Tugas Audit 1

14
HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP (SCOPE) PEMERIKSAAN Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test. Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa dipersempit.

description

Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.

Transcript of Tugas Audit 1

Page 1: Tugas Audit 1

HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP (SCOPE)

PEMERIKSAAN

Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya

kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan

publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan

opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan

pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat

yang diberikannya.

Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas

pengendalian intern perusahaan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak

berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu

melakukan substantive test. Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian

intern berjalan efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa

dipersempit.

Page 2: Tugas Audit 1

PENENTUAN RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

I. PENENTUAN RISIKO

Penentuan risiko (Risk Assesment) merupakan hal penting bagi managemen dan

auditor. Penentuan risiko adalah identifikasi dan analisis risiko-risiko yang relevan untuk

mencapai tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolaan

risiko. Penentuan risiko merupakan tanggung jawab integral dan terus menerus dari

managemen. Tujuan penentuan risiko adalah untuk membuat karyawan sadar akan beragam

risiko yang ada serta prioritas, dan keterbatasan risiko tersebut.

Penentuan risiko di manfaatkan managemen sebagai bagian dari proses untuk

memastikan kesuksesan perusahaan, juga sebagai alat yang penting dalam merancang sistem-

sistem baru yang dibuat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapka. Sedangkan akuntan

publik menggunakan penentuan risikodalam merencanakan audit mereka. Dalam rencana

audit, auditor harus memasukkan pertimbangan tentang risiko dan eksposur organisasi.

Pihak-pihak yang memanfaatkan penentuan risiko:

Managemen Eksternal Auditor Internal Auditor

Sebagai bagian dariproses

untuk memastikan

kesuksesan suatu entitas.

Sebagai alat yang penting

dalam merancang sistem-

sistem baru baik manual

maupun terkomputerisasi

yang dibuat untuk

memenuhi tujuan yang

telah ditetapkan.

SAS No. 55 ( AICPA)

Tanggungjawab akuntan

untuk mendapatkan

pemahaman atas sistem

pengendalian.

Akuntan Publik juga

melakukan penentuan

risiko dalam

merencanakan audit.

IIA (Institute of internal

audit) SIAS No. 9 th

1991 tentang penentuan

risiko.

Departemen audit

internal akan menjadi

pemain utama dalam

penetuan risiko yang

mengarahkan laporan

tahunan managemen

untuk mengemukakan

kondisi sistem kontrol.

Audit Berbasis Risiko

Page 3: Tugas Audit 1

Audit berbasis risiko (risk-based auditing) secara tradisional bermula dari observasi dan

analisis kontrol, kemudian berlanjut ke penentuan risiko yang berkaitan dengan operasi, dan

akhirnya kepenentuan apakah aktivitas ini sesuai dengan tujuan organisasi.

Konsep managemen risiko telah semakin diterima karena risiko tidak dapat dihindarkan

di semua jenis operasi dan adanya kebutuhan untuk mengakomodasikannya melalui berbagai

pilihan aktivitas.

Risiko audit dan komponennya pada audit laporan keuangan:

1. Audit Risk (AR) adalah risiko bahwa auditor mungkin secara tidak sengaja gagal

memodifikasi dengan layak pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji

secara material.

2. Inherent Risk (IR) adalah kerentanan suatu asersi atas terjadinya salah saji yang

material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktur

kontrol internal terkait yangditetapkan.

3. Control Risk (CR) adalah risiko bahwa salah saji yang material bisa terjadi pada

suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh

struktur,kebijakan, atau prosedur kontrol internal suatu entitas.

4. Detection risk (DR) adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji

material yang terdapat padasuatu asersi. Risiko deteksi dapat terjadi karena seorang

auditor memutuskan tidak memeriksa 100% saldo/transaksi.

II. MATERIALITAS

Materialitas merupakan pertimbangan utana dalam menentukan laporan audit yang tepat

untuk diterbitkan. FASB mendefinisikan materialitas yaitu besarnya nilai yang dihilangkan

atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapt

mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan

kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.

Oleh karena auditor bertanggung jawab menentukan apakah terdapat salah saji

informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan

perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan

terhadap informasi tersebut, karena adnaya penghilangan atau salah saji tersebut. Jika klien

menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar

dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji

Page 4: Tugas Audit 1

tersebut. Untuk menentukan hal tersebut, auditor sangat bergantung pada pengetahuan yang

mendalam atas penerapan materialitas.

Langkah-langkah penerapan materialitas:

1. Menetapkan pertimbangan materialitas awal

PSA 25 (SA 312) menharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji

dalam laporan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan

ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Dinamakan

pertimbangan materialitas awal, karena meskipun merupakan opini professional,

penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja. Penilaian tersebut harus

didokumentasikan dalam arsip audit.

Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin

terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusan-

keputusan para pengguna yang rasional. (secara konsep, ini adalah jumlah yang Rp 1

lebih kecil dari pada materialitas yang didefinisikan oleh FASB. Untuk kemudahan, kita

mendefinisikan hal tersebut sebagai materialitas awal). Penilaian ini merupakan salah satu

keputusan yang paling penting yang harus diambil oleh audior, dan sangat membutuhkan

pemahaman dan pertimbangan professional yang tinggi. Auditor menetapkan

pertimbangan materialitas awal untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-

bukti audit yang tepat.

Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan awal yang

diistilahkan sebagai penilaian materialitas yang direvisi

Beberapa faktor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan materialitas

awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang snagat penting untuk diperhatikan dalam

konsep materialitas adalah sebagai berikut :

a) Materialitas Merupakan Konsep Relative, Bukan Absolute

Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu

perusahaan kecil , sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak

material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menetukan acuan

nilai nominal untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk

semua klien audit.

b) Dibutuhkan Dasar untuk Mengevaluasi Materialitas

Karena materialitas adalah konsep yang relative, sehingga sangat penting untuk

memiliki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau

tidak.laba bersih sebelum pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menentukan

Page 5: Tugas Audit 1

materialitas bagi perusahaan yang berorientasi laba karena dianggap sebagai unsur

yang sangat penting bagi para penggunanya. Beberapa perusahaan menggunakan

dasar utama yang berbeda, karena laba bersih sering kali naik turun secara signifikan

dari tahun ketahun, sehingga tidak dapat memberikas dasar secra stabil, atau ketika

entitasnya adalah suatu perusahaan nirlaba. Sering kali dasar utama yang digunakan

adalah penjualan bersih, laba kotor, dan total asset atau asset bersih. Setelah

menetapkan dasar utama, auditorjuga harus memutuskan apakah salah saji tersebut

secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnyaseperti asset lancar, total

asset liabilitas lancar dan ekuitas pemilik. PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor

untuk mendokumentasikan dasar yang digunakan dalam melakukan pertimbangan

materialitas awal kedalam prinsip audit.

c) Faktor-Faktor Kualitatif Juga Memengaruhi Materialitas.

2. Mengalokasikan pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian (salah saji yang dapat

diterima)

Pengalokasian pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian merupakan hal yang

penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian

dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Ketika auditor

mengalokasikan pertimbangan materialitas awal pada saldo-saldo akun, materialitas yang

dialokasikan setiapsaldo akun yang dimaksud dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji

yang dapat diterima.

3. Memperkirakan salah saji dan membandingkan dengan penilaian awal

Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah saji yang

diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana

auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah saji yang mungkin

terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara

penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Yang kedua

adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari

populasi.

4. Mengerstimasikan salah saji gabungan.

5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal

atau penilaian yang direvisi.

Page 6: Tugas Audit 1

Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu:

1. auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan membuat

estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan

keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang

diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.

2. pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.

Contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :

-Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah

saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.

-Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah

saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva.

-Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah

saji 1 % dari total pasiva.

Materialitas pada Tingkat Saldo akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat

dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada

tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.

Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun

Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya

salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi

akun tersebut.

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit

Terdapat hubungan berlawanan antara materialitas dan bukti audit. Jika materialitas

rendah, jumlah salah saji yang kecil saja dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi

keuangan. Auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompeten dalam jumlah banyak.

Sebaliknya jika materialitas tinggi, jumlah salah saji besar beru dapat mempengaruhi

keputusan pemakai informasi keuangan, auditor hanya perlu mengumpulkan bukti audit

kompeten dalam jumlah sedikit. Demikian pula hubungan antara risiko audit dengan bukti

audit. Semakin rendah risiko audit, auditor bersedia menanggung risiko audit rendah

Page 7: Tugas Audit 1

sehingga tingkat kepastian yang diinginkan oleh auditor adalah tinggi, auditor perlu

mengumpulkan bukti audit kompeten dalam jumlah banyak. Sebaliknya, semakin tinggi

risiko audit, auditor bersedi menanggung risiko audit tinggi sehinggan tingkat kepastian yang

diinginkan auditor adalah rendah, auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompeten

dalamjumlah kecil saja.

Berbagai kemungkinan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit adalah sebagai

berikut:

a) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,

auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

b) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti

audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

c) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor menempuh salah satu

diantara dari tiga cara berikut ini:

- Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang

dikumpulkan.

- Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas

tetap dipertahankan.

- Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara

bersama-sama.

REFERENSI

Page 8: Tugas Audit 1

https://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-awal/

http://master-exselen.blogspot.co.id/2012/11/risiko-audit.html

http://akuntansi4u.blogspot.co.id/2009/07/materialitas-risiko-dan-strategi-audit.html

https://akuntansibubung.wordpress.com/2012/10/25/materialitas-dan-risiko/

https://www.scribd.com/doc/138196775/Penentuan-Risiko-Internal-Audit

HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP (SCOPE) PEMERIKSAAN

Page 9: Tugas Audit 1

SERTA

PENENTUAN RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

Disusun Oleh:

NAMA : NURUL HILAL

NIM : 1401103030041

PPAkUNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM, BANDA ACEH

2015