tugas akuntansi forensik

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasca Krisis Moneter 1997 yang meluluhlantakkan perekonomian dan menghancurkan rezim orde baru yang berkuasa berimbas ke berbagai aspek dari ekonomi, politik, hukum dan tata negara, Sistem perekonomian yang dibangun orde baru dengan kekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah menampakkan kebobrokannya, dimana faktor kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi sebab utama mengapa negara ini tidak mampu bertahan dari krisis bahkan dampaknya masih terasa hingga sekarang. Reformasi yang dilakukan pemerintah setelah orde baru memberikan harapan akan adanya perubahan dari sisi demokrasi kepempimpinan melalui pemilihan umum langsung dan pemilihan kepala daerah, distribusi prekonomian dengan lebih merata dengan diberlakukannya otonomi daerah maupun transparansi dan akuntabilitas pemerintah yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang No 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan yang bebas KKN, Undang-Undang No 31 Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.Namun harapan tersebut seakan jauh panggang dari api, kasus korupsi di Indonesia seakan semakin berkembang dengan metode baru yang lebih canggih. Pemberantasan korupsi dilakukan selama ini kurang memberikan efek jera yang diharapkan timbul dari terpidananya pelaku koruptor. Kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seakan menjadi penyakit baru yang mewabah dari tingkat Pemerintah Pusat 1

description

-

Transcript of tugas akuntansi forensik

Page 1: tugas akuntansi forensik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pasca Krisis Moneter 1997 yang meluluhlantakkan perekonomian dan

menghancurkan rezim orde baru yang berkuasa berimbas ke berbagai aspek dari ekonomi,

politik, hukum dan tata negara, Sistem perekonomian yang dibangun orde baru dengan

kekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah menampakkan kebobrokannya,

dimana faktor kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi sebab utama mengapa negara ini tidak

mampu bertahan dari krisis bahkan dampaknya masih terasa hingga sekarang. Reformasi

yang dilakukan pemerintah setelah orde baru memberikan harapan akan adanya perubahan

dari sisi demokrasi kepempimpinan melalui pemilihan umum langsung dan pemilihan kepala

daerah, distribusi prekonomian dengan lebih merata dengan diberlakukannya otonomi daerah

maupun transparansi dan akuntabilitas pemerintah yaitu dengan diberlakukannya Undang-

Undang No 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan yang bebas KKN, Undang-Undang No 31

Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang No 17 Tahun 2003

Tentang Keuangan Negara.Namun harapan tersebut seakan jauh panggang dari api, kasus

korupsi di Indonesia seakan semakin berkembang dengan metode baru yang lebih canggih.

Pemberantasan korupsi dilakukan selama ini kurang memberikan efek jera yang diharapkan

timbul dari terpidananya pelaku koruptor.

Kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seakan menjadi penyakit baru yang mewabah

dari tingkat Pemerintah Pusat sampai ke DPR yang menyebar luas ke tingkat daerah dari

pemimpin, penyelenggara pemerintahaan sampai DPRD yang seakan-akan berjamaah

menikmati kue yang selama ini tidak sampai ke piring mereka.

Namun apabila dilihat dari data-data yang ada, sebenarnya tidak sepenuhnya benar.

Usaha pemberantasan korupsi di Indonesia sedikit demi sedikit telah memperbaiki citra

Indonesia. Indeks persepsi korupsi (CPI) yang dikeluarkan oleh Transparency International

menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan signifikan selama kurun waktu 1998 – 2007

dimana skor CPI Indonesia meningkat dari 2,0 menjadi 2,3 . Ini berarti Indonesia telah

menempuh setengah jalan untuk menjadi negara yang kondusif untuk pemberantasan korupsi

(skor CPI 5,0). Persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia juga telah

menunjukkan tren perbaikan, sedikit banyak hal tersebut karena gebrakan Komisi

Pemberantasan Korupsi yang gencar memburu koruptor.

1

Page 2: tugas akuntansi forensik

Dalam perkembangannya Akuntansi Forensik Indonesia sekarang ini hanya sedikit di

minati di bandingkan dengan bagian cabang akuntansi yang lainnya seperti akuntansi biaya,

akuntansi keuangan, akuntansi auditing dan sebagainya dan perkembangannya pun lebih

sedikit terlambat di bandingkan dengan bagian ilmu akuntansi yang lainnya.

Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan, dari sekian banyak

Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Hanya sebagian Kecil saja yang menawarkan Jasa ini,

alasannya apa lagi kalau bukan ceruk pasar yang masih minim, secara ilmu ekonomi “ belum

ada pasarnya”. Apalagi standar operasional dan ujian sertifikasi, konon belum begitu

memadai, sangat jauh bila dibandingkn dengan negara tetangga Australia yang sedang

menyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki standar

yang baku, namun belum serinci Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ).

Belum adanya standar yang memadai, persoalan tambahan yang membuat ilmu ini

kurang begitu populer adalah penguasaan ilmu yang cukup luas. Selain akuntansi dan audit,

akuntan forensik juga harus menguasai bidang yang berkaitan dengan kejahatan keuangan

(money laundering), hukum, psikologi, sosiologi, antropologi, viktimologi, kriminologi, dan

lain-lain. Akuntan forensik harus memiliki kemampuan “multitalenta”. Kedepan, beberapa

kalangan meramalkan perkembangan profesi ini akan lebih pesat. Selain makin banyak

kantor bisnis dari negara asing yang masuk ke Indonesia., juga makin tingginya kesadaran

perusahaan untuk melindungi asset mereka dari pola-pola tindakan kecurangan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah defenisi dari Akuntansi Forensik?

2. Bagaimana ruang lingkup dari Akuntansi Forensik itu sendiri?

3. Apakah kegunaan dari Akuntansi Forensik?

4. Bagaiamana peran Akuntansi Forensik dalam menyelesaikan masalah ( kasus )?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka pemakalah mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui defenisi dari Akuntansi Forensik

2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari akuntansi forensik

3. Untuk mengetahui kegunaan dari akuntansi forensik

4. Untuk mengetahui peran akuntansi forensik dalam menyelesaikan masalah (kasus)

2

Page 3: tugas akuntansi forensik

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Defenisi Akuntansi Forensik

Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (edisi ke 10) dapat diartikan

”berkenaan dengan pengadialan” atau ”berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah

pada masalah hukum”. Oleh karena itu akuntasi forensik dapat diartikan penggunaaan ilmu

akuntansi untuk kepentingan hukum.

Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting

(JFA), mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat

(cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah

perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau

administratif”.

Menurut Bologna dan Liquist (1995) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai

aplikasi kecakapan finansial dan sebuah mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu yang tak

terpecahkan, yang dijalankan di dalam konteks rules of evidence. Sedangkan

Menurut Hopwood, Leiner, & Young (2008) mendefinisikan Akuntansi Forensik

adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan untuk memecahkan

masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar yang ditetapkan

oleh pengadilan atau hukum. Dengan demikian investigasi dan analisis yang dilakukan harus

sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum yang memiliki yurisdiksi

yang kuat.

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi forensik adalah

ilmu akuntansi yang digunakan untuk kepentingan hukum.

II.2 Ruang Lingkup Akuntansi Forensik

Menurut buku karangan Hopwood dalam bukunya Forensic Accounting, bahwa

akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitan dengan

ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem informasi serta

auditing. Berikut ini penjelasan dari masing-masing ruang lingkup yaitu :

a. Hukum meliputi system dan yuridiksi serta sumber-sumber hukum , kalau penerapannya

di Indonesia biasa dimulai dari hukum konstitusional (UUD) hingga hukum administrative

disamping itu juga harus mengetahui tehnik investigatif dan pengadilan.

3

Page 4: tugas akuntansi forensik

b. Organisasi dan system informasi meliputi struktur organisasi yang berkaitan erat dengan

sistem pengendalian intern terutama yang mencakup masalah transaksi keuangan, tentu

akan berkaitan pula dengan sistem informasi (akuntansi dan manajemen).

c. Auditing meliputi fungsi auditor dalam akuntansi forensik selain itu juga banyak

dijelaskan mengenai materialitas dan resiko dalam audit, pernyataan audit dan

kepentingannya serta detail2 mengenai prosedur2 dalam auditing mulai dari pengumpulan

bukti dan sampling  hingga kompilasi pelaporan audit.

Teknik-teknik dan alat-alat yang bisa dipakai dalam Akuntansi Forensik yaitu

forensik komputer, kriminalistik, daktilografi, identifikasi forensik, bukti forensik serta

palaeografi forensik. Selain itu ada pula mengenai Keamanan Informasi yang erat kaitannya

dengan ISO (International Standards Organisation). ISO 9000-9004 erat kaitannya dengan

penerapan standard yang berhubungan dengan manajemen pengendalian kualitas yang ada

hubungannya dengan jasa dan manajemen pengendalian kualitas. Sedangkan ISO 27000-

27005 langsung berhubungan dengan keamanan informasi (information security). Dalam

seksi Audit Forensik dan Investigasi mencakup penjelasan simptom atau tanda2 kecurangan

finansial dan bagaimana mereka diinvestigasi, juga pengidentifikasian sumber-sumber bukti

yang dapat berguna bagi akuntan forensik

Tuanakotta (2010) dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif mengemukakan

bahwa akuntansi forensik mempunyai ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang

menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit investigatif.

1.      Praktik di Sektor Swasta

Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam Tuanakotta (2010)

menekankan beberapa istilah dalam perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing,

forensik accounting investigative support, dan valuation analysis. Litigation support

merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan ligitasi.

Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukan indikasi awal adanya fraud. Audit

investigasi merupakan bagian awal dari akuntasi forensik. Adapun valuation analysis

berhubungan dengan akuntansi atau unsur perhitungan. Misalnya dalam menghitung

kerugian negara karena tindakan korupsi.

2.      Praktik di Sektor Pemerintahan

Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol daripada akuntansi

forensik pada sektor swasta. Secara umum akuntansi forensik pada kedua sektor tidak

berbeda, hanya terdapat perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi

4

Page 5: tugas akuntansi forensik

forensik terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga pemeriksaan keuangan

negara, lembaga pengawasan internal pemerintahan, lembaga pengadilan, dan berbagai

lembaga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berfungsi sebagai pressure group.

II.3 Kegunaan Akuntansi Forensik

Adapun kegunaan dari akuntansi forensik dapat dilihat dalam contoh kasus sebagai

berikut :

Sebagai contoh: Sengketa antara PT Telkom dan PT Aria West International (AWI) melalui

proses yang berat dan memakan waktu hampir dua tahun, akhirnya diselesaikan melalui

akuisisi AWI oleh PT Telkom dalam tahun 2003. Dalam sengketa ini, AWI menggunakan

Pricewaterhouse Coopers (PwC) sebagai akuntan forensiknya, dan penyelesaian dilakukan di

luar pengadilan.

D. Larry Crumbley, editor in chief dari Journal of Forensic Accounting menulis: (terjemahan)“Secara sederhana dapat dikatakan, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judisial atau administratif.“

Dalam definisi Crumbley itu, tak menggunakan istilah pengadilan, tapi suatu proses

sengketa hukum, yang penyelesaian nya dapat dilakukan di luar pengadilan. Bermacam-

macam hal dapat memicu terjadinya sengketa. Sengketa antara dua pihak bisa diselesaikan

dengan cara berbeda, apabila menyangkut dua pihak. Pihak yang bersengketa bisa

menyelesaikan melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, sedang pihak lain

melalui litigasi. Dalam hal ini, penyelesaian adalah dengan cara hukum, tetapi yang pertama

diselesaikan di luar pengadilan, sedangkan yang satunya lagi melalui proses beracara di

pengadilan.

Kasus KPMG-Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak.

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung

malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar

US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG

yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc.

yang tercatat di bursa New York.

5

Page 6: tugas akuntansi forensik

Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula

US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-

was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar,

Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.

Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan

Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar

negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.

Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.

KPMG pun terselamatan.

Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas

dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan

tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik

dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.

Jika dugaan keterlibatan akuntan publik di atas benar, maka sebagai seorang akuntan

publik, Biasa Sitepu seharusnya menjalankan tugas dengan berdasar pada etika profesi yang

ada. Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-

Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah :

1. Independensi, integritas, dan obyektivitas

2. Standar umum dan prinsip akuntansi

3. Tanggung jawab kepada klien

4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

5. Tanggung jawab dan praktik lain

Aturan-aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan staf professional

(baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu

Kantor Akuntan Publik (KAP).Biasa Sitepu dalam menjalankan tugasnya harus

mempertahankan integritas dan obyektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict

of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)

yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain

6

Page 7: tugas akuntansi forensik

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka pemakalah dapat menarik sebuah

kesimpulan yaitu :

a. Akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi yang digunakan untuk kepentingan

hukum.

b. Akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitan

dengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem

informasi serta auditing.

c. Kegunaan akuntansi yaitu memberikan pendapat hukum untuk proses pengadilan.

III.2 Saran

Dari kesimpulan diatas kami pemakalah menyarankah agar akuntansi forensik

lebih di kedepankan agar kasus korupsi dan suap – sogok bisa di deteksi.

7

Page 8: tugas akuntansi forensik

Daftar Pustaka

Online,http://www.suarapembaruan.com/News/1996/12/021296/Headline/hl4/hl4.html

Theodorus M. Tuanakotta.2007. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Seri Departemen

Akuntansi FEUI. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia.

8