Tugas Geofisika Terapan

13
TUGAS GEOFISIKA TERAPAN DISUSUN OLEH: RAYNOUVAL ARIEF AMIR 270110120062 30 SEPTEMBER 2015 JATINANGOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

description

Geophysical Application of the Geomagnetic Method

Transcript of Tugas Geofisika Terapan

TUGAS  

GEOFISIKA  TERAPAN  

 

 

 

DISUSUN  OLEH:  

RAYNOUVAL  ARIEF  AMIR  

270110120062  

 

 

30  SEPTEMBER  2015  

JATINANGOR  

UNIVERSITAS  PADJADJARAN  

Pendahuluan  

Metode Magnetik merupakan pendekatan yang sangat populer dan murah untuk mendeteksi metal yang dekat dengan permukaan. Projek arakterisasi situs keteknikan dan lingkungan biasa diawali dengan survei magnetometer untuk mendapatkan informasi tetang letaknya suatu utilitas dan kepentingan lainnya yang terkubur. Ketika material besi diletakkan di dalam medan magnetik bumi, bahan tersebut mengembangkan sebuah medan magnetik terinduksi. Medan terinduksi tersebut ter-superimposisi di medan magnetik bumi di lokasinya membentuk sebuah anomali magnetik. Deteksi bergantung pada jumlah dari material magnetik yang ada dan jaraknya dengan sensor. Anomali tersebut umumnya berada pada peta kontur berwarna. Magnetometer biasa digunakan untuk

• Menemukan tanki dan drum yang terkubur • Studi sesar • Eksplorasi Mineral • Eksplorasi Geotermal • Pemetaan utilitas terkubur • Fondasi terkubur

Pada aplikasi geotermal, tujuan utama dari studi magnetik adalah untuk mengkontribusi informasi tentang hubungan aktifitas geotermal, tektonik, dan stratigrafi sekitar dengan interpretasi anomali sifat magnetik batuan terkubur (Escobar, 2005). Sebagian besar batuan tidak magnetik, tetapi beberapa tipe batuan memiliki mineral yang cukup untuk memulakan anomali magnetik. Interpretasi data yang menggambarkan perbedaan kelimpahan lokal magnetisasi sangat berguna untuk menemukan sesar dan kontak geologi.

Anomali magnetik dapat berasal dari serangkaian perubahan litologi, variasi dalam ketebalan tubuh termagnetitasi, patahan, lipatan dan bantuan topografi. Sebuah jumlah yang signifikan dari informasi dapat meninggalkan revisi kualitatif dari sisa anomali magnetik peta medan magnet keseluruhan. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan bahwa nilai survei tidak selesai dengan interpretasi pertama, melainkan meningkatkan sebagai lebih geologi dikenal.

Lebih penting, di awal, untuk mendeteksi adanya patahan atau body yang intrusif,

daripada menentukan bentuk atau kedalaman mereka. Meskipun, dalam beberapa terbitnya magnetik, penetapan tersebut tidak dapat dilakukan dalam cara yang unik, data magnetik telah berguna karena intrusifnya lebih magnetik dari aliran lava yang mendasar. Faulting menciptakan ruang sehingga cairan hangat menggusur dan karena itu mengubah guest rocks. Suhu sistem hidrotermal dan volatilitas oksigen akan menentukan kuantitas loadstone yang hadir di daerah faulting dan karena itu, didapat respon magnetik.

Pembahasan

Jika dua kutub magnet kekuatan m1 dan m2 yang dipisahkan oleh jarak r, gaya, F,

ada di antara dua kutub tersebut. Jika kutub memiliki polaritas yang sama, gaya akan mendorong kutub ke arah yang saling berlawanan, dan jika memiliki polaritas yang berlawanan, gayanya adalah menarik dan akan menarik kutub kepada satu sama lain. Persamaan untuk F adalah sebagai berikut:

di mana μ adalah permeabilitas magnetik dari medium magnetik yang memisahkan kutub; m1 dan m2 adalah kekuatan tiang dan r jarak antara kutub.

Jika muatan yang berinteraksi lebih dari dua buah, maka gaya magnet totalnya

adalah:

Jika kedua benda memiliki arah garis gaya magnet yang berlawanan arah, maka

kedua benda akan saling tarik menarik. Kuat Medan Magnet (H)

Kuat medan magnet yang dinyatakan dengan (H) di suatu titik di definisiksn sebagai gaya persatuan kutub yang bekerja pada suatu kutub dengan kuat medan magnet pada titik yang berjarak r dari kutub m adalah:

Medan magnet tersebut umumnya dinyatakan sebagai garis-garis gaya yang

menunjukan medan magnet. Besaran H dinyatakan dalam oersted yaitu dyne persatuan kutub dan yang dinyatakan dengan jumlah garis gaya magnet. Jadi makin besar gaya magnet maka makin banyak garis gaya magnet tersebut (dalam CGS). Intensitas Magnet (I)

Suatu benda magnetik ditempatkan dalam suatu medan magnet luar, maka benda tersebut akan termagnetisasi oleh medan magnet luar tersebut (terimbas). Benda yang terimbas oleh medan magnet luar tersebut akan memiliki intensitas dan arah kutub yang

sama dengan medan yang mengimbas. Secara matematik di definisikan dalam momen magnet persatuan volume, yaitu:

Intensitas magnet selalu mengarah kepada medan magnet yang mengimbasnya,

kekuatannya sama dengan medan yang mengimbasnya. Kerentanan / Magnetik Suseptibility (k)

Suatau benda / material diletakkan pada medan magnet luar (H), maka intensitas magnetik (I) akan berbanding lurus dengan kuat medan luar yang menginduksinya. Jadi suseptibilitas dapat diasumsikan sebagai kemampuat suatu benda / material untuk terinduksi oleh magnet luar, yang didefinisikan sebagai berikut:

Dimana k=0 untuk ruang hampa. Dari persamaan di atas, suseptibilitas merupakan besaran yang menyatakan

kemampuan suatu batuan/mineral dalam memberikan respon terhadap medan magnet luar. Kemampuan suatu benda untuk terinduksi, tergantung pada batuan atau mineral yang menyusunnya. Dimana “k” dinyatakan dalam satuan “cgs” sebagai 10-6 emu/ cc atau cgsu.

1 cgsu = 4µ(10-3) SI 1SI=1/4 µ cgs

Induksi Magnet (B)

Kutub magnet pada suatu benda / material yang terimbas oleh medan magnet luar (H) akan menghasilkan medan magnet itu sendiri H’, kemudian di hubungkan dengan intensitas magnet I ditunjukan oleh rumus:

H’=4π I Induksi magnet (B), didefinisikan sebagai medan magnet total dalam suatu bidag

magnetik. Merupakan penjumlahan dari kuat medan magnet luar dan medan magnet dalam, dengan rumus:

B=H+H’ atau B=H+4πI Dimana µ = Permeabilitas medium

Permeabilitas medium merupakan suatu ukuran modifikasi oleh induksi pada gaya tarik atau gaya tolak antara kutub magnetik.

Dimana: µ = Permeabilitas medium B = Induksi magnet H = Medan magnet K = Kerentanan magnet (Magnetic Suceptibility)

Hysteresis Loop (Lengkung hysteresis)

Hysteresis loop ini menunjukan tentang hubungan B dengan H kedua besaran ini dapat menjadi rumit pada bahan-bahan magnet yang banyak mengandung mineral-mineral ferromagnetic, seperti di tunjukkan pada gambar berikut ini:

Bila suatau benda magnetik dimagnetisasi, B akan meningkat sesuai dengan

bertambahnya H, sehingga cenderung mendatar karena kejenuhannya. Bila secara perlahan-lahan medan magnet di tiadakan, penurunan kurva tidak melintasi kurva yang sebelumnya dan menuju nilai B positif saat H=0. ini di kenal sebagai magnetisasi sisa (residual magnetism) dari benda tersebut. Ketika H di kembalikan, maka B menjadi 0 pada H yang negatif, dikenal sebagai gaya paksaan (coercive force).

Sebagian dari kurva histeresis diperoleh pada posisi H yang lebih negatif, sehingga kejenuhan magnetisasi tercapai kembali dan kemudian mengembalikan H pada posisi saat kejenuhan positif semula. Sepanjang sumbu tegak dengan lintasannya pada kurva, dapat ditentukan pengkutuban magnet induksi pada saat medan magnet dihilangkan. Sedangkan pada sumbu datar, yang di tentukan adalah berapa besar medan magnet yang berlawanan diperlukan untuk meniadakan induksi magnetik. Sifat-sifat Kemagnetan Batuan dan Mineral

Kekuatan batuan / mineral untuk terimbas oelh medan magnet luar dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, tergantung dari atom-atom penyusunnya, seperti Diamagnetik, Paramagnetik, Ferromagnetik, ferrimagnetik, dan Antiferromagnetik. Di bawah ini merupakan penjelasan dari masing-masing bagian.

1. Diamagnetik Batuan yang berkategori diamagnetik mempunyai harga suseptibilitas (k) negatif,

sehingga intensitas imbasan dalam batuan / mineral tersebut memberikan efek magnet lemah dan mengarah berlawanan dengan gaya medan magnet tersebut. Hal ini terjadi karena dalam batuan yang mempunyai kulit electron yang telah jenuh atau tiap electron telah memiliki pasangan, sehingga electron tersebut akan berpresisi jika mendapat medan magnet luar (H). Contoh batuan diamagnetik antara lain: Marmer, Grafit, Bismut, Garam, Kuarsa, dan Gipsum atau Anhidrit.

2. Paramagnetik Batuan / mineral paramagnetik mempunyai susceptibilitas batuan (k) positif dan

sedikit lebih besar dari satu. Interaksi antar atomnya lemah, karena kulit electron terluar belum jenuh (tidak berpasangan). Electron-electron tersebut akan mengisi tempat yang kosong terlebih dahulu sebelum berpasangan.

Adapun momen magnetik batuan paramagnetik ini menyebar secara acak seiring

perubahan suhu. Tetapi bila diberi medan magnet luar, momen magnetnya akan searah dengan medan magnet luar, sehingga memperkuat medan magnet luar. Contoh batuan jenis ini antara lain: Piroksen, Olivin, Granit, Biotit dll.

3. Ferromagnetik Besi, Cobalt, Nikel merupakan bahan / mineral yang bersifat ferromagnetik.

Atom-atom penyusunnya mempunyai momen magnet dan interaksi antar atom-atom tetangganya begitu kuat, sehingga momen semua atom dalam suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan.

Bahan magnetik yang bersifat ferromagnetic lebih banyak memiliki kulit electron

yang hanya diisi oleh satu electron dibandingkan batuan yang bersifat paramagnetik, sehingga material ferromagnetik akan lebih mudah terinduksi oleh medan magnet luar.

4. ferrimagnetik Pada umumnya mineral dengan sifat kemagnetan tinggi di alam bersifat

ferrimagnetik. Bahan-bahan dikatakan ferrimagnetik bila momen magnet pada dua daerah

magnet saling berlawanan arah satu sama lain, tetapi garis gaya magnet tidak nol saat H=0. Ini menunjukan adanya gaya magnet yang lebih kuat yang mendominasi daripada yang lainnya.

5. Antiferromagnetik Suatu bahan mineral akan bersifat antiferromagnetik pada saat kemagnetan benda

ferromagnetic naik sesuai dengan kenaikan temperatur yang kemudian hilang setelah temperatur mencapai titik Curie (4000C-7000C). Harga momen magnetik sangat kecil hingga nol, karena momen magnet saling tolak-menolak dan berlawanan arah. Nilai suseptibilitasnya (k) sangat kecil seperti batuan / mineral yang bersifat paramagnetik, misalnya hematite.

Susceptibilitas Magnet pada Batuan dan Mineral

Mineral ferrimagnetik merupakan sumber utama dari anomali magnetik lokal, telah dilakukan percobaan untuk membuat persamaan hubungan antara susceptibilitas batuan dengan konsentrasi Fe3O4. Kemagnetan pada batuan sebagian di sebabkan oleh imbasan dari suatu gaya magnet yang berasosiasi dengan medan magnet bumi dan sebagian dari kemagnetan sisa. Kemagnetan imbas suatu formasi batuan merupakan suatu fungsi darikerentanan magnet volume k( volume mgnetic susceptibility), serta besar dan arah dari magnet yang mengimbas.

Suatu benda yang mudah terimbas oleh medan magnet luar memiliki kerentanan

magnet yang tinggi. Unsur-unsur yang mengontrol kerentanan magnet batuan diantaranya adalah jumlah serta ukuran butir dan penyebaran mineral ferrimagnetik yang terkandung.

Harga kerentanan magnet (k) untuk tiap sampel batuan berbeda-beda. Batuan

beku dan batuan metamorf pada umumnya mempunyai harga “k” yang relatif besar dibandingkan dengan sedimen. Batuan basa dan ultrabasa mempunyai harga “k” paling tinggi, batuan gunung api asam dan batuan metamorf mempunyai kerentanan magnet sedang hingga rendah, dan batuan sedimen pada umumnya mempunyai kerentanan magnet yang sangat rendah. Magnetometer

Magnetometer digunakan khusus dalam eksplorasi geofisika dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: torsi (dan keseimbangan), fluxgate dan resonansi jenis, yang dua terakhir telah sekarang benar-benar digantikan pertama. Magnetometer torsi masih digunakan di 75% dari pengamatan geomagnetik, terutama untuk pengukuran deklinasi. Magnetometer mengukur komponen horisontal dan / atau vertikal dari medan magnet atau medan total.

Ada dua jenis utama dari resonansi magnetometer: proton magnetometer bebas

presesi, yang merupakan yang paling dikenal, dan magnetometer uap alkali. Kedua jenis memantau presesi partikel atom dalam medan magnet ambien untuk memberikan ukuran mutlak dari medan magnet total, F.

Proton magnetometer memiliki sensor yang terdiri dari botol yang berisi cairan yang kaya proton, biasanya air atau minyak tanah, sekitar yang kumparan dibungkus, terhubung ke alat pengukur. Setiap proton memiliki momen magnetik M dan, seperti yang selalu bergerak, juga memiliki momentum sudut G, bukan seperti berputar atas. Gambar 7 menunjukkan contoh pengukuran lapangan dengan model magnetometer GEM-19T dari GEM System, milik LaGeo dalam survei di daerah gunung berapi Sa Vicente.

GEM 19T adalah peralatan standar proton magnetometer / gradiometer yang dirancang supaya bisa di bawa-bawa dengan mudah atau di gunakan sebagai base station sebagai alat pengamatan metode geofisika yang berhubungan dengan medan magnet bumi, dan dapat juga di aplikasikan untuk pengamatan geoteknik , eksplorasi arkeologi, pengamatan medan magnet, penelitian gunungapi, dll.

Survei Magnetik

Variasi lokal, atau anomali, di medan magnet bumi adalah hasil dari gangguan sebagian besar disebabkan oleh variasi konsentrasi bahan feromagnetik di sekitar sensor magnetometer ini. Data magnetik dapat diperoleh dalam dua konfigurasi: 1) Pola grid persegi panjang 2) A long a traverse

Data Grid terdiri dari pembacaan yang diambil pada node dari kotak persegi panjang; Data melintasi diperoleh pada interval yang tetap sepanjang garis. Setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan kekurangan, yang tergantung pada variabel seperti kondisi situs, ukuran dan orientasi target, dan sumber daya keuangan.

Dalam kedua melintasi dan grid konfigurasi, jarak stasiun, atau jarak antara

pembacaan magnetik, adalah penting. "Singlepoint" atau anomali yang salah lebih mudah dikenali pada survei yang memanfaatkan jarak stasiun kecil.

Tanah pengukuran magnetik biasanya dibuat dengan instrumen portabel secara

berkala sepanjang garis lurus dan sejajar kurang lebih yang mencakup wilayah survei. Sering interval antara lokasi pengukuran (stasiun) sepanjang garis kurang dari jarak antara garis. Hal ini penting untuk membangun base station lokal di daerah jauh dari yang diduga target magnet atau kebisingan magnetik dan di mana gradien bidang lokal relatif datar. Dasar-stasiun memori magnetometer, bila digunakan, sudah diatur setiap hari sebelum pengumpulan data magnetik. Idealnya base station ditempatkan setidaknya 100 m dari benda logam besar atau jalan perjalanan dan setidaknya 500 m dari setiap jaringan listrik jika memungkinkan. Lokasi base station harus sangat baik dijelaskan dalam buku lapangan, yang lain mungkin harus kemudian menemukan itu berdasarkan deskripsi tertulis.

Ada batasan-batasan tertentu dalam metode magnetik. Salah satu keterbatasan

adalah masalah "kebisingan budaya" di daerah tertentu. Struktur buatan yang dibangun menggunakan bahan besi, seperti baja, memiliki efek yang merugikan pada kualitas data. Fitur yang harus dihindari meliputi struktur baja, saluran listrik, pagar logam, baja beton bertulang, permukaan logam, pipa dan utilitas bawah tanah. Ketika fitur ini tidak dapat dihindari, lokasi mereka harus dicatat dalam buku catatan lapangan dan di peta situs.

Penggabungan komputer dan memori non-volatile di magnetometer telah sangat

meningkatkan kemudahan penggunaan dan kemampuan penanganan data. Instrumen biasanya akan melacak posisi; meminta untuk masukan, dan secara internal menyimpan data untuk seluruh hari kerja. Men-download informasi ke komputer pribadi sangat mudah, dan bidang pekerjaan sehari-hari dapat disiapkan setiap malam.

Untuk membuat peta anomali akurat, perubahan temporal dalam lapangan Bumi

selama periode survei harus dipertimbangkan. Perubahan normal selama sehari, kadang-kadang disebut melayang diurnal, adalah beberapa puluhan nT, tetapi perubahan dari

ratusan atau ribuan nT dapat terjadi selama beberapa jam selama badai magnetik. Selama badai magnetik yang parah, yang jarang terjadi, survei magnetik tidak boleh dilakukan. Koreksi untuk drift diurnal dapat dibuat dengan mengulangi pengukuran dari base station pada interval yang sering. Pengukuran di stasiun lapangan kemudian dikoreksi untuk variasi temporal yang dengan mengasumsikan perubahan linear dari bidang antara ulangi bacaan base station. Terus merekam magnetometer juga dapat digunakan di situs tempat tetap untuk memantau perubahan temporal. Jika waktu akurat direkam di kedua situs dasar dan bidang lokasi, data lapangan dapat diperbaiki dengan pengurangan variasi di lokasi dasar.

Beberapa prosedur QC / QA mengharuskan beberapa stasiun lapangan-jenis

ditempati pada awal dan akhir setiap hari kerja. Prosedur ini menunjukkan bahwa instrumen yang beroperasi secara konsisten. Di mana adalah penting untuk dapat mereproduksi pengukuran aktual di situs persis (seperti dalam hal forensik tertentu), suatu prosedur tambahan diperlukan. Nilai medan magnet pada base station harus menegaskan (biasanya nilai dekat dengan membaca pada hari pertama) dan data setiap hari dikoreksi untuk perbedaan antara nilai menegaskan dan nilai dasar membaca di awal hari. Sebagai dasar mungkin berbeda-beda 10 sampai 25 nT atau lebih dari hari ke hari, koreksi ini memastikan bahwa orang lain menggunakan base station yang sama dan nilai menegaskan sama akan mendapatkan pembacaan yang sama pada titik lapangan untuk dalam akurasi instrumen. Prosedur ini selalu teknik yang baik tetapi sering diabaikan oleh orang-orang yang tertarik pada hanya anomali yang sangat besar (> 500 nT, dll).

Bidang intens dari sumber elektromagnetik buatan manusia dapat menjadi

masalah dalam survei magnetik. Kebanyakan magnetometer dirancang untuk beroperasi di 60-Hz dan radio medan frekuensi yang cukup intens. Namun, medan frekuensi sangat rendah yang disebabkan oleh peralatan menggunakan arus searah atau switching arus bolak besar dapat menjadi masalah. Pipa yang membawa arus searah untuk perlindungan katodik dapat sangat mengganggu. Meskipun beberapa magnetometer tanah modern memiliki sensitivitas 0,1 nT, sumber kebisingan budaya dan geologi biasanya mencegah penggunaan penuh sensitivitas ini dalam pengukuran tanah.

Magnetometer dioperasikan oleh satu orang. Namun, jaringan tata letak, survei,

atau sistem sobat mungkin memerlukan penggunaan teknisi lain. Jika dua magnetometer yang tersedia, produksi biasanya dua kali lipat sebagai operasi biasa dari instrumen itu sendiri sangat mudah.

Aplisaki Metode Magnetik Metode magnetik (geomagnet) dilakukan berdasarkan pengukuran anomali geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas atau permeabilitas magnetik tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya. Perbedaan permeabilitas relatif itu diakibatkan oleh perbedaan distribusi mineral ferromagnetic, paramagnetic dan diamagnetic. Umumnya tubuh intrusi dan urat hydrothermal kaya akan mineral ferromagnetic (Fe2O4, Fe2O3) yang memberi kontras pada batuan sekelilingnya.

Metode geomagnet ini sangat sensitif terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydro-thermal yang kaya akan mineral ferromagnetic dan struktur geologi. Metode geomagnet ini digunakan pada studi geothermal karena mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanasi mendekati temperatur Curie. Oleh karena itu digunakan untuk mempelajari daerah yang diduga mempunyai potensi geothermal. Metode eksplorasi geomagnet banyak digunakan karena data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit metode gaya berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan anomali berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber anomali magnetik yang ingin diselidiki.

Dengan menggunakan sifat keelektromagnetan batuan dibawah permukaan, kita dapat melokalisasi batuan yang memiliki sifat mineral tertentu. Misalnya untuk eksplorasi nikel, emas, bijih besi dan sebagainya. Selain itu karena menggunakan gelombang elektromagnet dengan frekuensi yang tinggi, kita dapat mencitrakan kondisi suatu bangunan (jembatan, gorong-gorong, pipa, dll) (Yopanz, 2007).

Bumi merupakan sebuah benda magnet raksasa. Letak kutub utara dan selatan

magnet bumi tidak berimpit dengan kutub geografis. Pengaruh kutub utara dan selatan magnet bumi dipisahkan oleh khatulistiwa magnet. Intensitas magnet akan bernilai maksimum di kutub dan minimum (nol) di khatulistiwa. Karena letak yang berbeda terdapat perbedaan antara arah utara magnet dan geografi yang disebut deklinasi. Arah polarisasi benda magnet akan ditentukan oleh nilai inklinasi dimana benda tersebut diletakkan.

Teori yang berkaitan dengan kemagnetan bumi dikenal sebagai Teori Dinamo.

Pengukuran medan magnet di permukaan bumi merupakan resultant dari berbagai variabel. Oleh karena itu variasi medan magnet bumi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Variasi yang relatif berjalan dengan lambat atau disebut sebagai variasi

sekuler. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan posisi kutub bumi secara perlahan.

2. Variasi medan magnet yang disebabkan oleh sifat kemagnetan yang tidak homogen dari kerak bumi. Perubahan ini relatif memiliki nilai yang kecil. Dalam eksplorasi justru hal semacam ini yang dicari. Penyebab dari variasi ini ialah sifat kemagnetan (suseptibilitas) antar batuan di dalam kerak bumi (termasuk didalamnya kemagnetan induksi dan kemganetan remanen). Dalam batuan biasa nya terkait dengan mineral yang bersifat magnetik.

3. Variasi dengan perubahan yang relatif cepat berkaitan dengan waktu (harian). Sebutan lain untuk variasi in ialah variasi harian. Penyebab dari variasi ini ialah aktifitas matahari yang mempengaruhi keadaan atmosfer. Variasi ini bersifat periodik. Selain matahari, bulan juga sangat mempengaruhi keadaan atmosfer.

4. Variasi dengan perubahan relatif cepat dalam waktu yang relatif singkat dan sangat tidak teratur. Sebutan untuk perubahan medan magnet semacam ini ialah badai magnetik. Variasi ini berkaitan dengan aktifitas matahari yang berhubungan dengan bintik matahari. Akibat tembakan partikel-partikel berenergi tinggi ke atmosfer bumi dari matahari menyebabkan fluktuasi sifat magnetik yang sangat tidak teratur.

Daftar Pustaka

• APLIKASI METODE GEOMAGNET DALAM EKSPLORASI PANASBUMI - Sudaryo Broto, Thomas Triadi Putranto

• http://kepingan-inra.blogspot.co.id/2012/11/geomagnet.html • GRAVITY AND MAGNETIC METHOD - José Rivas 2009