Tugas Fluida Reservoar II
-
Upload
randy-chandrana-dinata -
Category
Documents
-
view
464 -
download
16
Transcript of Tugas Fluida Reservoar II
TUGAS FLUIDA RESERVOAR
Dosen : Zuher Syihab,S.T
Asisten : Agung Prasetyo N. (12207020)
Dirga Rikandhi (12207044)
RANDY CHANDRANA DINATA
12209002
TEKNIK PERMINYAKAN 2009
Secara umum, kelakuan dari fluida reservoar selama proses produksi
ditentukan oleh bentuk diagram fasanya dan posisi titik kritisnya. Klasifikasi dari
jenis-jenis fluida reservoar berdasarkan bentuk diagram fasanya ditentukan menjadi 5
buah tipe fluida reservoar yaitu black oil, volatile oil, retrograde gas, wet gas, dan dry
gas. Klasifikasi jenis fluida reservoar ini penting untuk ditentukan karena setiap jenis
dari 5 jenis fluida reservoar diatas memiliki karakteristik yang berbeda sehingga
pendekatan – pendekatan yang diperlukan oleh seorang petroleum engineer dalam
menentukan kebijakan seperti metode EOR yang digunakan, pengambilan sampel,
dan teknik perhitungan jumlah fluida yang ada akan berbeda antara satu jenis fluida
reservoar dengan jenis – jenis lainnya.
Identifikasi suatu jenis fluida reservoar dilakukan melalui observasi di
laboratorium, namun untuk simplifikasi, data – data yang diperoleh pada informasi
produksi juga dapat dengan mudah menentukan jenis fluida reservoar tersebut. Data
informasi tersebut antara lain perbandingan awal jumlah gas dan minyak pada
produksi (initial producing gas-oil ratio), massa jenis dari cairan hasil produksi, serta
warna cairan tersebut.
Black oil memiliki variasi penyusun yang relatif luas termasuk molekul –
molekul volatile, besar, dan berat. Diagram fasa P vs T black oil dapat dilihat
dibawah ini. Diagram Fasa Black
Oil memiliki jangkauan temperatur
yang besar. Garis – garis pada
diagram tersebut menunjukan
jumlah persentase dari liquid, garis
ini disebut juga quality line atau
garis isovolume. Garis vertikal 1-2-3
menunjukan perubahan tekanan
yang dialami reservoar selama
proses produksi. Garis 1-2
menunjukan fluida dalam keadaan undersaturated atau kemampuan untuk
melarutkan gas fluida tersebut belum mencapai titik maksimum. Titik 2 adalah titik
dimana gelembung uap pertama kali terbentuk (bubble point), sedangkan jika
dilanjutkan ke titik 3, fluida dalam keadaan saturated. Dalam proses pengangkatan ke
permukaan, semakin banyak gas yang terbentuk, namun dalam tipe black oil, jumlah
cairan yang terproduksi ke permukaan relatif besar (low-shrinkage crude oil)
Volatile Oil memiliki jumlah molekul berat penyusunnya lebih sedikit
dibanding dengan Black Oil. Penyusun volatile oil memiliki molekul penyusun kelas
intermediet (C2-C5). Jangkauan temperatur pada diagram fasa Volatile Oil lebih
pendek daripada Black Oil, serta Temperatur Kritisnya jauh di bawah Black Oil
bahkan mendekati suhu
reservoir. Terlihat pada diagram
fasa Volatile Oil disamping
bahwa dengan sedikit
pengurangan tekanan, gas yang
dihasilkan cukup banyak (mudah
menguap). Alur garis isovolume
pada Volatile Oil tidak
terdistribusi merata seperti pada
diagram fasa black oil, namun
bergeser lebih ke bubble pointnya. Selama proses produksi, gas terus dihasilkan dan
begitu sampai ke permukaan (titik separator) , perbandingan gas dan minyak relatif
besar (high-shrinkage oil).
Retrograde Gases memiliki diagram fasa yang lebih kecil dari diagram fasa
Black Oil maupun Volatile Oil. Titik kritis berada jauh di sebelah kiri dari
lengkungan. Diagram fasa Retrograde Gas memiliki titik kritis yang lebih kecil dari
temperatur reservoar namun memiliki cricondentherm yang lebih besar dari
temperatur reservoar. Hal ini diakibatkan oleh jumlah molekul berat yang menyusun
Retrograde Gas jauh lebih kecil dari minyak. Pada diagram fasa Retrograde Gases
terlihat bahwa di dalam reservoar seluruh fluida berwujud gas dan seiring dengan
proses produksi, penurunan tekanan mengakibatkan adanya gas yang terkondensasi
karena gas telah mencapai dew point (titik 2). Umumnya cairan kondensat tersebut
tidak mengalir (viskositas tinggi)
sehingga tidak dapat diproduksikan.
Jika penurunan tekanan akibat
produksi terus dilakukan (proses 2-
3) , maka cairan retrograde akan
kembali menguap sehingga sesaat
setelah sampai ke permukaan
(separator point) hanya terbentuk
sedikit cairan. Hal ini secara teori
dapat terjadi, namun pada
kenyataannya kemungkinan hal ini terjadi sangat kecil karena pengaruh dari
komposisi penyusun campuran yang berubah.
Seluruh diagram fasa dari campuran hidrokarbon yang didominasi oleh
molekul – molekul kecil akan berada di bawah temperatur reservoar. Pada diagram
fasa Wet Gases dapat terlihat bahwa
selama berada di reservoar dan proses
produksi, tipe fluida reservoar Wet
Gases akan selalu dalam wujud gas
(titik 1-2 tidak melewati lengkungan
fasa). Oleh karena itu tidak terbentuk
cairan pada reservoar, namun titik
separator (pada keadaan permukaan)
berada di dalam lengkungan fasa,
sehingga dari diagram Wet Gases dapat
disimpulkan akan terbentuk cairan
ketika fluida muncul di permukaan. Karena munculnya cairan pada permukaan inilah
maka disebut tipe Wet Gases. Wet Gases menghasilkan cairan dengan massa jenis
yang relatif mirip dengan Retrograde Gases.
Dry Gases sebagian besar tersusun atas methane dan beberapa intermediet.
Pada diagram fasa disamping terlihat bahwa selama di reservoar maupun proses
produksi (garis 1-2 tidak
melalui lengkung fasa ) fluida
reservoar yang diklasifikasikan
ke kelompok Dry Gases tetap
berwujud gas. Karena titik
separator berada di luar
lengkung fasa, maka dapat
disimpulkan juga bahwa Dry
Gases tidak membentuk cairan
di permukaan.
Berdasarkan Data Produksi serta Data PVT-nya, fluida reservoar tetap terbagi
menjadi 5 buah kelas yaitu black oil, volatile oil, dry gas, retrograde gas, dan wet gas.
Black oil merupakan jenis fluida reservoar dengan perbandingan gas dan
minyak yang terbentuk (Gas Oil Ratio) adalah kurang dari 2000 scf/STB , memiliki
stock tank specific gravity kurang dari 45o API, dan memiliki data formation volume
factor sebesar 2 res bbl/STB berdasarkan data PVT-nya melalui PVT testing. Hal ini
terkait dengan sedikitnya komponen ringan penyusun black oil. Ciri fisik berupa
warna yang dimiliki oleh fluida reservoar jenis ini adalah berwarna hitam gelap,
cokelat kehitaman, ataupun terkadang sedikit hijau tua, hal ini erat kaitannya dengan
senyawa hidrokarbon berat sebagai penyusun utamanya. Black oil memiliki kadar
heptanes sebagai penyusunya lebih dari 30% mol.
Volatile oil merupakan jenis fluida reservoar yang memiliki jumlah
perbandingan gas dan minyak yang terbentuk adalah 2000 – 3300 scf/STB, serta
memiliki Stock Tank oil specific gravity lebih dari 40o API, Formation Volume
Factor yang dimiliki oleh fluida reservoar jenis volatile oil adalah lebih dari 2.0 res
bbl/STB hal ini terkait dengan jumlah komponen ringan penyusun volatile oil yang
relatif lebih banyak dari black oil. Fluida reservoar jenis ini memiliki kandungan
heptanes berkisar antara 12.5 – 30 % mol.
PVT-testing yang dilakukan untuk volatile
oil memiliki kemiripan dengan PVT-
testing yang dilakukan untuk black oil,
namun data PVT yang dihasilkan berbeda.
Dapat dilihat pada data perbandingan uji
PVT black oil dan volatile oil disamping
bahwa hanya dengan penurunan sedikit
tekanan maka volumenya akan bertambah
signifikan dibanding dengan black oil.
Pada jenis fluida reservoar berupa retrograde gas, perbandingan jumlah gas
dan minyak yang terproduksi (Gas Oil Ratio) adalah 3300 scf/STB hingga 5000
scf/STB. Jenis ini memiliki cricondentherm yang relatif dekat dengan suhu reservoar.
Fluida reservoar jenis ini memiliki jumlah cairan yang sangat sedikit serta memiliki
penyusun heptanes kurang dari 12.5 % mol.
Pada wet gases dan dry gases, stock tank liquid yang dihasilkan memiliki
kemiripan angka specific gravity oleh stock tank liquid yang dihasilkan pada jenis
retrograde gases. Kedua jenis ini memiliki perbandingan gas dan minyak (Gas Oil
Ratio) yang relatif sangat besar yaitu sekitar 50000 scf/STB. Pada dry gases, baik
dalam reservoar maupun kondisi permukaan tetap berwujud gas, sehingga komposisi
penyusunnya ketika berada di reservoar dengan komposisi di permukaan relatif sama.
Sumber :
McCain, William D., Jr. : "The Properties of Petroleum Fluids – Second Edition," PennWell Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1990.
Danesh, Ali. : “PVT and Phase Behavior of petroleum fluids”, Elsevier, 1998