Tugas Geohidrologi
-
Upload
quino-reis -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of Tugas Geohidrologi
KONTROL MORFOLOGI TERHADAP AIRTANAH
A. Konsep Dasar
Secara umum proses resapan airtanah ini terjadi melalui 2 proses
berurutan, yaitu infiltrasi (pergerakan air dari atas ke dalam permukaan tanah)
dan perkolasi yaitu gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh ke dalam zona jenuh
air. Daya infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang mungkin, yang
ditentukan oleh kondisi permukaan tanah. Daya perkolasi adalah laju
perkolasi maksimum yang mungkin, yang besarnya ditentukan oleh
kondisi tanah di zona tidak jenuh. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas
hujan jika laju infiltrasi masih lebih kecil dari daya infiltrasinya. Perkolasi tidak
akan terjadi jika porositas dalam zona tidak jenuh belum mengandung air
secara maksimum.
Proses infiltrasi berperan penting dalam pengisian kembali lengas tanah
dan air tanah. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi
dan perkolasi (jika ada). Pengisian kembali air tanah sama dengan perkolasi
dikurangi kenaikan kapiler (jika ada). Resapan airtanah akan
menentukan besarnya aliran dasar yang merupakan debit minimum sungai di
musim kemarau.
1
Gambar 1. Sistem aliran airtanah (Toth,1963 dalam Sudadi, 1996:10)B. Bentuk Lahan Sebagai Dasar Penyusunan Hidromorfologi
1. Konsep dan Pemikiran
a. Salah satu terapan geomorfologi adalah apa yang disebut dengan
konsep satuan hidromorfologi (Verstappen, 1978). Satuan bentuklahan
sebagai salah satu aspek geomorfologi yang dicirikan oleh relief,
litologi termasuk struktur dan genesisi tertentu, akan mencerminkan
ketersediaan airtanah di suatu daerah.
b. Setiap satuan bentuklahan akan mempunyai respon tertentu terhadap
airtanah sehingga satuan bentuklahan dapat dipakai untuk menyusun
satuan hidromorfologi (de Rider, 1979; Sutikno, 1989)
c. Karekteristik airtanah pada suatu wilayah dipengaruhi kuat oleh genesis
daerah, lingkungan pengendapan, struktur dan jenis batuan penyusunnya
(Langgeng, 1995)
d. Satuan hidromorfologi merupakan satuan bentuklahan yang berisi
informasi karakteristik airtanah, yang meliputi : kedalaman muka freatik,
kualitas airtanah dan koefisien permaebilitas akuifer (Sutino, 1989,1992),
disamping itu juga informasi tipe hidrokimia airtanah (Langgeng, 1995).
e. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan air untuk
penyediaan air bersih antara lain : iklim, geologi, geomorfologi,
hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan (Sutikno, 1989).
Menurut Freeze & Cherry, 1979 (dalam Salamadkk, 1993:274)
untuk menentukan zona resapan dan pelepasan air perlu diperhatikan:
a. Aliran air permukaan dan airtanah.
b. Iklim, terutama curah hujan.
c. Karakteristik hidrogeologi.
d. Topografi, daerah resapan air umumnya bertopografi tinggi dengan
kemiringan lahan relatif besar.
2
Menurut Purbo Hadiwidjoyo, 1982 terdapat kaitan yang erat antara
topografi/ morfologi dengan keterdapatan air, yaitu :
a. Medan datar : umumnya muka airtanah dangkal.
b. Medan miring : makin miring lahan muka air tanah makin
dalam, sering ada pemunculan air di kakinya.
c. Medan bergelombang : bagian puncak kering dan lembah basah.
d. Medan berbukit : puncak kering, mungkin air muncul di kaki
bukit.
Keputusan MENEG Lingkungan Hidup No. 39/MENLH/
8/1996 menggolongkan kawasan resapan air sebagai kawasan lindung. Kriteria
umum kawasan lindung adalah (Hartanto & Karsidi, 1995:136):
a. Ketinggian > 1500 m di atas permukaan laut (mdpl).
b. Kemiringan lahan > 40 %
c. Tanah sangat peka/ peka terhadap erosi
d. Curah hujan > 1500 mm/tahun
e. Penggunaan lahan sebagai hutan
Salah satu upaya untuk mendukung konservasi daerah resapan air
tersebut adalah dengan dikeluarkannya berbagai peraturan perundangan
baik tingkat nasional maupun kabupaten.
a. Dalamnya genangan di permukaan tanah, semakin tinggi genangan maka
tekanan air untuk meresap ke dalam tanah semakin besar pula.
b. Kadar air dalam tanah, semakin kering tanah infiltrasi semakin besar.
c. Pemampatan tanah, akan memperkecil porositas, pemampatan
dapat terjadi karena pukulan butir-butir hujan, penyumbatan pori
oleh butir halus, karena injakan manusia, binatang dan lain
sebagainya.
d. Tumbuh-tumbuhan, jika tertutup oleh tumbuhan akan
3
semakin besar.
e. Struktur tanah, yaitu ada rekahan daya infiltrasi akan memperbesar.
f. Kemiringan lahan dan temperatur air (mempengaruhi kekentalan).
Daerah resapan air adalah daerah tempat meresapnya air hujan ke dalam
tanah yang selanjutnya menjadi airtanah. Kenyataannya semua daratan
di muka bumi dapat meresapkan air hujan. Daerah resapan regional berarti daerah
tersebut meresapkan air hujan dan akan mensuplai airtanah ke seluruh cekungan,
tidak hanya mensuplai secara lokal dimana air tersebut meresap (Sudadi,
1996:10).
Untuk keperluan praktis aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam
menentukan daerah resapan air adalah (Sudadi, 1996:3): Kawasan konservasi
umumnya terletak di kawasan pegunungan, curah hujan tinggi, daerah pemasok
aliran mantap, kemiringan tanah relatif tinggi dan mempunyai kerentanan sedang -
tinggi terhadap bahaya longsor (Arwin Sabar & Bandono, 1995:II-69). Secara
lengkap aspek-aspek yang berkaitan dengan kawasan konservasi ini adalah :
a. Aspek Geologi
1. Topografi bergelombang kasar dengan kemiringan relatif besar.
2. Tersusun dari batuan deposit vulkanik muda sehingga belum
terkonsolidasi sempurna (peka terhadap erosi dan longsor).
3. Dikelilingi oleh pegunungan dan sering ditemukan mata air.
b. Aspek Hidrologi, dari sudut pandang pengendalian kualitas ruang
hidrologi, kawasan konservasi mempunyai fungsi: sebagai kawasan
resapan air, memperlambat akumulasi air di kawasan kerja sehingga
mengurangi frekuensi banjir, mempertahankan aliran mantap (air
tanah dan air permukaan), mencegah erosi, dan sumber air bersih.
4
C. Airtanah Ditinjau Dari Morfologi Daerahnya
Morfologi daerah sangat mempengaruhi keadaan airtanah setempat, hal ini
disebabkan karena pengaruh peresapan air hujan yang jatuh di tempat itu. Maka
airtanah setempat akan sangat tergantung dari tinggi rendahnya morfologi
Contohnya:
1. Daerah dengan ketinggian tertentu airtanahnya dapat dalam ataupun dangkal.
2. Pada daerah perbukitan airtanahnya akan dalam, karena pengaruh kemiringan
topografi, daerah yang kemiringannya besar, airtanah akan mengalir sebagai
air permukaan.
3. Sedangkan daerah yang morfologinya rendah, kebanyakan airtanahnya
dangkal, hal ini karena pengaruh dari air hujan setempat airnya akan meresap
ke dalam tanah.
4. Pada daerah ini airtanahnya amat produktif sebagai sumur penduduk/dangkal
maupun sumur bor. Jadi secara umum bentuk muka airtanah kurang lebih
akan mengikuti bentuk topografinya.
Menurut Purbo Hadiwidjojo (1970) berdasarkan morfologinya, kondisi
airtanah di daerah gunungapi dapat dibedakan menjadi 3 daerah
1. Daerah puncak (kerucut gunungapi)
Merupakan daerah pengaliran permukaan, kemiringan lerang > 35°
2. Daerah tubuh gunungapi
Merupakan awal terbentuknya airtanah atau disebut sebagai daerah perkolasi.
Di daerah ini sudah dijumpai adanya mataair. Kemiringan lereng antara 10°-
20°
3. Daerah kaki gunungapi
Merupakan daerah utama terbentuknya airtanah kemiringan lereng < 5°.
5
Daerah III sangat baik dibuat sumur
Gambar 2. Kemiringan topografi terhadap potensi airtanah
Gambar 3. (Model siklus hidrologi, dimodifikasi dari konsep Gunung Merapi-GunungKidul)
6