dididik dan mendidik.
Teori nativis dan empiris yang ditemukan oleh Kerschenteiner
dengan teori konvergensinya, telah membuktikan bahwa
manusia itu adalah makhluk yang dapat didik dan mendidik.1
Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan
mendidik (homo- educadum) diimplementasikan dalam
kegiatan pendidikan yang didalamnya terdapat pendidik dan
peserta didik sebagai obyek utama pendidikan. Peserta didik
dalam perspektif pendidikan sering disebut sebagai manusia
1Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Cet VI. Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
h.17
yang belum dewasa, maka ia memerlukan pertolongan dari
orang lain yang dianggap dewasa.
Anak didik adalah salah satu bagian yang terpenting
dalam proses pendidikan. Hal tersebut mengingat, fokus utama
proses pendidikan adalah pembentukan anak didik menjadi
manusia- manusia baru. Menjadikannya menyadari tentang
potensi-potensi kemanusiaan yang dimiliki, dan menggunakan
potensinya itu sesuai dengan norma budaya dan agama yang
dianutnya.
Pada tahap kelanjutan pendidikan anak didik
diharapkan menyadari eksistensinya sebagai manusia atau lebih
tepatnya sebagai hamba yang harus mengenal penciptanya dan
tunduk kepadaNya. Fitrah atau potensi yang dimiliki setiap
manusia akan mengantarkan pada hakikat dari tujuan hidupnya
yang bermuara pada penemuan jati dirinya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa terminal akhir dari proses pendidikan
adalah menjadikan peserta didik sebagai manusia yang
memiliki bekal ilmu, iman, dan amal.
Keharusan anak dalam mendapatkan pendidikan
didasari atas fitrah anak sebagai manusia yang memiliki
kecenderungan kepada pencarian pada hal-hal yang positif
(hanif) oleh karena pendidikan harus memiliki tugas
mengembangkan potensi itu sehingga diharapkan dapat
menemukan kebenaran hakiki dan universal. Sedang pendidik
adalah mereka yang dkategorikan sebagai orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi pertolongan kepada pesrta didik
dalam arti membantunya dalam mengembangkan potensi atau
fitrahnya dalam menemukan kebenaran dan mencapai tingkat
kedewasaan.
Berangkat dari sebuah tanggung jawab dalam
menjalankan amanah sebagai pendidik merupakan bukti nyata
dari tugas kekhalifahan. Amanah ini harus diterjemahkan
secara mendalam mengingat potensi yang dianugrahkan kepada
manusia mencakup semua aspek pencapaian secara paripurna.
Manusia yang lahir tanpa mengetahui apa-apa selain dari fitrah
yang mendasarinya menjadi tahu tidak berjalan secara instan
tetapi melalui proses pendidikan. Proses pendidikan akan
melahirkan setiap generasi pelanjut dalam menyambung tugas
kekhalifaan.
Dengan dasar ini, manusia wajib mewariskan ilmu
pengetahuan yang dimiliki melalui kegiatan pendidikan.
Kewajiban orang tua dalam hal pendidikan menjadi hal yang
sangat esensi bagi kehidupan anak didik, peranan orang tua
sebagai pendidik akan menentukan perjalanan anak didiknya
dalam menemukan dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Hal ini sejalan dengan perkataan Rasulullah
bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, tegantung
kepada kedua orang tuanya apa anak mau diarahkan ke Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Hal ini memberi makna bahwa orang tua
selaku pendidik memiliki tanggung jawab yang besar dalam
membimbing, mengarahkan, dan menemukan jati diri setiap
anak didiknya.
Dalam hal fungsi dan peranan guru sebagai penyusun
skenario pendidikan dapat ditinjau dari dua alasan utama;
Pertama, Transmisi pengetahuan dan kecakapan, bersumber
dari pendidik. Untuk pelaksanaannya, pengetahuan pendidik
tentang konten dan materi harus lebih dari cukup begitu pula
tekhnik penyampaiannya. Kedua Pengembangan kemampuan
berfikir kritis pada subjek didik juga bersumber dari pendidik.
Selanjutnya nasehat Lukman pada putranya yang diabadikan
dalam al Qur’an menjelaskan fungsi pendidik dalam
mengarahkan tujuan hidup peserta didik sesuai dengan
fitrahnya. 2
B. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
2[2] M. Radhi Al-Hafid Tatangan Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi
( Penerbit Pusat Pengkajian Islam da Masyarakat, Makassar; 2000) h. 63.
Ilmu (sains) adalah sejenis pengetahuan manusia yang
diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris,
benar tidaknya teori sains ditentukan oleh logis tidaknya dan
ada tidaknya bukti empiris[3].
Sains (ilmu) adalah pengetahuan yang logis dan
mempunyai bukti empiris4.
Secara definitif, ilmu sebagaimana dikemukakan oleh al-
Jurjani dalam bukunyaAl-ta’rifat, adalah sebagai berikut :
(Tim Dosen Sunan Ampel Malang, Dasar-dasar Kependidikan
Islam, 1996:16)
1. Ilmu merupakan kesimpulan yang pasti yang sesuai dengan
keadaan sesuatu
2. Ilmu adalah menetapnya ide (gambaran) tentang sesuatu
dalam jiwa atau akal seseorang
3. Ilmu adalah sampainya jiwa kepada hakikat sesuatu5
Kata ilmu berasal dari kata dasar “Alima-Yaklamu” yang
berarti mengerti atau memberi tanda (mengetahui). Sehingga
ilmu dapat juga dikatakan sebagai kesimpulan sesuatu yang
didapatkan seseorang melalui panca indera, baik dengan
3 Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:PT. \4 Ibid, h.155 Armai arief dan Busahdiar Ilmu pendidikan islam,(jakarta: PT.Wahana Kardofa,2009) h.4
melihat, mendengar, mengucap, menyentuh, mencium, merasa,
dan sebagainya.
Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang
dewaa agar ia menjadi dewasa. Perkembangan selanjutnya
pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jamani dan rohaninya kearah kedewasaan.
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar
dan jelas memiliki tujuan6
Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina
serta bertanggung jawabuntuk mengembangkan intelektual
pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari7
Pendidikan menurut orang awam adalah mengajari murid di
sekolah, melatih anak hidup sehat, melatih silat, menekuni
penelitian, membawa anak ke masjid atau ke gereja, melatih
anak menyanyi, bertukang, dan lain-lain.8
6 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.157 [7] Ibid, h.40
8 Ahmad tafsir, Op.cit.,h.24
Marimba (Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, 1989:98)
menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama9.
Lodge (Philosophy of Education, 1974:23) menyatakan
bahwa pendidikan itu menyakut seluruh pegalaman. Dalam
pengertian luas ini kehidupan adalah pendidikan, dan
pendidikan adalah kehidupan.
Park (Selected Reading in the Phyloshophy of Education,
1962:3) menyatakn bahwa pendidikan adalah the art of
imparting or acquiring knowladge and habit through
instructional as study.10
Pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua
aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud
pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh
diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh
orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan
hati.
9 Ibid10 Ibid, h.26
Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan as-Sunnah
secara mendalam dan komprehensif sesungguhnya terdapat
kata-kata yang berhubungan dengan pendidikan diantaranya al-
tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib, al-tazkiyah, al-muwaidzah, al-
tafaqquh, al-tilawah, al-tahzib, al-irsyad, al-tabyin, al-
tafakkur, al-ta’aqqul, dan al-tadabbur11
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Saybani (Falsafah
Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, 1979:399) pendidikan adalah proses
mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran
sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara
profsi-profesi asasi dalam masyarakat.
Menurut Hasan Langgulung (Manusia dan Pendidikan
Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, 1986:32) pendidikan
adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya
diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu
pada anak-anak atau orang-orang yang sedang dididik.12
11 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1, h.7
12 [16] Ibid,h.29
Menurut Ahmad Fuad Al-Ahwaniy (al-Tarbiyah fi al-
Islam) pendidikan adalah pranata yang bersifat sosial yang
tumbuh dari pandangan hidup tiap masyarakat
Menurut Ali Khalil Abul A’inain (Falsafah Al-Tarbiyah Al-
Islamiyah fi Al-Quran Al -Karim, 1980) pendidikan adalah
program yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh karena itu,
setiap falsafah yang dianut oleh suatu masyarakat berbeda
dengan falsafah yang dianut masyarakat lain sesuai dengan
karakternya, serta kekuatan peradaban yang memengaruhinya
yang dihubungkan dengan upaya menegakan spiritual dan
falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh
kenyamanan hidupnya
Menurut Muhammad Athiyah Al Abrasyi (al tarbiyah al
islamiyah fi al-quran al karim, 1975:23), pendidikan islam
tidak seluruhnya bersifat keagamaan, akhlak, dan spiritual,
namun tujuan ini merupakan landasan bagi tercapainya tujuan
yang bermanfaat.
Menurut rumusan konferensi pendidikan islam sedunia
yang ke-2, pada tahun 1980 di islamabad. Pendidikan islam
adalah pendidikan yang harus ditujukan untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara
menyeluruh,dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik
manusia. Dengan demikian,pendidikan diarahkan untuk
mengembangkan manusia pada seluruh
aspeknya:spiritual, intelektual, daya
imajinasi, fisik, keilmuan, dan bahasa, baik secara individual
maupun kelompok, serta mendorong seluruh aspek tersebut
untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Pendidikan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manuia yang seutuhnya; beriman dan
bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan
eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang
berdasarkan kepada ajaran Alquran dan sunnah.
Pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan
Alquran dan As-Sunah selain mempunyai tujuan keilmuan,
juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah
yang dapat menjalankan tugasnya dengann baik.
Pendidikan islam adalah sebuah proses dalam membentuk
manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah
SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia, sesama makhluk
lainnya.
Pengertian islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama,
yuslima, islaman, yang berarti submission (ketundukan),
resignation (pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to
the will of God) (tunduk kepada kehendak Allah)(John M.
Echols dan Hasan Shadily, kamus inggris indonesia hal
426 )13 kata aslama berasal dari kata salima, berarti peace,
yaitu: damai, aman, dan sentosa.pengertian islam yang
demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran islam, yaitu untuk
mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada tuhan,
sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa,
serta sejalan pula dengan misi ajaran islam, yaitu menciptakan
kedamaian di muka bumi dengan cara mengajak manusia untuk
patuh dan tunduk kepada tuhan.
Makna islam sebagai paradigma ilmu pendidikan adalah
suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita
memahami realitas ilmu pendidikan sebagaimana islam
memahamimnya. Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan
juga memiliki arti konstruksi siistem pendidikan yang
didasarkan atas nilai-nilai universal Islam.
13 Abudin nata,Op.cit h.32
Islam adalah agama wahyu yang berlandaskan kepada Al-
Qur’an dan hadits yang disampaikan kepada umat islam
melalui Rasulullah SAW.14
Ilmu pendidikan islam merupakan prinsip, struktur,
metodologi, dan obyek yang meiliki karakteristik epistemologi
ilmu islami.
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang
berdaskan islam.ilmu pendidikan islam juga bisa dikatakan
sebagai ilmu pendidikan yang berdaskan al-quran, hadis, dan
akal
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari
tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina
jasmani dan rohani anak didik oleh orang dewasa sesuai
dengan ajaran islam yang bersumber pada al-quran dan hadis.
Definisi ilmu pendidikan islam dalam pengertian ini
merupakan bimbingan dan binaan dari orang dewasa. Ini
berarti seorang yang dapat dikatakan belum dewasa tidak dapat
menjadi seorang pendidik. Lalu bagaimana jika seorang remaja
(belum dewasa) yang telah menguasai ilmu tertentu telah dapat
dikatakan mampu membina atau membimbing anak-anak ?
Apakah ilmu pendidikan islam hanya sebatas pembinaan yang
14 Armai Arief dan Busahdiar, Op. cit., h. 7
dilakukan oleh orang dewasa? Lalu bagaimana jika seorang
dewasa tersebut tidak menguasai ilmu tertentu untuk dapat
disalurkan kepada peserta didik? Kami berpendapat bahwa
dalam dunia pendidikan, pendidik belum tentu orang dewasa
dan peserta didik juga belum tentu anak-anak. Oleh karena
itu, ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari
tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina
jasmani dan rohani peserta didik oleh seorang yang berilmu,
bertanggung jawab, serta memiliki kemampuan untuk mendidik
sesuai dengan ajaran islam yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Hadist.
C. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
1. Peserta Didik
Pendidikan ibarat uang logam yang memiliki dua isi yang
berbeda, namun tidak bisa dipisahkan.begitu pula dengan
pendidik dan peserta didik. Proses pendidikan berarti terjadi
aktivitas antara pemberi dan penerima. Peserta didik
merupakan salah satu dari dua sisi yang bertugas menerima
konsep pendidikan agar terbentuk sebagai insan muslim yang
kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak Al-
Quran, bersikap, bersifat, dan bertindak sesuai dengan kaidah
Al-Quran.15
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam
pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious
dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.[29]
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang
sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis,
sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan
di akhirat kelak (Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan
Pngelolaan Kelas ,1985:128).
Peserta didik cakupannya lebih luas dari pada anak didik.
Peserta didik tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga
orang dewasa. Penyebutan peserta didik juga mengisyaratkan
bahwa lembaga pendidikan tidak hanya sekolah (pendidikan
formal), melainkan juga mencakup lembaga pendidikan
nonformal yang ada di masyarakat, seperti majelis taklim,
paguyuban, dan sebagainya. Dengan demikian, istilah peserta
didik ini bukan hanya orang-orang yang belum dewasa dari
segi usia , melainkan juga orang-orang dari segi usia yang
15 Ibid, h.10
sudah dewasa, namun dari segi mental, wawasan, pengalaman,
keterampilan, dan sebagainya masih memerlukan bimbingan.
Berbagai buku memberikan pengertian yang berbeda tentang
peserta didik dengan anak didik. Namun, sebagian pula tidak
membedakan antara keduanya. Seperti yang tertulis pada buku
karya Abiddin Nata, peserta didik bukan hanya anak-anak ,
tetapi juga orang dewasa. Peserta didik cakupannya lebih luas
dibanding anak didik. Walaupun arti anak didik yang dimaksud
oleh sebagian penulis adalah bukan asli sebenarnya anak-anak,
tetapi sebagian pembaca memakan mentah arti anak didik
sebagai anak-anak saja. Kami memakai istilah peserta didik
sebagai arti yang lebih luas, yaitu Peserta didik merupakan
semua individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik
secara fisik, psikologis, sosial, dan religius agar terbentuk
sebagai insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan dan
agamanya, memiliki akhlak Al-Quran, bersikap, bersifat, dan
bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran.
2. Pendidik
Dalam konteks pendidikan islam, pendidik sering disebut
dengan “murabbi, mu’allim, dan mu’addib”. Ketiga term
tersebut mempunyai semantis masing-masing sesuai dengan
penggunaannya dalam konteks pendidikan islam. Istilah lain
pendidik juga disebut dengan “Al-Ustadz” dan “Al-
Syaikh”. Pendidik yang pertama dan utama adalah orang tua,
mereka bertanggung jawab penuh atas perkembangan anak-
anaknya sejak dalam kandungan sampai mereka beranjak
dewaasa. Oleh karena itu kesuksesan anak dalam mewujudkan
dirinya sebagai khalifah Allah juga merupakan kesuksesan
orang tua sebagai pendidiknya.
Sama halnya dengan teori barat, pendidik dalam islam adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta),
maupun psikomotorik (karsa).16
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik
adalah orang yang mendidik (Perwadarminta, Kamus Umum
Bahasa Indonesia ,1991:250) . Dalam pengertian yang lazim
digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
16 Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1992, h. 74
kedewasaannya, mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah SWT ,dan mampu melakukan tugas
sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang
mandiri (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan
Islam, 2006:87).17
Diatas (dalam pengertian ilmu pendidikan islam) telah kami
simpulkan bahwapendidik bukan hanya orang dewasa saja
(dari segi usia), melainkan individu dari segi mental, wawasan,
pengalaman, keterampilan, dan sebagainya telah mampu
memberikan bimbingan serta bertanggung jawab memberikan
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya,
mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT ,dan mampu melakukan tugas sebagai
makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
3. Kurikulum
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum agakknya dapat
diterjemahkan dengan istilah “manhaj” yang berarti jalan yang
terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
17 Armai Arief dan Busahdiar, Op. cit., h. 12
kehidupan. Secara terminologi istilah kurikulum digunakan
dalam dunia pendidikan dengan pegertian sejumlah
pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.
Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk
mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan.
Kurikulum dalam bidang pendidikan , dalam arti yang sempit
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh Omar
Mohammad al-Toumy al-Syaibani, adalah jalan terang yang
yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang
yang dididik dan dilatihnya untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka (Omar Mohammad
al-Toumy al-Syaibani, 1978:476).
b. Kurikulum sebagaimana dikemukakan Crow and Crow
adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata
pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow and
Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1990:H.75).
c. Kurikulum sebagaimana dikemukakan Abdurrahman Salih
Abdullah adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan
berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan
(Abdurrahman Salih Abdullah, Educational Theory a Qur’anic
Out look, H.123).
Selanjutnya kurikulum dalam arti yang lebih modern dan luas
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan
Addamardasy Sarhan dan Munir Kamil, sebagaimana dikutip
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani adalah sejumlah
pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni,
yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam
dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah
tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan
(Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan
Islam, H.485).
b. Kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan
Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian, baik yang berada
di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah
(Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, 1987:483-
484).18
Dari sekian banyak pengertian tentang kurikulum, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kurikulum dalam arti sempit dan tradisional
hanya menggambarkan sebuah rencana pengajaran yang di
susun secara sistematik, yang di dalamnya terdapat unsur
tujuan yang ingin dicapai, nama-nama mata pelajaran,
metode, evaluasi, tugas-tugas dan kegiatan belajar yang harus
dilakukan oleh guru dan pelajar. Sementara kurikulum dalam
arti luas tidak hanya mencakup mata pelajaran yang diberikan
ke dalam kelas, melainkan seluruh kegiatan yang dapat
memengaruhi pengertian, penghayatan, pengamalan,dan
ketrampilan peserta didik dalam segala bidang baik tertulis
maupun tidak tertulis (hidden curiculum) .
4. Metode
Dalam konsep pendidikan, kata metode sering digandengkan
dengan kata “mengajar” atau yang lebih dikenal dengan istilah
“metodologi pengajaran”. Mengajar berarti menyajikan atau
menyampaikan sesuatu (sejumlah bahan pelajaran) kepada
anak didik (Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
18 Abudin Nata, Op. cit., 124
Indonesia, 1995:14). Jadi metode pengajaran adalah suatu cara
yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar
tercapai tujuan pengajaran (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995:77-78).
Metode pengajaran yang umum dikenal dalam dunia
pendidikan adalah metode ceramah, metode diskusi, metode
eksperimen, metodedemonstrasi, metode pemberian tugas,
metode sosiodrana, metode drill, metodekerja kelompok,
metode tanya jawab, metode simulasi, metode karya wisata,
dan sebaganya.
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam
penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan
didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai
suprasistem. Sedangkan teknik pendidikan islam adalah
langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik
melaksanakan pengajaran di kelas. (Tim Depag, Islam untuk
Disiplin Ilmu pendidikan, 1984: 157)
Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengartika metode sebagai
jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta
didik. Abd al-Aziz mengartikan metode dengan cara-cara
memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan
berfikir, serta cinta kepada ilmu, guru dan sekolah. (Omar
Muhammad al-Thauni al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam,
1979: 551-552).
Jadi teknik merupakan pengejawantahan dari metode,
sedangkan metode merupakan penjabaran dari asumsi-asumsi
dasar dari pendekatan materi al-Islam.
Seluruh pendapat tentang pengertian dan macam-macam
metode pengajaran memiliki inti yang sama, yaitu metode
merupakan cara penyampaian materi kepada peserta didik
guna mencapai tujuan pendidikan islam.
5. Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti menilai.
Kata nilai menurut filosofi pengertiannya ialah “idea of worth”
menurut Edwin dan Gerald Brown,evaluasi (penilaian dalam
pendidikan) berarti seperangkat tindakan atau proses untuk
menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia
pendidikan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1995:97). Penilaian dalam pendidikan
islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan
dengan pendidikan islam benar—benar sesuai dengan nilai-
nilai yang islami, sehingga tujuan pendidikan islam yang
dicanangkan dapat tercapai. Penilaian dan pengukuran dalam
pendidikan islam akan objektif jika didasarkan pada Al-Quran
dan Hadist.
Evaluasi pendidikan islam adalah suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan
Islam. (Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama,
1981: 139). Program evaluasi ini dirterapkan dalam rangka
mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam
menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-
kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi,
metode, fasilitas, dan sebagainya.19
Evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi
yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan
informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian
dalam rangka membuat keputusan (A. Tabrani
Rusyan,dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar,1992:183).[41]
Evaluasi dalam proses pendidikan memiliki pengaruh yang
sangat penting guna memperbaiki sistem pengajaran agar
mencapai tujuan pendidikan islami.
6. Lingkungan
19 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.cit., h. 211
Lingkungan adalah seluruh yang ada, baik manusia, maupun
benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak,
kejadian-kejadian, atau hal-hal yang berhubungan dengan
seseorang. Sejauh mana seseorang berhubungan dengan
lingkungannya, sejauh itu pula keterbukaan/peluang masuknya
pengruh pendidikan kepadanya.20
Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti
alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik,
seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai dan adat
istiadat yang berlaku di masayarakat, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan yang berkembang, serta teknologi.
7. Alat Pendidikan
Untuk mencapai tujuan, pendidikan memerlukan berbagai alat
yang dikenal dengan istilah media pendidikan, audio visual,
alat peraga, sarana, dan prasarana pendidikan,dan sebagainya.
Alat atau media pendidikan meliputi segala sesuatu yang dapat
membantu proses pencapaian tuujuan pendidikan.oleh karena
penddikan islam mengutamakan pengajaran ilmu dan
pembentukan akhlak, maka alat untuk mencapai ilmu adalah
20 Armai Arief dan Jusuf Mudzakkir, Op. cit., h.14
alat-alat pendidikan ilmu, sedangkan alat untuk pembentukan
akhlak adalah pergaulan.
D. Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam
Setelah memperhatikan pengertian dan ruang lingkup
pendidikan islam sebagai mana yang telah disebutkan, maka
berikut ini akan diungkapkan kegunaan ilmu pendidikan islam :
1. Untuk mengembangkan potensi yang ada untuk anak didik
muslim sebagai makhluk yang dapat dididik.
2. Untuk mewariskan nilai-nilai budaya orang islam kepada
anak didik sebagai generasi penerus/calon pemimpin umat.
3. Karena ilmu pendidikan islam berlandaskan Al-Quran dan
Hadist yang keduanya menggunakan bahasa Arab, dengan
demikian dapat melatih dan mempraktikkan bahasa tersebut
kepada anak didik muslim.
4. Untuk memberikan pengertian kepada anak didik bahwa
dirinya bukan hanya sebagai seorang muslim yang berpedoman
kepada Al-Quran dan Hadist, tetapi ia juga seorang warga
negara Indonesia yang memiliki falsafah hidup bangsa yaitu
Pancasila dan UUD 194521
Fungsi pendidikan islam adalah menyediakan adalah
menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-
tugas pendidikan islam tersebut tercapai dan berjalan dengan
lancar.[46]
Menurut Kurshid Ahmad (Ramayulis, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, 1990: 19-20), fungsi pendidikan
islam adalah sebagai berikut:[47]
1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan
tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta
ide-ide masyarakat dan bangsa.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan
perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan
dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga
manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan
perubahan sosial dan ekonomi.
21 Ibid, h.22