Tugas Hukum Adat

download Tugas Hukum Adat

of 4

description

hukum

Transcript of Tugas Hukum Adat

STRUKTUR ADAT DAN FUNGSI SERTA TUGASBERDASARKAN BUDAYA SUKU MANGGARAI

Pada umumnya gambaran masyarakat Manggarai bisa dilihat dari corak maupun ragam budayanya yang tercermin dalam berbagai sistem atau sub-sistem yang berlaku. Beragam sub-sistem yang hidup dalam masyarakat Manggarai yang dapat memperlihatkan bagaimana sesungguhnya corak kebudayaan di Manggarai. Sub-sistem yang hidup dalam masyarakat Manggarai yaitu sub-sistem religi, sub-sistem organisasi, sub-sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian atau ekonomi, sistem teknologi.1. ReligiSecara umum, sistem religi asli orang Manggarai adalah monoteis implisit, dengan dasar religinya yakni menyembah Tuhan Maha Pencipta dan Maha Kuasa (mori jadi dedek Ema puun kuasa), meski masih terdapat cara-cara dan tempat persembahan misalnya, compang (mesbah) juga terkadang di bawah pohon-pohon besar yang dipandang angker dan suci.

Compang (mesbah) Yang didirikan di tengah kampung karena menurut kepercayaan orang Manggarai di sana berdiamlah Sang Naga Beo (kekuatan pelindung) yang menjaga ketentraman warga kampung setiap waktu. Compang itu berbentuk bulat maksudnya atau mengandung makna kekerabatan, sehingga dalam upacara adat Manggarai sering diungkapkan kalimat sebagai berikut: Muku capuutoe wolen gcurup (kesatuankata) Ipung catiwu neka woleng wintuk (kesatuantindakan) Teuca ambong neka woleng lako (kesatuanlangkah)Wujud nyata dari prinsip ini nampak dalam kegiatan leles, kokor tago, dan lain-lain. semuanya menekankan persaudaraan, kebersamaan, dan kekeluargaan. Di dalam masyarakat Manggarai, khususnya berkaitan dengan religius tumbuh dan berkembangnya upacara-upacara adat yang berkaitan untuk menyebut nama Tuhan atau wujud tertinggi misalnya : Dalam acara penti, ucapan untuk menyebut nama Tuhan atau wujud tertinggi:

- Lawang morin agu ngaranArtinya untuk minta pengukuhan dari Tuhan sebagai pemilik atau pemberi atas benih atau tumbuh-tumbuhan yang digunakan oleh manusia. sehingga dalam adat Manggarai, diadakannya pesta penti (syukuran) kepada Tuhan atas pemberiannya itu.Dalam upacara kematian, ucapan untuk menyebut nama Tuhan atau wujud tertinggi : Kamping morin agu ngaran.

2. Sistem Organisasi Sosial atau Kemasyarakatan Lembaga Adat / Tua Adat Gendanga. Sejarah Berdirinya GendangSecara etimologis, gendang adalah alat musik tradisional Manggarai sejenis drum. Sedangkan secara esensial, gendang adalah lembaga kekuasaan dari suatu masyarakat hukum adat. Seperti masyarakat hukum adat Gendang Mano, Gendang Alang Mano, Gendang Lame, dan Gendang Bea Laing. Sehingga secara umum Gendang adalah nenek moyang dari masyarakat hukum adat tertentu beserta keturunannya yang berkuasa untuk memerintah seluruh masyarakat hukum adat tertentu dan berkuasa atas wilayahnya. Dalam hal terbentuknya gendang, walaupun memiliki sejarah tersendiri tetapi melihat struktur lembaga hukum adat yang berlaku sampai sekarang di Kabupaten Daerah Tingkat II Manggarai, maka gendang dibentuk atau diadakan oleh Gelarang yang tugasnya untuk menyelesaikan sengketa tanah atau lingko yang timbul antara gendang dan menentukan serta membagikan lingko-lingko kepada setiap kampung atau gendang.Cara lain yang membentuk atau mengadakan gendang adalah sebagai akibat memenangkan perang atau menguasai suatu wilayah kosong.Gendang Mano yang dimaksud dalam penelitian ini dibentuk setelah menguasai suatu wilayah kosong yang telah ratusan tahun ditinggalkan. Wilayah kosong ini ditemukan oleh nenek moyang orang Mano yaitu suku Kuleng. Suku ini kemudian membentuk Gendangn one lingkon peang yang berdiri sampai saat ini. Perlu juga diketahui bahwa nenek moyang pertama yang menguasai wilayah Mano adalah Empo Mbak. Empo Mbak ini adalah pelarian atau orang buangan dari suku Minangkabau sebagai akibat perebutan kekuasaan. Dalam legenda orang Manggarai, Empo Mbak ini adalah seorang keturunan raja Minangkabau .Dalam perkembangannya, karena memiliki lingko yang luas dan banyak maka Gendang Mano memberikan (widang) suatu lingko kepada orang Alang sebagai tanda persaudaraan.Kemudian terbentuklah gendangn onen lingkonn peang, dari Gendang Alang Mano. Demikian juga dengan Gendang Bea Laing yang disebut dengan Gendang Ase Kae (famili, sanak saudara), karena sebenarnya Bea Laing berasal dari suku Pau Ruteng. Atas kebaikan orang Mano mereka lalu diberikan untuk menghuni wilayah Bangka Pau di Mano kemudian pindah ke Mera Mano. Karena perkembangan akhirnya mereka pindah ke Bea Laing untuk menetap, dan melalui perkawinan maka terjadilah hubungan dengan masyarakat Gendang Mano, karena melalui suatu kebijaksanaan maka Gendang Mano memberikan lingko kepada suku Pau Ruteng.Sedangkan terbentuknya Gendang Lame atau gendang widang (pembagian) adalah gendang pembagian kepada saudari perempuan atau kepada anak mantu. Maka Gendang Mano membagi lingko untuk mendirikan Gendang Lame. Serta lembaga hukum adatnya yaitu Gendangn onen lingkon peang.Sehingga hubungan antara Gendang Mano dan ketiga Gendang tersebut sangat erat dan harmonis dan ketiga Gendang yang dibentuk tetap tunduk dan taat kepada Gendang Mano, seperti dalam hal sebagai berikut : Ketiga Gendang harus tunduk dan taat kepada perintah dari Gendang Mano dalam hubungan adat istiadat mengenai lingko. Apabila ketiga Gendang tersebut membagi moso atau lodok (membagi tanah per keluarga), Gendang Mano harus mendapatkan juga satu bagian sebagai Gendang induk. Masyarakat dari kegita Gendang harus hadir apabila dipanggil oleh Tua Gendang Mano sehubungan dengan pesta penti. Fungsi, Tugas dan Struktur Organisasi GendangPada dasarnya fungsi, tugas dan struktur organisasi gendang yang ada di Manggarai sama.a. Fungsi organisasi gendang : Menegakkan sejarah garis keturunan Mempertahankan kekuasaan gendang. Mempersatukan warga gendang. Menata kehidupan sosial warga gendang. Mempertahankan kepemilikan tanah dan mengatur pembagiannya. Membentuk pertahanan yang kuat dalam menghadapi musuh.b. Tugas Organisasi Gendang : Menjaga dan memelihara kesinambungan keberadaan keturunan gendang. Menata ketertiban sosial bagi kehidupan warga gendang. Memasukkan kehidupan bersama warga gendang.c. Struktur Organisasi Gendang :Keadaan dewasa ini telah menunjukkan bahwa Raja, Dalu dan Gelarang tidak berperan lagi karena organisasinya telah bubar, yang tertinggal hanyalah apa yang dinamakan dengan gendang atau lembaga hukum adat yang disebut dengan gendangn onen lingkon peang. Tua gendang adalah sekelompok orang yang merupakan pendiri gendang dan keturunannya.Sehingga mereka menguasai Beo (kampung) secara keseluruhan yaitu gendangn onen lingkon peang.Keturunan pendiri gendang berhak untuk menjadi : Tua Golo Tua Teno Ata lami gendang (keluarga yang menempati rumah niang atau rumah gendang dan menjaga serta memelihara). Pelaksana ritus gendang yang menentukan penti (syukuran), oli (upacara musim tanam), wasa (mohon penyuburan), dan paki kaba (persembahan).

Tua GoloAdalah Tua yang menguasai golo (kampung) Paangn olon, ngaungn musi (segenap wilayah milik gendang yang bertugas memimpin rakyat gendang, mengontrol dan menertibkan pelaksanaan adat istiadat sebagai pedoman hidup seluruh warga gendang dan memberi sanksi bagi yang melanggar tata tertib gendang. Yang mengangkat Tua Golo adalah Tua Gendang. Dia yang diangkat karena turunan pendiri gendang, mempunyai gesah sebagai pemimpin, taat kepada aturan adat istiadat dan tidak banyak cacat cela dalam hal moral. Tugas Tua Golo adalah sebagai pemimpin rakyat gendang dalam hal urusan harian seperti ketertiban warga gendang, menjaga keamanan warga dan kebun warga. Dan persyaratan menjadi Tua Golo adalah orang yang bijaksana, mampu menyelesaikan masalah dalam wilayah gendang. Dalam musyawarah gendang, dia adalah pemimpin sidang, khusus di luar kekuasaan Tua Teno. Tetapi dia harus taat kepada kebijaksanaan Tua Gendang yang merupakan sesepuh-sesepuh agung gendang. Dan perlu diketahui bahwa kedudukan Tua Golo dan Tua Teno adalah sejajar. Tua TenoAdalah orang yang berasal dari Tua gendang dengan tugas menentukan pembagian tanah yang menjadi hak milik gendang, mengamankan pelaksanaan pembagian tanah dan melaksanakan ritus pembagian. Sedang yang menentukan kepemilikan tanah adalah Tua Gendang. Tua Panga.Panga (bagian atau cabang) adalah sekelompok orang yang merupakan turunan Tua Gendang pada lapisan tertentu yang dipercayakan untuk mengurus diri berdasarkan kebijaksanaan Tua Gendang, Tua Golo dan Tua Teno. Tua Panga adalah pemimpin atau kepala panga. Panga terdiri dari beberapa Ame atau keluarga yang berasal dari satu nenek dalam suku tertentu. Tua AmeAdalah keturunan Tua Gendang sesudah lapisan panga dan dipercayakan untuk mengurus diri. Ame terdiri dari beberapa kilo atau keluarga. Tua Ame adalah pemimpin keluarga. Tua KiloAdalah yang mengetahui atau menguasai suatu keluarga. Tua Kilo adalah pemimpin keluarga yang biasanya disandang oleh bapak.

Tua WauAdalah yang mengepalai keturunan pendatang yang telah berkembang dalam gendang dan menerima pembagian tanah. Pada umumnya mereka memiliki hubungan dengan gendang karena faktor perkawinan. Walaupun mereka merupakan keturunan pendatang, namun tetap taat pada tata tertib dan peraturan gendang yang dihuni. Tua Wae TuaYaitu yang mengetahui atau menguasai suku yang tertua dari gendang tersebut. Biasa disebut dengan wae kae atau keturunan tertua. Tua Wae KoeYaitu yang mengetahui atau menguasai suku yang termuda dalam gendang. Biasa disebut dengan wae ase atau keturunan termuda.

Ruang Lingkup Wilayah GendangWilayah kekuasaan gendang adalah suatu wilayah tertentu dari sebuah kampung atau desa yang terdiri dari beberapa lingko atau tanah dan setiap lingko mempunyai tanah sendiri. Wilayah kekuasaan ini nampak dalam sebutan gendangn onen atau beon one, lingkon peang. Gendangn one yang dimaksud adalah segenap warga gendang sedangkan lingkon peang adalah wilayah yang merupakan tanah (lingko) milik gendang.