Tugas Besar Elektronika Daya
-
Upload
firmangarnish28 -
Category
Documents
-
view
123 -
download
14
description
Transcript of Tugas Besar Elektronika Daya
BAB I
Dasar Teori
1.1 PWM (Pulse Width Modulation)
1.1.1. Pengertian
Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi
lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda, untuk mendapatkan tegangan
rata-rata yang berbeda. Beberapa Contoh aplikasi PWM adalah pemodulasian data untuk
telekomunikasi, pengontrolan daya atau tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan,
audio effect dan penguatan, serta aplikasi-aplikasi lainnya.
Gambar 1.1 Sinyal PWM
(Sumber: http://ini-robot.blogspot.com)
1.1.2. Jenis PWM
1) Analog
Pembangkitan sinyal PWM yang paling sederhana adalah dengan cara
membandingkan sinyal gigi gergaji sebagai tegangan carrier dengan tegangan referensi
menggunakan rangkaian op-amp comparator.
Gambar 1.2 Rangkaian PWM analog
(Sumber: http://www.maulanurulkhakam.com)
Cara kerja dari komparator analog ini adalah membandingkan gelombang tegangan
gigi gergaji dengan tegangan referensi seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 1.3 Pembentukan Sinyal PWM
(Sumber : http://www.maulanurulkhakam.com)
Saat nilai tegangan referensi lebih besar dari tegangan carrier (gigi gergaji) maka
output comparator akan bernilai high. Namun saat tegangan referensi bernilai lebih kecil dari
tegangan carrier, maka output comparator akan bernilai low. Dengan memanfaatkan prinsip
kerja dari komparator inilah, untuk mengubah duty cycle dari sinyal output cukup dengan
mengubah-ubah besar tegangan referensi. Besarnya duty-cycle rangkaian PWM ini ialah:
2) Digital
Pada metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu
sendiri. Misalkan PWM digital 8 bit berarti PWM tersebut memiliki resolusi 28 = 256,
maksudnya nilai keluaran PWM ini memiliki 256 variasi, variasinya mulai dari 0 – 255 yang
mewakili duty cycle 0% – 100% dari keluaran PWM tersebut.
1.1.3. Konsep Dasar PWM
Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap,
namun memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Lebar Pulsa PWM berbanding lurus dengan
amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Artinya, Sinyal PWM memiliki frekuensi
gelombang yang tetap namun duty cycle bervariasi (antara 0% hingga 100%)
Duty Cycle = VrefernceVcarrier
x100 %
Gambar 1.4 Sinyal PWM dan persamaan Vout PWM
(Sumber: http://ini-robot.blogspot.com)
Dari persamaan diatas diketahui bahwa perubahan duty cycle akan merubah
tegangan keluaran atau tegangan rata-rata seperti gambar dibawah ini
Gambar 1.5 V rata-rata sinyal PWM
(Sumber: http://ini-robot.blogspot.com)
Pulse Width Modulation (PWM) merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan
signal analog dari sebuah piranti digital. Sebenarnya Sinyal PWM dapat dibangkitkan dengan
banyak cara, dapat menggunakan metode analog dengan menggunakan rankaian op-amp atau
dengan menggunakan metode digital.
Dengan metode analog setiap perubahan PWM-nya sangat halus, sedangkan
menggunakan metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu
sendiri. Resolusi adalah jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM tersebut. Misalkan suatu
PWM memiliki resolusi 8 bit berarti PWM ini memiliki variasi perubahan nilai sebanyak 28 =
256 variasi mulai dari 0 – 255 perubahan nilai yang mewakili duty cycle 0 – 100% dari keluaran
PWM tersebut.
Gambar 1.6 Duty Cycle dan Resolusi PWM
(Sumber: http://kecoakacau.blogspot.com)
1.1.4. Perhitungan Duty Cycle PWM
Dengan cara mengatur lebar pulsa “on” dan “off” dalam satu perioda gelombang
melalui pemberian besar sinyal referensi output dari suatu PWM akan didapat duty cycle yang
diinginkan. Duty cycle dari PWM dapat dinyatakan sebagai:
Duty cycle 100% berarti sinyal tegangan pengatur motor dilewatkan seluruhnya. Jika
tegangan catu 100V, maka motor akan mendapat tegangan 100V. Pada duty cycle 50%,
tegangan pada motor hanya akan diberikan 50% dari total tegangan yang ada, begitu
seterusnya.
Gambar 1.7 Duty Cycle PWM
(Sumber : http://ini-robot.blogspot.com)
Perhitungan Pengontrolan tegangan output motor dengan metode PWM cukup sederhana.
Gambar 1.8 Tegangan output
Duty Cycle = ton/(ton + toff) x 100%
(Sumber : http://maulana.lecture.ub.ac.id)
Dengan menghitung duty cycle yang diberikan, akan didapat tegangan output yang
dihasilkan. Sesuai dengan rumus yang telah dijelaskan pada gambar:
Average voltage merupakan tegangan output pada motor yang dikontrol oleh sinyal
PWM. a adalah nilai duty cycle saat kondisi sinyal “on”. b adalah nilai duty cycle saat kondisi
sinyal “off”. Vfull adalah tegangan maximum pada motor. Dengan menggunakan rumus diatas,
maka akan didapatkan tegangan output sesuai dengan sinyal kontrol PWM yang dibangkitkan.
1.2 H-Bridge
1.2.1 Pengertian
H-bridge adalah rangkaian yang konfigurasi atau susunan transistornya sepeti
membentuk huruf H. Transistor ini digunakan sebagai switching sehingga nantinya motor
dapat berputar searah jarum jam (clockwise) dan berlawanan arah jarum jam
(counterclockwise). Adapun type transistor yang banyak digunakan dalam rangkaian H-Bridge
adalah transistor type TIP 31 dan TIP 32.
Pengertian dari transistor itu sendiri adalah komponen elektronika yang berfungsi
sebagai saklar. Transistor memiliki tiga kutub atau kaki, yaitu Kolektor (C), Basis (B), dan Emitor
(E). Transistor juga dapat digunakan sebagai penguat arus (current amplifier).
Prinsip kerja dari transistor yaitu “jika pada basis mengalir arus IB, maka pada
kolektor mengalir arus IC dan pada emitor mengalir arus IE” dengan hubungan:
Dimana:
IE = arus pada Emitor
IB = arus pada Basis
IC = arus pada Kolektor
Terdapat dua jenis transistor, yakni jenis NPN dan jenis PNP. Pada transistor jenis
NPN tegangan basis dan kolektornya positif terhadap emitor, sedangkan pada transistor PNP
Average Voltage = aa+b
xV full
IE = IB + IC
tegangan basis dan kolektornya negatif terhadap tegangan emitor. Berikut adalah symbol
transistor:
Gambar 1.9 Symbol Transistor
Transistor dapat digunakan sebagai beberapa hal berikut:
1) Sebagai penguat arus, tegangan, dan daya (AC dan DC)
2) Sebagai penyearah
3) Sebagai mixer
4) Sebagai osilator
5) Sebagai switch
1.2.2 Prinsip Kerja Rangkaian H-Bridge
Salah satu aktuator yang sering digunakan adalah motor DC. Pada motor DC yang
diperlukan adalah pengontrolan arah dan kecepatan pada motor DC. Solusi untuk
pengontrolan arah pada motor DC adalah dengan menggunakan rangkaian H-bridge. H-bridge
menggunakan 4 buah switch.
Gambar 1.10 Rangkaian H-Bridge
Pengaturan yang dilakukan dalam H-bridge adalah pengaturan switch untuk
mengatur polaritas yang diterima oleh motor DC, sehingga arah putar motor dapat berubah.
Seperti yang diilustrasikan gambar berikut.
Gambar 1.11 Prinsip Kerja Rangkaian H-Bridge
A = B = '0'
Karena input A dan B mempunyai logika yg sama '0' (0V), maka kedua transistor TIP31
(Q1 & Q2) tidak akan mendapat picuan pada basisnya sehingga transistor bersifat cut-off atau
transistor bersifat seperti saklar yg terbuka. Dari rangkaian diatas terlihat pula bahwa kedua
TIP32 (Q3 & Q4) bergantung pada TIP31 dimana basis kedua TIP32 terhubung pada kolektor TIP
31. Jadi, apabila tidak ada arus yg mengalir pada kolektor TIP31 maka basis TIP32 juga tidak
akan terpicu akibatnya motor tidak akan berputar atau berhenti.
A = '0' ; B = '1'
Saat input A diberi logika '0' (0V) dan input B diberi logika '1' (5V) maka Q2 akan saturasi
sedangkan Q1 tetap cut-off. Karena Q2 bersifat saturasi atau seperti saklar yang tertutup maka
basis Q3 akan mendapat picuan sehingga Q3 juga bersifat saturasi. Akibatnya arus akan
mengalir dengan urutan seperti berikut: Vs Q3 motor Q1 ground, sehingga motor
akan berputar searah jarum jam.
Gambar 1.12 Motor Berputar Searah Jarum Jam
A = 1 ; B = 0
Saat input A diberi logika '1' (5V) dan input B diberi logika '0' (0V) maka Q1 akan saturasi
sedangkan Q2 cut-off. Akibatnya Q4 juga akan menjadi saturasi karena basis Q4 mendapat
picuan dari Q1. Sehingga arus akan mengalir dengan urutan seperti berikut: Vs Q4 motor
Q1 ground, dan motor akan berputar berlawanan arah jarum jam.
Gambar 1.13 Motor Berputar Berlawanan Arah Jarum Jam
A = B = ‘1’
Jika kedua input diberi logika ‘1’ secara bersamaan maka akan mengakibatkan semua
transistor dalam kondisi saturasi. Secara logika motor tidak akan berputar karena tidak ada
beda potensial pada ujung-ujung konektornya. Namun hal ini akan menyebabkan timbulnya
panas yang berlebihan pada semua transistor sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Oleh
karena itu hal ini harus dihindari.
Penerapan rangkaian H-Bridge ini banyak digunakan pada pengaturan motor DC untuk
mengerakkan motor secara putar kanan dan putar kiri dengan menggunakan transistor sebagai
saklar.
Rangkaian H-Bridge mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Rangkaian H-Bridge memakai 4 saklar untuk jalannya arus
2) Rangkaian H-Bridge mempunyai 2 input
3) Jika salah satu input diberi logic high dan yang lainnya low maka akan menggerakkan
motor sesuai arah arus yang lewat pada motor tersebut
4) Rangkaian H-Bridge akan tidak bekerja jika kedua input diberi logic low
5) Rangkaian H-Bridge akan menjadi tidak berfungsi jika kedua input diberi input high karena
akan menyebabkan kedua polaritas motor mendapatkan arus dan merusak motor DC
tersebut
1.3 Komponen Penyusun Trainer
1.3.1. Mosfet IRFZ44
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) merupakan salah satu
jenis transistor yang memiliki impedansi mauskan (gate) sangat tinggi (hampir tak berhingga),
sehingga dengan menggunakan MOSFET sebagai saklar elektronik, memungkinkan untuk
menghubungkannya dengan semua jenis gerbang logika. Dengan menjadikan MOSFET sebagai
saklar, maka dapat digunakan untuk mengendalikan beban dengan arus yang tinggi dan biaya
yang lebih murah daripada menggunakan transistor bipolar. Untuk membuat MOSFET sebgai
saklar maka hanya menggunakan MOSFET pada kondisi saturasi (ON) dan kondisi cut-off (OFF).
Gambar 1.14 Kurva Karakteristik MOSFET
Wilayah Cut-Off (MOSFET OFF)
Pada daerah Cut-Off MOSFET tidak mendapatkan tegangan input (Vin = 0V) sehingga
tidak ada arus drain Id yang mengalir. Kondisi ini akan membuat tegangan Vds = Vdd. Dengan
beberapa kondisi diatas maka pada daerah cut-off ini MOSFET dikatakan OFF (Full-Off). Kondisi
cut-off ini dapat diperoleh dengan menghubungkan jalur input (gate) ke ground, sehingga
tidaka ada tegangan input yang masuk ke rangkaian saklar MOSFET. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.15 Rangkaian MOSFET Sebagai Saklar pada Kondisi Cut-Off
Karakeristik MOSFET pada daerah Cut-Off antara lain sebagai berikut. Input gate tidak
mendapat tegangan bias karena terhubung ke ground (0V) Tegangan gate lebih rendah dari
tegangan treshold (Vgs < Vth) MOSFET OFF (Fully-Off) pada daerah cut-off ini. Tidak arus drain
yang mengalir pada MOSFET Tegangan output Vout = Vds = Vdd Pada daerah cut-off MOSFET
dalam kondisi open circuit.
Dengan beberapa karakteristik diatas maka dapat dikatakan bahawa MOSFET pada
daerah Cut-Off merupakan saklar terbuka dengan arus drain Id = 0 Ampere. Untuk
mendapatkan kondisi MOSFET dalam keadaan open maka tegnagan gate Vgs harus lebih
rendah dari tegangan treshold Vth dengan cara menghubungkan terminal input (gate) ke
ground.
Wilayah Saturasi (MOSFET ON)
Pada daerah saturasi MOSFET mendapatkan bias input (Vgs) secara maksimum
sehingga arus drain pada MOSFET juga akan maksimum dan membuat tegangan Vds = 0V.
Pada kondisi saturasi ini MOSFET dapat dikatakan dalam kondisi ON secara penuh (Fully-ON).
Gambar 1.16 Rangkaian MOSFET Sebagai Saklar Pada Kondisi Saturasi
Sebagai Saklar Pada Kondisi Saturasi Karakteristik MOSFET pada kondisi saturasi
antar lain adalah : Tegangan input gate (Vgs) tinggi Tegangan input gate (Vgs) lebih tinggi dari
tegangan treshold (Vgs>Vth) MOSFET ON (Fully-ON) pada daerah Saturasi Tegangan drain dan
source ideal (Vds) pada daerah saturasi adalah 0V (Vds = 0V) Resistansi drain dan source
sangat rendah (Rds < 0,1 Ohm) Tegangan output Vout = Vds = 0,2V (Rds.Id) MOSFET
dianalogikan sebagai saklar kondisi tertutup Kondisi saturasi MOSFET dapat diperoleh dengan
memberikan tegangan input gate yang lebih tinggi dari tegangan tresholdnya dengan cara
menghubungkan terminal input ke Vdd. Sehingga MOSFET mejadi saturasi dan dapat
dianalogikan sebagai saklar pada kondisi tertutup.
Untuk trainer ini digunakan mosfet IRFZ44, berikut gambarnya:
Gambar 1.17 Mosfet IRFZ44
1.3.2. IC Op-Amp LM324
Op-amp di dalamnya terdiri dari beberapa bagian, yang pertama adalah penguat
diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya ada rangkaian penggeser level (level
shifter) dan kemudian penguat akhir yang biasanya dibuat dengan penguat push-pull kelas B.
Gambar berikut menunjukkan diagram dari op-amp yang terdiri dari beberapa bagian tersebut.
Gambar 1.18 Diagram Blok Op-Amp
Gambar 1.19. Diagram Schematic Simbol Op-Amp
Simbol op-amp adalah seperti pada gambar di atas dengan 2 input, non-inverting
(+) dan input inverting (-). Umumnya op-amp bekerja dengan dual supply (+Vcc dan –Vee)
namun banyak juga op-amp dibuat dengan single supply (Vcc – ground). Simbol rangkaian di
dalam op-amp pada gambar 1.19 adalah parameter umum dari sebuah op-amp. Rin adalah
resitansi input yang nilai idealnya infinit (tak terhingga). Rout adalah resistansi output dan
besar resistansi idealnya 0 (nol). Sedangkan AOL adalah nilai penguatan open loop dan nilai
idealnya tak terhingga.
Saat ini banyak terdapat tipe-tipe op-amp dengan karakterisktik yang spesifik.
Sedangkan untuk trainer PWM menggunakan H-Bridge ini memanfaatkan LM324. Berikut
gambarnya:
Gambar 1.20 LM324
1.3.3. Kapasitor
Kapasitor sering juga disebut dengan kondensator atau kapasitansi. Mempunyai
fungsi untuk membatasi arus DC yang mengalir pada kapasitor tersebut, dan dapat menyimpan
energi dalam bentuk medan listrik. Nilai suatu kapasitor tergantung dari nilai permitivitas
bahan pembuat kapasitor, luas penampang dari kapsitor tersebut dan jarak antara dua keping
penyusun dari kapasitor tersebut. Jika sebuah kapasitor dilewati oleh sebuah arus maka pada
kedua ujung kapaistor tersebut akan muncul beda potensial atau tegangan.
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk lebih
sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic dan
electrochemical.
Gambar 1.21 Bentuk Fisik Kapasitor.
1.3.4. Dioda (Dioda Bridge)
Dalam berbagai rangkaian elektronika, komponen semikonduktor diode sering kita
jumpai jenis dan type yang berbeda-beda tergantung dari model dan tujuan penggunaan
rangkaian tersebut dibuat. Kata diode berasal dari pendekatan kata yaitu dua elektroda yang
mempunyai dua buah elektroda yaitu anoda dan katoda. Anoda digunakan untuk polaritas
positif dan katoda untuk polaritas negatip. Didalam dioda terdapat junction (pertemuan)
dimana daerah semikonduktor type-p dan semi konduktor type-n bertemu.
Dioda semikonduktor hanya dapat melewatkan arus pada satu arah saja, yaitu pada
saat dioda memperoleh catu arah maju (forward bias). Pada kondisi ini dioda dikatakan bahwa
dioda dalam keadaan konduksi atau menghantar dan mempunyai tahanan dalam dioda
relative kecil. Sedangkan bila dioda diberi catu arah terbalik (Reverse bias) maka diode tidak
bekerja dan pada kondisi ini dioda mempunyai tahanan dalam yang tinggi sehingga arus sulit
mengalir. Dari kondisi tersebut maka diode hanya digunakan pada beberapa pemakain saja
antara lain sebagai penyearah gelombang (rectifier), disamping kegunaan-kegunaan lainya
misalnya sebagai Klipper, Clamper, pengganda tegangan dan lain-lain.
Sifat-Sifat Dioda:
a) Dioda Silikon:
1. Menghantar dengan tegangan maju kira-kira 0.6 Volt
2. Perlawanan maju cukup kecil
3. Perlawanan terbalik sangat tinggi, dapat mencapai beberapa Mega ohm
4. Arus maju maksimum yang dibolehkan cukup besar, sampai 1000 A
5. Tegangan terbalik maksimum yang dibolehkan cukup tinggi, dapat mencapai 1000V
b) Dioda Germanium:
1. Menghantar dengan teganagnmaju kira-kira 0,2 Volt
2. Perlawanan maju agak besar
3. Perlawanan terbalik kurang tinggi ( kurang dari 1 M ohm)
4. Arus maju maksimum yang dibolehkan kurang besar
5. Tegangan terbalik masimum yang dibolehkan kurang tinggi
Dioda bridge adalah dioda silicon yang dirangkai menjadi suatu bridge dan dikemas
menjadi satu kesatuan komponen. Di pasaran terjual berbagai bentuk dioda bridge dengan
berbagai macam kapasitasnya. Ukuran dioda bridge yang utama adalah voltage dan ampere
maksimumnya. Dioda bridge digunakan sebagai penyearah pada power supply.
Gambar 1.22 Bentuk Fisik Dioda Bridge.
Fungsi dioda dalam rangkaian elektronik secara umum antara lain:
1) Pengaman
2) Penyearah
3) Voltage regulator
4) Modulator
5) Pengendali frekuensi
6) Indikator
7) Switch
Berikut adalah gambar diode yang digunakan sebagai salah satu komponen penyusun
rangkaian motor:
Gambar 1.23 Dioda 1N4148
1.3.5. Resistor
Resistor sering disebut dengan tahanan, hambatan, penghantar, atau resistansi
dimana resistor mempunyai fungsi sebagai penghambat arus, pembagi arus , dan pembagi
tegangan. Nilai resistor tergantung dari hambatan jenis bahan resistor itu sendiri (tergantung
dari bahan pembuatnya), panjang dan luas penampang dari resistor itu sendiri. Jika suatu
resistor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua ujung dari resistor tersebut akan
menimbulkan beda potensial atau tegangan.
Fungsi dari Resistor adalah :
1) Sebagai pembagi arus
2) Sebagai penurun tegangan
3) Sebagai pembagi teganga
4) Sebagai penghambat aliran arus listrik,dan lain-lain
Berdasarkan nilainya resistor dapat dibagi dalam 3 jenis yaitu :
1) Fixed Resistor yaitu resistor yang nilai hambatannya tetap
2) Variable Resistor yaitu resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah
3) Resistor Non Linier yaitu resistor yang nilai hambatannya tidak linier karena pengaruh
faktor lingkungan misalnya suhu dan cahaya
Gambar 1.24 Resistor dalam Rangkaian H-Bridge dan PWM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang resistor:
1. Makin besar bentuk fisik resistor, makin besar pula daya resistor tersebut.
2. Semakin besar nilai daya resistor makin tinggi suhu yang bisa diterima resistor
tersebut.
3. Resistor bahan gulungan kawat pasti lebih besar bentuk dan nilai daya-nya
dibandingkan resistor dari bahan carbon.
1.3.6. Potensio Meter
Resistor berubah (variable), ialah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah
dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga nilai resistor dapat
kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini kita bagi menjadi dua,
Potensiometer, rheostat dan Trimpot (Trimmer Potensiometer) yang biasanya menempel pada
papan rangkaian (Printed Circuit Board/PCB).
1 kΩ 4,7 kΩ 10 kΩ 20 kΩ
33 kΩ 100kΩ
Gambar 1.25. Bentuk Fisik Potensio Meter
1.3.7. Terminal Block
Terminal Block adalah suatu tempat berhentinya arus listrik sementara yang
akan dihubungkan ke komponen yang lain/komponen Outgoing. Berikut adalah contoh
gambar dari terminal block:
Gambar 1.26 Terminal Block
Manfaat Terminal Block yaitu sebagai berikut:
1) Sebagai penghubung/Jumper jika ada penambahan komponen
2) Pemakaian Kabel tidak boros
3) Pengaman jika ada troubleshort
4) Jika ada Konsleting arus langsung putus di terminal sebelum sampai ke komponen
utama
1.3.8. Motor DC
Motor DC dapat berfungsi sebagai motor apabila di dalam motor listrik tersebut
terjadi proses konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik. Motor DC itu sendiri
memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan jangkar dan kumparan medan untuk
diubah menjadi energi mekanik. Pada motor dc kumparan medan disebut stator (bagian yang
tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar).
Bagian – Bagian Motor DC
Gambar 1.27 Terminal Block
1. Badan Mesin
Badan mesin ini berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluks magnet yang dihasilkan
kutub magnet, sehingga harus terbuat dari bahan ferromagnetik. Fungsi lainnnya adalah untuk
meletakkan alat-alat tertentu dan mengelilingi bagian-bagian dari mesin, sehingga harus
terbuat dari bahan yang benar-benar kuat, seperti dari besi tuang dan plat campuran baja.
2. Inti kutub magnet dan belitan penguat magnet
Inti kutub magnet dan belitan penguat magnet ini berfungsi untuk mengalirkan arus
listrik agar dapat terjadi proses elektromagnetik. Adapun aliran fluks magnet dari kutub utara
melalui celah udara yang melewati badan mesin.
3. Sikat-sikat
Sikat-sikat ini berfungsi sebagai jembatan bagi aliran arus jangkar dengan bebas, dan
juga memegang peranan penting untuk terjadinya proses komutasi.
4. Komutator
Komutator ini berfungsi sebagai penyearah mekanik yang akan dipakai bersama-
sama dengan sikat. Sikat-sikat ditempatkan sedemikian rupa sehingga komutasi terjadi pada
saat sisi kumparan berbeda.
5. Jangkar
Jangkar dibuat dari bahan ferromagnetic dengan maksud agar kumparan jangkar
terletak dalam daerah yang induksi magnetiknya besar, agar ggl induksi yang dihasilkan dapat
bertambah besar.
6. Belitan jangkar
Belitan jangkar merupakan bagian yang terpenting pada mesin arus searah, berfungsi
untuk tempat timbulnya tenaga putar motor. Selain itu, motor juga mempunyai 2 jenis, brush
dan brushless type.
Motor DC standart (brush type) terbagi lagi menjadi 3, yaitu:
1) Iron core, adalah motor dc jenis konvensional
2) Disk, tidak memilik inti besi (iron core), inersi motor kecil sehingga menghasilkan
percepatan yang tinggi akan tetapi motor jenis ini akan lebih mahal
3) Cup, motor yang menghasilkan torsi tinggi, inersi yang kecil, dan percepatan yang tinggi.
Motor jenis ini umumnya digunakan pada aplikasi yang membutuhkan daya rendah
Keunggulan motor DC brushless-type dibanding dengan motor dc brush-type, antara lain:
1) Memiliki effiensi yang lebih tinggi, karena menghilangkan drop tegangan oada sikat dan
gesekan sikat
2) Noise lebih ekcil, karena tidak terjadi gesekan antara sikat dan komutator
3) Kecepatan lebih tinggi, karena tidak terdapat batasan mekaik akibat sikat dan komutator
4) Dapat mengurangi biaya pemeliharaan
5) Berkurang ukuran dan berat
Hal-hal dasar yang dapat menurunkan efisiensi kerja motor DC antara lain:
1) Kelebihan supply tegangan kerja dari batas maksimum motor DC
2) Pemanasan terhadap mesin sehingga akan menaikkan temperatur motor
3) Pembebanan diluar maksimum motor
Dalam trainer ini motor yang digunakan adalah motor DC 12 Volt. Berikut gambar motor DC 12
Volt:
Gambar 1.28 Terminal Block
1.3.9. Papan PCB (Printed Circuit Board)
PCB atau Printed Circuit Board artinya adalah papan sirkuit cetak, atau merupakan
sebuah papan tipis yang terbuat dari sejenis fiber sebagai media isolasinya, yang digunakan
untuk meletakan komponen elektronika, yang di pasang dan di rangkai, di mana salah satu
sisinya dilapisi tembaga untuk menyolder kaki kaki komponen. PCB juga memiliki jalur-jalur
konduktor yang terbuat dari tembaga dan berfungsi untuk menghubungkan antara satu
komponen dengan komponen lainnya.
Gambar 1.29 Bentuk Fisik PCB
Ketebalan tembaga pada PCB atau Printed Circuit Board bermacam-macam, ada yang
35 micrometer ada juga yang 17-18 micrometer. Bahan lainnya adalah paper phenolic atau
pertinax, biasanya berwarna coklat, bahan jenis ini lebih populer karena harganya yang lebih
murah. Ada juga yang dibuat dari bahan fiberglass yang di pakai untuk Through hole plating,
karena materialnya lebih kuat dan tidak mudah bengkok di bandingkan yang berbahan
pertinax.
PCB ini memiliki beberapa macam sesuai dengan fungsinya, yaitu satu sisi (biasa
digunakan pada rangkaian elektronika seperti radio, TV, dll), dua sisi (dapat digunakan untuk
menghubungkan komponen di kedua sisinya) dan multi side (bagian PCB luar maupun dalam
digunakan sebagai media penghantar, misalnya pada rangkaian-rangkaian PC).
Dalam pembuatannya, banyak cara yang dapat dilakukan, baik secara manual atau
konvensional hingga menggunakan software sebagai alat bantunya, yaitu :
1. Teknik Fotoresist, pada proses ini dibutuhkan beberapa alat dan bahan yaitu: Lampu UV,
Larutan Positif-20 dan larutan NaOH.
2. Teknik Sablon, teknik ini hampir sama dengan sablon biasa dimana dibutuhkan bahan-
bahan seperti kasa-screen, tiner sablon, cat dan lain-lain.
3. Cetak Langsung, pada proses ini digunakan teknik khusus untuk menyalin layout yaitu
digunakan mesin printer khusus yang telah dimodifikasi
4. Teknik Transfer Paper, teknik ini merupakan cara saya paling murah dan mudah.
1.3.10. Optocoupler
Optocoupler dibentuk dari penggabungan sebuah sumber cahaya dengan
fototransistor. Dioda cahaya sebagai sumber cahaya dipasang langsung dengan sumber
tegangan. Keluaran dari sumber cahaya akan berbanding lurus dengan tegangan masukan
pada dioda cahaya. Optocoupler atau optoisolator merupakan paket elektronik murni, jalur
cahaya didalamnya yakni infra merah tertutup dalam sebuah paket. Ini menyebabkan transfer
energi listrik dalam satu arah, dari infra merah ke fotodetektor, sambil mempertahankan
isolasi listrik. Fungsi optocoupler pada umumnya selain sebagai sensor (dengan kemasan
tertentu) digunakan pula pada rangkaian listrik sebagai isolasi dari rangkaian kendali dan
rangkaian tegangan tinggi (daya).
IC optocopler Simbol optocopler Komponen optocopler
Optocoupler atau optoisolator merupakan komponen elektronik yang banyak dipakai
dewasa ini, terutama untuk mengatasi perpindahan informasi dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah, atau sebaliknya. Pada rangkaian optocoupler terjadi isolasi tegangan tinggi antara
sinyal masukan dan keluaran. Adapun cara kerja optocoupler adalah sebagai berikut :
1. Optocoupler bekerja berdasarkan pancaran cahaya LED yang mengenai penerima peka
cahaya, misalnya fotodioda dan fototransistor.
2. Sinyal dioda diberikan ke pena 1 – 2 dan sinyal keluaran diperoleh dari pena 4 – 5. Disini
terjadi isolasi listrik antara masukan dan keluaran, karena informasi disampaikan melalui
cahaya.
Untuk rangkaian pada trainer ini digunakan sebuah optocoupler PC817, berikut simbolnya:
Gambar 1.30 Simbol PC817
BAB II
Perancangan Alat
BAB III
Langkah Pembuatan Alat
BAB IV
Hasil Percobaan
BAB V
Analisa Data
BAB VI
Kesimpulan dan Saran
BAB VII
Lampiran