tugas bahasa

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting, dengan mata kita dapat memandang dunia dan melakukan segala sesuatu dengan baik. Deteksi dini dan penanganan segera pada masalah gangguan sistem penglihatan harus dilakukan untuk mengetahui adakah kelainan yang terjadi dan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga diIndonesia. Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaukoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %,konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaukoma 0,40 %, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004).

description

tugas

Transcript of tugas bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMata merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting, dengan mata kita dapat memandang dunia dan melakukan segala sesuatu dengan baik. Deteksi dini dan penanganan segera pada masalah gangguan sistem penglihatan harus dilakukan untukmengetahui adakah kelainan yang terjadi dan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan.

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga diIndonesia. Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaukoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %,konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaukoma 0,40 %, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004).

Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita glaukoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami ganggua npenglihatan, dan hampir 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Glaukoma

1. PengertianGlaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidaknormal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakansaraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004).

Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejalapeningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkanpenggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropisyaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijaukebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderitaglaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekananbola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang.Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Mayenru Dwindra, 2009).

Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO) dengan segala akibatnya.( Indriana N. Istiqomah, 2004 ).2. Klasifikasi

Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003)

a. Glaukoma primer1) Glaukoma sudut terbuka. Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

2) Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

b. Glaukoma sekunder

Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluhdarah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutuptergantung pada penyebab :

1) Perubahan lensa

2) Kelainan uvea

3) Trauma

4) Bedah

c. Glaukoma kongenital

1) Primer atau infantil.

2) Menyertai kelainan kongenital lainnya.d. Glaukoma absolut

Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilikmata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit., sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bolamata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

e. Di samping itu ada juga yang mengklasifikasikan menjadi glukoma akut dan kronik.

1) Glaucoma Akut.

Pengertian.

Penyakit mata yang disebabkan oleh TIO yang meningkat mendadak sangat tinggi.

Etiologi

Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

Faktor Predisposisi

Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik,berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarakhipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasc apembedahan intraokuler.

Manifestasi klinik.

Rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala disertai mual muntah Mata merah dan bengkak.

Tajam penglihatan menurun.

Melihat lingkaran-lingkaran seperti pelangi atau halo disekitar lampu yang dilihat. Reaksi pupil hilang atau melambat. Kornea suram karena sembab.

Pupil midriasis. Funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media refraksi.

Pada perabaan, bola mata yang sakit teraba lebih keras dibanding sebelahnya. Pemeriksaan Penunjang.

Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang. Komplikasi.

Dapat menyebabkan kebutaan/blink.

Penatalaksanaan.

Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera .Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi,iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2) Glaucoma Kronik Pengertian

Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan TIO mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen

Etiologi

Penyebab terjadinya glaukoma kronik adalah :

Keturunan dalam keluarga. Penyakit Diabetes Mellitus. Arteriosklerosis. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang. Manifestasi klinik

Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen. Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkanpeningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25mmHg.Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur. Penatalaksanaan

Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, untuk menilai perkembangan dari tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.3. Patofisiologi

Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitelprosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik matadepan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan. Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal. (SunaryoJoko Waluyo, 2009).

14DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, Indriana N, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, EGC, Jakarta, 2004

Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982S

Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

Doenges, E Marlynn dkk. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan

. Jakarta : EGCDwindra, Mayenru. 2009.Glaukoma

. Dalamhttp://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7.Diperoleh tanggal22 April 2010Harnawatiaj. 2008.Konjungtivitis

. Dalamhttp://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/.Diperolehtanggal12 April 2010Ilyas, Sidharta. 2003.Ilmu Penyakit Mata

. Jakarta : Balai Penerbit FKUIIlyas, Sidharta. 2004.Ilmu Perawatan Mata

. Jakarta : Balai Penerbit FKUIInternet. 2009.Glaukoma

. Dalamhttp://www.jec-online.com.Diperoleh tanggal22 April 2010Latif, Bahtiar. 2009.Askep Glaukoma

. Dalamhttp://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/8-mata/7-askep-glaukoma.html.Diperoleh tanggal22 April 2010Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah : Brunner & Suddart Ed. 8 Vol 1

. Jakarta : EGCWaluyo, Sunaryo joko. 2009.

Askep Glaukoma

. Dalamhttp://askep-akper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html.Diperoleh tanggal22 April 2010