Tugas Darah 1

3
Diagnosis Untuk menegakkan diagnostik anemia hemolitik dan penyebabnya maka kita harus berpatokan pada dua keadaan yang berbeda yaitu: 1. Menentukan ada tidaknya anemia hemolitik, yaitu: Adanya tanda-tanda penghancuran serta pembentukan sel eritrosit yang berlebihan pada waktu yang sama. Terjadi anemia yang persisten yang diikuti dengan hipereaktivitas dari sistemeritropoesis. Terjadi penurunan kadar hemoglobin dengan sangat cepat tanpa bisa diimbangi dengan eritropoesis normal. .Adanya tanda-tanda hemoglobinuria atau penghancuran eritrosit intravaskular. 2. Pemeriksaan sediaan apus darah tepi Clan Antiglobulin T est (Coomb’s T est), dari data ini dapat kita bedakan lima grup pasien yaitu: Anemia hemolitik yang disebabkan oleh adanya exposure terhadap infeksi , zatkimia dan kontak fisik . Hasil pemeriksaan C oomb’s Test positif menunjukan Anemia Hemolitik Autoimune (AlHA). Pemeriksaan lab pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) kualitatif dan kuantitatif, dapat dilakukan untuk mengetahui muatan atau pelepasan virus dalam cairan tubuh. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin rutin pengecatan Sternheimer-Malbin, yaitu penemuan gel epitel tubulus raksasa (giant cell) yang mengandung benda inklusi intranukleus, dipakai untuk mengetahui replikasi virus. Meningkatnya kadar enzim Lactat Dehydrogenase(LDH) serum. Enzim LDH banyak dijumpai pada sel hati, otot jantung, otak dan seleritrosit, kadar LDH dapat mencapai 1200 U/ml.

description

biomedis blok darah

Transcript of Tugas Darah 1

Page 1: Tugas Darah 1

Diagnosis

 Untuk menegakkan diagnostik anemia hemolitik dan penyebabnya maka kita harus berpatokan pada dua keadaan yang berbeda yaitu:

1. Menentukan ada tidaknya anemia hemolitik, yaitu:

Adanya tanda-tanda penghancuran serta pembentukan sel eritrosit yang berlebihan pada waktu yang sama.

Terjadi anemia yang persisten yang diikuti dengan hipereaktivitas dari sistemeritropoesis.

Terjadi penurunan kadar hemoglobin dengan sangat cepat tanpa bisa diimbangi dengan eritropoesis normal.

.Adanya tanda-tanda hemoglobinuria atau penghancuran eritrosit intravaskular.

2. Pemeriksaan sediaan apus darah tepi Clan Antiglobulin T est (Coomb’s T est), dari data ini dapat kita bedakan lima grup pasien yaitu:

Anemia hemolitik yang disebabkan oleh adanya exposure terhadap infeksi , zatkimia dan kontak fisik .

Hasil pemeriksaan C oomb’s Test positif menunjukan Anemia Hemolitik  Autoimune (AlHA).

Pemeriksaan lab

pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) kualitatif dan kuantitatif, dapat dilakukan untuk mengetahui muatan atau pelepasan virus dalam cairan tubuh.

Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin rutin pengecatan Sternheimer-Malbin, yaitu penemuan gel epitel tubulus raksasa (giant cell) yang mengandung benda inklusi intranukleus, dipakai untuk mengetahui replikasi virus.

Meningkatnya kadar enzim Lactat Dehydrogenase(LDH) serum. Enzim LDH banyak dijumpai pada sel hati, otot jantung, otak dan seleritrosit, kadar

LDH dapat mencapai 1200 U/ml.

Adanya tanda-tanda hemolisis intravaskular diantaranya yaitu:

Hemoglobinemia (meningkatnya kadar Hb.plasma). Tidak adanya/rendahnya kadar haptoglobulin darah. Hemoglobinuria (meningkatnya Hb.urin). Hemosiderinuria (meningkatnya hemosiderin urin). Berkurangnya kadar hemopexin serum.

Kelainan laboratorium yang selalu dijumpai sebagai akibat meningkatnya proseseritropoesis dalam sumsum tulang diantaranya yaitu:

Page 2: Tugas Darah 1

1. Pada darah tepi bisa dijumpai adanya:

Retikulositosis ( polikromatopilik, stipling)

Sel retikulosit merupakan sel eritrosit yang masih mengandungribosom, pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan pengecatan BrelianCresiel Blue (BCB), nilai normal berkisar antara 0,8 – 2,5 % pada pria dan 0,8 – 4,1 % pada wanita, jumlah retikulosit ini harus dikoreksi dengan rasiohemoglobin /hematokrit (Hb/0.45) sedang jumlah retikulosit absolut dapatdihitung dengan mengkalikan jumlah retikulosit dengan jumlah eritrosit.

Pada sumsum tulang dijumpai adanya eritroid hiperplasia Biokimiawi darah :

Meningkatnya kreatin eritrosit Meningkatnya aktivitas dari enzim eritrosit tertentu diantaranya yaitu:

urophorphyrin syntese, hexokinase, SGOT.

Penatalaksanaan

ganciclovir dan foscarnet dapat digunakan untuk mengobati CMV yang aktif pada orang dengan sistem imun yang melemah. Obat-obatan ini dibuat untuk menghentikan perkembangbiakan virus. Semua obat-obatan mungkin memiliki efek samping, di antaranya reaksi alergi, sakit perut dan masalah lain. Penurunan jumlah sel darah putih pada penghitungan jenisleucocit merupakan gejala efek samping paling sering terjadi akibat pemberian antibiotik.

Terapi Transfusi Risiko hemolisis akutdari transfusi darah tinggi, tetapi derajat hemolisis tergantung pada laju infus.. Perlahan-lahanmemindahkan darah oleh pemberian unit setengah dikemas sel darah merah untuk mencegahkehancuran cepat transfusi darah.

Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis (misalnya, talasemia ataukelainan sel sabit) dapat diobati dengan terapi khelasi. Tinjauan sistematis baru-baru inidibandingkan besi lisan chelator deferasirox dengan lisan dan chelator deferiprone parenteraltradisional agen, deferoxamine.

Prednison dg dosis 2 mg/kg bb/hari (diberikan pada fase hemolitik, bila telah membaik maka dosis dapat dikurangi)Obat proagulan (bila ada trombosis)

Suplemen zat besi (saat terjadi hemosiderinuria) Preparat androgen, antitimosit globulin, siklosporin, & eritropoietin serta G-CSF

(pada keadaan gagal sumsum tulang)

Prognosis

Page 3: Tugas Darah 1

Prognosis jangka panjang pada pasien penyakit ini adalah baik.pemberian obat secara tepat dapat mengontrol penyakit ini atau paling tidak memperbaikinya.