TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBAYARAN...

70
TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBAYARAN DAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH (DISPENDA) KOTA MEDAN OLEH : NAUFAL SYARIF LUBIS 132102040 PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Transcript of TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBAYARAN...

1

TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBAYARAN DAN

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

(PBB) PADA DINAS PENDAPATAN

DAERAH (DISPENDA)

KOTA MEDAN

OLEH :

NAUFAL SYARIF LUBIS

132102040

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : NAUFAL SYARIF LUBIS

NIM : 132102040

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : SISTEM INFORMASI

AKUNTANSIPEMBAYARAN DAN

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN (PBB) PADA DINAS

PENDAPATAN DAERAH (DISPENDA)

KOTA MEDAN

Tanggal 2016 Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Drs. Hasan Sakti Siregar, M. Si, Ak

NIP. 19600302198601 1 001

Tanggal 2016 Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi

Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA

NIP. 19511114 198203 1 002

Tanggal 2016 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Ramli, SE, MS

NIP. 19580602 198803 1 001

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : NAUFAL SYARIF LUBIS

NIM : 132102040

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR :`SISTEMINFORMASI AKUNTANSI

PEMBAYARAN DAN PENERIMAAN PAJAK

BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA DINAS

PENDAPATAN DAERAH (DISPENDA)

KOTA MEDAN

Medan, Juni 2016

(NAUFAL SYARIF LUBIS)

NIM. 132102040

4

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga Penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul: ”Sistem Informasi Akuntansi

Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Dinas

Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan”. Adapun tugas akhir ini dibuat

oleh Penulis dengan tujuan untukmelengkapi salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan pada Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, Penulis banyak menerima bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan ketulusan hati, izinkanlah

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak, Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Diploma III

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan

dan koreksi dalam proses penyelesaian tugas akhir, sehingga penulisan tugas

akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan pengajaran dan ilmu yang

i

5

sangat berguna kepada Penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua tercinta, (Alm.) Syarifuddin Lubis dan Ibunda Mastiana

Harahap yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi.Terima kasih

untuk segala pengorbanan yang tidak ternilai.Semoga Allah SWT membalas

semua kebaikan kalian.

6. Teman - teman semasa kuliah dan magang dan seluruh teman-teman khususnya

stambuk 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima Kasih atas

persahabatan yang tidak akan pernah penulis bisa lupakan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian tugas akhir ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi penyempurnaan tugas akhir ini di masa yang akan

datang. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

sekalian.

Medan, Juni 2016

Penulis

NaufalSyarifLubis

ii

6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 4

C. Maksud dan Tujuan ........................................................... 4

D. Rencana Penulisan ............................................................... 5

1. Jadwal Survei/Observasi ............................................. 5

2. Rencana Isi.................................................................... 5

BAB II : DINAS PENDAPATAN DAERAH (DISPENDA) KOTA

MEDAN

A. Sejarah Ringkas ................................................................. 7

B. Struktur Organisasi dan Personalia ...................................... 11

C. Job Desription ..................................................................... 14

D. Jaringan Kegiatan ................................................................ 23

E. Kinerja Kegiatan Terkini ..................................................... 23

F. Rencana Kegiatan ................................................................ 24

iii

7

BAB III : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBAYARAN

DAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

(PBB) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH

(DISPENDA) KOTA MEDAN

A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi .............................. 25

B. Komponen Sistem Informasi Akuntansi .............................. 28

C. Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi ............... 29

D. Karateristik Informasi yang Baik ......................................... 31

E. Pengertian Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) .................................................................. 31

F. Unsur-unsur Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) .................................................................. 40

G. Prosedur Perhitungan Pembayaran dan PenerimaanPajak

Bumi dan Bangunan (PBB) ................................................. 41

H. Dokumen yang Digunakan .................................................. 49

I. Prosedur Informasi Akuntansi Pembayaran dan

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) padaDinas

Pendapatan Kota Medan ...................................................... 50

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 55

B. Saran .................................................................................... 56

iv

8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

LAMPIRAN .................................................................................................... 58

v

9

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Jadwal Survei/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir ............... 5

vi

10

DAFTAR GAMBAR

No.Tabel Judul Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi DISPENDA 13

vii

11

DAFTAR LAMPIRAN

No.Tabel Judul Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Riset 58

viii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap organisasi, entitas atau perusahaan harus dikelola dengan baik agar

tujuan yang ingin dicapai oleh entitas atau perusahaan dapat tercapai. Pengelolaan

perusahaan dilakukan oleh manajemen dengan mengolah informasi-informasi

yang diperoleh dan dibutuhkan oleh perusahaan untuk pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan yang baik adalah pengambilan keputusan yang didasarkan

oleh informasi yang tepat dan akurat. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan

sistem informasi akuntansi yang merupakan salah satu bagian dari sistem

informasi manajemen.

Sistem informasi akuntansi atau sistem akuntansi adalah organisasi

formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk

menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna

memudahkan pengelolaan perusahaan. Dengan adanya sistem akuntansi yang baik

maka manajemen bisa memperoleh berbagai macam informasi khususnya yang

menyangkut informasi keuangan yang penting sebagai dasar pengambilan

keputusan. Sistem akuntansi yang ada di perusahaan atau organisasi meliputi

sistem akuntansi piutang, sistem akuntansi utang, sistem akuntansi penggajian,

sistem penerimaan, sistem akuntansi pembayaran dan lain-lain.

Tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah untuk mencapai

masyarakat adil dan makmur, merata baik material maupun spiritual. Untuk

2

mewujudkan suatu pembangunan yang dicita-citakan, diperlukan sarana dan

prasarana yang dapat berupa sumber daya manusia, pengetahuan atau teknologi,

situasi politik yang mantap dan dana yang memadai. Dalam hal memenuhi

kebutuhan dana yang memadai guna pembiayaan pembangunan nasional,

pemerintah mempunyai sumber-sumber penerimaan yang berasal dari luar negeri

dan dalam negeri. Salah satu contoh penerimaan yang berasal dari dalam negeri

yang sangat penting dan potensial sekali untuk membiayai pembangunan nasional

adalah dari sektor pajak.

Dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak, dapat

dilakukan dengan intensifikasi usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat (wajib pajak) dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak

sebagai bentuk partisipasi dalam pembangunan nasional. Mengoptimalkan dan

mengefektifkan penerimaan pajak dari sektor pajak bumi dan bangunan

tergantung ke dua belah pihak, yaitu pemerintah sebagai aparat perpajakan dan

masyarakat sebagai wajib pajak yang dikenai pajak.

Pajak adalah iuran rakyat kepada negara, berdasarkan Undang-Undang,

yang dapat dipaksakan dengan imbalan yang diberikan secara tidak langsung oleh

pemerintah, gunanya untuk membiayai kebutuhan pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan negara dan dapat digunakan sebagai sarana untuk

mengatur di bidang sosial ekonomi. Sistem Pembayaran pajak bumi dan bangunan

ialah tata cara pembayaran pajak bumi dan bangunan bagi wajib pajak yang dapat

dilakukan melalui bank atau kantor pos dan giro tempat pembayaran yang

3

tercantum pada SPPT atau petugas pemungut PBB kelurahan/Desa yang ditunjuk

resmi.

Membayar pajak adalah kewajiban setiap warga negara, namun pada

hakekatnya setiap orang enggan untuk membayar pajak. Hal ini dapat dibuktikan

dengan adanya tunggakan pajak sebagai akibat wajib pajak tidak melaksanakan

kewajiban perpajakan sesuai peraturan. Atas utang pajak tersebut, maka akan

dilaksanakan penagihan pajak yaitu dengan dikeluarkan Surat Pemberitahuan

Pajak Terhutang (SPPT) dan apabila utang pajak yang tercantum dalam SPPT

tersebut tidak dilunasi, maka akan ditagih dengan memberikan Surat Teguran

yang dilanjutkan dengan Surat Paksa dan dilakukan tindakan penyitaan serta bila

perlu dilakukan pelelangan (Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-

14/PJ.6/1990).Dengan memperhatikan hal diatas, maka penulis merasa tertarik

dan berminat untuk mempelajari dan memahami tentang sistem informasi

penerimaan dan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB). Karena penulis

merasa penagihan pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu faktor yang

penting didalam memperoleh pendapatan pajak terutang dari wajib pajakyang

belum melaksanakann kewajibannya membayar pajak bumi dan bangunannya .

Sehingga penulis membuat suatu laporan tugas akhir dengan judul mengenai

“Sistem Informasi Akuntansi Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) pada Dinas Pendapatan Daerah ( DISPENDA ) Kota

Medan”.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang peneliti uraikan dari latar belakang tersebut, maka

masalahnya dapat dirumuskan sebagaimana dibawah ini.

1. Bagaimana prosedur pembayaran dan penerimaan pajak bumi dan

bangunan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ?

2. Bagaimana prosedur sistem informasi akuntansi pembayaran dan

penerimaan pajak bumi dan bangunan pada Dinas Pendapatan Daerah

Kota Medan ?

C. Maksud danTujuan

1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah :

1. untuk membandingkan ilmu yang penulis dapat dari bangku kuliah

dengan praktek dilapangan.

2. untuk mempelajari dan mendalami cara penerapan sistem informasi

akuntansi yang baik dalam instansi pemerintah.

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. untuk melengkapi persyaratan studi program Diploma-III Akuntansi

pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan penulis tentang

sistem informasi akuntansi dan penerapannya di perusahaan di

perusahaan serta membandingkan dengan teori yang terdapat di

literatur.

5

D. Rencana Penulisan

1. Jadwal Survei/Observasi

Berikut ini adalah jadwal penelitian yang dilakukan peneliti dalam

penyusunan tugas akhir :

Tabel 1.1 Jadwal Survei/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir

No KEGIATAN

APRIL 2016 MEI 2016 JUNI 2016

I II III IV I II III IV I II III IV

1. Pengesahan Tugas

Akhir

2. Pengajuan Judul

3. Permohonan Izin

Riset

4. Pengajuan Dosen

Pembimbing

5. Pengumpulan

Data

6. Penyusunan Tugas

Akhir

7. Bimbingan Tugas

Akhir

8. Penyelesaian

Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Rencana isi terdiri dari 4 Bab yaitu Bab Pendahuluan, Bab Profil Perusahaan

yaitu Profil Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, Bab Pembahasan, dan

Bab Penutup.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi

laporan ini. Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Maksud dan Tujuan dan Rencana Penulisan.

6

BAB II DINAS PENDAPATAN DAERAH (DISPENDA) KOTA

MEDAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan Sejarah Ringkas, Struktur

Organisasi dan Personalia, Job Description, Jaringan Kegiatan,

Kinerja Kegiatan Terkini,dan Rencana Kegiatan yang terdiri dari

Jadwal Survei/Observasi dan Rencana Isi

BAB III PROSEDUR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PEMBAYARAN DAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN PADA DISPENDA KOTA MEDAN

Pada bab ini peneliti akan membahas Pengertian Sistem Informasi

Akuntansi, Komponen Sistem Informasi Akuntansi, fungsi dan

Manfaat Sistem Informasi Akuntansi, Karateristik Informasi yang

Baik, Penegertian Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan, Unsur-unsur Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi

dan Bangunan, Prosedur Perhitungan Pembayaran dan

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Dokumen yang

digunakan, Prosedur Sistem Informasi Akuntansi Pembayaran

dan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Dinas

Pendapatan Daerah Kota medan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan membahas kesimpulan uraian-uraian dari bab

sebelumnya serta saran dari peneliti.

7

BAB II

DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

A. SEJARAH RINGKAS

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil

yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya

mengelola bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu

potensi pajak maupun retribusi daerah di kota medan belum begitu banyak, maka

dalam sub-bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan

penduduk serta Potensi Pajak/Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui

Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi

bagian dengan nama bagian IX yang tugas pokoknya mengelola penerimaan

dan pendapatan daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa Seksi Dengan

Pola Pendekatan Secara Sektoral Pungutan Daerah.

Maka dari itu, dibentuklah beberapa seksi yang mengelola pajak dan

retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak/ wajib retribusi di

dalam Kota Medan yang terdiri dari 21 kecamatan diantaranya kecamatan Medan

Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung,

Medan Timur, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan

Maimun, Medan Selayang, Medan Sunggal dan lainnya. Pada tahun 1978

berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978,

tentang penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan

8

Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, maka

Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 1978

tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan

sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur

Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala

Dinas yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4

(empat) seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

Dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442, tahun 1988,

tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/Retribusi

Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99

Kabupaten/Kota dan surat Edaran Menteri Dalam Negeri

Nomor 061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978

tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan

menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1990 tentang susunan

Organisasi dan Tata Kerja dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK.II

Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam

Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah

Kota Medan membentuk Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah

dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan

dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001, sehingga Peraturan

9

Daerah Kotamadya Daerah Tk.Ii Medan Nomor 16 tahun 1990 dinyatakan tidak

berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor 25 tahun 2002 tentang

Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan

pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. Dinas pendapatan daerah

di pimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada

kepala daerah melalui sekretaris daerah, terdiri dari 1 (satu). Bagian tata usaha

dengan 4 (empat) sub bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-

masing 4 (empat) seksi serta kelompok jabatan fungsional.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib

pajak/retribusi daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk

dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut

perlu dirubah secara fungsional. kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk

perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah

(MAPATDA).

Seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan

terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu

diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang

paling akhir dibidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan

secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah.

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan dalam:

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal

26 Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan

10

Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh

Indonesia.

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tangga;\l 26 Mei 1988, tentang

pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun

1988.

3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang

pelaksanaan organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin

oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah, dan Dinas mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Dinas

menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pendapatan.

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

B. STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap

bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi, perusahaan, atau intsansi

11

negara dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di

harapakan dan di inginkan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas

pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana

hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik

harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa,

sehingga adanya pertanggung jawaban pada setiap pihak. Tanggal 11 Februari

2013. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3

Tahun 2009 khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan ditetapkan

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Struktur

Organisasi melalui Surat Keputusan Walikota Nomor 1 Tahun 2001

Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat,

2.1.Sub Bagian Umum

2.2.Sub Bagian Keuangan

2.3.sub Bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendapatan dan Penetapan,

3.1.Seksi Pendatann danPendaftaran

3.2.Seksi Pemeriksaan

3.3.Seksi Penetapan

3.4.Seksi Pengolahan dan Informasi

4. Bidang Penagihan,

12

4.1.Seksi Pembukuan dan Vertifikasi

4.2.Seksi Penagihan dan Perhitungan

4.3.Seksi Pertimbangan dan Restitusi

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan,

5.1.Seksi Bagi Hasil Pajak

5.2.Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

5.3.Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

5.4.Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, Terdiri Atas:

6.1.Seksi Pengembangan Pajak

6.2.Seksi Pengembangan Retribusi

6.3.Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

13

Kelompok Jabatan

Fungsional

Gambar2.1 Struktur organisasi DISPENDA

Sumber : DISPENDA KOTA MEDAN

DINAS

Sekretariat

Sub Bagian

Umum

Bidang Pengembangan

Pendapatan Daerah

Sub Bagian

Keuangan

Sub Bagian

Penyusunan

Bidang Bagi Hasil

Pendapatan

Seksi Pengembangan

Pajak Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Pengembangan

Retribusi

Seksi Bagi Hasil

Bukan Pajak

Seksi Pengembangan

Pendapatan Lain-lain

Seksi Penatausahaan

Bagi Hasil

Seksi Peraturan

Perundang-Undangan

Dan Pengkajian

Bidang Penagihan Bidang Pendapatan dan

Penetapan

Seksi Pembukuan dan

Verifikasi

Seksi Pendataan dan

Pendaftaran

Seksi Penagihan dan

Perhitungan Seksi Pemeriksaan

Seksi Pertimbangan dan

Restitusi Seksi Penetapan

Seksi Pengolahan Data

dan Informasi

UPT

14

C. JOB DESCRIPTION

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Walikota dalam memimpin,

mengendalikan, dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan

dan pelayanan umum yang menjadi kewenangan Dinas yang meliputi urusan

perencanaan pendapatan daerah, PAD dan dana perimbangan, PBB dan BPHTB

serta evaluasi pengawasan dan konsultasi.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 4

Dinas Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.

b. penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang

pendapatan.

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

2. Sekretaris

Sekretariat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam

memimpin dan mengkoordinasikan penyelenggaraan pelayanan teknis

administratif kegiatan dan ketatausahaan yang meliputi urusan Umum dan

Perencanaan, Kepegawaian serta Keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok

sekretariat menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.

2. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program dinas.

15

3. pelaksanaan dan penyelengaraan pelayanan administrasi kesekretariatan

dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan

kerumah tanggaan dinas.

4. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan

organisasi dan ketatalaksanaan.

5. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas dinas.

6. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

7. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan.

8. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Kesekretariatan terdiri dari:

a. Sub Bagian Umum, menyelenggarakan fungsi :

1. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum.

2. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum.

3. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata

naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan dan penyelenggaraan

kerumah tanggaan dinas.

4. pengelolaan administrasi kepegawaian.

5. penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,

ketatalaksanaan, dan kepegawaian.

6. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

7. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas.

16

8. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai tugas dan

fungsinya.

b. Sub Bagian Keuangan, menyelenggarakan fungsi :

1. penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Keauangan.

2. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi

keuangan.

3. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi keuangan.

kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan,

pengusulan dan verifikasi.

4. penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi

keuangan.

5. penyusunan laporan keuangan dinas.

c. Sub Bagian Penyusunan Program, menyelenggarakan fungsi :

1. penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan

Program.

2. pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana

dan program dinas.

3. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas.

3. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang pendataan dan penetapan mempunyai tugas membantu Kepala

Dinas dalam memimpin, mengendalikan, dan mengkoordinasikan

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum yang menjadi

17

kewenangan Dinas pada bidang yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah dan

benda berharga serta dana perimbangan. Dalam melaksanakan tugas pokok

seksi Pendataan dan Penetapan, menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pendataan dan

Penetapan.

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran,

pemeriksaan penetapan dan pengelolaan data dan informasi.

c. melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi

dan pendataan daerah lainnya.

d. pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya.

e. perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap wajib pajak

dan wajib retribusi.

f. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pendataan

dan penetapan.

g. pelaksanaan pengelolaan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak

Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil

pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait.

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

18

a. seksi pendataan dan pendaftaran, mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup

pendataan dan pendaftaran.

b. seksi pemeriksaan, mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan

dan penetapan lingkup pemeriksaan.

c. seksi penetapan, mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan

penetapan pokok pajak daerah/ pokok retribusi daerah.

d. seksi pengolahan data dan informasi, mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup

data dan informasi.

4. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam

memimpin, mengendalikan, dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan pelayanan umum yang menjadi kewenangan Dinas pada bidang

yang meliputi perencanaan pendapatan, intensifikasi dan ekstensifikasi serta

pelaporan pembukuan. Dalam melaksanakan tugas pokok bidang penagihan

menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang penagihan.

b. penyusunan petunjuk teknisa lingkup pembukuan, verifikasi,

penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi.

c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya.

19

d. pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya.

e. pelaksanaan perhitungan restituri dan pemindahan bukuan atas pajak daerah,

retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

f. pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib

pajak atas permohonan wajib pajak.

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang penagihan.

h. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Bidang Penagihan terdiri dari :

a. seksi pembukuan dan verifikasi, mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas bidang penagihan lingkup pertimbangan dan

restitusi.

b. seksi penagihan dan perhitungan, mempunyai tugas pokok

melaksanakan tugas bidang penagihan dan perhitungan.

c. seksi pertimbangan dan retribusi, mempunyai tugas pokok melaksanakan

tugas bidang penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas membantu Kepala

Dinas dalam memimpin, mengendalikan, dan mengkoordinasikan

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum yang menjadi

kewenangan Dinas pada bidang yang meliputi pendataan, penilaian dan penetapan

atas PBB (pajak bumi dan bangunan) dan BPHTB (badan penagihan,

20

penagihan dan pelayanan PBB dan BPHTB serta data dan informasi PBB dan

BPHTB. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Hasil Pendapatan,

menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, kegiatan bidang bagi hasil

pendapatan.

b. penyusunan bahan pentujuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,

penatausahaan bagi hasil perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.

c. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi dari dana bagi hasil pajak

dan bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat,

dau, dak, dan lain-lain pendapatan saerah yang sah.

d. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak dan bukan

pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat, dau, dak, dan

lain-lain pendapatan sah.

e. pelaksanaan pengkajian peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil

pendapatan daerah di bidang dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang

sah.

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil

pendapatan.

g. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

a. seksi bagi hasil pajak, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas bidang bagi hasil.

21

b. seksi bagi hasil bukan pajak, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup bukan pajak.

c. seksi penatausahaan bagi hasil, mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas bidang hasil pendapatan lingkup perusahaan bagi hasil.

d. seksi peraturan perundang-undangan dengan pengkajian pendapatan,

mempunyai tugas pokok melaksanakan kajian pendapatan.

6. Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah mempunyai

tugasmembantu Kepala Dinas dalam memimpin, mengendalikan, dan

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

yang menjadi kewenangan Dinas pada bidang yang meliputi pengawasan, evaluasi

dan kebijakan pendapatan daerah, konsultasi, keberatan dan banding serta

pemeriksaan dan penyidikan.

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan

Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang pengembangan

pendapatan daerah.

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan

pendapatan lain-lain.

c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi dan pendapatan

lainnya.

d. perhitungan potensi pajak retribusi daerah.

22

e. pelaksanaan monotoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang

pengembangan pendapatan daerah.

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :

a. seksi pengembangan pajak, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang

pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan pajak

b. seksi retsibusi, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang pengembangan

pendapatan daerah lingkup pengembangan retribusi

c. seksi pengembangan pendapatan lain-lain, mempunyai tugas pokok sebagian

tugas bidang pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan

pendapatan lain-lain.

7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit

PelaksanaanTeknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Adapun peraturan

yang berlaku, yaitu :

a. kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang

diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan.

b. setiap kelompok jabatan fungsional, dipimpin oleh tenaga

fungsional senior yang ditunjuk.

23

c. jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja.

d. jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

D. JARINGAN KEGIATAN

Instansi pemerintah adalah salah satu organisasi yang melaksanakan

fungsinya sesuai dengan yang ditugaskan atau yang diinginkan pemerintah. Dinas

Pendapatan Daerah Kota Medan merupakan instansi yang mengumpulkan semua

pendapatan daerah yang berasal dari pajak, retribusi dan lainnya untuk

didistribusikan ke daerah.

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan lebih berorientasi pada pelayanan

masyarakat untuk pemungutan pajak dan sebagainya. Dengan demikian.

Diharapkan pelayanan yang dilakukan Dinas Pendapatan mampu menarik

masyarakat maupun perusahaan untuk membayar kewajibannya.

E. KINERJA KEGIATAN TERKINI

Setiap organisasi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan

sesuai dengan tujuan organisasi, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu

juga pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, terus berusaha agar tujuan yang

telah digariskan dapat terwujud Secara otomatis untuk mendorong mencapai

hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja

kegiatan terkini yang dijalankan Dinas Pendapata Daerah adalah terus

24

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, memberikan alternatif-

alternatif kepada masyarakat agar dapat dengan mudah membayar pajaknya.

F. RENCANA KEGIATAN

Berdasarkan Tujuan dan sasaran yang telah ditentukan rencana kegiatan

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan antara lain sebagai berikut :

a) mengejar target estimasi penerimaan pajak daerah dan sumber

pendapatan lainnya sepanjang tahun 2015.

b) mengejar kembali angka-angka pendapatan daerah seperti PBB (pajak bumi

dan bangunan) dan PAD (pajak asli daerah) sepanjang tahun 2016.

25

BAB III

GAMBARAN DATA PROSEDUR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PEMBAYARANDAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PADA DISPENDA KOTA MEDAN

A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Dalam mengemukakan pengertian Sistem Informasi Akuntansi, secara

rinci penulis mengemukakan pengertian setiap suku kata yang terdapat dalam

peristilah tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Sistem

Istilah sistem menurut Moscove (1981 : 4) menyatakan sistem adalah

“suatu entity (kesatuan) yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan

(disebut subsistem) yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”.

Sistem menurut Davis (2001 : 98), menyatakan bahwa : “sistem dapat

abstrak dan visi. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan -

gagasan atau konsepsi - konsepsi yang saling bergantung, sedangkan sistem

yang bersifat visi adalah serangkaian unsur yang bekerjasama untuk mencapai

suatu tujuan”.

Sistem menurut Mulyadi (2001 : 5) mendefenisikan sistem sebagai berikut

:“Suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu yang terpadu

untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan”.

26

Sistem menurut Hall (2007:6) sistem adalah kelompok dari dua atau lebih

komponen tau subsistem yang saling berhubungan yang befungsi dengan tujan

yang sama.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat diikhtisarkan bahwa

pada dasarnya sistem terdiri dari tiga unsur, yaitu : masukan (input), proses

(procces) merupakan suatu aktivitas yang dapat mentransformasikan input

menjadi output. Sedangkan output berarti yang menjadi tujuan, sasaran, atau

target pengorganisasian suatu sistem.

2. Informasi

Informasi menurut Davis (2001:24), bahwa: “Informasi adalah kata yang

telah diubah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerimanya dan

mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan manfaatnya didalam pengambilan

keputusan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang”.

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan

sekumpulan data yang diolah sehingga menghasilkan sebuah informasi,

sampai pada manfaat informasi dalam mengambil keputusan. Agar informasi

itu menjadi berguna harus disampaikan kepada seorang pada waktu yang tepat

dalam bentuk yang tepat pula.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2000:1) informasi adalah data yang berguna

yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan yang

tepat.

27

3. Akuntansi

Akuntansi menurut Nafarin (2004:5) adalah sebagai berikut :

akuntansi merupakan informasi yang relevan serta dapat dipergunakan oleh

seluruh pihak–pihak yang berkepentingan yakni akuntansi adalah istilah yang

menunjukan teori tertentu asumsi mengenai cara bertindak peraturan- peraturan

mengenai cara dan prosedur untuk mengumpulkan dan melaporkan informasi

yang berguna tentang kegiatan dan tujuan organisasi.

Akuntansi menurut soemarso (2004:3) akuntansi adalah proses

mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka

yang mengunakan informasi tersebut.

Jadi, akuntansi itu merupakan suatu proses yang dimulai dari transaksi,

pencatatan, pengikhtisaran laoran akuntansi. Dengan demikian informasi yang

dihasilkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keutusan mengenai

perusahaan yang bersangkutan.

4. Sistem Informasi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi menurut Bodnar dan Hopwood (2000:1)

mengemukakan bahwa “Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah kumpulan

sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur tuk mengubah data

menjadi informasi, informasi ini dikomunikasikan kepada bagian beragam

pengambilan keputusan”.

Sistem Informasi Akuntansi menurut Baridwan (1993:3)

menyatakan bahwa : Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah suatu komponen

28

yang mengumpulkan, menggolongkan, mengolah, menganalisa dan

mengkominasikan informasi keuangan yang relevan untuk pengambilan

keputusan pihak – pihak luar (seperti inspektorat pajak, investor, dan kreditor)

pihak-pihak dalam (terutama manajemen).

B. Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Sistem Informasi merupakan sebuah susunan yang terdiri dari beberapa

komponen seperti orang, aktivitas, data, perangkat keras, perangkat lunak,

dan jaringan yang terintegrasi yang berfungsi untuk mendukung dan

meningkatkan operasi sehari – hari sebuah bisnis, juga menyediakan kebutuhan

informasi untuk pemecah masalah dan pengambilan keputusan oleh manajer.

1. Orang (people)

Semua pihak yang bertanggung jawab dalam hal penyokong atau sponsor

sistem informasi (system owner), pengguna sistem (system user), perancang

sistem (system designer), dan pengembangan sistem informasi (system

development).

2. Aktivitas

Sekumpulan aturan atau tahapan untuk membuat, memakai, memproses,

dan mengolah sistem informasi ataupun hasil keluaran dari sistem informasi

tersebut.

3. Data

Secara konseptual, data adalah deskripsi tentang benda, kejadian,

aktivitas, dan transaksi yang tidak mempunyai makna dan tidak berpengaruh

29

langsung kepada pemakai atau disebut juga sebagai kumpulan fakta mentah

dalam isolasi.

4. Perangkat Keras ( Hardware )

Mencakup peranti – peranti fisik seperti komputer, printer, monitor, hardisk,

dll.

5. Perangkat Lunak (Software)

Sekumpulan instruksi-instruksi atau perintah-perintah yang memungkinkan

perangkat keras bisa digunakan untuk memproses data, atau sering disebut

program.

6. Jaringan (Network)

Sistem penghubung yang memungkinkan suatu sumber dipakai secara

bersama-sama, baik pada waktu dan tempat bersamaan ataupun

berbeda.

C. Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi

Penyediaan data dalam memenuhi kebutuhan informasi akuntansi, baik

untuk kebutuhan pihak eksternal maupun pihak internal. Untuk memenuhi

fungsinya, Sistem Informasi Akuntansi harus mempunyai tujuan-tujuan yang dpat

memberikan pedoman kepada manajemen dalam melaksanakan tugasnya sehingga

dapat menghasilkan informasi-informasi akuntansi yang berguna, terutama dalam

menunjang penyusunan data penggajian.

Romney dan Steinbart (2006 : 3) menyatakan bahwa Fungsi Sistem

Informasi Akuntansi adalah :

30

1. mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang

dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-

aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas

tersebut, agar pihak manajemen para pegawai, dan pihak-pihak luar yang

berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-hal yang telah terjadi.

2. mengubah data menjadi informasi yang berguna, bagi pihak manajemen untuk

membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan.

3. menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset

organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut

tersedia saat dibutuhhkan, akurat, dan handal.

Romney dan Steinbart (2006 : 10) menyatakan bahwa Manfaat Sistem

Informasi Akuntansi adalah :

1. mempunyai kualitas dan mengurangi biaya untuk menghasilkan produk atau

jas. contoh, sistem informasi akuntansi dapat mengawasi mesin yang

digunakan sehingga para operatornya akan diberitahukan dengan segera saat

proses yang berjalan keluar dari batas yang diinginkan.

2. memperbaiki efisiensi, sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan

baik dapat membantu memperbaiki efisiensi jalannya suatu proses dengan

memberikan informasi yang lebih tepat waktu.

3. memperbaiki pengambilan keputusan, sistem informasi akuntansi dapat

memperbaiki pengambilan keputusan dengan memberikan informasi yang

lebih akurat.

31

4. berbagai pengetahuan, sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik

biasanya mempermudah proses berbagi pengetahuan dan keahlian yang

selanjutnya dapat memperbaiki proses operasi perusahaan, dan bahkan

memberikan keunggulan kompetitif.

D. Karakteristik Informasi yang Baik

Romney dan Steinbart (2006 : 12) mensyaratkan bahwa informasi yang

memiliki karakteristik yang baik terdiri dari :

1. relevan adalah informasi tambahan pada pembuatan keputusan dengan cara

mengurangi ketidakpastian, menambah pengetahuan untuk memprediksi

atau memastikan prediksi-prediksi sebelumnya.

2. andal adalah informasi tersebut bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan

dengan tepat menunjukkan kejadian atau aktivitas dari suatu organisasi.

3. lengkap adalah informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-

aspek penting dari kejadian yng merupakan dasar masalah atau aktivitas-

aktivitas yang diukurnya.

4. tepat waktu adalah informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang

tepat untuk memungkinkan pengambil keputusan menggunakannya dalam

membuat keputusan.

5. dapat dipahami artinya informasi dapat dipahami jika disajikan dalam

bentuk yang dapat dipakai dan jelas.

32

E. Pengertian Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB)

1. Pembayaran

Pembayaran adalah perbuatan membayarkan atau membayar

(KBBI, 2005:79). Menurut Suharno (2003:51) “Pembayaran adalah Tindakan

yang dilakukan oleh wajib pajak untuk melunasi pajak bumi dan bangunan (PBB)

terutang di tempat pembayaran”.

2. Penerimaan

Kas merupakan alat pertukaran yang dipergunakan sebagai ukuran

dalam akuntansi sehingga menggambarkan kondisi likuiditas perusahaan. selain

itu kas merupakan golongan aktiva lancar yang paling likuid dan sangat penting

karena menggambarkan daya beli umum dan dapat memproses barang dan jasa.

Di bawah ini ada beberapa pengertian penerimaan kas menurut beberapa para ahli,

diantaranya:

Pengertian penerimaan kas menurut Soemarso S.R dalam bukunya

(2002 : 172) “Akuntansi Suatu Pengantar” mengemukakan bahwa: “Penerimaan

kas adalah suatu transaksi yang menimbulkan bertumbuhnya saldo kas dan bank

milik perusahaan yang diakibatkan adanya penjualan hasil produksi, penerimaan

piutang maupun hasil transaksi lainnya yang menyebabkan bertambahnya kas.”

Sedangkan penerimaan kas menurut H.Kusnadi (2000 : 61) dalam

bukunya “Akuntansi Keuangan Menengah (intermediate)” Adalah sebagai

berikut: “Penerimaan kas pada umumnya meliputi penerimaan via pos (mail

receipt), penjualan tunai (cash sales) dan penerimaan piutang (collection of

33

receivable), disamping penerimaan rutin, masih ada lagi penerimaan lainnya yaitu

penerimaan yang tidak rutin, misalnya penerimaan uang dari penjualan”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian penerimaan

kas adalah transaksi-transaksi yang mengakibatkan bertumbuhnya saldo-saldo kas

tunai, dan atau rekening bank milik perusahaan baik yang berasal dari pendapatan

tunai, penerimaan piutang, penerimaan transfer maupun penerimaan-penerimaan

lainnya.

Penerimaan kas dapat berbentuk uang logam, cek atau wesel pos, uang

yang diterima melalui bank atau langsung dari piutang.

3. Pajak Bumi dan Bangunan

1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas

bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan

oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk

kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Pasal 1.

PBB adalah Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak

terutang ditentukan oleh keadaan obyek yaitu bumi/tanah dan atau

bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan

besarnya pajak.

2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 77 Objek Pajak

34

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan atau

Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang

pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Termasuk dalam Pengertian bangunan adalah:

a) jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti

hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan

dengan kompleks bangunan tersebut.

b) jalan tol;

c) kolam renang;

d) pagar mewah ;

e) tempat olahraga;

f) galangan kapal, dermaga;

g) taman mewah;

h) tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak dan;

i) menara;

3. Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Yang Tidak Dikenakan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 77 Objek Pajak yang

tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

adalah Objek Pajak yang :

35

a) digunakan oleh pemerintah dan daerah untuk penyelenggaraan

pemerintahan;

b) digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang

ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan an kebudayaan nasional, yang

tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

c) digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu;

d) merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah

negara yang belum dibebani suatu hak;

e) digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik; dan

f) digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang

ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan.

4. Subyek Pajak

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 78 Subjek Pajak Bumi

dan Bangunan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan atau

memperoleh manfaat atas Bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi,

dan atau memiliki, menguasai, dan atau memeperoleh manfaat atas

bangunan.

5. Cara Mendaftarkan Objek Pajak

Menurut DISPENDA Kota Medan orang atau Badan yang menjadi

subjek PBB harus mendaftarkan objek pajaknya ke DISPENDA,

36

dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

yang tersedia gratis di DISPENDA.

6. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Dasar pengenaan PBB berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan

No.3 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan Pasal 4 :

a) dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan

adalah NJOP.

b) besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap

3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan

setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayah.

c) penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan oleh kepala daerah.

7. NJOP (Nilai Jual Objek Pajak)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun 2011 tentang

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pasal 1 NJOP adalah

harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara

wajar, dan bila mana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan

melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai

perolehan baru, atau NJOP pengganti.

8. NJOPTKP (Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak)

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan atau bangunan yang tidak

kena pajak. Besarnya NJOPTKP ditetapkan paling rendah sebesar Rp

10.000.000,00 untuk setiap wajib pajak berdasarkan Undang-undang

37

Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah Pasal 77.

9. Dasar Penghitungan pajak Bumi dan bangunan (PBB)

Penghitungan Pajak Bumi dan Bamgunan berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan yaitu sebagai berikut :

a) besaran pokok pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang

terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak

setelah dikurangi nilai jual objek pajak tidak kena pajak.

b) hasil perhitungan besaran pokok pajak bumi dan bangunan yang

terhutang ditetapkan minimal sebesar Rp 20.000,00.

10. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2012 tentang

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pasal 5 Tarif Pajak

Bumi dan Bangunan ditetapkan sebagai berikut :

a) untuk njop dan bangunan dengan Rp 0 - Rp 499.999.999 0,115%

pertahun.

b) untuk njop Rp 500.000.000 – Rp 999.999.999 ditetapkan sebesar

0,125% pertahun.

c) untuk njop Rp 1.000.000.000 – Rp 1.999.999.999 ditetapkan sebesar

0,215% pertahun.

d) untuk njop Rp 2.000.000.000 – Rp 3.999.999.999 ditetapkan sebesar

0,225% pertahun.

38

e) untuk njop diatas Rp 4.000.000.000 ditetapkan sebesar 0,275%

pertahun.

11. Saat Yang Menentukan Pajak Terutang

Saat yang menentukan pajak terhutang berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Medan No. 3 Tahun 2011 Pasal 8 yaitu menurut keadaan Objek

Pajak tanggal 1 januari.

12. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Surat Pemberitahuan Objek Pajak adalah surat yang digunakan oleh

Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Bumi dan Bangunan

perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan

perpajakan daerah.

13. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan yang terutang pada wajib pajak.

14. Surat Tagihan Pajak Daerah

Surat Tagihan Pajak Daerah adalah surat untuk melakukan tagihan

pajak dan/atau sanksi administrasf berupa bunga dan/atau denda 2%

perbulan.

15. Surat Tanda Terima Setoran (STTS)

Surat Tanda Terima Setoran (STTS) adalah surat atau blangko

pembayaran yg dijadikan Wajib Pajak sebagai tanda bukti bahwa Wajib

Pajak telah melunasi PBB.

16. Laporan Mingguan Penerimaan (LMP)

39

Laporan Mingguan Penerimaan (LMP) adalah rekapitulasi penerimaan

dari masing-masing desa kepada DISPENDA dengan tindakan kepada

KPP.

17. Tempat Pembayaran PBB

Wajib Pajak yg telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang (SPPT), Surat Ketetatapan Pajak (STP) dan Surat Tagihan Pajak

Bumi dan Bangunan (STP) dari DISPENDA atau disampaikan lewat

Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat

pembayaran yg telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank SUMUT.

18. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2011 tentang

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tata cara

Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut:

(1) pajak yang terutang berdasarkan SPPT sebagaimana dimaksud pada

pasal 10 ayat (1) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

(2) SPPT, SKPD, STPD, surat keputusan pembetulan, surat keputusan

keberatan, dan putusan banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang

harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus

dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu ) bulan sejak tanggal

diterbitkan.

(3) kepala daerah atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi

persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada

40

wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak,

dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen ) setiap bulan.

(4) pajak yang terutang dibayar ke kas umum daerah atau tempat

pembayaran lain yang ditunjuk oleh kepala daerah. (5) ketentuan

lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, angsuran dan

penundaan pembayaran pajak diatur dengan peraturan kepala daerah.

4. Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

A. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut penulis sendiri pembayaran pajak bumi dan bangunan adalah

transaksaksi yang dilakukan oleh wajib pajak karena wajib pajak yang

memperoleh manfaat dari bumi atau bangunan.

B. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut penulis sendiri penerimaan pajak bumi bangunan adalah

pemasukan kas negara yang diperoleh dari piutang wajib pajak atas objek

bumi dan bangunan.

F. Unsur-unsur Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Unsur-unsur pembayaran dan penerimaan pajak bumi dan bangunan yaitu;

1. Subjek Pajak

Menurut direktorat jenderal pajak Subjek Pajak adalah orang pribadi atau

badan yang secara nyata :

a) mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;

b) memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;

41

c) memiliki bangunan, dan atau;

d) menguasai bangunan, dan atau;

e) memperoleh manfaat atas bangunan

2. Objek Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 77 Objek Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan atau Bangunan yang

dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan.

Termasuk dalam Pengertian bangunan adalah:

a) jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti

hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan

kompleks bangunan tersebut.

b) jalan tol;

c) kolam renang;

d) pagar mewah ;

e) tempat olahraga;

f) galangan kapal, dermaga;

g) taman mewah;

h) tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak dan;

i) menara;

G. Prosedur Perhitungan Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan

42

1. Prosedur Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Muda Markus (2005:425) “Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi

dan Bangunan” yaitu Wajib Pajak mengambil SPPT nya di kelurahannya lalu

membayarnya ke tempat yg telah ditentukan,pembayaran SPPT paling lambat

pada tanggal jatuh tempo pembayarannya yaitu enam bulan setelah SPPT PBB

diterima dari kelurahan. Sedangkan menurut Peraturan Daerah Kota Medan

Nomor 3 tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan Tata cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai

berikut:

(1) pajak yang terutang berdasarkan sppt sebagaimana dimaksud pada pasal 10

ayat (1) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal

diterimanya sppt oleh wajib pajak.

(2) SPPT, SKPD, STPD, surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan,

dan putusan banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar

bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka

waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

(3) kepala daerah atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan

yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk

mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga

sebesar 2 % (dua persen ) setiap bulan.

(4) pajak yang terutang dibayar ke kas umum daerah atau tempat pembayaran

lain yang ditunjuk oleh kepala daerah.

43

(5) ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, angsuran

dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan peraturan kepala daerah.

menurut surat DIRJENpajak s-04/pj.13/2007 tentang pembayaran/penyetoran

PBB dalam rangka implementasi modul penerimaan negara (MPN), adalah

sebagai berikut:

a. pembayaran PBB sektor pedesaan dan perkotaan dilakukan di tempat

pembayaran PBB (TP-PBB), baik secara langsung maupun melalui

petugas pemungut.

b. pembayaran PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan

non- migas dilakukan di bank/pos persepsi dengan menggunakan surat

setoran pajak PBB (SSP PBB).

c. pembayaran PBB sektor pedesaan dan perkotaan sebagaimana pada

butir2, tempat pembayaran PBB (TP-PBB) menyetorkan penerimaan

PBB ke bank/pos persepsi setiap hari jumat atau hari kerja berikutnya

apabila hari jumat libur dengan menggunakan formulir surat setoran

tempat pembayaran PBB (SSPBB).

d. pembayaran PBB sektor perkebunan,perhutanan, dan pertambangan

non- migas sebagaimana dimaksud pada butir 3, sebagaimana dimaksud

pada butir 4, dan penyetoran penerimaan PBB ke bank/pos persepsi

sebagaimana dimaksud pada butir 5, dinyatakan sah setelah

mendapatkan nomor transaksi bank (NTB)/nomor transaksi pos (NTP).

44

e. atas pembayaran/penyetoran penerimaan pbb atau bphtb ke bank/pos

persepsi, wajib pajak/TP-PBB diberikan bukti pembayaran/penyetoran

yang berupa:

1) bukti penerimaa negara

2) formulir SSB/SSP PBB/SSPBB yang diterangkan ntpn serta

elemen lain sebagai validasi pembayaran/penyetoran.

2. Prosedur Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Prosedur penerimaan Pajak Bumi dan bangunan adalah sebagai

berikut:

a) wajib pajak pajak mengajukan permohonan pendaftaran objek pajak baru

ke Dinas Pendapatan Daerah melalui pos pelayanan PBB wilayah

setempat.

b) petugas pelayanan PBB menerima permohonan pendaftaran objek pajak

baru kemudian meneliti kelengkapan persyaratan, dalam hal berkas

permohonan pendaftaran sudah lengkap, petugas pos pelayanan PBB akan

mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus

Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada wajib pajak sedangkan

LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran dan

kemudian diteruskan ke koordinator pos pelayanan PBB.

c) Koordinator pos pelayanan PBB melakukan penerlitian, menandata

tangangani berkas SPOP dibagian petugas pendata dan membuat uraian

penelitian setelah mendapatakan disposisi.

45

d) Koordinator pos pelayanan PBB menyampaikan berkas permohonan

beserta uraian penelitian kepada Dinas Pendapatan Daerah Cq. Kepala

Bidang Pajak Daerah PBB.

e) Kepala Bidang Pajak Daerah PBB mendisposisi kepada Kepala Seksi

pendaftaran dan pendataan untuk meneliti dan menandatangani uraian

penelitian dan SPOP/LSOP.

f) Kepala Seksi pendaftaran dan pendataan meneliti dan menandatangani

berkas SPOP dan uraian penelitian.

g) Kepala Bidang Pajak PBB meneyetujui dan menandatangani uiraian

penelitian, kemudian mengembalikan kepada kepala seksi pendaftaran dan

pendataan untuk diproses lebih lanjut.

h) pelaksanaan melakukan pemutakhiran data grafis, perekaman SPOP dan

pencetakan SPPT.

i) pelaksana menyerahkan SPPT dan berkas permohonan kepada kepala

seksi penetapan.

j) Kepala Seksi penetapan meneliti SPPT, selanjutnya meneruskan kepada

Kepala Bidang Pajak Daerah PBB.

k) Kepala Bidang Pajak PBB meneliti SPPT, selanjutnya meneruskan kepada

Kepala Dinas Pendapatan Daerah untuk menandatangani.

l) pelaksana menatausahakan SPPT untuk dikirimkan ke Pos Pelayan PBB.

m) Pos Pelayanan PBB menyampaikan SPPT kepada Wajib Pajak dengan

menggunakan tanda terima.

n) Wajin Pajak membayar SPPT ke bank SUMUT.

46

Formulir SPOP disediakan dan dapat diambil gratis di Kantor

Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditunjuk atau melalui teknologi

internet (Ditjen Pajak,2012). Adapun kelengkapan persyaratan Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut (Dispenda Medan):

1. surat permohonan

2. foto copy surat tanah

3. foto copy KTP

4. foto copy IMB

5. foto copy sppt sebelah objek (tetangga)

6. foto copy rekening listrik dan air

7. spop yang diisi dan ditanda tangani

8. surat keterangan dari lurah

9. surat keterangan bebas sengketa dari pengadilan/kelurahan

10. surat kuasa bagi yang dikuasakan

3. Prosedur Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar Perhitungan yang digunakan untuk menghitung pajak terhutang

adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) ditetapkan serendah-rendahnya 20%

dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Kena Pajak (Peraturan

Pemerintah. Besarnya persentase NJKP yang ditetapkan dengan peraturan

pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Berdasar PP No. 74 tahun 1998 ketentuan mengenai NJKP untuk perhitungan

Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 20% atay 40% dari Nilai Jual

Objek Pajak.

47

Ketentuan mengenai NJKP berdasarkan PP 74 tahun 1998 :

NJKP pada umumnya ditetapkan 20% dari Nilai jual obyek pajak, kecuali untuk

obyek-obyek di bawah ini ditetapkan sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak :

- perumahan dengan njop sama atau lebih besar dari Rp. 1 milyar, kecuali yang

dimiliki atau dikuasai oleh pns, abri, dan para pensiunan termasuk janda dan

duda.

- perkebunan dengan luas sama atau lebih besar dari 25 hektar yang dimiliki,

dikuasai, atau dikelola oleh badan usaha milik negara, badan usaha swasta

- perhutanan termasuk areal blok tebangan dalam rangka penyelenggaraan

kegiatan pemegang hak penguasaan hutan, pemegang hak pemungutan hasil

hutan dan pemegang izin pemanfaatan kayu.

PP No. 46 tahun 2000 memperbarui PP 74 tahun 1998

Besarnya NJKP sebagai dasar perhitungan kena pajak yang terhutang

sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 12 tahun

1994 ditetapkan untuk :

1. obyek pajak perkebunan sebesar 40% dari nilai jual ojek pajak.

2. objek pajak kehutanan sebesar 40% dari nilai jual objek pajak

3. objek pajak pertambangan sebesar 20% (dua puluh persen) dari nilai jual objek

pajak.

4. objek pajak lainnya :

NILAI JUAL KENA PAJAK = 20% atau 40% x Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

48

- sebesar 40% dari nilai jual objek pajak apabila nilai jual objek pajaknya

Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar) atau lebih.

- sebesar 20% dari nilai jual objek pajak apabila nilai jual objek pajaknya

kurang dari Rp. 1.000.000.000,-

PP 25 Tahun 2002 Memperbarui PP 46 tahun 2000 . berisi ketentuan sebagai

berikut :

1. obyek pajak perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40% dari nilai

jual ojek pajak.

2. obyek pajak lainnya :

sebesar 40% dari nilai jual objek pajak apabila njop nya Rp. 1.000.000.000,-

(satu milyar) atau lebih.

sebesar 20% dari nilai jual objek pajak apabila njop nya kurang dari rp.

1.000.000.000,-

3. Cara Menghitung Pajak

Unsur-unsur yang harus diketahui agar dapat menghitung Pajak Bumi dan

Bangunan adalah sebagai berikut :

a. nilai jual objek pajak (NJOP) yakni NJOP bumi dan NJOP bangunan.

b. nilai jual kena pajak (NJKP) yakni 20% atau 40% dari NJOP

c. tarif tunggal : 0,5%

d. NJOPTKP (nilai jual objek pajak tidak kena pajak) yakni ditetapkan secara

regional paling tinggi sebesar Rp. 12.000.000,-

Sehingga sesuai Pasal 7 Undang-Undang No. 12 tahun 1985 rumus untuk

menghitung Pajak Bumi Bangunan Terhutang :

Pajak Bumi Bangunan Terhutang = Tarif Pajak x Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

49

Sebelum dikalikan dengan Tarif NJOP harus dikurangkan dengan NJOPTKP.

Ketentuan menyangkut NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Paja

adalah sebagai berikut :

NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak) ditetapkan secara

regional sebesar Rp. 12.000.000,- yang diberikan dengan ketentuan :

- untuk setiap wajib pajak hanya diberikan satu njoptkp terhadap satu objek

yang dimiliki atau disewa/atau dipakai.

- diberikan untuk bumi dan/atau bangunan

- jika wajib pajak memiliki beberapa objek pajak yang diberikan njoptkp

hanya salaah satu objek yang memiliki nialai jual objek pajak terttinggi.

Rumus Perhitungan PBB

PBB Terhutang = Tarif x NJKP

= 0,5% x 20% atau 40% x NJOP, sehingga dari rumus asal

ini dapat dijabarkan menjadi :

= 0,5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)

= 0,5% x 20% x NJOP

= 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)

= 0,5% x 40% x NJOP

Catatan :

NJOP= NJOP Bumi + NJOP Bangunan

NJOPTKP = ditetapkan secara regional paling tinggi Rp. 12.000.000,-

50

H. Dokumen yang Digunakan

1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Adalah surat yang dipakai wajib pajak untuk melaporkan data Objek

Pajaknya maupun yang dipakai oleh bagian Pedanil untuk melakukan

pendataan.

2. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP)

Adalah formulir yang dibuat oleh petugas pengolahan data dan

informasi (PDI) yang disatukan dengan SPOP yang dipakai oleh Wajib Pajak

untuk melaporkan data Objek Pajak.

3. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Adalah surat keputusan kepala KPPBB mengenai besarnya pajak yang

harus dibayar. Formulir ini digunakan untuk memberitahukan pada Wajib

Pajak tentang pengenaan PBB yang didalamnya berisikan antara lain nama

serta alamat Wajib Pajak, data mengenai Objek Pajak, besarnya pajak

terutang, tempat pembayaran dan jatuh tempo pembayaran.

4. Surat Tanda Terima Setoran (STTS)

Adalah surat atau blangko pembayaran yang dijadikan b bahwa

wajib pajak telah melunasi Pajak Bumi Dan Bangunan.

I. Prosedur Informasi Akuntansi Pembayaran dan Penerimaan Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota

Medan

51

1. prosedur sistem Akuntansi Pembayaran dan Penerimaan PBB pada

DISPENDA Kota Medan

Untuk menyusun sistem informasi akuntansi bagi suatu perusahaan atau

instansi digunakan analisis sistem yang akan membantu pemakai informasi dalam

mengidentifikasi informasi yang diperlukan oleh peneliti. Dalam tahap analisis

sistem pengumpulan data dilakukan peneliti dengan cara (1) wawancara (2)

pengamatan dan (3) pengumpulan dokumen.

Adapun tahapan-tahapan analisis sistem yang akan peneliti bahas adalah

sebagaimana dibawah ini.

A. Analisis Dokumen

Analisis dokumen berikut ini akan menganalisis dokumen yang

digunakan dalam prosedur pengolahan data pembayaran dan penerimaan

pajak yang sedang berjalan di Dinas Pendapatan Kota Medan. Dokumen-

dokumen tersebut adalah sebagai berikut :

1. nama dokumen : surat pemberitahuan pajak terhutan (SPPT)

sumber : wajib pajak

fungsi : menetapkan besarnya tagihan pajak PBB.

distribusi : untuk diberikan kepada teller.

rangkap : 1 (satu)

bentuk : dokumen

2. nama dokumen : surat setoran pajak (SSP)

sumber : wajib pajak

52

fungsi : menetapkan besarnya tagihan pajak SSP.

distribusi : untuk diberikan kepada teller.

rangkap : 1 (satu)

bentuk : dokumen

3. nama dokumen : surat tanda terima setoran (STTS)

sumber : teller

fungsi : sebagai tanda bukti telah membayar pajak

distribusi : untuk diberikan kepada wajib pajak

rangkap : 1 (satu)

bentuk : dokumen

4. nama dokumen : surat setoran pajak PBB (SSP PBB)

sumber : teller

fungsi : sebagai tanda bukti telah membayar pajak.

distribusi : untuk diberikan kepada wajib pajak

rangkap : 5 (lima)

bentuk : dokumen

5. nama dokumen : slip setoran

sumber : teller

fungsi : sebagai tanda bukti transaksi pembayaran PBB.

distribusi : untuk diberikan kepada analisa pajak.

rangkap : 2 (dua)

bentuk : dokumen

6. nama dokumen : jurnal mutasi perkiraan PBB

sumber : teller

53

fungsi : sebagai tanda bukti transaksi pembayaran PBB.

distribusi : untuk diberikan kepada administrasi.

rangkap : 1 (satu)

bentuk : dokumen

7. nama dokumen : surat penerimaan PBB

sumber : teller

fungsi : sebagai tanda bukti transaksi pembayaran PBB.

distribusi : untuk diberikan kepada administrasi.

rangkap : 1 (satu)

bentuk : dokumen

B. Analisis Sistem yang Berjalan

Analisis sistem yang sedang berjalan merupakan peninjauan atau

analisis terhadap sistem yang berjalan yang didalamnya terdapat urutan

kegiatan yang tepat dari tahapan-tahapan yang menerangkan proses yang

dikerjakan, siapa yang mengerjakan proses tersebut, bagaimana proses itu

dapat dikerjakan dan dokumen apa yang dilibatkan.

1. Analisis Sistem Penerimaan PBB yang Sedang Berjalan

Analisis sistem penerimaan Pajak PBB di deskripsikan sebagai

berikut :

1. DISPENDA memberikan SPPT kepada camat.

2. kemudian camat memberikan SPPT kepada lurah.

54

3. lurah kemudian memberikan SPPT kepada wajib pajak jika PBB lebih

dari 2 juta dan jika PBB kurang dari 2 juta maka SPPT akan diberikan

oleh kepling .

4. setelah proses pembayaran selesai, petugas teller memvalidasi surat

setoran pajak PBB (SSP PBB) dan memberikan surat setoran pajak

PBB (SSP PBB) validasi lembar 1 dan 3 serta mengembalikan surat

pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) sebagai bukti pembayaran

kepada wajib pajak serta memberikan lembar 2 kepada administrasi dan

lembar 5 kepada DISPENDA.

5. petugas teller membuat data slip setoran.

6. petugas teller memberikan slip setoran kepada analisa pajak.

7. analisa pajak menginputkan data slip setoran pembayaran dan membuat

data penerimaan PBB.

8. analisa pajak memberikan data penerimaan PBB kepada teller.

9. kemudian petugas teller membuat jurnal mutasi perkiraan PBB dan

memberikan jurnal mutasi perkiraan PBB kepada administrasi.

10. administrasi menginputkan data jurnal mutasi perkiraan PBB setelah

data jurnal mutasi balance administrasi membuat laporan per minggu.

lalu menyerahkan laporan per minggu kepada pimpinan untuk

ditandatangani dan setelah ditandatangani diserahkan kepada analisa

pajak.

11. analisa pajak membuat laporan penerimaan PBB keseluruhan dan

menyerahkan laporan penerimaan pbb keseluruhan kepada administrasi

pimpinan dan DISPENDA.

55

2. Analisis SistemPembayaran PBB yang Sedang Berjalan

Sistem Pembayaran Pajak PBB di deskripsikan sebagai berikut :

1. wajib pajak membawa SPPT yang diberikan oleh kepala lingkungan.

2. petugas bank SUMUT menerima SPPT yang dibawah oleh wajib

pajak untuk dibayar.

3. petugas bank SUMUT memberikan STTS kepada pegawai dispenda.

4. petugas dispenda memisahkan STTS perkecamatan berdasarkan

wilayah kerja.

5. pegawai DISPENDA memberikan STTS kepada kelurahan untuk

dibagikan kepada kepala lingkungan.

6. Kemudian KEPLING membagikan STTS bagi wajib pajak yang sudah

membayar.

56

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang peneliti uraikan dari bab sebelumnya, maka dapat

diambil 3 kesimpulan.

1. Prosedur pembayaran PBB pada dispenda yaitu wajib pajak diberikan SPPT

yang disalurkan pihak kelurahan melalui kepling lalu wajib pajak

membayarkannya ke bank SUMUT, setelah itu bank SUMUT akan

memberikan STTS ke DISPENDA kemudian DISPENDA membagikan STTS

tersebut sesuai dengan wilayah kerja perkecamatan setelah itu STTS akan

diberikan kepada wajib pajak yang telah membayar PBB.

2. Prosedur penerimaan PBB dimulai dari wajib pajak yang menerima surat

pemberitahuan objek pajak dan melengkapkan berkas surat tersebut, kemudian

dikembalikanketempat pengambilan SPOP kemudian dispenda akan

memperoses berkas tersebut sehingga keluar surat pemberitahuan pajak

terhutang wajib pajak dan wajib pajak bisa membayarkan kewajibannya ke

bank SUMUT.

3. Prosedur sistem informasi akuntansi pembayaran dan penerimaan PBB pada

DISPENDA Kota Medan dilakukan melalui serangkaian tahapan analisis

sistem yaitu analisis dokumen yang digunakan untuk menganalisis dokumen

dalam pengolahan data pembayaran dan penerimaan PBB pada DISPENDA

Kota Medan dan analisis sistem yang sedang berjalan yang menjelaskan

57

urutan kegiatan pembayaran dan penerimaan PBB serta menerangkan proses

yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan proses tersebut, bagaimana proses

tersebut dikerjakan dan dokumen apa yang dilibatkan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas maka penulis mencoba

memberikan saran kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

1. Setelah wajib pajak membayar PBB pada bank SUMUT sebaiknya bank

SUMUT langsung memberikan surat tanda terima setoran kepada wajib pajak.

Tanpa harus memberikan STTS tersebut ke DISPENDA sehingga pegawai

DISPENDA tidak perlu lagi membagikan STTS tersebut kepada Camat

kemudian Camat kepada Lurah dan hingga sampai kepada wajib pajak.

58

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki.1993. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 2.Yogyakarta: BPFE

Bodnar, George H. dan William S. Hopwood. 2000. Sistem Informasi Akuntansi.

Buku 1. Diterjemahkan oleh : Amir Abadi Jusuf. Jakarta: Salemba

Empat.

Hall, James A. 2001.Sistem Informasi Akuntansi. Buku 1. Edisi I. Jakarta:

Salemba Empat.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-251/PJ./2000 tentang Tata Cara

Penetapan Besarnya NJOPTKP sebagai Dasar Penghitungan PBB.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 205/KMK.04/2000

tentang Penyesuaian Besarnya NJOPTKP sebagai Dasar

Penghitungan PBB.

Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Mulyadi,2001, Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba

Empat.

Romney, Marshall B., dan Paul John Steinbart. 2006. Sistem Informasi

Akuntansi, Edisi 9. Diterjemahkan oleh: Deny Arnos Kwary dan Dewi

Fitriasari. Jakarta: Salemba Empat.

Suharno, 2003, MPM., Potret Perjalanan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB),Direktorat PBB dan BPHTB, Jakarta.

59