TUGAS BUDI PEKERTI

23
TUGAS BUDI PEKERTI ADIL DAN BAIK SANGKA KETUA : LISA CHAIRUNNISA ANGGOTA : INTAN PERMATA S LUCYANA CHRISNAWATI MUHAMMAD ICHSAN S RIKE MINATI S RINO ADRIAN K RIZKA ANANDYA SIRIL WAFA

Transcript of TUGAS BUDI PEKERTI

Page 1: TUGAS BUDI PEKERTI

TUGAS BUDI PEKERTI

ADIL DAN BAIK SANGKA

KETUA : LISA CHAIRUNNISAANGGOTA : INTAN PERMATA S

LUCYANA CHRISNAWATI MUHAMMAD ICHSAN S

RIKE MINATI S RINO ADRIAN K RIZKA ANANDYA SIRIL WAFA

BAIK SANGKA

BAIK SANGKA TERHADAP ALLAH S.W.T

Page 2: TUGAS BUDI PEKERTI

JIKA KAMU BELUM MENCAPAI BAIK SANGKA TERHADAP ALLAH  LANTARAN KESEMPURNAAN SIFAT-NYA, MAKA HENDAKLAH KAMU MEMPERBAIKI SANGKA TERHADAP WUJUD-NYA KERANA WUJUD-NYA BESERTA KAMU. BUKANKAH DIA TIDAK MELETAKKAN KAMU MELAINKAN PADA YANG BAIK-BAIK DAN TIDAK MENYAMPAIKAN KEPADA KAMU MELAINKAN NIKMAT-NIKMAT-NYA.

Kita menggantungkan harapan dan hajat kepada sesama makhluk kerana kurangnya pengenalan (makrifat) terhadap Allah s.w.t. Apabila kurang kenal maka kita mengadakan sangkaan-sangkaan terhadap-Nya. Sangkaan dibahagikan kepada dua iaitu sangkaan baik dan sangkaan buruk. Sangkaan baik datangnya dari iman dan sangkaan buruk datangnya dari keraguan. Corak sangkaan terhadap Allah s.w.t itulah menentukan haluan hajat dan harapan. Jika kita menyangkakan ada makhluk yang mampu menyampaikan harapan dan hajat kita maka kita bersandar kepada makhluk. Jika kita menyangkakan makhluk tidak berdaya maka kita tidak bersandar kepada makhluk.

 Perkara sangkaan ini masih lagi di bawah persoalan Iradat dan Kudrat Allah s.w.t. Sangkaan baik dibawa oleh malaikat dan sangkaan buruk dibawa oleh syaitan. Kedatangan sangkaan buruk adalah tanda rohani kita masih terikat dengan alam dunia yang diselubungi oleh cahaya syaitan. Syaitan berada di bawah bumbung langit dunia dan rohani kita juga berada di bawah bumbung yang sama, maka syaitan boleh menjadi kawan dan juru nasihat kepada hati kita. Selagi rohani kita tidak melepasi kongkongan langit dunia selagi itulah gerak hati atau lintasan yang dibawa oleh syaitan mengganggu hati kita. Tujuan latihan kerohanian ialah memberi kekuatan kepada rohani  agar iadapat naik melepasi langit dunia, lalu lepaslah ia daripada taklukan syaitan. Lintasan syaitan tidak lagi mengganggu hatinya, sebaliknya hati akan menerima lintasan malaikat.

 Apabila kita memahami tentang hakikat sangkaan buruk maka kita akan berusaha membuangnya agar ia tidak melekat di hati kita. Kemudian sangkaan itu digantikan dengan sangkaan baik. Bagi kita orang awam, baik sangka terhadap Allah s.w.t dibina di atas kesedaran terhadap nikmat-nikmat yang Allah s.w.t kurniakan kepada kita. Nikmat yang kita terima daripada Allah s.w.t tidak pernah putus sejak

Page 3: TUGAS BUDI PEKERTI

kita mula dijadikan hinggalah ke detik ini. Dalam surah al-Mu'minuun ayat-ayat 12 hingga 14 Allah s.w.t memberi gambaran yang jelas tentang kejadian manusia, supaya manusia menginsafi nikmat yang diterimanya tanpa diminta dan Allah s.w.t memberi nikmat dengan sebaik-baiknya. Maksud firman-Nya itu ialah: Dan sesungguhnya Kami jadikan manusia dari air yang tersaring dari tanah. Kemudian Kami jadikan dia setitik mani di tempat ketetapan yang terpelihara. Kemudian mani itu Kami jadikan segumpal darah, lantas darah itu Kami jadikan seketul daging. Kemudian daging itu Kami jadikan tulang-tulang. Kemudian tulang-tulang itu Kami baluti dengan daging. Lantas Kami jadikan dia kejadian yang lain. Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta.

 Perhatikan maksud ayat-ayat di atas. Siapakah kita pada peringkat-peringkat tersebut? Apakah kita sudah ada ikhtiar dan usaha? Adakah kita sudah pandai berharap dan berhajat? Tidak, ketika itu kita tidak memiliki apa-apa dan tidak mengetahui apa-apa. Dalam keadaan yang paling lemah dan paling tidak mengerti apa-apa itu adakah Allah s.w.t membiarkan kita?  Adakah lantaran kita tidak berusaha dan berikhtiar maka Dia membiarkan kita kelaparan dan kehausan? Adakah lantaran kita tidak mengajukan harapan dan hajat maka Dia tidak memperdulikan kita? Tidak, sama sekali tidak! Allah s.w.t tidak sekali-kali membiarkan hamba-hamba-Nya. Dia memberi perlindungan dan penjagaan tanpa diminta, tanpa diusahakan, tanpa diharapkan dan tanpa dihajatkan. Apakah ketika di dalam perut ibu sahaja Allah s.w.t memberikan kebaikan kepada kita dan menyekatnya apabila kita meluncur keluar kepada alam dunia ini? Tidak, bahkan nikmat kebaikan Allah s.w.t berjalan terus, cuma bezanya ketika di dalam perut ibu kita menerima tanpa kesedaran  dan tanpa pengetahuan, apabila kita berada di dunia kita menerima nikmat serta kebaikan itu dengan kesedaran dan berpengetahuan. Kesedaran dan pengetahuan itu membina sangka baik kita kepada Allah s.w.t.

Jika Allah s.w.t telah membuktikan Dia sanggup memberi tanpa diminta mengapa ia enggan memberi apabila harapan dan hajat ditujukan kepada-Nya? Hamba yang insaf akan yakin kepada Allah s.w.t dan dia akan bergantung kepada Allah s.w.t dengan baik sangka.

 Kesedaran dan pengetahuan terhadap kebaikan yang Allah s.w.t lakukan membuat seseorang hamba mengerti bahawa Allah s.w.t berbuat baik kerana Dia bersifat dengan sifat yang baik-baik. Kesan daripada sifat yang baik muncullah perbuatan yang baik. Apabila kebaikan Allah s.w.t dilihat pada sifat-Nya, aneka ragam perbuatan yang sebahagiannya mengelirukan pandangan, tidak lagi memudarkan

Page 4: TUGAS BUDI PEKERTI

sangkaan baik seseorang hamba terhadap Allah s.w.t. Walaupun ada perbuatan Allah s.w.t yang kelihatan menekan hamba-Nya, tetapi Allah s.w.t yang sempurna sifat –sifat-Nya, dan semua sifat-Nya adalah baik belaka, tiada sebesar zarah pun yang tidak baik, mana mungkin boleh lahir perbuatan yang tidak baik daripada-Nya. Jadi, baik sangka yang bersandar kepada sifat adalah lebih kuat daripada baik sangka yang terhenti pada perbuatan. Baik sangka yang bersandar kepada perbuatan masih menyembunyikan keraguan yang samar-samar iaitu rasa kurang senang dengan apa yang berlaku, seperti firman-Nya:

Dan boleh jadi kamu benci  pada sesuatu padahal ia baik bagi kamu. ( Ayat 216 : Surah al-Baqarah )

Baik sangka yang bersandarkan kepada sifat akan melahirkan tawakal dan reda yang sebenarnya, sesuai dengan maksud:

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani. Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani. Yang Menguasai pemerintahan hari Pembalasan (hari Akhirat). Engkaulah sahaja (Ya Allah) yang kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan.

Ayat 1 – 4 : Surah al-Faatihah ) Allah s.w.t sahaja memiliki sifat ketuhanan yang menguasai dan mentadbir seluruh alam. Sifat ketuhanan-Nya tidak berpisah dari sifat Pemurah dan Penyayang. Apa juga yang Dia lakukan kepada alam dan isi alam adalah dengan kasih sayang dan kasihan belas. Tidak ada kezaliman dan kejahatan pada perbuatan-Nya. Dia mampu menaburkan ke seluruh alam akan kasih sayang dan kasihan belas-Nya kerana Dia memiliki hari Agama, iaitu semua kehidupan, dunia, Alam Barzakh, akhirat, yang diketahui oleh makhluk, yang tidak diketahui oleh makhluk, semua khazanah dan segala-galanya adalah milik-Nya yang mutlak, tidak berkongsi dengan sesiapa pun. Lantaran itu hanya Dia yang disembah dan hanya kepada-Nya diajukan permintaan dan harapan.

Page 5: TUGAS BUDI PEKERTI

BAIK SANGKA KEPADA ALLAH

BAIK SANGKA KEPADA ALLAHsumber : wisatahati.com

"Subhanallah aku merasakan keajaiban sedekah ust, sore ini aku dapat traininggratis worth dua juta, bahkan training ini akan menjadikan aku dokter ahli yangjadi rujukan dokter-dokter umum dan dokter-dokter internist di rumah sakittempatku bekerja dan lusa insya Allah aku dapat training berbeda yang worth duajuta lagi dari obat, benar-benar subhanallah, makasih ust sudah memperkenalkanaku dengan sedekah.

Pada waktu itu hari selasa, tepat pukul 22:45, saya dapat pesan singkat darisalah seorang jama'ah wisatahati yang kini sudah menjadi ahli sedekah, diaadalah seorang dokter umum di salah satu rumah sakit swasta di Kota Tangerang.

Page 6: TUGAS BUDI PEKERTI

Sejujurnya dia berharap dengan sedekahnya, Allah mempertemukan dia dengan jodohyang terbaik dari sisi-Nya, karena dirasa dia sudah siap untuk berkeluarga dantidak mau pacar-pacaran kayak anak ABG lagi, namun Allah Yang Maha Mengetahuimalah memberikan sesuatu yang berbeda dari harapannya selama ini, tapi pembaca,itulah Allah, Dia Maha Tahu apa yang terbaik dan mesti Dia berikan dan putuskan.Jangan pernah berburuk sangka pada ketetapan-Nya karena boleh jadi Diamenginginkan yang terbaik untuk kita.

Rasanya gampang banget kita mengatakan "kayaknya salah nih, jawaban Allah,saya kan berdo'a minta jodoh kenapa Allah kasih yang laen, berupa karir, apakarena kebanyakan yang minta kali ye, jadi salah ngasih tuh". Waduh... kalokayak gitu pikiran kita, bisa berabe , ada yang bermasalah dengan 'aqidah Allah menegaskan dalam QS. Al Baqarah [2]: 186,"Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang diri-Ku, makakatakanlah sesungguhnya Aku dekat, Aku menjawab harapan dan do'a bila ada hambaberharap dan berdo'a kepada-Ku, maka hendaklah mereka bersegera memenuhipanggilan-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu mendapat bimbingan-Ku"

Artinya marilah kita berbuat, beramal sebaik dan semaksimal mungkin danberbaik sangkalah pada-Nya sebagai pengiring do'a, harapan dan keinginan kita,karena sesungguhnya kewajiban Allah-lah untuk mengabulkan do'a, memenuhi harapandan menjawab keinginan hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shaleh.

Tapi kenapa terkadang apa yang kita harap tak sesuai yang kita dapat, itulahyang mesti kita pelajari, dan ambil hikmahnya. Dalam sebuah hadits yangdiriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abi Sa'id radhiyallahu'anhu,

Page 7: TUGAS BUDI PEKERTI

Rasulullah SAW.Bersabda, tidak ada do'a yang dipanjatkan oleh seorang muslim yang tidak dijawaboleh Allah -selama dia tidak berbuat dosa dan memutuskan silaturrahim-, cumasaja Allah menjawabnya dengan tiga cara:

Dipercepat dan disegerakan jawaban do'anya.

Disimpan, diinvestasikan dan atau ditunda oleh Allah pada masa yang akandatang atau bahkan di akhirat.

Diganti dengan sesuatu yang lebih baik dari do'anya.Para sahabat yang mendengarkan dengan seksama kalimat demi kalimat dari Rasultersebut bertanya: Wahai Rasulallah, jadi kami harus sering berdo'a dong,"beliau menjawab: " Allah Maha Memperbanyak.

Pembaca yang disayang Allah, nampaknya memang pengetahuan kitaterbatas, kita engga tahu, mana dan apa yang terbaik buat kita, makanya hindarisu'udzon pada Allah. Kita engga tahu dosa apa yang mengahalangi terkabulnya doa,harapan dan keinginan kita, makanya segeralah bertaubat, memohon ampun pada-Nya.Jangan pernah bosan berharap pada Allah, jangan pernah malu meminta pada-Nya,jangan pernah jenuh berdo'a pada-Nya. Yakinlah Dia akan mengabulkan segala do'a,harapan dan keinginan kita.

---------------------------------Salam wisatahati,Ustadz Ahmad Jameel

Page 8: TUGAS BUDI PEKERTI

Janganlah Berburuk Sangka Kepada AllahTanggal posting: 09-04-08

Penulis: Abu Farhan Wali Sabara

Segala Sesuatu Diciptakan Dengan Hikmah

Alloh menciptakan langit dan bumi beserta isinya, semuanya tentu mengandung hikmah yang agung dan tidak dalam rangka kesia-siaan. Alloh Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah (hanya sia-sia saja). Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka..." (Ash-Shood: 27). Termasuk tatkala Alloh memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu mudhorot (musibah) pada seseorang, tentunya hal ini juga mengandung hikmah yang agung di dalamnya.

Untuk itu kita harus selalu berhusnuzhon (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Alloh tetapkan kepada para hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.

Rahasia di Balik Musibah

Para pembaca yang budiman, tidaklah Alloh menimpakan suatu musibah kepada para hambaNya yang mu'min kecuali untuk tiga hal:

1. Mengangkat derajat bagi orang yang tertimpa musibah, karena kesabarannya terhadap musibah yang telah Alloh tetapkan.

2. Sebagai cobaan bagi dirinya. 3. Sebagai pelebur dosa, atas dosanya yang telah lalu.

Su'udzon Itu Tercela

Su'udzon (berprasangka buruk) pada Alloh merupakan sifat tercela yang harus dijauhi dari diri setiap orang yang beriman karena hal ini merupakan salah satu dari dosa besar. Sikap seperti ini juga

Page 9: TUGAS BUDI PEKERTI

merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan munafiq. Mereka berprasangka kepada Alloh dengan prasangka yang buruk dan mengharapkan kekalahan dan kehancuran kaum muslimin. Akan tetapi Alloh membalik tipu daya mereka serta mengancam mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat.

Alloh berfirman yang artinya, "Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Alloh. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Alloh memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali." (Al-Fath: 6)

Adzab dunia yang akan diterima oleh orang kafir dan munafiq adalah berupa keresahan dan kegelisahan yang melanda hati mereka tatkala melihat keberhasilan kaum muslimin. Adapun adzab akhirat, mereka akan mendapatkan murka Alloh serta dijauhkan dari rahmat Alloh dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam yang merupakan sejelek-jelek tempat kembali.

Berprasangka buruk pada Alloh merupakan bentuk cemooh atau ingkar pada takdir Alloh, Misalnya dengan mengatakan "Seharusnya kejadiannya begini dan begitu." Atau ucapan, "Kok rejeki saya akhir-akhir ini seret terus ya? Lagi apes memang..." serta bentuk ucapan-ucapan yang lain. Banyak orang berprasangka buruk pada Alloh baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Tidak ada yang dapat menghindar dari prasangka buruk ini kecuali bagi orang-orang yang memahami nama dan sifat Alloh. Maka sudah selayaknya bagi orang yang berakal dan mau membenahi diri, hendaklah ia memperhatikan permasalahan ini dan mau bertobat serta memohon ampun terhadap prasangka buruk yang telah ia lakukan.

Jauhi Prasangka Buruk Kepada Alloh

Sikap berburuk sangka merupakan sikap orang-orang jahiliyah, yang merupakan bentuk kekufuran yang dapat menghilangkan atau mengurangi tauhid seseorang. Alloh Ta'ala berfirman yang artinya, "Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Alloh seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?' Katakanlah: 'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Alloh.' Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.' Katakanlah: 'Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang

Page 10: TUGAS BUDI PEKERTI

yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.' Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati." (Ali-Imran: 154)

Perlu untuk kita ketahui bersama, berprasangka buruk kepada Alloh dapat terjadi pada tiga hal, yaitu:

1. Berprasangka bahwa Alloh akan melestarikan kebatilan dan menumbangkan al haq (kebenaran). Hal ini sebagaimana persangkaan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. Alloh berfirman yang artinya, "Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya (terbunuh dalam peperangan, pen) dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa." (Al-Fath: 12)Perbuatan seperti ini tidak pantas ditujukan pada Alloh karena tidak sesuai dengan hikmah Alloh janji-Nya yang benar. Inilah prasangka orang-orang kafir dan Neraka Wail-lah tempat mereka kembali.

2. Mengingkari Qadha' dan Qadar Alloh yaitu menyatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi di alam ini yang di luar kehendak Alloh dan taqdir Alloh. Seperti pendapat Sekte Qodariyah.

3. Mengingkari adanya hikmah yang sempurna dalam taqdir Alloh. Sebagaimana pendapat Sekte Jahmiyah dan Sekte Asy'ariyah.

Iman dan tauhid seorang hamba tidak akan sempurna sehingga ia membenarkan semua yang dikabarkan oleh Alloh, baik berupa nama dan sifat-sifat-Nya, kesempurnaan-Nya serta meyakini dan membenarkan janji-Nya bahwa Dia akan menolong agama ini

Untuk itu sekali lagi marilah kita instropeksi diri, apakah kita termasuk orang yang seperti ini (orang gemar berprasangka buruk pada Alloh) sehingga kita dijauhkan dari surga Alloh yang kekal? Kita berdo'a kepada Alloh agar menjauhkan kita semua dari berprasangka buruk kepadaNya. Wallohu a'lam.

Page 11: TUGAS BUDI PEKERTI

INDAHNYA BERBAIK SANGKA

"Hubungan yang baik antara satu dengan lain dan khususnya antara muslim yang satu dengan muslim lainnya merupakan sesuatu yang

harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Ini kerana Allah telah menggariskan bahawa mukmin itu bersaudara. Itulah sebabnya, segala

bentuk sikap dan sifat yang akan memperkukuh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala

bentuk sikap dan sifat yang dapat merosak ukhuwah harus dihilangkan. Agar hubungan ukhuwah islamiyah itu tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat positif yang harus dipenuhi adalah

husnuzh zhan (berbaik sangka).

Oleh kerana itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu yang terkait dengan peribadi seseorang apalagi seorang

muslim, maka kita harus melakukan tabayyun (penyelidikan) terlebih dahulu sebelum mempercayainya apalagi meresponnya secara negatif,

Allah berfirman yang ertinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan)

kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu

(mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan." Q.S Al-Hujuraat : 6

Manfaat Berbaik Sangka

Ada banyak nilai dan manfaat yang diperolehi seseorang muslim bila dia memiliki sifat husnuzh zhan kepada orang lain.

Pertama, hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, perkara ini kerana berbaik sangka dalam hubungan sesama

muslim akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonian hubungan akan semakin terasa kerana tidak ada

halangan psikologis yang menghambat hubungan itu.

Kedua, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama kerana buruk sangka akan membuat seseorang menimpakan

keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar, Allah berfirman sebagaimana yang disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 6 di atas.

Ketiga, selalu berbahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang lain, meskipun kita sendiri belum dapat mencapainya, perkara ini

memiliki erti yang sangat penting, kerana dengan demikian jiwa kita

Page 12: TUGAS BUDI PEKERTI

menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang boleh berkembang pada dosa-dosa baru sebagai kelanjutannya. Ini bererti kebaikan dan kejujuran akan membawa kita pada kebaikan yang banyak dan dosa

serta keburukan akan membawa kita pada dosa-dosa berikutnya yang lebih besar lagi dengan dampak negatif yang semakin banyak.

Ruginya Berburuk Sangka

Manakala kita melakukan atau memiliki sifat berburuk sangka, ada sejumlah kerugian yang akan kita perolehi, baik dalam kehidupan di

dunia mahupun di akhirat.

Pertama, mendapat dosa. Berburuk sangka merupakan sesuatu yang jelas-jelas bernilai dosa, kerana disamping kita sudah menganggap

orang lain tidak baik tanpa dasar yang jelas, berusaha menyelidiki atau mencari-cari keburukan orang lain, juga akan membuat kita

melakukan dan mengungkapkan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain yang kita berburuk sangka kepadanya, Allah berfirman yang

ertinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan

(supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan

janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya

yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya

Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani." Q.S Al-Hujuraat : 12

Kedua, dusta yang besar. Berburuk sangka akan membuat kita menjadi rugi, kerana apa yang kita kemukakan merupakan suatu dusta

yang sebesar-besarnya, perkara ini disabdakan oleh Rasulullah : "Jauhilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling

dusta" HR. Muttafaqun alaihi

Ketiga, menimbulkan sifat buruk. Berburuk sangka kepada orang lain tidak hanya berakibat pada penilaian dosa dan dusta yang besar,

tetapi juga akan mengakibatkan munculnya sifat-sifat buruk lainnya yang sangat berbahaya, baik dalam perkembangan peribadi mahupun

hubungannya dengan orang lain, sifat-sifat itu antara lain ghibah, kebencian, hasad, menjauhi hubungan dengan orang lain dll. Dalam

satu hadith, Rasulullah bersabda : "Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa

Page 13: TUGAS BUDI PEKERTI

kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke syurga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah

seorang yang benar (jujur). Berhati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan

membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta. HR. Bukhari

Larangan Berburuk Sangka

Kerana berburuk sangka merupakan sesuatu yang sangat tercela dan mengakibatkan kerugian, maka perbuatan ini sangat dilarang di dalam

Islam sebagaimana yang sudah disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 12 di atas. Untuk menjauhi perasaan berburuk sangka, maka

masing-masing kita harus menyedari betapa hal ini sangat tidak baik dan tidak benar dalam hubungan persaudaraan, apalagi dengan

sesama muslim dan aktivis dakwah. Disamping itu, bila ada benih- benih di dalam hati perasaan berburuk sangka, maka perkara itu harus segera dicegah dan dijauhi kerana ia berasal dari godaan syaitan yang

bermaksud buruk kepada kita. Dan yang lebih penting lagi adalah memperkukuh terus jalinan persaudaraan antara sesama muslim dan

aktivis dakwah agar yang selalu kita kembangkan adalah berbaik sangka, bukan malah berburuk sangka.

Oleh kerana itu, Khalifah Umar bin Khattab menyatakan: Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang keluar dari seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau

dapatkan bahawa kata-kata itu mengandungi kebaikan. Demikian perkara-perkara dasar yang harus mendapat perhatian kita

dalam kaitan dengan sikap husnuzhzhan (berbaik sangka).

Ya Allah, bukakanlah ke atas kami hikmatMu dan limpahilah ke atas kami khazanah rahmatMu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang. Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmuku dan luaskanlah kefahamanku. Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan

mudahkanlah urusanku

"Seandainya engkau menyampaikan keburukan saudaramu, Jika itu benar, maka bererti kamu sudah membuka aib saudaramu, dan jika itu

salah, maka engkau sudah melakukan fitnah "

~penawarhati~

Page 14: TUGAS BUDI PEKERTI

ADIL

PENGERTIAN ADIL…MENURUT SAYA?…

September 7, 2007 by wuryanano

ADIL adalah sebuah kata yang sering kita dengar. Di setiap kalimat yang diucapkan saat membahas hal-hal berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, hampir selalu muncul kata “adil” ini. Lalu, bagaimana sesungguhnya makna dari kata “adil” tersebut? Nah, ini merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk memberi “definisi adil” secara langsung, jelas dan terang, serta tentu saja bisa memuaskan semua pihak. Dan, di Blog ini, saya bukan bermaksud untuk memberikan definisi pasti mengenai “adil”; tetapi saya ingin ikut “sharing” dengan Anda tentang bagaimana sebaiknya menyikapi “adil” ini di dalam kehidupan kita.

Page 15: TUGAS BUDI PEKERTI

Berbicara saja, tentang bagaimana “bersikap adil” itu tidak mudah, apalagi tentang bagaimana kita mempraktekkan untuk “bersikap adil”…ini jauh lebih sulit lagi. Oleh karena masalah “adil” ini bukan mengenai masalah sosial atau hukum saja, tetapi ini sudah sangat menyangkut masalah tanggung jawab moral. Dan, kalau sudah bicara tentang moral, berarti hal ini sudah berkaitan dengan seberapa baik - buruknya manusia dalam bertindak. Maka dari itu, setiap usaha untuk “bersikap adil” atau “bersikap tidak adil” akan selalu menuntut “pertanggungjawaban moral”, dan ini berkaitan juga dengan hati nurani. Oleh sebab itu, kita harus merenungkan kembali sikap kita selama ini, yang menyangkut soal keadilan. Bagaimana hati nurani kita?Kalau saya melihat secara umum atau gambaran umum yang berlaku di masyarakat tentang “pengertian adil”, maka bisa saya simpulkan bahwa “bersikap adil” berarti menunjukkan sikap berpihak kepada yang benar, tidak berat sebelah, dan tidak memihak salah satunya. Ini kesimpulan kurang lebih yang berlaku di masyarakat sepanjang pengetahuan saya selama ini. Tetapi, yang menjadi persoalan tentang ADIL ini adalah, sudahkah kita semua benar-benar mempraktekkannya? Sudahkah kita mencoba untuk bersikap adil yang sesungguhnya? Cobalah Anda ikut merenungkannya?Biasanya orang memiliki sudut pandang berbeda tentang “bersikap adil” ini. Pada dasarnya, timbulnya istilah ADIL atau TIDAK ADIL ini karena berkaitan dengan hubungan antar manusia. Dan, jika sudah menyangkut soal hubungan antar manusia, pasti akan melibatkan sikap, pandangan, maupun perasaan emosi kita; maka dari itu muncullah istilah ADIL ini. Di bawah ini ada beberapa sudut pandang mengenai “bersikap adil” menurut bahasa saya, yang saya coba uraikan kepada Anda, sebagai berikut:@ Adil berdasarkan “egoisme pribadi”:* Pandangan seperti ini tentu saja menilai suatu tindakan atau perbuatan siapa pun, yang pasti selalu dikaitkan dengan keuntungan diri sendiri, seberapa besar keuntungan yang diperolehnya, itulah yang sangat berpengaruh pada makna adil di sini. Mereka dengan paham seperti ini punya kecenderungan tidak mau tahu orang lain, yang penting adalah keuntungan diri sendiri. Mereka tidak mempunyai “rasa empati” pada sesama, maunya menang sendiri. Dan, penganut paham ini pasti akan langsung berteriak bahwa “itu adil” jika dia mendapatkan keuntungan dari tindakan atau perbuatan itu. Sebaliknya, jika mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang ataupun oleh suatu lembaga; maka mereka akan berkata bahwa itu tidak adil.@ Adil berdasarkan “egoisme kelompok”:* Pandangan tentang adil seperti ini, hampir mirip dengan pandangan

Page 16: TUGAS BUDI PEKERTI

adil berdasarkan egoisme pribadi. Bedanya, penganut paham ini bisa sedikit berpandangan lebih luas mengenai keadilan, yaitu adil untuk kelompoknya sendiri. Jika dia merasa kelompoknya atau keluarganya memperoleh hasil-hasil bagus dari sesuatu, dari siapa pun, maka dia juga akan berseru bahwa itu memang adil. Tapi, jika kelompoknya tidak memperoleh hasil sesuai harapannya atau hanya sedikit mendapatkan bagian, maka pasti dia berteriak bahwa itu tidak adil. Paham adil berdasarkan egoisme kelompok ini sangat banyak dianut oleh sebagian besar orang di dalam negeri kita ini. Paham ini muncul, karena tentu adanya kesamaan pandangan diantara masing-masing pribadi yang terlibat, sehingga mereka kemudian bisa bersatu. Mereka yang masuk di dalam paham ini, juga memiliki “rasa empati”, tetapi empati ini hanya khusus ditujukan kepada orang-orang yang sepaham dengan dirinya, hanya sebatas empati di dalam kelompoknya.@ Adil berdasarkan “kelayakan bagi orang lain”:* Inilah pandangan yang dipegang oleh orang-orang dengan idealisme tinggi dan penuh rasa peduli dengan sesama. Mereka dengan paham seperti ini akan selalu memperjuangkan “rasa keadilan” bagi sesama. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh siapa pun, selalu dicermati dengan sudut pandang, seberapa jauh perbuatan itu bisa bermanfaat bagi banyak orang. Jika dirasa bahwa perbuatan itu benar-benar bisa membawa manfaat bagi banyak orang, maka itu sudah dianggapnya “adil”. Sebaliknya, meskipun tindakan itu bisa dirasakan oleh sekelompok orang sudah adil, tetapi menurut pemegang paham ini, hal itu masih dianggap “tidak adil”, karena tindakan tersebut hanya bermanfaat bagi sekelompok golongan kecil saja. Mereka yang mendukung paham ini, cenderung memiliki “rasa empati” sangat tinggi kepada orang lain yang “tidak mendapatkan keadilan”. Bahkan mereka cenderung lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri.@ Adil berdasarkan “kesamaan derajat”:* Menurut saya inilah sebagian besar “paham keadilan” yang banyak dipegang oleh orang. Mungkin juga Anda termasuk di dalamnya. Penganut paham ini, saya pikir memang bisa lebih bersikap adil, baik terhadap sesama orang, maupun terhadap dirinya sendiri. Ini bagi saya merupakan paham yang paling cocok dan ideal untuk semua orang. Oleh karena dengan memahami adanya “kesamaan derajat” diantara sesama manusia, maka kita tentu bisa lebih “proporsional” dalam hal berlaku adil ini. Kita bisa berlaku adil untuk sesama orang, dan kita juga bisa berlaku adil untuk diri kita sendiri, sebab “derajat” kita sebagai sesama manusia sesungguhnya memang sama. Mereka ini pun juga memiliki “rasa empati” terhadap sesamanya. Rasa empati yang dimiliki oleh orang dengan paham “adil berdasarkan kesamaan derajat” ini lebih bersifat proporsional juga,

Page 17: TUGAS BUDI PEKERTI

tidak berlebihan, sehingga mereka bisa bersikap lebih bijak, baik kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri.@ Adil berdasarkan “hukum”:* Nah, paham yang ini beda dengan paham yang lainnya. Kalau adil berdasarkan hukum ini, kita semua sebagai warga masyarakat tentu saja mau atau tidak mau…ya harus patuh dengan bentuk keadilan semacam ini. Oleh karena, berdasarkan hukum yang berlaku di masing-masing Negara, semua orang sesungguhnya mempunyai persamaan hak dan kewajibannya, tidak dibeda-bedakan. Demikian juga aturan yang ada di dalam hukum Agama, setiap orang punya hak dan kewajiban sama. Ini sebuah prinsip hukum, meskipun di dalam pelaksanaannya tetap saja ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh manusia. Mengapa selalu ada penyimpangan? Jawabannya, karena kita ini juga dipengaruhi oleh berbagai paham yang lainnya, tiga paham sebelumnya tersebut. Ketiga paham tentang adil yang saya sebut sebelumnya di awal tadi, pasti juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seseorang dalam menyikapi suatu keadilan.Kelima uraian tentang pengertian adil di atas, sudah saya coba berikan ke Anda. Dari 5 (Lima) macam uraian tentang adil tersebut, setidaknya setiap orang pasti akan selalu terlibat di dalam dua pilihan yang tidak mungkin terpisahkan. Dua pilihan yang pasti ada di dalam pemikiran setiap orang, misalnya Anda punya paham “adil berdasarkan kesamaan derajat”, pasti Anda juga menganut paham “adil berdasarkan hukum”. Oleh karena paham “adil berdasarkan hukum” ini harus kita pegang, dan bersifat wajib bagi semua orang. Jika Anda para pembaca budiman mempunyai konsep adil menurut pandangan Anda, maka sungguh menyenangkan jika Anda juga mau berbagi pengetahuan Anda itu dengan saya. Konsep Adil di atas tersebut menurut hemat saya adalah mewakili konsep sebagian besar dari kita, yang terbersit di dalam pemikiran kebanyakan orang.Salam Luar Biasa Prima!

Page 18: TUGAS BUDI PEKERTI

ADIL ADIL menurut pengertian umum bererti tidak berat sebelah. Dengan kata

lain, adil memperlakukan atau menimbang sesuatu dengan cara serupa. Ia

menyangkal soal sikap hidup atau perilaku serta mempunyai hubungan

erat dengan soal kejiwaan.

Dilihat dari sudut pembahagian kerangka pokok ajaran Islam, adil

termasuk dalam ruang lingkup akhlak.

Syed Qutub merumuskan pengertian adil sebagai sikap mutlak, tidak

menunjukkan kecondongan cinta atau marah, tidak mengubah ketentuan

oleh kerana kasih sayang atau benci. Adil itu tidak mempengaruhi

pandangan kerana pertimbangan kekeluargaan, tidak menaruh kebencian

antara kaum. Dan tidak membezakan manusia kerana bangsanya,

keturunannya, hartanya, pangkatnya dan lain-lain. Antara satu dengan

yang lain diperlakukan secara sama.” (Al-’Adalatul Ijtima’iyyah fil Islam)

Islam sudah memperjuangkan keadilan, memberikan hak kepada yang

berhak tanpa sebarang kekurangan. Banyak ayat al-Quran dan hadis yang

Page 19: TUGAS BUDI PEKERTI

mengajak supaya selalu menjaga keadilan itu. Sementara kezaliman pula

harus dikikis habis-habisan dan wajib dilemparkan jauh-jauh.

Perintah berkenaan kezaliman ditegaskan dalam al-Quran. Allah

berfirman bermaksud:“Janganlah kamu berbuat zalim dan jangan pula

dizalimi.” (Surah al-Baqarah, ayat 270)