TUGAS AKHIR ANALISIS PEMENUHAN SARANA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...
Transcript of TUGAS AKHIR ANALISIS PEMENUHAN SARANA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
TUGAS AKHIR
ANALISIS PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA PADA
PERMUKIMAN KOMUNITAS PEMULUNG DI KOTA KEDIRI
(Studi Kasus : Kelurahan Pojok – Kecamatan Mojoroto – Kota Kediri)
Oleh:
CAHYA FURQON PRATAMA
NIM. I 0608016
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PENGESAHAN
ANALISIS PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA PADA PERMUKIMAN
KOMUNITAS PEMULUNG DI KOTA KEDIRI
(Studi Kasus : Kelurahan Pojok – Kecamatan Mojoroto – Kota Kediri)
Oleh
CAHYA FURQON PRATAMA
NIM. I 0608016
Surakarta, Januari 2013
Menyetujui,
Pembimbing I
Istijabatul Aliyah ST, MT
NIP. 19690923 199702 2 001
Pembimbing II
Ir. Soedwiwahjono. MT
NIP. 19620306 199003 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT
NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota
Ir. Galing Yudana, MT
NIP. 19620129 198703 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
ABSTRAK
ANALISIS PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA PADA PERMUKIMAN
KOMUNITAS PEMULUNG DI KOTA KEDIRI
(Studi Kasus : Kelurahan Pojok – Kecamatan Mojoroto – Kota Kediri)
Sarana dan prasarana pada permukiman pemulung di Kelurahan Pojok, Mojoroto, Kediri
dianggap kurang layak. Peran pemerintah dalam pemenuhan sarana dan prasarana pun tidak
seperti yang diharapkan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka “bagaimanakah pemenuhan
sarana dan prasarana pada permukiman pemulung di Kelurahan Pojok, Mojoroto, Kediri dalam
memenuhi kebutuhan pemulung?”. Sehingga dapat mengidentifikasi karakteristik komunitas dan
permukiman pemulung, upaya pemerintah kota dalam memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana komunitas pemulung, karakteristik kebutuhan pemulung terhadap pemenuhan sarana
dan prasarana serta menganalisis tingkat pemenuhan sarana dan prasarana permukiman melalui
analisis karakteristik permukiman pemulung dan analisis tingkat pemenuhan sarana dan
prasarana komunitas pemulung. Hasilnya diketahui karakteristik permukiman pemulung berupa
pola permukiman memusat dengan kondisi fisik bangunan non-permanen sedangkan pola
permukiman menyebar sebagian besar kondisi fisik bangunanya permanen meskipun beberapa
semi permanen. Pemerintah pun belum optimal menyediakan sarana dan prasarana namun
mencoba memenuhi kebutuhan aktivitas bermukim dan aktivitas bekerja berupa sarana dan
prasarana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
ABSTRACT
ANALYSYS FACILITIES AND INFRASTRUCTURE IN THE SCAVENGERS
SETTLEMENTS AT KEDIRI
( Study Case : Pojok Village, Mojoroto Distric, Kediri City )
Facilities and infrastructure in the scavengers settlements in the Pojok Village, Mojoroto, Kediri
deemed less worthy. The role of government in fulfilling the infrastructure was not as expected.
Based on this phenomenon, the "how fulfillment facilities and infrastructure in scavengers
settlements in the Pojok Village, Mojoroto, Kediri in case to fulfill the needs of the scavengers?".
So as to identify the characteristics of the communities and settlements of the scavenger, the city
government's efforts fulfill the needs of scavenger`s community facilities and infrastructure,
scavenger characteristics needs the fulfillment infrastructure and analyze the degree of
fulfillment of the settlement infrastructure through the analysis of settlement characteristics and
analysis of the level of compliance scavengers infrastructure scavenger community. The result is
known to be a scavenger settlements characteristic form as settlement patterns converge with the
physical condition of a non-permanent settlement pattern spread while most permanent physical
condition settlement although some remain semi-permanent. The government has not optimal
supplying the infrastructure, however they still trying to fulfill it in form as activity and work
needs.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis
panjatkan atas perkenan-Nya jualah tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir dengan judul
“ANALISIS PEMENUHAN SARANA DAN PRASARA PADA PERMUKIMAN
KOMUNITAS PEMULUNG DI KOTA KEDIRI (Studi Kasus : Kelurahan Pojok –
Kecamatan Mojoroto – Kota Kediri)” merupakah sebuah penelitian untuk mengetahui analisis
pemenuhan sarana dan prasarana permukiman pada komunitas pemulung. Dimana komunitas
pemulung memiliki ke khasan dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibuthkan
pada saat melakukan aktivitas bermukim maupun bekerja. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah sarana dan prasarana eksisting sekarang sudah mampu memenuhi kebutuhan
komunitas pemulung, jika belum mengapa hal itu bisa terjadi serta bagaimana ukuran yang pas
bagi komunitas pemulung untuk memenuhi ketersediaan sarana dan prasarana pada
permukimanya mengingat adanya keterbatasan lahan pada kawasan permukiman komunitas
pemulung.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dan memperlancar dalam memberi arahan, dorongan, bantuan teknis, dan
motivasi yang sangat berarti bagi penulis sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir
ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur yang telah menjadi
pendukung dalam setiap kompetisi yang diikuti penulis.
2. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
3. Ibu Istijabatul Aliyah, ST, MT selaku dosen pembimbing, yang telah memberi banyak
sekali memberikan bantuan, perhatian dan arahan sampai terselesaikannya tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Soedwiwahjono MT selaku dosen pembimbing, yang telah memberi banyak
sekali memberikan bantuan, perhatian dan arahan sampai terselesaikannya tugas akhir ini.
5. Ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dan selalu memanjatkan
doa – doanya ketika penulis sedang menghadapi kesulitan serta adik-adik penulis yang
selalu memberikan keceriaan dan semangat untuk selalu mengejar cita-cita. Bule, Om dan
Budhe n Pakde yang mengajarkan banyak ilmu hidup. Terimakasih telah menjadi bagian
terindah dalam hidup penulis. AKU SAYANG KALIAN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
6. Ibu dan bapak dosen program studi Perencanaan Wilayah dan Kota dan jurusan Arsitektur
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.
7. Ibu Isti Andini ST, MT terimakasih telah banyak memberikan pengetahuan ketika penulis
sedang merasakan kebingungan pada saat mengerjakan tugas akhir.
8. Yusnita Aulia Nurani, ST. terimakasih banyak sudah menemani saya selama ini, mulai dari
pertama kali saya masuk kuliah sampai akhirnya SAYA LULUS. Terimakasih banyak atas
doa dan usahanya diwaktu sedih dan senang karena kamu selalu ada buat saya. Cukup saya
yang tau arti spesialnya kamu, aku sayang kamu beh.
9. Teman – Teman yang paling istimewa, My Best Friend Sulistyo Nugroho n Scholastica
Y.H yang selama ini saya anggap se-visi dalam hidup dan pemikiran, banyak pemikiran
brilian yang saya dapat dari kalian dan rahasia diantara kalian, ssstttt…cukup saya yang
tau. Begitu juga buat Pramudya, Ita, Muftia, Dhoni, Adri Agung, Eko Ardianto, Gian WC,
Dicky. Kalian semua sangat berharga buat saya dan ga akan pernah saya lupain kebaikan
kalian yang selalu ada disaat saya butuh, Best Friend Always.
10. My Gank Dewa-Dewi : Annas, Agastya, Galih, Ahmam, Apep, Aya, Era, Prima, Bu’e,
TM, Ida, Toni, Ibnu, Andon, Teo dan Rosalia. Makasih banyak sudah menjadi keluarga
baru saya selama saya merantau, beruntung bisa kenal kalian semua.
11. Teman – teman PWK 2008 Universitas Sebelas Maret.
Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan ilmu dan waktu yang dimiliki penulis. Akhir kata, penulis berharap, penelitian ini
dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan wilayah dan dapat menjadi referensi bagi
penelitian berikutnya yang lebih mendalam mengenai kesesuaian aglomerasi perkotaan Surakarta
sebagai metropolitan yang berkelanjutan. Tidak lupa, penulis mengharapkan saran yang
membangun demi perbaikan penulis.
Surakarta, Januari 2013
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................................ii
ABSTRAKSI..............................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................v
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .....................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................xi
DAFTAR PETA ........................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................xiii
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................xiv
Bab 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah Penelitian.................................................................................4
C. Tujuan dan Sasaran Penelitian ...............................................................................4
1. Tujuan .................................................................................................................4
2. Sasaran................................................................................................................5
D. Batasan Penelitian ....................................................................................................5
1. Batasan Substansial ...........................................................................................5
2. Batasan WIlayah ................................................................................................5
E. Manfaat Penelitian..................................................................................................6
1. Bagi Akademisi..................................................................................................6
2. Bagi Praktisi .......................................................................................................6
F. Sistematika Penulisan.............................................................................................6
Bab 2 TINJAUAN TEORI .......................................................................................................8
A. Gambaran Umum Pemulung .................................................................................8
1. Pemulung Merupakan Sektor Informal ............................................................9
2. Karakteristik Pemulung .....................................................................................11
3. Aktivitas Pemulung ...........................................................................................14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
B. Pengertian Permukiman .........................................................................................16
1. Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman..................................18
2. Kebutuhan dasar minimal suatu rumah ............................................................19
3. Karakteristik Permukiman Informal .................................................................20
4. Review Pola Permukiman .................................................................................25
C. Pengertian Sarana dan Prasarana ...........................................................................28
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana .....................................................................29
2. Akses Pemulung Terhadan Sarana dan Prasarana ...........................................31
3. Review Kebutuhan Sarana dan Prasarana ........................................................32
Bab 3 METODE PENELITIAN ..............................................................................................38
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................................38
B. Jenis Penelitian .......................................................................................................38
C. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................39
D. Konsep Penelitian ...................................................................................................44
E. Teknik Analisis .......................................................................................................48
Bab 4 KAJIAN WILAYAH STUDI ........................................................................................53
A. Lokasi dan Kawasan Studi .....................................................................................53
B. Sebaran dan Jangkauan Sarana Eksisting .............................................................54
C. Prasarana dan Utilitas Eksisting ............................................................................61
D. Karakteristik Pemulung..........................................................................................64
1. Klasifikasi Pemulung.........................................................................................64
2. Akivitas Pemulung.............................................................................................72
3. Karakteristik Hunian Pemulung........................................................................80
E. Upaya Pemerintah Kota dalam Pemenuhan Sarana dan Prasarana .....................85
1. Sikap Pemerintah ...............................................................................................85
2. Program Pemerintah ..........................................................................................87
F. Karakteristik Kebutuhan Sarana dan Prasarana Permukiman Pemulung ...........89
1. Karakteristik Kebutuhan minimum sarana dan prasarana bermukim
komunitas pemulung ........................................................................................89
2. Karakteristik kebutuhan minimum sarana dan prasarana bekerja
komunitas pemulung ........................................................................................91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
Bab 5 ANALISIS TINGKAT PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA
KOMUNITAS PEMULUN ...........................................................................................93
Bab 6 PENUTUP ......................................................................................................................114
A. Kesimpulan ........................................................................................................114
B. Saran ...................................................................................................................115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Sektor Informal dan Sektor Formal ........................................11
Tabel 2.2 Tabel Kebutuhan Sarana dan Prasarana Permukiman ........................................35
Tabel 2.3 Penyediaan Prasarana Permukiman .....................................................................37
Tabel 3.1 Tabel Kebutuhan Data ..........................................................................................42
Tabel 3.2 Tabel Variabel Penelitian .....................................................................................45
Tabel 3.3 Analisis Penelitian ................................................................................................51
Tabel 4.1 Luas tanah Menurut Penggunaanya .....................................................................54
Tabel 4.2 Jumlah Rumah di Kelurahan Pojok .....................................................................55
Tabel 4.3 Sarana Pendidikan di Kelurahan Pojok ...............................................................55
Tabel 4.4 Sebaran Sarana Peribadatan di Kelurahan Pojok ................................................58
Tabel 4.5 Data Jalan di Kelurahan Pojok Kota Kediri ........................................................62
Tabel 4.6 Sebaran Sumber air bersih di Kelurahan Pojok ..................................................63
Tabel 4.7 Pola keuangan komunitas pemulung di Kelurahan Pojok ..................................67
Tabel 4.8 Pendidikan komunitas pemulung di Kelurahan Pojok .......................................68
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Anak – Anak Komunitas Pemulung ..................................68
Tabel 4.10 Klasifikasi Komunitas Pemulung di Kelurahan Pojok .......................................69
Tabel 4.11 Keluhan kesehatan komunitas pemulung di Kelurahan Pojok...........................72
Tabel 4.12 Jumlah Pemulung Menurut Daerah Asal di Kelurahan Pojok ...........................73
Tabel 4.13 Penggunaan Sarana transportasi penunjang menurut klasifikasi
pekerjaan................................................................................................................78
Tabel 4.14 Rencana Program Pemerintah Kota Kediri .........................................................88
Tabel 4.15 Kebutuhan minimum sarana dan prasarana bermukim ......................................89
Tabel 4.16 Kebutuhan minimum sarana dan prasarana bekerja ...........................................91
Tabel 5.1 Analisis Tingkat Pemenuhan Sarana dan Prasarana Komunitas
Pemulung ...............................................................................................................94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe- tipe pola permukiman menurut Wiraatmaja .........................................26
Gambar 2.2 Tipe pola permukiman menurut Sri Narni ......................................................27
Gambar 2.3 Bentuk pola permukiman memusat.................................................................28
Gambar 3.1 Kerangka analisis .............................................................................................50
Gambar 4.1 Sebaran dan jangkauan pelayanan sarana pendidikan di Kelurahan
Pojok .................................................................................................................56
Gambar 4.2 Sebaran dan jangkauan pelayanan sarana kesehatan di Kelurahan
Pojok .................................................................................................................58
Gambar 4.3 Sebaran dan jangkauan pelayanan sarana peribadatan di Kelurahan Pojok .................................................................................................................59
Gambar 4.4 Sebaran dan gambaran sarana pariwisata, sarana pertahanan dan
kantor Kelurahan Pojok ...................................................................................60
Gambar 4.5 Sebaran dan gambaran sarana kebersihan dan sarana perdagangan dan jasa di Kelurahan Pojok ............................................................................61
Gambar 4.6 Gambaran Prasarana Jalan di Kelurahan Pojok .............................................62
Gambar 4.7 Gambaran Jaringan Listrik dan Telepon di Kelurahan Pojok .......................64
Gambar 4.8 Siklus pola pekerjaan pertama di kawasan penelitian....................................65
Gambar 4.9 Siklus pola pekerjaan kedua di kawasan penelitian .......................................65
Gambar 4.10 Siklus pola pekerjaan ketiga di kawasan penelitian .......................................66
Gambar 4.11 Diagram tingkat pendapatan menurut klasifikasi pekerjaan..........................69
Gambar 4.12 Diagram tingkat pengeluaran uang menurut klasifikasi pekerjaan ...............70
Gambar 4.13 Aktivitas sosial komunitas pemulung di Kelurahan Pojok ............................74
Gambar 4.14 Morfologi pola bermukim komunitas pemulung di Kelurahan Pojok ..........75
Gambar 4.15 Sarana transportasi pendukung komunitas pemulung di Kelurahan
Pojok .................................................................................................................95
Gambar 4.16 Interaksi Sosial Komunitas Pemulung ............................................................96
Gambar 4.17 Kondisi dan jenis bangunan di Permukiman Pemulung Kelurahan
Pojok .................................................................................................................97 Gambar 4.18 Peruntukan Hunian Pemulung di Kelurahan Pojok .......................................81
Gambar 4.19 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Bekerja Komunitas Pemulung .................93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR PETA
Peta 01 Peta Sebaran Permukiman Pemulung di Kelurahan Pojok ................................76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan kota–kota di Indonesia pada umumnya senantiasa menuai kompleksitas
permasalahan ketika dihadapkan pada proses penyusunan rencana tata ruang wilayah
(RTRW). Salah satu permasalahan yang mengemuka dalam beberapa dasawarsa terakhir
adalah kemunculan sektor informal yang sangat rumit pengendaliannya. Hal ini disebabkan
arus urbanisasi penduduk dari desa ke kota tidak terkendali sehingga mengakibatkan
peningkatan jumlah penduduk di suatu kota. Di Indonesia urbanisasi sering diidentikan
dengan migrasi ke kota karena realitanya memang hanya berupa perpindahan penduduk dari
desa ke kota tanpa disertai dengan perubahan sosial budaya maupun aktivitas ekonominya.
Migrasi yang demikian itu terjadi bukan karena terbukanya lapangan kerja oleh
perkembangan industri atau jasa melainkan karena ajakan kerabat atau menaruh harapan
bahwa kota akan memberikan sumber penghidupan yang lebih baik. Banyak diantara mereka
yang tidak mampu mencapai hal tersebut sehingga menciptakan lapangan kerjanya sendiri
yang kita sebut sektor informal (Kuswartojo, 2005).
Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi yang lebih
cenderung menyandarkan pada strategi pertumbuhan telah memberikan kesempatan yang
lebih besar pada kegiatan-kegiatan sektor ekonomi formal atau modern untuk berkembang
dan memberikan kontribusi yang terus meningkat pada Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Namun langkah dan strategi ini telah menimbulkan berbagai implikasi, salah
satunya adalah masalah kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah penduduk yang menggeluti
sektor ekonomi formal baru terasa pasca terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 lalu,
banyak sekali pekerja formal yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga
jumlah pengangguran meningkat. Hal ini mengakibatkan, masyarakat yang sebelumnya
bekerja di sektor formal banyak yang pindah ke sektor informal demi mempertahankan
hidupnya (Wirakartakusumah, 1998).
Bagi para pekerja informal, keberadaan ruang–ruang terbuka hijau di tengah kota yang
sebelumnya berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan dan taman bermain bagi anak – anak
merupakan alternatif bagi mereka untuk dijadikan sebagai tempat tinggal dan sarana untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
menjajakan barang daganganya. Hal ini juga terjadi pada kawasan pinggiran kota, misalnya
seperti di tempat – tempat pembuangan sampah, banyak diantara para pekerja informal yang
membangun rumah untuk bermukim sekaligus bekerja dengan cara mengambil sampah –
sampah yang sekiranya mampu dimanfaatkan kembali (Wirakartakusumah, 1998).
Pemulung merupakan salah satu contoh kegiatan sektor informal. Para pemulung
melakukan pengumpulan barang - barang bekas karena adanya permintaan dari para industri -
industri pendaur ulang bahan bekas. Adapun bahan-bahan bekas yang sering diminta biasanya
berupa plastik, kertas bekas, bahan bekas dari kaca, besi tua dan sebagainya. Dalam realitas di
masyarakat, keberadaan pemulung dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Disatu sisi,
profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja kepada pemulung itu sendiri ketika
pemerintah tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang sangat
membutuhkan pekerjaan. Keterbatasan akan pendidikan dan keterampilan, bukan menjadi
hambatan bagi para pemulung untuk berusaha. Namun di sisi lain, keberadaan pemulung
dianggap mengganggu kebersihan, keindahan, ketertiban, kenyamanan, dan keamanan
masyarakat. Seringkali mereka dipukuli atau diusir dari tempat mereka mencari nafkah, tanpa
memberikan solusi yang terbaik bagi mereka (Chandrakirana & Sadoko 1994).
Keberadaan pemulung biasanya membentuk suatu komunitas pada suatu kawasan yang
berada didalam suatu kota, walaupun keberadaanya kurang diperhitungkan akan tetapi
eksistensinya tetap ada di setiap kota meskipun secara spasial komunitas ini hanya mendapat
tempat di pinggiran kota karena keberadaanya memang sangat berbanding lurus dengan
keberadaan tempat pembuangan akhir sampah. Selain itu komunitas mereka juga dianggap
sebagai kaum marginal yang eksistensinya kurang diharapkan bagi beberapa komunitas
masyarakat kota karena sebagian masyarakat umum beranggapan bahwa perilaku mereka
yang terkadang mencerminkan perilaku kriminalitas seperti mencuri barang – barang bekas /
besi tua yang sudah usang. Namun ada juga sebagian masyarakat yang mengakui pentingnya
keberadaan pemulung, misalnya dengan mengelompokan barang – barang yang sekiranya
tidak dapat mereka gunakan lagi untuk diberikan kepada pemulung, selain itu karena tidak
semua kawasan permukiman memiliki petugas sampah yang mau mengambil sampah setiap
paginya sehingga bisa dengan cara membayar pemulung untuk mengangkut sampahnya.
Komunitas pemulung juga merupakan bagian dari komunitas yang berada didalam suatu
kota yang kebutuhan akan sarana permukiman juga harus terpenuhi, terutama bagi para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
pemulung yang secara administrasi dikatakan sah sebagai penduduk asli kota / atau kabupaten
tersebut, sehingga dari sisi perencanaan kota keberadaanya harus tetap diperhitungkan. Tri
Rismaharini / Walikota Surabaya menjelaskan pada dasarnya komunitas pemulung sama
halnya dengan masyarakat informal lainnya, mereka membentuk komunitas untuk tinggal di
suatu kawasan tertentu karena perbedaan persepsi antar sesama masyarakat menganggap
bahwa mata pencarian mereka tidak lazim (Republika, 16 september 2011). Aksesibilitas
mereka untuk mencapai sarana dan prasarana yang disediakan pemerintahpun terkesan
kurang memihak, sarana prasarana yang ada pada kawasan permukiman pemulung juga tidak
seperti kawasan permukiman formal yang akses terhadap sarana dan prasarana dapat
terpenuhi dengan mudah karena pemerintah mendukung kawasan permukiman formal hal ini
dibuktikan dengan adanya peraturan yang mengatur tentang ketersediaan sarana dan
prasarana di dalam permukiman formal didalam SNI.
Permukiman informal merupakan kumpulan perumahan yang dibangun dengan cara
perorangan dengan sistem kerja sederhana tanpa perorganisasian yang resmi dalam
penyediaan fasilitas lingkungan dan permukimannya. Lahan permukiman biasanya berupa
lahan kosong yang status kepemilikanya tidak jelas atau milik negara dengan fasilitas
lingkungan yang seadanya atau sudah diolah secara sederhana (Johan Silas, 1993).
Permukiman informal muncul karena aktivitas yang dilakukan oleh komunitas didalamnya
tidak bisa membuat para penghuninya berada di permukiman formal. Kondisi seperti ini dapat
dijumpai di permukiman pemulung, dimana para penghuninya melakukan aktivitas yang
jarang dijumpai di permukiman formal. Dari beberapa preseden yang ada komunitas
pemulung biasanya melakukan kegiatan pemilahan sampah disekitar rumahnya.
Penanganan penyediaan sarana dan prasarana perumahan yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta sepertinya belum mampu menyentuh sebagian besar masyarakat
kota yang tinggal di suatu kawasan, khusunya permukiman informal seperti permukiman
pemulung, karena banyak pihak yang beranggapan bahwa pemenuhan sarana dan prasarana
pada kawasan tersebut sangat rentan sekali akan terjadinya konflik sosial. Secara tidak
langsung penanganan sarana dan prasarana lebih mengkomersialkan perumahan sebagai
komoditi dagang sehingga harga rumah semakin tinggi dan semakin tidak terjangkau oleh
masyarakat yang bekerja di bidang ekonomi informal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
Pada permukiman pemulung khususnya di Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri yang memang jaraknya tidak jauh dari eksisting TPA Pojok, merupakan kawasan
permukiman pemulung dimana kurang terdapat sarana dan prasarana permukiman yang layak
seperti kondisi jalan yang rusak, belum adanya tempat penampungan barang bekas dan
pemilahan barang yang layak serta tidak tersedianya MCK umum. Harusnya hal – hal
semacam itu mampu disediakan oleh para stakeholder yang bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan komunitas pemulung terhadap sarana dan prasarana. Kurangnya sarana
dan prasana pendukung yang ada membuat komunitas ini menimbun barang barang yang
dihasilkan di teras depan rumahnya masing - masing. Peran pemerintah dalam memberikan
bantuan terutama dalam pemenuhan sarana dan prasarana terhadap komunitas pemulung juga
tidak seperti apa yang pemulung harapkan, minimnya perhatian menjadikan komunitas ini
membuat sarana penunjang yang mereka butuhkan secara swadaya namun tidak diimbangi
dengan perwatan, karena biaya perawatan sarana yang ada membutuhkan dana yang cukup
besar bagi komunitas ini, apalagi mayoritas dari komunitas ini selalu mendapatkan hasil yang
kurang menentu setiap harinya.
B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Bagaimanakah pemenuhan sarana dan prasarana pada permukiman pemulung di Kelurahan
Pojok Kecamatan Mojoroto Kota Kediri dalam memenuhi kebutuhan pemulung ?
C. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN
1. TUJUAN
a. Mengidentifikasi karakteristik komunitas pemulung dan permukiman pemulung yang ada
di Kelurahan Pojok Kota Kediri.
b. Mengidentifikasi upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah kota dalam
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana didalam permukiman informal bagi komunitas
pemulung.
c. Menemukenali karakteristik kebutuhan pemulung terhadap pemenuhan sarana dan
prasarana di permukiman pemulung yang ada di Kediri.
d. Menganalisis tingkat pemenuhan sarana dan prasarana permukiman yang ada dalam
permukiman pemulung di Kota Kediri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
2. SASARAN
a.1) Dikenalinya klasifikasi komunitas pemulung.
2) Dikenalinya aktivitas dari komunitas pemulung di Kelurahan Pojok Kota Kediri.
3) Dikenalinya karakteristik permukiman komunitas pemulung di Kelurahan Pojok Kota
Kediri.
b.1) Teridentifikasinya sikap pemerintah terhadap komunitas pemulung dalam memenuhi
kebutuhannya dalam penyediaan sarana dan prasarana.
2) Diketahuinya program pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana
permukiman bagi komunitas pemulung di Kota Kediri.
c.1) Dikenalinya karakteristik kebutuhan minimum komunitas pemulung terhadap
pemenuhan sarana dan prasarana permukiman dalam hal melakukan pekerjaan.
2. Dikenalinya karakteristik kebutuhan minimum komunitas pemulung terhadap
pemenuhan sarana dan prasarana permukiman dalam hal bermukim di Kediri.
d.1) Diketahuinya hasil analisis tingkat pemenuhan sarana dan prasarana permukiman
didalam komunitas pemulung menurut standart / regulasi yang ada.
2) Diketahuinya hasil analisis tingkat pemenuhan sarana dan prasarana menurut peran
dari komunitas pemulung di kota Kediri.
D. BATASAN PENELITIAN
1. Batasan Substansial
Batasan substansial pada penelitian ini yaitu analisis pemenuhan sarana dan prasarana pada
permukiman komunitas pemulung di Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.
Dengan mengetahui karakteristik pemulung, upaya yang dilakukan pemerintah kediri dalam
pemenuhan sarana dan prasarana permukiman, kebutuhan sarana dan prasarana komunitas
pemulung serta peran pemerintah dan pemulung dalam hal penyediaan sarana dan prasarana
permukiman.
2. Batasan Wilayah
Batasan wilayah pada penelitian ini merupakan permukiman pemulung yang secara
administratif berada di Kota Kediri tepatnya berada di Kelurahan Pojok Kecamatan
Mojoroto serta keberadaan pemulung sebagai warga asli dari Kota Kediri yang mempunyai
identitas diri berupa kartu tanda penduduk (KTP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi peneliti sehingga lebih
mengenali peran objek yang diteliti dalam komunitas perkotaan serta bagaimana cara
komunitas pemulung memenuhi kebutuhannya terhadap sarana dan prasarana dan upaya
pemerintah dalam mendukung eksistensi dari komunitas pemulung. Selain itu juga
diharapkan mampu memberikan khasanah ilmu pengetahuan dalam studi perencanaan
wilayah dan kota.
2. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam
menetapkan dan melaksanakan kebijakan tertentu serta membantu pemerintah dalam
merumuskan program terhadap komunitas pemulung yang lebih sesuai dengan kebutuhan
dalam rangka pemenuhan sarana dan prasarana di permukiman pemulung. Selain itu
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat
sehingga masyarakat dapat mengenali, menyadari dan mengakui keberadaan pemulung.
Kemudian, bagi LSM sebagai mitra yang biasa dekat dengan “kaum bawah” diharapkan
dapat menjadi rujukan dalam merancang program untuk pemulung, baik dengan program
berupa bantuan-bantuan materil ataupun immateril yang dapat meningkatkan kemandirian
dan menjembatani komunikasi antara pemulung dengan akademisi, pemerintah dan
masyarakat luas.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika Penulisan dalam penelitian “Analisis Pemenuhan Sarana dan Prasarana pada
permukiman pemulung di Kota Kediri adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada tahapan ini berisikan tentang : Latar Belakang, Rumusan Permasalahan,
Tujuan dan Sasaran Penelitian, Batasan Penelitian, Manfaat Penelitian dan
Sistematika Penulisan Laporan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada Tahapan ini berisikan tentang panduan dan teori yang terkait dengan
penelitian yang dikerjakan oleh peneliti yaitu analisis pemenuhan sarana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
prasarana pada permukiman komunitas pemulung di Kota Kediri. Pedoman dan
tinjauan teori yang ada dapat digunakan sebagai alat untuk acuan dan kontrol pada
bab analisis dalam penyusunan laporan penelitian tugas akhir.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah langkah sistmatis. Metodelogi adalah suatu pengkajian dalam
memperoleh peraturan – peraturan suatu metode. Prosedur membantu peneliti
dalam memberikan urutan – urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu
penelitian sedangkan teknik penelitian memberikan alat ukur apa saja yang
digunakan dalam suatu penelitian.
BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN STUDI
Data yang disajikan pada tahap ini disusun berdasarkan indikator penelitian yang
menjadi dasar dalam proses pembahasan sehingga mampu menjawab tujuan dan
sasaran penelitian. Data yang disajikan antara lain adalah karakteristik pemulung,
kebutuhan sarana dan prasarana pada permukiman pemulung di Kelurahan Pojok
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.
BAB V PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian yang mengemukakan mengenai analisis dan
pembahasan teoritis untuk memperoleh jawaban dari perumusan masalah. Dalam
tahapan ini kan dilakukan analisis mengenai pemenuhan sarana dan prasarana
permukiman pada komunitas pemulung di Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri. Hasil dari pembahasan ini diharapkan mampu menjawab rumusan
permasalahan yaitu pemenuhan sarana dan prasarana pada permukiman pemulung.
BAB VI PENUTUP
Penutup merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi kesimpulan dan
rekomendasi. Kesimpulan merupakan gambaran singkat hasil penelitian, baik
yang berkaitan tentang hal yang di temui di lapangan maupun hasil sintesis
pembahasan. Rekomendasi merupakan usulan dan masukan untuk penulis, objek
penelitian maupun untuk penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Gambaran Umum Pemulung
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu
seperti : plastik, kertas bekas, kaleng, dsb. untuk proses daur ulang. Secara umum hidup
Pemulung berpindah-pindah dari satu TPA (Tempat Pembuangan Akhir) ke TPA lain karena
lokasinya berada di berbagai tempat. Dimanapun lokasi Tempat Pembuangan Akhir berada
pemulung senantiasa mengikutinya dengan caranya sendiri. Gambaran tersebut juga terjadi
pada pemulung yang berada di pemukiman penduduk, sekitar stasiun dan pasar. Bagi
sebagian besar pemulung Tempat Pembuangan Akhir adalah "ladang" dalam
menggantungkan hidup sehari-hari. Alasan pemulung melakukan pekerjaan memulung
sasarannya sudah jelas dan tidak ada peluang untuk mendapatkan pekerjaan lain. Sebagian
besar pemulung cenderung lebih memilih bekerja disekitar TPA dari pada harus berjalan
jauh menuju rumah – rumah penduduk untuk mendapatkan nafkah. Hal ini juga menjadi
alasan untuk mengajak saudara, teman dan orang lain mengikuti jejak menjadi pemulung.
Pemulung berani tinggal di sebuah gubuk reot, berdinding kardus dan beratap plastik.
Walaupun tempat tinggalnya tidak layak namun kenyataannya para pemulung mampu
bertahan menghadapi berbagai masalah dalam kondisi apapun1.
Dinas Kebersihan Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1990) dalam Simanjuntak (2002)
memberikan kesepakatan cara pandang mengenai pemulung, yaitu:
a. Pemulung adalah bagian masyarakat atau Warga Negara Indonesia (WNI) yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945.
b. Pemulung adalah pelaku penting dalam proses daur ulang (recycling) sampah sebagai
salah satu bagian dalam penanganan sampah perkotaan maupun pedesaan.
c. Pemulung adalah salah satu pemelihara lingkungan hidup yang menyerap sebagian
sampah untuk dapat diolah menjadi barang yang berguna bagi masyarakat.
d. Pemulung adalah orang yang bekerja memunguti dan mengumpulkan sampah dan
memanfaatkan sampah-sampah tersebut untuk menambah penghasilan.
1 Dikutip dari Kajian model pengembangan usaha di kalangan pemulung oleh Deputi bidang pengkajian sumberdaya
UKMK Dr. Ir. Pariaman Sinaga MM. Jakarta.2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
Ada berbagai macam hal yang perlu diketahui tentang keberadaan pemulung di
perkotaan. Dalam bagian ini akan dijelaskan secara mendetail tentang kelompok sosial
pemulung, pemulung merupakan sektor informal, karakteristik pemulung, sudut pandang
masyarakat dan pemerintah terhadap pemulung.
1. Pemulung merupakan Sektor Informal
Konsep mengenai sektor informal mulai diperbincangkan semenjak penelitian yang
dilakukan oleh Keith Hart di Acra (Ghana) pada tahun 1971. Ia menyebut sektor informal ini
sebagai kegiatan ekonomi periperal yang mana sektor ini menyediakan pelayanan pokok
yang dibutuhkan dalam kehidupan kota. Menurut Hart, kesempatan dalam memperoleh
penghasilan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sektor formal, sektor informal sah, dan
sektor informal tidak sah. Namun karena sulitnya memberikan batasan antara sektor
informal yang sah dengan yang tidak sah, maka banyak peneliti yang cenderung hanya
menggunakan konsep sektor formal dan informal dalam memperoleh kesempatan bekerja
(Hart, 1985).
Sjahrir (1986) menyebutkan bahwa sektor informal sebagai unit kegiatan ekonomi
dengan skala usaha yang besar maupun kecil serta dapat memberikan peluang pada setiap
individu-individu untuk memaksimalisasi sumberdaya dan tenaga kerja yang ada dengan
biaya seminim mungkin. Sementara itu paradigma lainnya yang dikemukakan oleh Anis
Ananta dalam Muhyidin (2009:2), menyebutkan bahwa sektor informal sering dilihat
sebagai sektor sisa atau alternatif terakhir bagi pencari kerja, namun pekerja pada sektor
informal belum tentu terdiri dari orang yang putus asa dalam mencari pekerjaan di sektor
formal. Muzakir (2010:1) mengemukakan bahwa sektor informal merupakan salah satu
alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu
seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama
yang memudahkan tenaga kerja untuk memasuki sektor informal dan semakin mengukuhkan
kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja.
Hans-Dietr Evers (1991) dalam bukunya menyebutkan bahwa sektor informal sebagai
ekonomi bayangan atau ekonomi bawah tanah (underground economy) yang didefinisikan
sebagai kegiatan apa saja mulai dari kegiatan didalam rumah tangga, jual beli yang tidak
dilaporkan dinas pajak, wanita bekerja yang tidak dibayar, sampai dengan penggelapan
pajak, pekerja gelap, serta berbagai kegiatan perekonomian yang bertentangan dengan
praktik ekonomi legal. Tampaknya tidak ada batasan yang pasti untuk mendefinisikan sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
informal, karena hal ini tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakoninya. Namun secara
umum, batasan mengenai sektor informal dapat dilihat dari ciri-ciri sektor informal, berikut
ini untuk mempermudah mengenali bentuk wajah dari sektor informal, beberapa ahli
membuat generalisasi pencirian yang berbeda – beda dari suatu sektor informal. Beberapa
ciri sektor informal antara lain:
a. Seperti yang dimiliki oleh setengah penganggur, yaitu pada umumnya pelaku bekerja
sendiri tanpa bantuan orang lain atau bekerja dengan dibantu anggota rumah tangga
atau buruh tidak tetap, bekerja dengan jam kerja yang tidak teratur dan jumlah jam
yang jauh dari kewajaran atau di atas kewajaran, melakukan bermacammacam
kegiatan yang tidak sesuai dengan pendidikan atau keahliannya (Wirosarjono, 1982
dalam Damanhuri, 1983),
b. Skala usaha yang relatif kecil (dalam konteks ekonomi makro) dan kecenderungan
beroperasi di luar sistem regulasi (Sethurahman, 1985),
c. Untuk menopang aktifitasnya cenderung digunakan teknologi yang tepat guna dan
memiliki sifat yang padat karya (Subangun 1994: 53-54),
d. Tenaga kerja yang bekerja dalam aktivitas sektor ini umumnya terdidik atau terlatih
dalam pola – pola yang tidak resmi sehingga tidak membutuhkan keahlian khusus,
serta secara luwes dapat menyerap berbagai tingkat pendidikan ketenagakerjaan,
(Subangun 1994: 53-54),
e. Umumnya setiap satuan usaha memperkerjakan tenaga yang sedikit yang biasanya
dari lingkungan hubungan kekeluargaan, kenalan, atau berasal dari daerah yang sama,
(Subangun 1994 : 53-54)
f. Seluruh aktivitas dalam sektor ini berada diluar jalur yang diatur pemerintah sehingga
belum tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah (Subangun
1994 : 53-54),
g. Sektor yang tidak terproteksi dan tidak memiliki hubungan kerja kontrak jangka
panjang (Chandrakirana & Sadoko 1994),
h. Pada umumnya dilakukan untuk melayani golongan masyarakat yang berpenghasilan
rendah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Swasono, 1994),
i. Belum mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan, dan lain sebagainya
(Sukesi, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
Masih banyak ahli lain yang memaparkan ciri – ciri sektor informal seperti Hidayat
(1988), Bognasco (1990:161), Budiyono (1985: 26-29), Roberts (1985), Gershuny dan Phal
(1980 : 7), Swasno (1994), Departemen Tenaga Kerja RI (1985: 1-2) yang semua
definisinya tidak jauh berbeda dengan deskripsi diatas. Untuk mengetahui lebih dalam lagi
ciri – ciri sektor informal maka berikut ini adalah perbedaan antara sektor formal dengan
sektor informal :
Tabel 2.1 Perbedaan antara sektor formal dan informal
No Karakteristik Sektor Formal Sektor Informal 1 Teknologi Capital Intensive Labour Intensive 2 Organisasi Birokratis Hubungan Kekeluargaan 3 Waktu Kerja Teratur Tidak teratur 4 Modal Berlebih Cenderung pas-pasan /
kurang 5 Upah Kerja Teratur Tidak Teratur 6 Kualitas Barang Berkualitas Tidak Berkualitas 7 Harga Pas Cenderung bisa negosiasi 8 Sistim Pinjaman Dari bank atau institusi
yang sama dengan bank. Pribadi dan bukan bank
9 Keuntungan Tinggi Menengah kebawah 10 Hubungan dengan mitra Secara formal Secara Pribadi 11 Promosi / Iklan Penting Kurang Penting 12 Pemanfaatan barang bekas Tidak berguna Berguna 13 Modal Tambahan Indispensable Dispansable 14 Peran Pemerintah Besar Hampir tidak tau 15 Ketergantungan Terhadap
dunia luar (Ekspor) Besar Kecil
Sumber : Gery (1987)
Merujuk dari beberapa sumber data dan pernyataan diatas yang dirumuskan oleh para ahli
maka dapat teridentifikasi bahwa pemulung juga merupakan bagian dari sektor informal.
2. Karakteristik Pemulung
Pemahaman posisi pelaku-pelaku sektor informal dalam struktur yang lebih luas, hanya
dapat diperoleh dengan menggali dinamika yang berlaku spesifik pada suatu bidang usaha
tertentu (Chandrakirana & Sadoko 1994). Dalam hal ini, pelaku sektor informal yang dikaji
adalah pemulung. Menurut Nelson (1991) dalam Pramuwito (1992), pemulung dibatasi
sebagai seorang atau sekelompok manusia yang penghidupannya diperoleh dari mencari atau
mengumpulkan barang-barang bekas yang telah terbuang di tempat pembuangan sampah
sebagai “barang dagangan”.
Wurdjinem, (2001) dalam bukunya Interaksi Sosial dan Strategi Survival Para Pekerja
Sektor Informal merumuskan pemulung adalah bentuk aktivitas dalam mengumpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
bahan-bahan bekas yang masih bisa dimanfaatkan (daur ulang). Aktivitas tersebut terbagi ke
dalam tiga klasifikasi diantaranya, agen, pengepul, dan pemulung. Definisi dari pengepul
adalah orang yang mempunyai modal atau dukungan modal untuk membeli beberapa jenis,
atau satu jenis barang bekas dari pemulung. Jasa lapak selain sebagai pembeli tetap adalah ia
menanggung sarana transportasi untuk mengambil barang bekas dari pemukiman liar,
sehingga para pemulung yang menjadi anak buahnya tidak perlu menanggung biaya
angkutan sementara Agen merupakan pelaku industri daur ulang yang bahan bakunya
berasal dari sampah yang sudah dipilah oleh pemulung.2
Faktor yang menentukan seseorang bekerja sebagai pemulung antara lain adalah
tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan aksesbilitas dalam bidang pekerjaan juga
rendah, disamping itu cakrawala pemikiran relatif sempit. Pendidikan rendah merupakan
salah satu ciri penduduk miskin (Wurdjinem, 2001). Selain itu, modal yang dimiliki sangat
terbatas, sehingga sarana yang digunakan oleh para pemulung sangat sederhana yaitu karung
plastik dan gancu untuk menyungkit sampah atau barang bekas. Pada umumnya pendapatan
para pemulung jika diakumulasi kurang lebih dibawah Rp. 200.000/bulan (Wurdjinem,
2001). Pada umumnya tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi hasil pendapatan yang
diperoleh seperti penelitian yang dikemukakan Sinaga (2008:127) bahwa “semakin tinggi
tingkat pendidikan, maka semakin tinggi peluang kerja sehingga semakin tinggi pendapatan
dan status sosialnya”. Sehingga dapat diasumsikan bahwa pendapatan pemulung rata – rata
berpenghasilan rendah karena tingkat pendidikan yang rendah.
Pilihan bekerja sebagai pemulung merupakan alternatif utama bagi para migran yang
ingin bekerja namun tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai walaupun
dipandang sebelah mata, profesi ini masih tetap diminati karena kemudahan akses para
migran untuk diterima bekerja. Beberapa faktor lainnya adalah:
a. Tidak memerlukan keahlian tertentu (Sjahrir, 1986). Hanya dengan modal tenaga, para
pekerja di sektor informal sudah dapat menghasilkan sesuatu. Sebagai contoh
pekerjaan memulung. Menurut keterangan seorang pemulung karena sumberdaya
manusianya rendah, usaha yang paling mudah mendapatkan uang adalah memulung.
Pekerjaan tersebut tidak memerlukan pemikiran yang berat, asalkan tidak malu, dapat
dipastikan mendapatkan uang (Permanasari, 2003).
2 Dikutip dari Jurnal Pemanfaatan Daur Ulang Limbah P lastik Dan Logam sebagai Sumber Pembuatan Peraga
Pendidikan Inovatif dalam Rangka Peningkatan Pendapatan masyarakat Pemulung Di Desa Jatisarono Kulonprogo oleh Sugi Rahayu, Diyah Purwaningsih dan Pujianto. 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
b. Tidak memerlukan persyaratan atas tingkat pendidikan tertentu. Menurut penelitian
dari Simanjuntak (2002), secara keseluruhan para pemulung di Bantar Gebang
mengenyam pendidikan sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP), yaitu sebesar 14,5 %, tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar 73,6 %, tidak tamat
SD sebesar 19,6 %, dan sisanya tidak sekolah sebesar 4 %. Pemulung di Luar Bantar
Gebang paling banyak merupakan tamatan dari Sekolah Dasar yaitu sebesar 43,75 %,
tidak pernah sekolah 27 %, tidak tamat SD 18, 75 %, pemulung yang menyelesaikan
SLTP 8,33 % dan yang tamat Sekolah Menengah Umum (SMU) sebesar 2,0 %.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemulung yang bekerja di sektor ini pada
umumnya berpendidikan rendah. Dengan demikian dapat dipahami bila para pemulung
sulit untuk diterima di sektor formal karena memiliki tingkat pendidikan yang sangat
rendah.
Upah kerja para pemulung didasarkan atas jumlah dalam bentuk berat kertas dan
kardus bekas serta barang lain yang dikumpulkan. Menurut hasil penelitian Sinaga (2008;58)
bahwa ‘pemulung tidak independen dalam menentukan harga, bahkan dapat dikatakan untuk
membeli pembeli yang terbaikpun tidak bisa. Pemulung harus menyetor penghasilannya
kepada penadah/lapak hanya Rp 500,00/kg dengan hasil yang didapat kurang lebih 30-40
kg/hari atau dengan kata lain pendapatan pemulung berkisar antara Rp15.000 – Rp 20.000”.
Perolehan bahan daur ulang yang dihasilkan oleh pemulung tidak tentu setiap harinya
sehingga pendapatan mereka bersifat fluktuatif.3
Rendahnya tingkat pendapatan membuat pemulung menguras otak untuk mengatur
pengeluaran keuangannya agar mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Menurut Azhari
(2009:698-699) menjelaskan bahwa diperkirakan pendapatan rata – rata pemulung mencapai
Rp 300.000 / bulan. Pengeluaran harian pemulung digunakan untuk keperluan makan, air
minum, rokok, dan lain-lain. Pengeluaran rata – rata pemulung kurang dari Rp 50.000/hari”.
Rendahnya pendapatan dari para pemulung tidak sesuai dengan pengeluaran untuk
kebutuhan pokok. Dari hasil penelitian dalam Azhari (2009:67) untuk mempertahankan
hidup, para pemulung terkadang meminjam uang kepada tetangganya untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari. Namun jika mereka mampu mendapatkan kelebihan uang mereka
3 Dikutip dari penelitian “Profil Pemulung Sampah d i Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur Kelurahan
Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon” oleh Moch. Maulana Hidayat, 2012. Universitas Pendidikan Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
akan menyimpan uang itu untuk keperluan mendadak, jika sewaktu waktu ada keperluan
mendesak.
Kemudian jika dilihat dari kondisi kesehatan pada komunitas pemulung, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi
pada Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang menyebutkan :
v Sebanyak 40 % derajat keasaman air sudah diambang batas. v Sebanyak 95 % ditemukan bakteri e-coli air tanah (bakteri yang dapat menyumbat
saluran nafas).
v Sebanyak 35 % tercemar salmonella (virus penyebab thypus).
v Sebanyak 34 % hasil foto rontgen ditemukan penduduk positif menderita TBC.
v Sebanyak 99 % mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) serta 6 % penduduk mengalami tukak lambung.
Sementara itu penyakit yang ada pada Tempat Pembuangan Akhir Sumur Batu antara lain :
v ISPA, penyakit yang dibawa virus/bakteri yang berasal dari udara yang realtif kotor.
v Alergi Kulit,bisa indogen atau endogen sebagai akibat kualitas air dan lingkungan.
v Infeksi Paru – Paru (TBC).
v Infeksi Kulit, Muntaber yang diakibatkan dari pencemaran air pada saat musim
penghujan. Serta Pusing Kepala dan Flu.
3. Aktivitas Pemulung
Pada umumnya, profesi pemulung ini lebih banyak dilakukan oleh masyarakat miskin,
hampir secara keseluruhan para pemulung merupakan migran yang berasal dari pedesaan
(Simanjuntak, 2002). Latar belakang yang menyebabkan para pemulung memilih pekerjaan
ini dikarenakan mereka tidak mempunyai modal baik dalam pendidikan / keahlian mapun
modal seperti uang, hal yang dibutuhkan hanyalah tenaga dan kemauan untuk memulung
barang barang daur ulang. Pemulung tidak hanya melakukan pekerjaan memulung barang –
barang bekas, tetapi ada juga yang memiliki pekerjaan lain dengan karakteristik pekerjaan
yang hampir sama dengan memulung misalnya sebagai tukang semir sepatu, kuli bangunan,
tukang cuci dan lain - lain (Aisyah Ameriani,2006 : 58 - 60).
Dalam melakukan aktivitasnnya komunitas pemulung mempunyai peralatan ‘khusus’
untuk melakukan aktivitasnya misalnya karung, gancu, gerobak, dan lain sebagainya
peralatan tersebut digunakan oleh pemulung supaya memudahkanya dalam mendapatkan
barang – barang daur ulang, demikian pula dengan lapak dan agen yang memiliki fasiitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
pendukung seperti truk atau mobil pick up untuk menjual barang barang bekas yang sudah
didapati oleh para pemulung kepada industri daur ulang.4
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Aisyah Ameriani,2006 : 60-61) dijelaskan
bahwa keberadaan pemulung pada suatu kawasan dibuktikan dengan dimilikinya Kartu
Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga pada setiap pemulung. Hal ini bertujuan agar apabila
terjadi suatu hal yang tidak diinginkan seperti sakit atau meninggal dunia, pemerintah
setempat dapat memberikan bantuan kepada pemulung yang membutuhkan. Namun
kepemilikan Kartu Tanda penduduk dan Kartu Keluarga tidak berjalan dengan baik
khususnya bagi para pemulung yang merupakan warga pendatang, mereka cukup kesulitan
untuk mendapatkan syarat administrasi pokok tersebut, karena banyak yang beranggapan
bahwa untuk mendapatkan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga di lingkungannya
pemulung harus mengeluarkan uang sebesar Rp 50.000 – Rp 250.000 serta melalui birokrasi
yang rumit. Hal ini sudah pasti memberatkan mereka yang latar belakangnya memiliki
penghasilan yang rendah. Bagi beberapa pemulung yang berasal dari luar daerah kawasan
dari pada harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 50.000 – Rp 250.000 untuk keperluan
mengurus syarat administrasi lebih baik mereka mengirimkan uang yang mereka miliki
kepada sanak saudara mereka yang ada di kampung halaman, seperti yang dikemukakan oleh
Sutarji (2009:125-126) bahwa ‘pemulung pulang kampung ke daerah asalnya untuk
menengok atau sekedar membawakan oleh – oleh dan mengirimkan uang untuk keluarga
yang ditinggalkan pada saat pemulung melakukan mobilitas.
Dilihat dari kondisi sosialnya Simanjuntak (2002) memaparkan bahwa pada umumnya,
profesi pemulung lebih banyak digeluti oleh laki-laki. Laki-laki menempati posisi yang
terbesar yaitu sebanyak 93,6 % sedangkan sisanya 6,4 % adalah pemulung wanita. Pemulung
di luar Bantar Gebang pun didominasi oleh laki-laki yaitu sebesar 91%, sedangkan sisanya
8,33 % adalah pemulung wanita. Dilihat dari segi usianya, para pemulung rata-rata termasuk
pada angkatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar usia pemulung di Bantar
Gebang merupakan tenaga kerja usia produktif yang usianya kurang dari 40 tahun.
persentase terbesar (41,2 %) berada pada selang usia 21 tahun - 30 tahun, kemudian diikuti
pemulung dengan usia dibawah 20 tahun sebesar 35,6 %, usia 31 tahun - 40 tahun sebesar
18,4 % dan sisanya adalah pemulung yang usianya 40 tahun ke atas sebesar 4,8 %. Pada
pemulung yang berada di luar Bantar Gebang, usia terbesar berada pada selang 31 tahun - 40
4 Dikutip dari penelitian “Manusia Gerobag” Oleh lembaga Penelitian Smeru. 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
tahun sebesar 33,3 %, kemudian diikuti oleh pemulung dengan kelompok usia 21 - 30 tahun
sebesar 31,25 %. Usia pemulung di atas 40 tahun sebesar 22,9 % dan sisanya pemulung
dengan usia dibawah 20 tahun sebesar 12,5 %.
Untuk mengetahui dan mendalami interaksi sosial pada komunitas pemulung dapat
diamati dari pola komunikasi. Dengan memahami interaksi sosial pada komunitas pemulung
akan membantu para penyusun kebijakan dalam merancang program pemberdayaan
kelompok pemulung secara lebih baik bahkan dapat mengurangi resistensi dari mereka. Pola
komunikasi dari komunitas pemulung menurut penelitian dari Aisyah Ameriani (2006:75-
83) menjelaskan bahwa hampir sebagian besar komunitas pemulung cukup sering
melakukan pertemuan baik dengan sesama pemulung maupun pemulung dengan lapaknya.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas permasalahan – permasalahan yang ada di
sekitar permukimannya. Sedangkan komunikasi yang terjalin antara komunitas pemulung
dengan pemerintah setempat terbilang kurang baik, karena tidak terjalin komunikasi dua
arah secara intensif. Pemulung beranggapan hanya bertemu pemerintah jika ada keperluan
saja terutama terkait dengan administrasi, sedangkan pemerintah beranggapan pemulung
hanya komunitas yang bekerja diwilayahnya jika tidak mengganggu dan bekerja secara
wajar pemerintah tidak mempermasalahkan keberadaanya.
B. Pengertian Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pembangunan
kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan
pelaksanaan yang bertahap. (UU No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman).
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal dari
kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human
settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau
kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan
pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman
memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya
di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Dengan demikian perumahan dan
pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya,
pada hakekatnya saling melengkapi (Kurniasih, 2007).
Menurut Sinulingga (1999:187), permukiman adalah gabungan 4 elemen
pembentuknya (lahan, prasarana, rumah dan fasilitas umum) dimana lahan adalah lokasi
untuk permukiman. Kondisi tanah mempengaruhi harga rumah, didukung prasarana
permukiman berupa jalan lokal, drainase, air kotor, air bersih, listrik dan telepon, serta
fasilitas umum yang mendukung rumah.
Dalam membangun suatu kawasan permukiman pada dasarnya mempertimbangkan
beberapa aspek guna menunjang keberlangsungan hidup masyarakat yang tinggal di kawasan
permukiman tersebut, seperti : Aspek Lokasi (Untuk menetapkan lokasi daerah permukiman
yang baik dalam artian bebas dari bahaya bencana alam, mudah mendapatkan sumber air
bersih, kondisi tanah baik dan relatif datar, tidak dekat dengan kawasan industry,dll ). Aspek
Kesehatan (Setiap rumah terbangun wajib memperhatikan aspek ini, karena diharapkan
rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi juga dapat memberikan perlindungan
terhadap penularan penyakit dan pencemaran yang meliputi tersedianya penyediaan air
bersih yang memenuhi persyaratan, adanya fasilitas pembuangan air kotor, tersedianya
fasilitas untuk menyimpan makanan, terhindar dari serangga atau hama-hama lain yang
mungkin dapat berperan dalam penyebaran penyakit, dan sebagainya). Aspek Ekonomi
(Aspek ini meliputi pertimbangan terhadap kemampuan ekonomi calon penghuninya dalam
membeli atau menyewa rumah sehingga pembangunan rumah sesuai dengan kelompok
sasaran yang dituju). Aspek teknologi (Aspek ini meliputi pertimbangan terhadap pengadaan
material sebagai aplikasi fisik bangunan dan penerapan pada struktur dan konstruksi
bangunan yang akan digunakan nantinya, sehingga mampu memberikan kenyamanan bagi
para penghuninya kelak). Permukiman pada umumnya terbagi menjadi dua yaitu
permukiman formal dan permukiman informal, jika dilihat kembali dari penjabaran tinjauan
teori sebelumnya yang menyatakan bahwa pemulung merupakan sektor informal yang
mempunyai pendapatan yang rendah maka kemungkinan besar pemulung tinggal di
permukiman informal.
1. Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Memiliki rumah yang layak huni adalah hak setiap warga Negara tanpa terkecuali yang
telah diamanatkan oleh UUD 1945 maupun aturan Perundang-undangan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28 H Ayat 1 menyatakan dengan lugas ”Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. UU No. 39 Tahun 1999
Pasal 40 menyebutkan “Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan
yang layak”. PP No. 38 Tahun 2007 Pasal 7 Ayat 2 menyatakan “Perumahan sebagai salah
satu urusan wajib bagi pemerintahan Daerah (Kab/Kota berkaitan dengan pelayanan dasar).
Berdasarkan UUD 1945 maupun UU No. 39 Tahun 1999 serta PP No. 38 Tahun 2007 jelas
sekali bahwa Pemerintah Pusat maupun daerah harus bertanggungjawab atas terpenuhinya
kebutuhan rumah bagi setiap warganya ataupun masyarakat nya
Menurut UU nomor 1 Tahun 2011, Untuk mewujudkan rumah yang layak dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur, maka pembangunan rumah atau perumahan
wajib mengikuti persyaratan teknis, ekologis, dan administratif serta wajib melakukan
pemantauan dan pengelolaan lingkungan.
v Persyaratan teknis berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan bangunan, dan
keandalan sarana serta prasarana lingkungannya.
v Persyaratan ekologis berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara
lingkungan buatan dengan lingkungan alam maupun dengan sosial budaya, termasuk
nilai-nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan.
v Persyaratan administratif berkaitan dengan pemberian izin usaha, izin lokasi, dan izin
mendirikan bangunan serta pemberian hak atas tanah.
Pemantauan lingkungan bertujuan untuk mengetahui dampak negatif yang terjadi
selama pelaksanaan pembangunan rumah atau perumahan, sedangkan pengelolaan
lingkungan bertujuan untuk dapat mengambil tindakan koreksi bila terjadi dampak negatif
dari pembangunan rumah atau perumahan.
Menurut UU nomor 5 tahun 1990, untuk mewujudkan rumah yang layak huni
khususnya di kawasan permukiman informal diperlukan adanya peremajaan kawasan
misalnya, dengan cara dilakukan pembongkaran rumah secara sebagian atau keseluruhan
yang berada diatas tanah milik negara dan ditempat yang sama di bangun sarana dan
prasarana yang sesuai dengan RTRK. Tujuan dari peremajaan ini pada dasarnya adalah
pertama, untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, kedua kota tertata lebih
baik sesuai dengan fungsinya didalam RTRK, ketiga mendorong pembangunan yang lebih
efisien dalam pembangunan rumah susun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
Elemen dasar yang digunakan sebagai acuan untuk mencapai tujuan permukiman yang
ideal, antara lain kombinasi antara alam, manusia, bangunan, masyarakat dan sarana
prasarana. Adapun elemen dasar lingkungan perumahan menurut Dirjen Cipta Karya,
seluruhnya secara garis besar dapat dikelompokkan dalam sarana dan prasarana fisik, yaitu
antara lain :
v Jalan Lingkungan v Penyediaan air bersih
v Jalan Setapak v Pengumpulan dan pembuangan sampah
v Sistem drainase v Fasilitas penyehatan lingkungan (MCK)
2. Kebutuhan Dasar Minimal Suatu Rumah
Menurut Turner (1976), ada beberapa Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya
menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Beberapa aspek dasar
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan permukiman adalah :
v Lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat yang dapat memberikan pekerjaan
v Memiliki status kepemilikan lahan dan rumah
v Bentuk dan kualitas bangunan rumah yang memenuhi standart
v Harga rumah yang dapat terjangkau oleh pendapatan.
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam
rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi,
kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per
orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m.
Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapathidup sehat, dan menjalankan
kegiatan hidup sehari-hari secara layak.
Menurut Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor:
403/Kpts/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat,
kebutuhan dasar minimal suatu rumah adalah sebagai berikut :
v Atap yang rapat dan tidak bocor
v Lantai yang kering dan mudah dibersihkan
v Penyediaan air bersih yang cukup
v Pembuangan air kotor yang baik dan memenuhi persyaratan kesehatan
v Pencahayaan alami yang cukup
v Udara bersih yang cukup melalui pengaturan sirkulasi udara sesuai dengan
kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
Untuk menentukan luas minimum rata rata perpetakan tanah didasarkan pada faktor
faktor kehidupan manusia (faktor alam dan faktor bangunan) serta aktivitas yang dilakukan
setap harinya. Menurut SNI 03-1733-2004 luasan lantai per orang dapat dihitung dengan
rumusan sebagai berikut : L =
Berdasarkan kegiatan yang terjadi di dalam rumah hunian, yaitu tidur, makan
memasak, mandi, duduk - duduk, dan kebutuhan udara segar per orang dewasa per jam 16
m2 – 24 m2 dan per anak anak per jam 8 -12 m2 , dengan pergantian udara dalam ruang
sebanyak banyaknya dua kali perjam dan tinggi plafon rata rata 2,5 m maka luas kebutuhan
lantai per orang adalah L dewasa = = , = 9.8 2 L anak = = , = 4,8 2
Jadi dapat disimpulkan bahwa luas lantai standart untuk orang dewasa dalam
penyediaan hunian sebesar 9,8 m2 sedangkan untuk anak – anak sebesar 4,8 m2.
3. Karakteristik Permukiman informal
Menurut UN-Habitat PBB, (1996) pengertian permukiman informal didefinisikan
sebagai suatu kawasan dimana didalamnya terdapat komunitas yang membangun
sekelompok unit rumah diatas tanah yang tidak memiliki keabsahan secara hukum dengan
tujuan untuk bermukim dan membina keluarga.
Banyak beberapa ahli yang menyatakan bahwa permukiman informal merupakan
nama lain dari permukiman kumuh (slum settlement), permukiman tidak resmi
(unauthorized settlement), dan permukiman yang tidak terencana atau terkontrol
(unplanned or uncontroled settlement). Hal ini dikarenakan masyarakat yang menghuni
kawasan permukiman ini mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah yang biasanya
memiliki tingkat kualitas hidup yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan tempat tinggalnya seperti kondisi perumahan yang buruk, terlalu padatnya
penduduk, fasilitas lingkungan yang kurang memadai, tingkah laku masyarakat yang
menyimpang, budaya kumuh dari para penghuninya, terisolasinya kawasan tersebut, begitu
Keterangan : L = luas lantai hunian per orang U = Kebutuhan udara segar (m3) Tp = Tinggi Plafon rumah
Keterangan : L = luas lantai hunian per orang U = Kebutuhan udara segar (m3) Tp = Tinggi Plafon rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
yang diungkapkan oleh Clinard (dalam Kurniasih 1968 : 9). Latar belakang tumbuhnya
permukiman informal menurut Komarudin (1999 : 105) adalah :
a. Tingginya tingkat urbanisasi
Urbanisasi merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan persoalannya harus didekati
dari berbagai sudut, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, serta dari sudut dan dari
sudut religi, serta keamanan jiwa dan harta.
b. Para pendatang umumnya berpendidikan rendah
Kurangnya pengetahuan dan pendidikan dari sebagian besar kaum urban, membuat
para kaum urban tidak mendapatkan pekerjaan yang semestinya didambakan bahkan
mungkin sama sekali tidak mendapatkan pekerjaan karena persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan di kota sangant ketat. Dengan keadaan seperti itu membuat
kondisi para kaum urban semakin terpuruk sehingga membangun tempat untuk
bermukim di tempat – tempat yang tidak diperuntukan sebagai tempat tinggal.
c. Pengawasan Pemerintah kurang ketat
Pengawasan atas tanah yang kurang ketat dari para stakeholder merupakan salah satu
dampak dari tumbuhnya permukiman informal di kota. Ruang kosong yang semestinya
dibangun sebagai sarana penunjang dari aktivitas suatu kota, misalnya taman atau
hutan kota justru malah digunakan para kaum urban sebagai tempat tinggal.
d. Kurangnya Pengetahuan atas Hukum
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran hukum dari para penghuni permukiman
informal membuat rumah dibangun seenaknya tanpa mencari tahu akibat dari apa yang
telah dilakukanya bahwa akan berakibat pada kemerosotan lingkungan.
e. Keterbatasan penghasilan
Penghasilan yang sangat kecil membuat kemampuan penghuni permukiman informal
untuk membeli rumah sebagai tempat tinggal hanyalah sebuah harapan yang sangat
kecil terpenuhi apalagi lahan di kota harganya sangat tinggi sekali.
f. Keterbatasan lahan
Lahan merupakan sumberdaya alam yang sagat berharga terutama di kawasan
perkotaan, dimana lahan merupakan salah satu komponen pokok pembangunan fisik di
kawasan perkotaan yang sedianya kebutuhan lahan semakin terbatas akibat kebutuhan
pembangunan yang semakin meningkat terus menerus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
Keberadaan permukiman informal dapat di asumsikan sangat erat sekali dengan
kekumuhan yang ada didalamnya, sehingga menurut Luthfi (1997 : 16-21)
mengklasifikasikan kekumuhan yang ada di permukiman informal dari segi fisik atau
kondisi bangunan :
a. Kumuh Permanen
Permukiman informal dengan tingkat kekumuhan permanen dapat ditandai dengan
beberapa kondisi lingkungan permukiman sebagai berikut :
1) Kondisi bangunan buruk, status kepemilikan rumah dan tanah adalah milik sendiri.
2) Tingkat penghasilan masyarakat rendah.
3) Rata – rata kondisi bangunan rumah non permanen.
4) Kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggal didalamnya cukup tinggi, tata
letak bangunan yang tidak teratur serta tidak layak huni.
5) Keberadaan sarana dan prasarana penunjang permukiman (Jalan, air bersih,
jaringan drainase, MCK, Sistem persampahan,dll) masih kurang, bahkan tidak ada
sama sekali, serta Kondisi lingkungan sekitarnya kotor dan jorok.
b. Kumuh Semi Permanen
Permukiman informal dengan tingkat kekumuhan semi permanen dapat ditandai
dengan beberapa kondisi lingkungan permukiman sebagai berikut :
1) Kondisi bangunan buruk serta status kepemilikan rumah dan tanah adalah berstatus
sewa atau menumpang milik keluarga.
2) Rata – rata kondisi bangunan rumah non permanen dan/atau semi permanen.
3) Kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggal didalamnya cukup tinggi, tata
letak bangunan yang kurang teratur.
4) Keberadaan sarana dan prasarana penunjang permukiman (Jalan, air bersih,
jaringan drainase, MCK, Sistem persampahan,dll) masih kurang, meskipun ada tapi
masih belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat yang tinggal (dibawah
standart) serta Kondisi lingkungan sekitarnya kotor dan jorok.
c. Kumuh Liar
Permukiman informal dengan tingkat kekumuhan yang liar (squater) dapat ditandai
dengan beberapa kondisi lingkungan permukiman sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
1) Kondisi Bangunan sangat buruk jika melihat kondisi fisiknya nampak seperti ingin
rubuh serta status kepemilikan rumah dan tanah berstatus tidak sah biasanya berada
di tanah negara atau milik orang lain.
2) Rata – rata kondisi bangunan rumah non permanen terkadang terbuat dari triplek
atau kardus sebagai dinding bangunan.
3) Kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggal didalamnya sangat tinggi, tata
letak bangunan yang tidak teratur serta tidak layak huni.
4) Keberadaan sarana dan prasarana penunjang permukiman (Jalan, air bersih,
jaringan drainase, MCK, Sistem persampahan,dll) masih kurang, bahkan tidak ada
sama sekali serta Kondisi lingkungan sekitarnya kotor dan jorok.
Secara umum Karakteristik permukiman informal yaitu tidak memadainya kondisi
sarana dan prasarana dasar seperti suplai air bersih, jalan,drainase, jaringan sanitasi, listrik,
sekolah, pusat pelayanan kesehatan, ruang terbuka,pasar dan sebaginya. Bahkan hampir
sebagian besar rumah tangga di lingkungan permukiman kumuh ini mampunyai akses yang
sangat terbatas terhadap pelayanan sarana dan prasarana dasar tersebut, Mulyawan (2010).
Biasanya permukiman ini dikatakan ilegal karena berada di daerah yang peruntukan
lahanya bukan digunakan sebagai permukiman penduduk.
Permukiman informal sering kali disebut sebagai permukiman kampung kota karena
banyak dihuni oleh orang-orang dengan pekerjaan yang bergerak di bidang informal serta
biasanya terletak di pinggiran kota, walaupun tidak menutup kemungkinan permukiman ini
berada di tengah kota. Lingkungan permukiman informal sebagai suatu lingkungan fisik
arsitektural sering digambarkan sebagai lingkungan yang miskin, tidak teratur, dan terkesan
kumuh yang mengancan kesehatan bagi para penghuninya. Hal itu terjadi, karena
permukiman ini seringkali tidak tersentuh pola kebijakan tata ruang kota, sehingga akses
masyarakat terhadap kepentingannya kurang terakomodasi. Di sisi lain kesadaran
masyarakat dan latar belakang masyarakat setemoat sendiri seringkali kurang memahami
pentingnya lingkungan permukiman yang berkualitas, baik secara fisik maupun sosial
(Daldjoeni, 2003: 198). Ciri-ciri permukiman informal Menurut Wiryomartono (1999) lebih
sering disorot karena dianggap menimbulkan permasalahan bagi kawasan kota antara lain :
a. Tingginya kepadatan penduduk menyebabkan kurangnya ruang untuk fungsi sosial Hal
ini mengakibatkan rendahnya ketersediaan ruang terbuka bagi sarana berinteraksi antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
warga. Akibatnya tidak jarang fasilitas umum beralih fungsi menjadi pendukung fungsi
sosial yang diperlukan masyarakat.
b. Tingkat ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang rendah.
Kurangnya fasilitas sosial karena kepadatan penduduk yang tinggi mengakibatkan
diversifikasi fungsi gang/jalan di kampung kota yang sekaligus menjadi tempat untuk
meletakkan properti dan tempat bersosialisasi warga masyarakat. misalnya tidak jarang
masyarakat menjadikan gang sebagai dapur pribadi.
c. Kurangnya infrastruktur
Tingginya kepadatan bangunan di permukiman informal tidak jarang mengakibatkan
minimnya lahan yang tersedia bagi jaringan infrastruktur. Kondisi ini merupakan salah
satu ciri rendahnya kualitas suatu lingkungan permukiman informal.
d. Tataguna lahan yang tidak teratur
Pemanfaatan lahan hendaknya direalisasikan sesuai rencana peruntukannya. Hal ini
merupakan strategi untuk mencapai keteraturan tata guna lahan. Pemanfaatan lahan
secara tidak teratur dapat mengakibatkan tumpang tindihnya fungsi lahan yang pada
akhirnya akan mempengaruhi keberlanjutan fungsi ruang secara luas.
e. Kondisi rumah yang kurang sehat Hunian yang kurang memadai mengakibatkan
kondisi yang tidak sehat bagi penghuninya. Jendela-jendela tidak lagi berfungsi
sebagai bukaan untuk memasukkan sinar matahai dan udara ke dalam hunian tetapi
beralih fungsi sebagai tempat jemuran karena hunian tidak lagi memiliki lahan kosong.
Sebagai suatu komunitas, permukiman informal dapat mempertahankan kelestariannya
karena berinteraksi dengan struktur bagian kota lainnya dengan fungsi-fungsi spesifik yang
terdapat di dalamnya. Kampung kota berfungsi sebagai perantara kehidupankota dengan
keluarga yang hidup di kampung, yang dilakukan antara lain dengan pertukaran sumber
daya antara komunitas dengan masyarakat kota pada umumnya. Menurut Wiryomartono
(1999) Sebagai sub-sistem dari kota, permukiman informal dengan sifat komunitasnya
adalah :
a. Sistem perantara antara makro sistem masyarakat dengan mikro sistem keluarga,
b. Terdiri dari penduduk yang dapat diidentifikasi dengan jelas, karena memiliki rasa
kebersamaan dan kesadaran sebagai warga suatu kesatuan,
c. Mengembangkan dan memiliki suatu keteraturan sosial dan spatial, yang ditumbuhkan
dari komunitas itu sendiri (disamping ketentuan oleh kota),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
d. Menunjukkan differensiasi dalam fungsi-fungsi, sehingga bukan merupakan wilayah
hunian saja namun di dalamnya terdapat warung, bengkel, salon, dsb.
e. Menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih luas melalui pertukaran SDA.
f. Menciptakan dan memelihara berbagai bentuk organisasi dan kelembagaan, yang
akhirnya memenuhi kebutuhan makrosistem masyarakat dan mikrosistem keluarga.
Permukiman informal pada sekarang ini banyak dihuni oleh masyarakat dengan
penghasilan tidak tetap atau lebih tepatnya berpenghasilan menengah kebawah. Karena
memang keberadaan penghuni permukiman informal sepertinya kurang diperhatiakan oleh
para pemangku kepentingan.
4. Review Pola Permukiman
Norberg Schulz dalam Sasongko (2002:117) menyatakan bahwa hubungan antara
masyarakat dengan lingkungan akan membentuk organisasi ruang yang di dalamnya
mengandung makna komposisi elemen-elemen pembentuk ruang dengan batasan tertentu.
Komposisi ruang ini menunjukkan suatu pola tertentu seperti square, rectangle, circle,
atau oval. Setiap pola ini bukan hanya menunjukkan tatanan saja, akan tetapi juga
memiliki rangka struktur pembentuk ruang dan di dalamnya mengandung makna centres
dan axes.
Wiriaatmadja (1981:23-25) didalam bukunya menjelaskan tentang pola spasial
permukiman, antara lain :
a. Pola permukiman dengan cara tersebar berjauhan satu sama lain, terutama terjadi
dalam daerah yang baru dibuka. Hal ini disebabkan karena belum ada jalan besar,
sedangkan orang-orangnya mempunyai sebidang tanah yang selama suatu masa
tertentu harus diusahakan secara terus-menerus.
b. Pola permukiman dengan cara berkumpul dalam sebuah kampung/desa, memanjang
mengikuti jalan lalu lintas (jalan darat/sungai), sedangkan tanah garapan berada di
belakangnya.
c. Pola permukiman dengan cara terkumpul dalam sebuah kampung/desa, sedangkan
tanah garapan berada di luar kampung.
d. Berkumpul dan tersusun melingkar mengikuti jalan. Pola permukiman dengan cara
berkumpul dalam sebuah kampung/desa, mengikuti jalan yang melingkar, sedangkan
tanah garapan berada di belakangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
Gambar 2.1 Tipe Tipe Pola Permukiman Sumber : Wiraatmaja (1981)
Sedangkan Sri Narni dalam Mulyati (1995), memiliki sudut pandang sendiri terkait
dengan bentuk pola permukiman, antara lain:
a. Pola permukiman memanjang (linier satu sisi) di sepanjang jalan baik di sisi kiri
maupun di sisi kanan saja.
b. Pola permukiman sejajar (linier dua sisi) merupakan permukiman yang memanjang di
sepanjang jalan.
c. Pola permukiman cul de sac merupakan permukiman yang tumbuh di tengah - tengah
jalan melingkar.
d. Pola permukiman mengantong merupakan permukiman yang tumbuh di daerah seperti
kantong yang dibentuk oleh jalan yang memagarinya.
e. Pola permukiman curvalinier merupakan permukiman yang tumbuh di daerah sebelah
kiri dan kanan jalan yang membentuk kurva.
f. Pola permukiman melingkar merupakan permukiman yang tumbuh mengelilingi ruang
terbuka kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
Gambar 2.2 Tipe Tipe Pola Permukiman Sumber : Sri Narni dalam Mulyati (1995)
Leibo dalam Tulistyantoro (1990) menyebutkan “…. desa-desa yang terdapat di Pulau
Jawa pada umumnya berpolakan seperti The Scattered Farmstead Community dan The
Cluster Village, sedangkan pola The Line Village berada atau banyak terdapat di daerah
Sulawesi dan Kalimantan”. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kondisi geografis yang
menunjang untuk terjadi pola permukiman yang seperti ini. Selain itu pendapat Yudono
Pribadi dalam Tulistyantoro (1990) membagi pola tersebut, antara lain : bentuk linear;
bentuk radial; bentuk desa yang mengelilingi lapangan / alun alun; bentuk desa pantai
(tersebar memanjang atau terkonsentrasi). Pertimbangan ini didasarkan pada
pengelompokan rumah-rumah yang terdapat dalam suatu kompleks permukiman yang
berindikator pada mata pencarian, ekologi dan bangunan pusat.
Pola-pola yang demikian ini pada umumnya terjadi karena sarana yang ada, kemudian
timbul permukiman-permukiman tersebut, seperti misalnya pola yang mengikuti sungai
adalah pola yang terbentuk karena sungai tersebut. Menurut Jayadinata (1999:61-65),
permukiman di perdesaan secara umum terbagi menjadi dua, antara lain :
a. Permukiman memusat, yaitu yang rumahnya mengelompok (agglomerated rural
settlement) dan merupakan dukuh atau dusun (hamlet) yang terdiri atas puluhan
bahkan ratusan rumah. Di sekitar kampung atau dusun terdapat tanah bagi pertanian,
perikanan, peternakan, pertambangan, kehutanan, tempat penduduk bekerja sehari-hari
untuk mencari nafkahnya. Dalam perkembangannya, suatu kampung dapat mencapai
berbagai bentuk, tergantung kepada keadaan fisik dan sosial. Perkampungan pertanian
umumnya mendekati bentuk bujur sangkar. Beberapa pola permukiman memusat
terlihat pada Gambar 2.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
b. Permukiman terpencar, yaitu rumahnya terpencar menyendiri (disseminated rural
settlement) terdapat di Negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan
sebagainya. Perkampungan terpencar di negara itu hanya terdiri atas farmstead, yaitu
sebuah rumah petani yang terpencil tetapi lengkap dengan gudang alat mesin,
penggilingan gandum, lumbung, kandang ternak. Kadang-kadang terdapat homestead,
yaitu rumah terpencil.
Gambar 2.3 Bentuk Pola Permukiman memusat Sumber : jayadinata (1999:61-65)
C. Pengertian Sarana dan Prasarana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:880) Sarana adalah fasilitas penunjang
yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan
budaya dalam mencapai maksud dan tujuan. Prasarana lingkungan pemukiman merupakan
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya (Grigg,1988). Jaringan Primer prasarana lingkungan adalah
jaringan utama (jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan
pematusan air hujan, jaringan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan sebagainya) yang
menghubungkan antar kawasan permukiman atau antar kawasan permukiman dengan
kawasanlain yang di gunakan untuk kepentingan umum. Jaringan sekunder prasarana
lingkungan adalah jaringan cabang dari jaringan primer prasarana lingkungan yang melayani
kebutuhan dalam satu kesatuan lingkungan permukiman (Kementrian PU).
Hal senada juga dikemukakan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
(CBUM, 2002) yang mendifinisikan prasarana dan sarana sebagai suatu bangunan dasar
yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama
Keterangan : a. Permukiman memusat di permukiman jalan b. Permukiman memusat di sepanjang jalan c. Permukiman memusat bujur sangkar
Keterangan : d. Permukiman memusat belokan jalan e. Pengembangan permukiman memusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
dalam suatu ruang yang terbatas agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat
bergerak dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat
dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya.
Fungsi prasarana sendiri adalah untuk melayani dan mendorong terwujudnya
permukiman dan lingkungannya agar dapat berperan sesuai dengan fungsinya. Untuk
memperbaiki dan mengembangkan lingkungan membutuhkan keseimbangan antara tingkat
pelayanan yang ingin diwujudkan dengan tingkat kebutuhan dari masyarakat pengguna dan
pemanfaat prasarana dalam suatu wilayah/kawasan pada suatu waktu tertentu.
Keseimbangan diantara keduanya akan mengoptimalkan pemakaian sumber daya yang
terbatas (Diwiryo, 1996:1).
Sarana yang terdapat pada permukiman pada umumnya cukup banyak mulai dari
sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana perdagangan dan jasa serta
sarana pemerintahan / pelayanan umum kemudian untuk menunjang sarana permukiman
tersebut, diperlukan prasarana penting seperti sumber air bersih, pengelolaan sampah rumah
tangga, pengelolaan air limbah dan jaringan drainase, serta perawatan jaringan aksesibilitas
guna menjangkau semua sarana dan prasarana permukiman.
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana Permukiman
Joko Sujarto, 2005 menyatakan bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan
diselenggarakan secara berencana dan terpadu dengan memperhatikan rencana umum tata
ruang, pertumbuhan penduduk, lingkungan permukiman, lingkungan usaha dan lingkungan
kerja, serta kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial lainnya agar terwujud pengelolaan
perkotaan yang efisien dan tercipta lingkungan sehat, rapi, aman dan nyaman. Perhatian
khusus perlu diberikan pada peningkatan sarana dan prasarana umum yang layak.
Beragamnya dinamika dan kegiatan masyarakat perkotaan, membutuhkan sarana dan
prasarana penunjang yang memadai agar tercipta suatu lingkungan yang mampu
memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi masyarakatnya dalam menjalani kegiatannya
(Rukmana (1993:7). Senada dengan hal tersebut, Komarudin (1997:92) mengungkapkan
bahwa penyediaan sarana dan prasarana permukiman mempunyai tujuan, yaitu :
a. Meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat dan martabat
masyarakat penghuni permukiman yang sehat dan teratur.
b. Mewujudkan kawasan kota yang ditata secara lebih baik sesuai dengan fungsinya
sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang kota yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
c. Mendorong penggunaan tanah yang lebih efisien dengan pembangunan rumah susun,
meningkatkan tertib bangunan, memudahkan penyediaan prasarana dan fasilitas
lingkungan permukiman yang diperlukan serta mengurangi kesenjangan kesejahteraan
penghuni dari berbagai kawasan di daerah perkotaan.
Tujuan penyediaan sarana dan prasarana dari pengertian diatas pada dasarnya adalah
untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dalam bermasyarakat dengan
memanfaatkan prasarana yang ada secara optimal sesuai dengan fungsinya.
Penyediaan sarana dan prasarana di permukiman memang memiliki peran yang sangat
penting dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan dan persatuan
bangsa terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi di antara
kelompok masyarakat serta mengikat dan menghubungkan antarwilayah (Suseno,2000).
Menurut Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dalam petunjuk
teknis perencanaan pembangunan dan pengelolaan bidang prasarana lingkungan
permukiman perkotaan dan pedesaan, 1999 bahwa terdapat 4 (empat) prasarana permukiman
dasar yang sangat penting, yaitu :
a. Sumber Air Bersih c. Jaringan Air Limbah
b. Persampahan d. Jaringan Drainase
Kemudian jika menurut Aroroar Revi dan Munish Dube dalam makalahnya yang
berjudul Indicators for urban enviromental services in luckhow-process and method,
mengatakan bahwa terdapat 6 (enam) prasarana permukiman yang sangat penting dan
menjadi indikator dalam kesejahteraan, yaitu :
a. Water Supply / Pasokan Air Bersih
b. Sewerage / Jaringan Air Limbah
c. Sanitation / Jaringan Sanitasi
d. Drainage / Jaringan Drainase
e. Solid Waste Management / Sistem persampahan
f. Electricity / Jaringan listrik
Oleh karena itu, Pemerintah sebagai pengambil keputusan memang menjadi aktor
dalam penyediaan sarana dan prasarana di kawasan permukiman di perkotaan, hal tersebut
merupakan salah satu kewajiban pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah seperti
yang tertulis dalam undang – undang pasal 47 nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman yang menyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
a. Pembangunan sarana, prasarana, dan utilitas umum dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
b. Pembangunan sarana, prasarana dan utilitas umum wajib dilakukan sesuai rencana,
rancangan, dan perizinan.
c. Pembangunan sarana, prasarana, dan jaringan utilitas umum perumahan harus
memenuhi persyaratan :
v Kesesuaian antara kapasitas pelayanan dengan jumlah rumah
v Keterpaduan antara sarana, prasarana utilitas umum dengan lingkungan hunian.
v Standart teknis pembangunan sarana, prasarana dan utilitas umum.
d. Sarana, prasarana, dan utilitas umum yang telah selesai dibangun oleh setiap pihak
harus diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan
perundangan.
Kemudian Menurut Undang-Undang No.26/2007 tentang Penataan Ruang
mengisyaratkan, agar setiap daerah / kota menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
sebagai pedoman dalam pemanfaatan ruang bagi setiap kegiatan pembangunan. Rencana
Tata Ruang (RTR) merupakan rencana pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan yang
disusun untuk menjaga keserasian dan keselarasan pembangunan antar masing-masing
sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program-program pembangunan
perkotaan jangka panjang. Fungsi RTR adalah untuk menjaga konsistensi perkembangan
kawasan baik perkotaan ataupun perdesaan dengan strategi nasional dan arahan RTRW
Provinsi dalam jangka panjang, menciptakan keserasian perkembangan kota dengan wilayah
sekitarnya, serta menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah. Muatan RTR
meliputi tujuan, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan, dan
upaya-upaya pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan fungsional
perkotaan, dan kawasan tertentu, serta pedoman pengendalian pembangunan Kawasan.
2. Akses Pemulung Terhadap Sarana dan Prasarana
Pemulung termasuk dalam kategori kaum yang dimarjinalkan karena status sosialnya,
dengan status tersebut sudah pasti kehidupan mereka dibawah garis kemiskinan (Moch.
Maulana Hidayat,2012). Susanto dalam Sinaga (2008:45-47) menjelaskan bahwa ‘kehidupan
kaum marjinal di perkotaan terus merosot, baik kualitas kesehatanya maupun kehidupan
sosial mereka yang terus terhimpit jauh dibawah garis kemiskinan’. Secara umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
permasalahan fisik bangunan yang terjadi pada komuninitas pemulung sebagai kaum
marjinal antara lain :
a. Ukuran bangunan rumah yang sempit tidak sesuai dengan standart sebagai bangunan
yang layak huni.
b. Jarak antar rumah yang terlalu rapat anatara satu rumah dengan rumah lainnya
sehingga rawan terjadinya bencana kebakaran.
c. Prasarana jalan yang sempit, tidak sesuai dengan standart yang ada.
d. Tidak tersedianya jaringan drainase dan sanitasi yang layak.
e. Kurangnya suplai air bersih dan jaringan listrik yang tidak beraturan.
Menurut Santosa (2011:3) Gambaran menyedihkan masyarakat miskin kota adalah
tingkat ekonomi yang rendah, akses terhadap fasilitas kesehatan lemah, kesulitan memenuhi
kebutuhan pokok, pekerjaan tidak tetap mengakibatkan hutang yang menumpuk, sering
berpindah pindah lokasi dan terkadang diusir oleh aparat yang berwajib. Santosa (2011:9)
juga beranggapan bahwa masyarakat miskin perkotaan kesulitan dalam mengakses beberapa
hal penting yang sangat mereka butuhkan antara lain : kebutuhan gizi yang ideal, kesehatan
ibu anak dan balita, pendidikan dasar, aksesibilitas terhadap air bersih dan kebutuhan
sanitasi pada lingkungan permukiman yang kumuh.
Sehingga Santosa (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kehidupan kaum
miskin atau kaum marjinal di perkotaan ternyata mengalami nasib yang kurang baik karena
banyaknya kesulitan dalam mengakses sarana dan prasarana perkotaan. Masalah utamanya
bertitik tolak dari status pekerjaan mereka yang dianggap rendah sehingga memiliki
pendapatan yang sangat minim untuk mencukupi kebutuhan terhadap sarana dan prasarana
perkotaan yang dianggap mahal, seperti biaya berobat untuk kesehatan,biaya pendidikan,
biaya kebutuhan rumah (meliputi listrik dan air bersih), dan lain sebagainya.
3. Review Kebutuhan Sarana dan Prasarana Permukiman
Dasar penyediaan sarana dan prasarana permukiman untuk melayani setiap unit
pemerintahan baik yang informal (RT dan RW) maupun yang formal (kelurahan dan
Kecamatan) dan bukan didasarkan semata – mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani
oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan sarana dan prasarana ini juga mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan unit-unit / kelompok lingkungan yang ada, tentunya hal ini
terkait dengan bentuk bangunan / peruntukan blok yang nantinya terbentuk sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan suatu fasilitas sarana
permukiman mempertimbangkan jangkauan radius area pelayanan terkait dengan kebutuhan
dasar sarana yang harus dipenuhi terhadap pelayanan area tertentu.
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh Andrew Cotton dan Richard Franceys pada
masyarakat berpenghasilan rendah di berbagai negara berkembang bahwa terdapat 7 (tujuh)
aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman yaitu :
a. Ground Preparation, yaitu penyediaan pondasi untuk konstruksi bangunan rumah yang
bertujuan sebagai perlindungan bagi lahan yang rawan bencana baik bencana banjir
maupun bencana pergerakan tanah / tanah longsor pada lereng bukit.
b. Drainage, yaitu memberikan keleluasaan bagi air hujan dan air buangan rumah tangga
untuk mengalir cepat sehingga tidak menimbulkan terjadinya genangan di suatu
tempat. Teknik penanganan jaringan drainase dipengaruhi oleh kondisi topografi suatu
kawasan, semakin terjal kondisi topografi semakin mudah untuk membuat jaringan
drainase dengan mengandalkan grafitasi, namun untuk daerah dengan topografi yang
terlalu terjal, drainase juga menjadi masalah karena aliran air terlalu deras, sehingga
perlu dilakukan berbagai upaya untuk menurunkan kecepatan aliran air. Sedangkan
pada kondisi topografi landai cukup sulit untuk menentukan arah buangan sehingga
terkadang membutuhkan pompa untuk mengalirkan air. Faktor penting lainnya dalam
menentukan sistem drainase adalah curah hujan dan luas daerah tangkapan (catchment
area). Tingkat kejenuhan air dalam tanah juga mempengaruhi porositas tanah dalam
perannya mengalirkan tanah dari permukaan.
c. Acces and Road, yaitu penetapan lahan dengan jelas pada batas batasnya yang
digunakan sebagai rule, akses, garis sempadan dan jalur kendaraan darurat guna
mendukung atau memudahkan aktivitas yang terjadi pada suatu kawasan.
d. Water Suply, merupakan prioritas utama dalam penyediaan prasarana permukiman. Hal
penting dalam penyediaan air bersih adalah jumlah yang layak sehingga mampu
mencukupi kebutuhan dasar, kualitas air bersih, aksesibilitasi dan reabilitas air. Dalam
teknis pengelolaan sumber air bersih terdapat dua faktor penting antara lain :
v Sumber air bersih : sumber air yang tidak terlindungi, sumber air dari luar site,
sumber air tanah pada site dan air hujan.
v Distribusi air bersih : Communal Supply, individual house supply dan water
vendors.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
e. Sanitation yaitu sebagai wadah untuk memindahkan dan membuang limbah manusia
yang merupakan komponen penting dari kesehatan lingkungan. Masalah sanitasi
berkenaan dengan upaya penyehatan lingkungan didalam rumah ditekankan pada
masalah penyediaan kamar mandi dan WC (jamban) yang memenuhi syarat. Prinsip
utama dalam masalah sanitasi adalah bagaimana agar air buangan dari kamar mandi
dan WC tersebut tidak mencemari secara langsung pada sumber air bersih. Oleh karena
itu dihasilkan berbagai macam sistem sanitasi yang dikembangkan untuk menjaga
kesehatan dari bahaya penyakit menular yang dibawa oleh bibit penyakit pada air
buangan tersebut.
f. Solid Waste Management, upaya pengelolaan sampah yang menjamin dengan pasti
bahwa sampah padat dari permukiman sudah dikumpulkan untuk direduksi terlebih
dahulu kemudian dibuang dan ditangani dengan benar. Upaya pengelolaan sampah
pada umumnya mengacu pada konsep 3R yaitu :
v Recycle, yaitu kegatan mendaur ulang sampah tertentu untuk dibuat menjadi barang
tertentu yang mempunyai nilai ekonomis.
v Reuse, yaitu prinsip menggunakan kembali barang yang masih bisa dipakai untuk
keperluan lain
v Reduce, yaitu kegiatan untuk mengurangi timbunan sampah yang ada sebagai upaya
penanganan awal.
g. Power Suply, pemenuhan utama untuk sumber energi listrik sangat erat hunbunganya
dengan lokasi suatu rumah. Listrik yang dihasilkan biasanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan seperti : Penerangan (baik didalam rumah maupun di luar /
koridor jalan rumah), menjalankan alat elektronik, menghangatkan kondisi rumah
(untuk negara empat musim) serta mendinginkan suhu rumah (untuk negara tropis).
Dalam proses penyaluran energi listrik ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan, antara lain :
v Daya yang dibutuhkan secara keseluruhan dalam satu rumah
v Spesifikasi alat elektronik yang digunakan harus disesuaikan dengan daya yang ada.
v Posisi tiang listrik terhadap bangunan rumah, harus diukur sesuai dengan standart
keamanan yang ada.
Selain itu ada regulasi lain yang umumnya digunakan sebagai indikator untuk
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman, Dalam SNI 03-1733-2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
dinyatakan bahwa pemenuhan sarana dan prasarana permukiman memiliki lingkup area
tertentu mulai dari RW hingga kecamatan bahkan mencapai skala kota / kabupaten.
a. Pemenuhan Sarana Permukiman
Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pada permukiman pemulung yang
ada di Kota Kediri khususnya di Kelurahan Pojok maka dirumuskan bahwa pemenuhan
sarana prasarana permukiman yang ada paling tidak mengacu pada penyediaan di unit
RW (SNI 03-1733-2004), berikut ini adalah sarana dan prasarana permukiman yang
diharapkan ada di dalam permukiman permulung di Kelurahan Pojok yang sesuai dengan
standart pemenuhan sarana dan prasarana permukiman dalam unit RW.
Tabel 2.2 Kebutuhan Sarana Permukiman (unit RW/2500 jiwa penduduk)
No Jenis
Sarana Sarana
Kebutuhan per satuan sarana
Standart (m2/jiwa)
Kriteria pemenuhan
Luas lantai minimum
( 2)
Luas lahan minimum
( 2)
Radius Pencapaian
Lokasi & pe nyelesaian
1
Pemerintahan &Pelayanan
Umum
Balai Pertemuan warga
150 300 0.12 Ditengah kelompok bangunan warga, ataupun d iakses keluar / masuk dari kelompok bangunan, dapat terintegrasi dengan bangunan sarana yang lain.
2 Pos Kamling 6 12 0.06 500 (m2)
3 Gardu listrik 20 30 0.012 500 (m2)
Lokasi bangunannya harus disesuaikan dengan tingkat keamanan dan kenyamanan sekitar.
4
Telpon umum & kotak bis surat
30 0.012 500 (m2)
Lokasinya disebar pada titik titik strategis atau disekitar pusat lingkungan
5 Parkir umum
100 0.04
Dialokasikan dapat melayani kebutuhan bangunan kebudayaan dan rekreasi lain. Atau balai pertemuan warga.
6
Sarana Pendid ikan
Taman Kanak Kanak
216 (termasuk
rumah penjaga sekolah)
500 0.28 500 (m2) Ditengah kelompok warga, tidak menyebrang jalan raya, bergabung dengan taman sehingga terjadi pengelompokan kegiatan.
7 Sekolah dasar 633 2000 1.28 1000 (m2)
8 Taman bacaan 72 150 0.09 1000 (m2)
Bangunan pelengkap, dapat digabung dengan sarana pendidikan lain .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
No Jenis
Sarana Sarana
Kebutuhan per satuan sarana
Standart (m2/jiwa)
Kriteria pemenuhan
Luas lantai minimum
( 2)
Luas lahan minimum
( 2)
Radius Pencapaian
Lokasi & pe nyelesaian
9 Sarana
Kesehatan
Posyandu 36 60 0.048 500 (m2)
Dapat bergabung dengan balai warga atau hunian masyarakat
10 Balai pengobatan warga
150 300 0.12 1000 (m2) Dapat bergabung dengan balai warga
11
Sarana Peribadatan
Mushola 45 100 0.36 100 (m2)
Ditengah kelompok hunian warga, atau dapat digabung dengan bagungnan lainnya.
12 Masjid warga 300 600 0.24 1000 (m2)
Ditengah kelompok hunian warga, tidak menyebrang jalan raya.
13 Tempat peribadatan lain
Tergabung dalam
kekerabatan / hierarki lembaga
Tergabung dalam
kekerabatan / hierarki lembaga
Tergabung dalam
kekerabatan /
hierarki lembaga
14 Sarana
Perdagangan dan Jasa
Toko / Warung makan
50 100 0.4 300 (m2)
Dapat bergabung dengan sarana lain, ditengah kelompok hunian warga.
15
Sarana ruang terbuka &
taman rekreas i
Taman / tempat bermain
- 1250 0.5 1000 (m2) Di pusat kegiatan lingkungan
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang tatacaran penataan lingkungan perumahan di perkotaaan.
b. Pemenuhan Prasarana / Utilitas
Dalam memenuhi kebutuhan permukiman penduduk tidak hanya memeperhatikan
kebutuhan akan sarananya saja tetapi juga prasarana pendukung seperti jalan, drainase,
jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan persampahan, serta jaringan listrik dan
telepon. Dalam merencanakan kebutuhan prasarana permukiman terutama jalan tidak
lupa memperhatikan fungsi jalan yaitu sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat. Untuk kebutuhan jaringan jalan yang berada di dalam lingkup rw berupa jalan
lingkungan dan jalan lokal dengan ukuran jalan lingkungan (1,2 m – 2 m) dan untuk
jalan lokal (3m - 7m).
Kebutuhan Jaringan drainase yang mana memiliki fungsi sebagai penghubung air
kedalam resapan buatan pada permukiman penduduk. Ketersediaan jaringan air bersih
merupakan syarat wajib bagi setiap rumah didalam kawasan permukiman, sumber
penyediaan air bersih pada permukiman penduduk berasal dari sumur artesis ataupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
dari perusahaan air bersih baik yang disediakan untuk individu maupun publik.
Kebutuhan publik terhadap air bersih disediakan dengan cara pembuatan kran komunal,
jaringan pipa, serta hydran air yang berfungsi untuk menanggulangi kebakaran. Suatu
lingkungan permukiman penduduk juga harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air
limbah, bentuk sistem pengelolaan air limbah di perkotaan yaitu ; septictank, resapan /
biophori, jaringan pemipaan air limbah. Apabila dalam suatu permukiman penduduk
tidak memungkinkan untuk pembuatan septictank, maka lingkungan tersebut harus
dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan / dapat disambung dengan
sistem pembuangan air limbah kota.
Penyediaan sarana persampahan harus terintegrasi dan diperhatikan kebutuhannya
terhadap pemukiman mulai dari penyediaan gerobak sampah, tong sampah, bak sampah
(TPS RW), TPS kelurahan, dan TPA (tempat pembuangan akhir).
Pemasangan seluruh jaringan instalasi listrik dan telepon di dalam lingkungan
permukiman dan perumahan penduduk juga harus terintegrasi berdasarkan peraturan –
peraturan yang berlaku seperti peraturan umum instalasi listrik (PUIL), kebijakan PLN
setempat, peraturan lain yang masih digunakan (AVE). Berikut ini adalah tabel
penyediaan Prasarana permukiman penduduk perkotaan sesuai dengan standart :
Tabel 2.3 Penyediaan prasarana permukiman (unit rw / 2500 jiwa).
No Jenis Penyediaan Jangkauan pelayanan
Standart pemenuhan
(jiwa) Kriteria
1 Pipa – Pipa Penyalur Air bersih Kota - Rumah penduduk
Seluruh penduduk Kota
Bisa digunakan untuk penduduk kota
2 Kran umum 100 m 250 jiwa (30 liter / orang /hari)
Bisa digunakan lingkup RT - RW
3 Hydrant umum 100 m – 200 m - - 4 Tong Sampah (individu) - 5 jiwa Setiap individu
wajib memilikinya
5 Bak Sampah TPS Dimensi 2m2 – 6 m2 2500 jiwa Diakses masyarakat dalam unit RW
6 Daya Listrik Semua rumah di kawasan perkotaan.
450 VA/jiwa -
Sumber : SNI 03-1733-2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti secara umum menggunakan
pendekatan penelitian Kualitatif yang didukung dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
penelitian ini dipilih dengan maksud untuk menjelaskan temuan data baik data sosial, data
ekonomi yang ada di kalangan masyarakat pemulung terhadap tingat pemenuhan sarana dan
prasarana permukiman komunitas pemulung serta mencari tahu program penyediaan sarana
dan prasarana permukiman yang berasal dari pemerintah secara deskriptif.
Sesuai dengan namanya, deskriptif bertujuan untuk menganalisis sampai dengan taraf
memaparkan sesuatu yang diteliti dan menyajikan fakta secara sistemik sehingga dapat lebih
mudah untuk dipahami dan dimaknai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
yang benar mengenai objek atau fenomena yang diteliti secara utuh.
Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data yang digunakan belum ada pola yang
jelas sehingga belum ada panduan atau prosedur baku yang pasti. Hal ini memungkinkan
peneliti untuk menganalisis data berdasarkan tingkat intelektual dan kreativitasnya
membebaskan peneliti untuk membentuk pola tersendiri yang dirasakan cocok dengan sifat
penelitian.
B. Jenis Penelitian
Dalam pendekatan kualitatif ada berbagai macam strategi atau jenis penelitian yang
sudah dirumuskan oleh para ahli dengan pendekatan dan prosedur yang jelas. Creswell
didalam bukunya menyebutkan bahwa strategi / jenis penelitian dari pendekatan kualitatif
ada 5 (lima) yaitu : etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi, naratif.
Sedangkan Prof. Dr. Mujia Raharjo, M.Si menyebutkan ada 8 (delapan), 5 (lima)
diantaranya sama dengan yang dikemukakan Creswell, sedangkan tiga lainya yaitu : studi
dokumen, observasi alami, wawancara terpusat.
Pada penelitian ini peneliti mengambil strategi / jenis penelitian studi kasus karena
peneliti secara mendalam meneliti tentang pemenuhan sarana dan prasarana bermukim
komunitas pemulung. Selain itu peneliti juga harus mengamati aktivitas para pemulung baik
aktivitas bekerja ataupun aktivitas bermukim, oleh karena itu di harapkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 39
menggunakan jenis penelitian studi kasus dapat menjawab tujuan dari penelitian yang
diambil peneliti. Pengertian dari jenis penelitian studi kasus itu sendiri adalah jenis
penelitian yang mendalami tentang individu, suatu kelompok / organisasi, suatu program
kegiatan, peristiwa dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh
gambaran yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data yang
selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan sebuah teori. Sebagaimana prosedur perolehan
data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip /
dokumen. (Creswell,2007).
C. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan yang dikaitkan dengan tempat dan
waktu yang merupakan dasar suatu perencanaan dan merupakan alat bantu dalam
pengambilan keputusan. Masalah, tujuan, dan hipotesis penelitian untuk sampai pada suatu
kesimpulan harus didukung oleh data-data relevan. Relevansi data dengan variabel penelitian
didasari oleh metode pendekatan masalah yang relevan (Sumaatmaja, 1998:104). Teknik
pengumpulan data dilakukan secara langsung (data primer) maupun tidak langsung (data
sekunder).
1. Data Primer
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mewawancarai semua
responden sebagai objek penelitian terkait dengan karakteristik pemulung. Selain itu,
peneliti juga menggunakan lembar pengamatan untuk mendukung pengamatan terhadap
kondisi lapangan terkait aktivitas kegiatan yang dilakukan, karakter permukiman
pemulung, kualitas sarana dan prasarana eksisting dan upaya apa saja yang telah mereka
lakukan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana tidak
lupa peneliti juga mengambil gambar supaya penelitian yang diambil lebih komunikatif.
2. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui survey ke beberapa instansi
pemerintah diantaranya Dinas Pekerjaan Umum, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Kediri, Dinas Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri serta
Kelurahan Pojok, terkait dengan data penyediaaan sarana prasarana permukiman baik
perencanaan, program maupun eksisting. Selain itu dengan mengutip, memilah - milah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
atau mengopi dari dokumen-dokumen yang sudah ada atau literatur yang terkait
meskipun kualitas datanya masih saling mencocokan antara satu dengan yang lainnya.
Berikut ini adalah metode atau teknik yang dilakukan pada saat pengumpulan data yang
digunakan secara umum adalah:
1. Observasi,
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang, pelaku, kegiatan,
objek, perbuatan, kejadian/peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu untuk melakukan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut.
Teknik ini digunakan untuk mengetahui kondisi di kawasan permukiman pemulung
Kelurahan Pojok Kota Kediri, baik itu dari aspek fisik maupun aktivitas di kawasan
yang dilakukan dalam jangka waktu yang berbeda. Pemilihan waktu di pagi, siang dan
malam hari berdasarkan asumsi bahwa terjadi perbedaan jenis aktivitas yang ada di
masing-masing waktu mengingat mereka melakukan aktivitas bekerja dan bermukim
pada waktu – waktu tersebut. Sehingga dapat mewakili jenis aktivitas yang dilakukan
pemulung.
2. Teknik wawancara
Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan/atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama.
Dalam hal ini peneliti mewawancarai semua pihak yang terlibat dalam penyediaan
sarana dan prasarana permukiman pemulung di Kelurahan Pojok Kota Kediri, baik itu
pemerintah maupun komunitas pemulung. Tujuanya agar peneliti dapat lebih
mengetahui bagaimana penyediaan sarana prasarana pada kawasan ini.
3. Simak dokumen, adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyalin, memilah -
milah, atau mengopi data dari literatur berupa teori dari para pakar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
membandingkan dengan data yang terdapat di lapangan. Literatur yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah Dokumen RTRW Kota Kediri, Monografi Kelurahan Pojok,
dan dokumen lain yang mendukung penelitian ini terutama tentang penyediaan sarana
dan prasarana permukiman.
Untuk memudahkan dalam pengumpulan data maka dibuat suatu instrumen mengenai data
yang dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabe
l 3.1
Keb
utuh
an D
ata
No
Aspe
k Da
ta
Jeni
s Da
ta
Inst
rum
en P
enel
itian
Su
mbe
r Pr
imer
Se
kund
er
Obse
rvas
i Si
mak
Li
tera
tur
Waw
anca
ra
Foto
/ Sk
etsa
Re
cord
er
1 Po
la P
eker
jaan
Pe
mul
ung
· Be
ntuk
pe
kerja
an
yang
di
laku
kan
Id
entif
ikas
i ak
tivita
s ka
was
an
perm
ukim
an
pem
ulun
g.
2 Ti
ngka
t Pe
ndid
ikan
· Ti
ngka
t Pe
ndid
ikan
Ko
mun
itas
Pem
ulun
g ·
Ting
kat
pend
idik
an
anak
ko
mun
itas
pem
ulun
g
W
arga
ya
ng
beke
rja
seba
gai P
emul
ung
3 Ko
ndis
i Ke
seha
tan
· Ko
ndis
i K
eseh
atan
Ko
mun
itas
Pem
ulun
g
War
ga
yang
be
kerja
se
baga
i Pem
ulun
g
4 Pe
ngel
olaa
n Ke
uang
an
· D
ata
Pen
dapa
tan
per
hari
· D
ata
pem
biay
aan
per
hari
W
arga
yan
g be
kerja
se
baga
i Pem
ulun
g
5 Ak
tivita
s Be
kerja
Ko
mun
itas
Pem
ulun
g
· La
tar b
elak
ang
pem
ilihan
pe
kerja
an
· Sa
rana
Tra
nspo
rtasi
ya
ng d
igun
akan
saa
t be
kerja
W
arga
yan
g be
kerja
se
baga
i Pem
ulun
g
6 Ko
ndis
i sos
ial
pem
ulng
· D
ata
kepe
milik
an K
TP,
KK d
an S
urat
sur
at
kete
rang
an la
in
· D
ata
Dae
rah
Asa
l ·
Bent
uk In
tera
ksi d
enga
n se
sam
a
·
War
ga y
ang
beke
rja
seba
gai P
emul
ung
· D
okum
en K
elur
ahan
7
Aktiv
itas
Berm
ukim
Ko
mun
itas
Pem
ulun
g
· D
ata
tang
gung
an
kelu
arga
·
Dat
a ja
rak
dari
rum
ah
men
uju
tem
pat k
erja
·
Rum
ah w
arga
yan
g be
kerja
seb
agai
Pe
mul
ung
· D
okum
en K
elur
ahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
No
Aspe
k Da
ta
Jeni
s Da
ta
Inst
rum
en P
enel
itian
Su
mbe
r Pr
imer
Se
kund
er
Obse
rvas
i Si
mak
Li
tera
tur
Waw
anca
ra
Foto
/ Sk
etsa
Re
cord
er
8
Peril
aku
Berm
ukim
Ko
mun
itas
Pem
ulun
g
Peta
Pol
a B
erm
ukim
· Su
rvey
lapa
ngan
9 Ko
ndis
i Fisi
k Ba
ngun
an
Dat
a Je
nis
Bang
unan
, Dat
a Ko
ndis
i Fisi
k Ba
ngun
an,
Peta
per
muk
iman
.
· D
okum
en K
elur
ahan
da
n St
akeh
olde
r te
rkai
t ·
Surv
ey L
apan
gan
10
Stat
us
Kepe
milik
an
Tana
h
· D
ata
Kep
emili
kan
Serti
fikat
Tan
ah
· Pe
ta B
PN
·
Dok
umen
Kel
urah
an
dan
BPN
·
Pem
ilik B
angu
nan
11
Prog
ram
Pe
mer
inta
h
· D
ata
Pro
gram
pe
mer
inta
h ·
Dat
a S
ikap
dan
Stra
tegi
Pe
mer
inta
h.
·
Pem
erin
tah
( DPU
dan
DTR
KP )
12
Kara
kter
istik
Pe
nyed
iaan
Sa
rana
dan
Pr
asar
ana
Perm
ukim
an
· D
ata
Seb
aran
Sar
ana
& Pr
asar
ana
· Pe
ta S
ebar
an S
aran
a &
Pras
aran
a
· ( K
ecam
atan
Dal
am
Angk
a, M
onog
rafi
Kelu
raha
n, P
eta
Seba
ran
Sara
na
dan
Pras
aran
a)
· Ba
pped
a ·
Kond
isi L
apan
gan
13
Kebu
tuha
n Ak
tivita
s &
Kom
unita
s Pe
mul
ung
· D
ata
Keb
utuh
an S
aran
a da
n Pr
asar
ana
perm
ukim
an
· W
arga
yan
g be
kerja
se
baga
i Pem
ulun
g ·
SNI,
Pend
apat
Ahl
i, Id
entif
ikas
i Pen
eliti
.
14
Kara
kter
istik
Ke
bija
kan
Pem
erin
tah
· R
TRW
·
RD
TRK
· Pe
rda
Kota
Ked
iri
· D
TRKP
·
Bapp
eda
· D
PU
Sum
ber
: Pen
eliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
Peranan peneliti dalam penggalian data adalah sebagai marginal participation. Hadi
(1997) dalam bukunya mengemukakan marginal participation adalah suatu usaha peneliti
untuk mengamati obyek dengan berusaha tidak sebagai orang asing sehingga tidak ada
batasan jarak antara obyek penelitiannya, walaupun identitasnya diketahui jelas oleh
kelompok responden.
Dalam mengamati, peneliti berusaha menjadi penonton yang apresiatif dan
selanjutnya melangkah masuk ke dalam aktivitas responden tanpa mengambil peran dalam
aktivitas responden tersebut. Ketika berada di tengah-tengah responden, peneliti
menghimpun informasi yang diperlukan sehingga secara akurat dapat mencatat fenomena
yang terjadi dengan pertimbangan kesesuaian penelitian.
D. Konsep Penelitian
Konsep penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk membantu peneliti dalam menemukan informasi tentang hal
yang diteliti tersebut, sehingga nantinya pada akhir penelitian dapat dirumuskan satu atau
beberapa variabel penelitian.
Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka variabel yang
digunakan dalam penelitian ditemukan kemudian seusuai dengan hakikat dari pendekatan
kualitatif, namun untuk memudahkan jalannya penelitian ini peneliti telah menemukan
konsep – konsep yang dirumuskan dari teori yang ada untuk mendapatkan variabel dari
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabe
l 3.2
Kon
sep
Pene
litia
n
Ò±
Ì«
¶«¿²
Í¿
¿®¿
²
Õ±²
»°
Í
«¾
Õ±
²»
° ײ
¼·µ¿
¬±®
Kar
akte
rist
ik
Pem
ulun
g ya
ng
tingg
al d
i pe
rmuk
iman
pe
mul
ung.
Dik
enal
inya
K
om
unit
as k
lasi
fika
si
pem
ulun
g
· Po
la P
eker
jaan
·
Ben
tuk
peke
rjaa
n ya
ng
dila
kuka
n di
lapa
ngan
D
iket
ahui
nya
perb
edaa
n se
cara
je
las
apa
saja
kar
akte
rist
ik d
ari p
emul
ung.
·
Asa
l ba
rang
·
Tuj
uan
penj
uala
n
· Pe
ngel
olaa
n ke
uang
an
· T
ingk
at p
enda
pata
n ·
Peng
elua
ran
Keu
anga
n ·
Pend
apat
an T
ingg
i ·
Pend
apat
an R
enda
h ·
Pem
biay
aan
Keb
utuh
an
· K
em
amp
uan
men
yisi
hkan
uan
g
Dik
enal
inya
ka
rakt
eris
tik
akti
vita
s pe
mul
ung
· A
ktiv
itas
Bek
erja
·
Stru
ktur
pek
erja
an
· Pe
kerj
aan
teta
p ·
Peke
rjaa
n sa
mpi
ngan
·
Tran
spor
tasi
pen
unja
ng
saat
bek
erja
·
Jala
n K
aki /
Gro
bak
· Se
peda
·
Ken
dara
an B
erm
otor
( S
eped
a M
otor
, M
obil
Pic
k-up
, Tru
k)
· K
ondi
si S
osia
l ·
Kep
emil
ikan
Iden
tita
s ·
Mem
ilik
i KT
P, K
K d
an s
urat
ket
eran
gan
lain
·
Ben
tuk
Inte
raks
i de
ngan
se
sam
a ·
Dil
akuk
an d
i lua
r ru
mah
·
Dil
akuk
an d
i da
lam
rum
ah
· Ti
ngka
t Pen
didi
kan
· Ti
dak
berp
endi
dika
n ·
Ber
pend
idik
an R
enda
h
· K
ond
isi
Kes
ehat
an
· M
asya
raka
t yan
g te
rken
a pe
nyak
it
· Je
nis
pen
yaki
t yan
g m
enja
ngki
t pem
ulun
g ·
Dae
rah
Asa
l ·
Dal
am
Kot
a K
edir
i ·
Luar
Kot
a K
edir
i ·
Akt
ivit
as B
erm
ukim
·
Kei
kuts
erta
an K
elua
rga
· Ti
ngga
l sen
diri
·
Ting
gal b
ersa
ma
kelu
arga
·
Ting
gal b
ersa
ma
reka
n ke
rja
· O
rien
tasi
Jar
ak d
ari
Rum
ah m
enuj
u te
mp
at
kerj
a
· Ja
rak
kura
ng d
ari 5
00 m
·
Jara
k an
tara
501
m –
1 k
m
· Ja
rak
lebi
h d
ari 1
km
·
Pola
Ber
muk
im
· M
enye
bar
· M
enge
lom
pok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Ò±
Ì«
¶«¿²
Í¿
¿®¿
²
Õ±²
»°
Í
«¾
Õ±
²»
° ײ
¼·µ¿
¬±®
Dik
enal
inya
K
arak
teri
stik
Pe
rmu
kim
an d
i da
lam
K
om
unit
as P
emul
ung
Kar
akte
r H
unia
n ·
Fun
gsi B
angu
nan
· Pe
runt
ukan
ban
guna
n ·
Ru
mah
sat
u fu
ngsi
·
Ru
mah
dw
i fu
ngsi
·
Kep
adat
an b
angu
nan
· K
epad
atan
ting
gi
· K
epad
atan
Sed
ang
·
Kep
adat
an R
enda
h ·
Kon
disi
Fis
ik
· L
uas
Ban
guna
n ·
Sesu
ai S
tand
art (
SN
I) /
Per
da
· Ti
dak
sesu
ai S
tand
art
(SN
I) /
Perd
a ·
Jeni
s b
angu
nan
· B
angu
nan
perm
anen
·
Ban
guna
n se
mi
perm
anen
·
Ban
guna
n no
n-pe
rman
en
· St
atus
kep
emil
ikan
tana
h ·
Hak
ata
s ba
ngun
an &
ta
nah
· Se
wa
· M
ilik
pri
badi
·
Mag
ersa
ri
Up
aya
pem
erin
tah
kota
da
lam
m
emen
uhi
sara
na d
an
pras
aran
a di
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
Ter
iden
tifi
kasi
nya
Sika
p pe
mer
inta
h da
lam
pen
yedi
aan
sara
na d
an p
rasa
rana
di
perm
ukim
an p
emul
ung
· Si
kap
pem
erin
tah
· Pr
efer
ensi
/ ke
ingi
nan
pem
erin
tah
· Po
sisi
pem
ulun
g da
lam
si
stem
sos
ial
kota
. ·
Dip
erti
mba
ngka
n da
lam
pro
ses
peng
adaa
n sa
rana
dan
pra
sara
na
Prog
ram
pem
erin
tah
terh
adap
per
muk
iman
pe
mul
ung.
Kar
akte
rist
ik P
enye
diaa
n sa
rana
dan
pra
sara
na
perm
ukim
an.
· Sa
rana
(k
eseh
atan
,pen
didi
kan,
pe
riba
data
n, d
ll)
· Pr
asar
ana
(jal
an,
pers
ampa
han,
lis
trik
, dll
) ·
Air
ber
sih,
Dra
inas
e &
Sa
nita
si
· Je
nis
Sar
ana
dan
Pras
aran
a E
ksis
ting
·
Seba
ran
Sara
na d
an
Pras
aran
a ya
ng a
da
· Pe
ran
Pem
erin
tah
· K
ond
isi
Fisi
k ·
Rag
am s
aran
a da
n pr
asar
ana
pend
ukun
g
· K
apas
itas
Ban
guna
n ·
Jara
k an
tara
sar
ana
dan
pras
aran
a ek
sist
ing
deng
an p
erm
ukim
an p
emul
ung
· Pe
ngel
olaa
n Sa
rana
dan
Pra
sara
na
Men
gide
ntif
ikas
i K
arak
teri
stik
K
ebut
uhan
Sa
rana
dan
Pr
asar
an D
i pe
rmuk
iman
Pe
mul
ung
· D
iken
alin
ya
kara
kter
istik
ke
butu
han
min
imu
m
kom
unit
as p
emul
ung
terh
adap
pem
enuh
an
sara
na d
an p
rasa
rana
pe
rmuk
iman
dal
am
hal
mel
akuk
an
Keb
utuh
an S
aran
a da
n Pr
asar
ana
Akt
ivit
as B
eker
ja
Pem
ulun
g :
· T
empa
t pen
ampu
ngan
ba
rang
rec
ycle
·
Tem
pat p
emil
ahan
bar
ang
· G
udan
g Pe
nyim
pan
an
Dat
a pe
runt
uka
n ba
ngu
nan
sara
na :
· Fa
silit
as K
omun
al
· Fa
silit
as P
riva
t
· Te
rcuk
upin
ya k
ebut
uhan
pem
ulun
g ba
ik
seca
ra k
uali
tas
mau
pun
kuan
tita
s da
ri
sara
na d
an p
rasa
rana
per
muk
iman
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Ò±
Ì«
¶«¿²
Í¿
¿®¿
²
Õ±²
»°
Í
«¾
Õ±
²»
° ײ
¼·µ¿
¬±®
peke
rjaa
n di
Ked
iri
pera
lata
n ke
rja
· Pe
nera
ngan
Um
um
·
Tem
pat B
erte
duh
·
Tem
pat p
arki
r ke
ndar
aan
· D
iken
alin
ya
kara
kter
istik
ke
butu
han
min
imu
m
kom
unit
as p
emul
ung
terh
adap
pem
enuh
an
sara
na d
an p
rasa
rana
pe
rmuk
iman
dal
am
hal b
erm
ukim
di
Ked
iri
Keb
utuh
an S
aran
a da
n Pr
asar
ana
Ber
muk
im :
· Ja
ring
an J
alan
·
Jari
ngan
dra
inas
e da
n Sa
nita
si
· W
C u
mu
m /
Sum
ur
· T
empa
t Ber
ibad
ah
· B
alai
Pen
goba
tan
· T
empa
t Bel
ajar
Ana
k ·
Tok
o K
elon
tong
Dat
a pe
runt
uka
n pr
asar
ana
pend
ukun
g :
· Fa
silit
as K
omun
al
· Fa
silit
as P
riva
t
Ana
lisis
Tin
gkat
Pe
men
uhan
Sa
rana
dan
Pr
asar
ana
di
perm
ukim
an
pem
ulun
g
· D
iket
ahui
nya
hasi
l an
alis
is p
emen
uhan
sa
rana
dan
pra
sara
na
perm
ukim
an m
enur
ut
stan
dart
· K
arak
teri
stik
Keb
ijak
an
pem
erin
tah
yang
men
gatu
r pe
men
uhan
sar
ana
dan
pras
aran
a ·
Eks
isti
ng p
enye
diaa
n sa
rana
da
n pr
asar
ana
· Pe
ran
Pem
erin
tah
·
Pera
tura
n da
erah
kot
a ke
diri
ter
hada
p pe
men
uhan
sar
ana
dan
pras
aran
a pe
rmuk
iman
· D
iket
ahui
nya
hasi
l an
alis
is p
emen
uhan
sa
rana
dan
pra
sara
na
perm
ukim
an m
enur
ut
pera
n pe
mul
ung
· P
emen
uhan
sar
ana
dan
pras
aran
a ko
mun
itas
pe
mul
ung
· K
eter
sedi
aan
sara
na d
an
pras
aran
a pe
rmu
kim
an
· Te
rcuk
upin
ya k
ebut
uhan
sar
ana
dan
pras
aran
a pe
rmuk
iman
men
urut
ko
mun
itas
pem
ulun
g.
Sum
ber
: Pen
eliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 48
E. Teknik Analisis
Analisis adalah upaya mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik atau sifat-
sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah -
masalah yang berkaitan dengan kerangka penelitian. Oleh karena itu teknik analisis data
dapat diartiakan sebagai, cara melaksanakan analisis terhadap data dengan tujuan mengolah
data tersebut menjadi informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan
mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa teknik analisis, adalah
sebagai berikut :
1. Teknik analisis deskriptif
Adalah kajian analisa dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data – data
dari peristiwa yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pemaparan peristiwa tersebut
dilakukan secara sistematik, akurat dan lebih menekankan pada data faktual.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis analisis deskriptif eksploratif
dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Bisanya dilakukan
dengan survey dan menjadi dasar dalam mengambil kebijakan atau penelitian lanjutan.
Analisis data menggunakan statistik deskritif, prosentase atau pemaparan menggunakan
kata-kata atau kalimat. Jenis analisis ini digunakan untuk menjelaskan tentang
klasifikasi pemulung serta karakteristik permukiman pemulung yang mana keduanya
merupakan hal harus digali lebih dalam oleh peneliti sehingga dapat diketahui lebih
jelas apa saja klasifikasi pemulung dan bagaimana karakteristik permukiman komunitas
pemulung.
Analisis lain yang digunakan oleh peneliti adalah analisis deskriptif eksplanasi
yang bertujuan untuk menjelaskan kembali perkataan dari para narasumber terkait
dengan penelitian yang diambil. Dalam hal ini peneliti menggunakanya untuk
mengetahui bagaimana persepsi dari pemerintah terhadap penyediaan sarana dan
prasarana permukiman pemulung serta persepsi dari komunitas pemulung terkait
dengan sarana prasarana apa yang memang dibutuhkan oleh komunitas pemulung.
2. Teknik analisis reduksi data
Adalah kajian analisa suatu bentuk data yang dilakukan dengan cara merangkum,
memilih hal hal – hal yang pokok serta memfokuskan kepada hal hal yang penting yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 49
sesuai dengan tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas (Sutopo,2004 : 91).
Analisis reduksi data yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mengetahui dan
menjelaskan aktivitas apa saja yang dilakukan oleh komunitas pemulung di Kelurahan
Pojok Kota Kediri, baik itu aktivitas bermukim, aktivitas bekerja dan karakter sosial
komunitas pemulung.
3. Teknik analisis kebutuhan sarana dan prasarana
Adalah kajian analisa suatu bentuk data yang dilakukan dengan cara mencari tahu
kebutuhan sarana prasarana pada suatu permukiman dengan menggunakan regulasi
yang sudah ada sebagai acuan kemudian di sesuaikan dengan kondisi di lingkungan
permukiman tersebut.
Peneliti secara mendalam mencari tahu sarana dan prasarana apa saja yang
seharusnya ada di dalam permukiman pemulung, jangkauan pelayanan, letak dari
sarana dan prasarana tersebut baik sarpras bermukim ataupun sarpras saat bekerja serta
kualitas dari keberadaan sarana bermukim karena komunitas pemulung memiliki sarana
dan prasarana tertentu dalam eksistensi mereka.
4. Teknik analisis tingkat pemenuhan pemerintah
Adalah kajian analisa suatu bentuk data yang dilakukan dengan cara mencari tahu
kebijakan – kebijakan dari pemerintah kota terkait dengan penyediaan sarana dan
prasarana permukiman, kemudian di komparasikan dengan kondisi eksisiting dari
sarana dan prasarana permukiman komunitas pemulung sehingga dapat terlihat adanya
kesesuaian atau tidak dari kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah.
Berikut di bawah ini akan ditampilkan kerangka analisis dan tabel analisis dari penelitian
yang dilakukan oleh peneliti :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gam
bar 3
.1 K
eran
gka
Ana
lisi
s
Sum
ber
: Pen
eliti
Inpu
t In
put
Ana
lisi
s
Sup
ply
Ter
hada
p p
emen
uhan
Sar
ana
dan
pras
aran
a pe
rmuk
iman
Dem
and
Ter
had
ap p
emen
uhan
Sar
ana
dan
pras
aran
a pe
rmu
kim
an
Kar
akte
rist
ik P
emul
ung
Keb
utu
han
Pem
ulun
g te
rhad
ap
sara
na d
an p
rasa
rana
per
muk
iman
untu
k ak
tivi
tas
ber
muk
im d
an
aktiv
itas
beke
rtja
.
Str
ateg
i Pem
erin
tah
dala
m
men
yedi
akan
sar
ana
dan
pras
aran
a
di p
erm
ukim
an p
emu
lung
Pro
gram
Pen
yed
iaan
Sar
ana
dan
Pra
sara
na d
i per
muk
iman
pem
ulun
g
Keb
utu
han
sara
rana
dan
pra
sara
na
Ses
uai S
tand
art d
an r
egul
asi d
ari
pem
erin
tah
Kot
a K
edir
i
Up
aya
pem
ulun
g d
alam
mem
enuh
i
sara
na d
an p
rasa
rana
per
muk
iman
eksi
siti
ng
Out
put P
enel
itia
n
Ana
lisis
tin
gkat
pem
enuh
an S
aran
a
dan
Pra
sara
na P
erm
ukim
an
Pem
ulun
g
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabe
l 3.3
Ana
lisis
Pen
eliti
an
No
Tuj
uan
Sasa
ran
Inpu
t A
nali
sis
Out
put
1.
Men
gide
ntif
ikas
i ka
rakt
eris
tik
kom
unit
as p
emul
ung
dan
perm
ukim
an
pem
ulun
g ya
ng a
da
di K
ota
Ked
iri
Kla
sifi
kasi
ko
mun
itas
pe
mul
ung
· Po
la
Peke
rjaa
n K
omun
itas
Pem
ulun
g ·
Ting
kat P
endi
dika
n ·
Pola
Keu
anga
n
Ana
lisi
s D
eskr
ipti
f E
kspl
oras
i M
enge
tahu
i se
cara
m
enda
lam
kl
asif
ikas
i pe
mul
ung
: ·
Pem
ulun
g ·
Lap
ak/P
enge
pul
· A
gen
Kar
akte
rist
ik a
ktiv
itas
pem
ulun
g di
Kot
a K
edir
i ·
Akt
ivit
as B
eker
ja
· K
arak
ter
Sos
ial
Pem
ulun
g ·
Akt
ivit
as B
erm
ukim
Ana
lisi
s R
eduk
si
Dat
a M
enge
tahu
i ha
l –
hal
apa
saja
ya
ng
dila
kuka
n K
om
unit
as
Pem
ulun
g di
K
edir
i da
lam
men
jala
nkan
ak
tivita
snya
. K
arak
teri
stik
pe
rmuk
iman
ko
mun
itas
pem
ulun
g di
Kot
a K
edir
i
· Po
la
berm
ukim
ko
mun
itas
pem
ulun
g ·
Kar
akte
r F
ungs
i B
angu
nan
·
Kar
akte
r K
ondi
si F
isik
Ban
guna
n ·
Kar
akte
r S
tatu
s ke
pem
ilik
an t
anah
Ana
lisi
s D
eskr
ipti
f E
kspl
oras
i Pe
ta D
istr
ibus
i Pe
rmu
kim
an p
emul
ung
di
Kel
urah
an P
ojok
2.
Men
gide
ntif
ikas
i up
aya
apa
saja
yan
g te
lah
dila
kuka
n ol
eh
pem
erin
tah
kota
da
lam
mem
enuh
i ke
butu
han
sara
na d
an
pras
aran
a di
dala
m
perm
ukim
an i
nfor
mal
ba
gi k
om
unit
as
pem
ulun
g
Sika
p pe
mer
inta
h da
lam
pe
nyed
iaan
sar
ana
dan
pras
aran
a pe
rmu
kim
an
pem
ulun
g.
· Si
kap
Pem
erin
tah
· Pr
efer
ensi
/ ke
ingi
nan
pem
erin
tah
Ana
lisi
s D
eskr
iptif
E
kspl
anas
i M
enge
tahu
i Pe
rsep
si,
dan
Prev
eren
si
pem
erin
tah
teha
dap
pem
enu
han
sara
na
dan
pras
aran
a di
pe
rmuk
iman
pem
ulun
g
Prog
ram
Pro
gram
Pe
mer
inta
h te
rhad
ap
peny
edia
an s
aran
a da
n pr
asar
ana
di p
erm
ukim
an
pem
ulun
g.
· K
arak
teri
stik
Pe
nyed
iaan
S
aran
a da
n pr
asar
ana
sert
a ut
ilita
s pe
rmuk
iman
ya
ng
dila
kuka
n pe
mer
inta
h pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g di
kaw
asan
stu
di.
Ana
lisi
s D
eskr
iptif
E
kspl
anas
i K
eter
sedi
aan
Sara
na
dan
Pras
aran
a P
erm
ukim
an d
i Pe
rmu
kim
an p
emul
ung
3.
Men
emuk
enal
i ka
rakt
eris
tik
kebu
tuha
n pe
mul
ung
terh
adap
pem
enuh
an
sara
na d
an p
rasa
rana
di
per
muk
iman
pe
mul
ung
yang
ada
di
Ked
iri
Kar
akte
rist
ik
kebu
tuha
n m
inim
um
kom
unit
as
pem
ulun
g te
rhad
ap
pem
enuh
an
sara
na
dan
pr
asar
ana
perm
ukim
an
dala
m
hal
mel
akuk
an
peke
rjaa
n di
Ked
iri.
Keb
utuh
an S
aran
a da
n Pr
asar
ana
Akt
ivit
as B
eker
ja P
emul
ung
: ·
Tem
pat p
emila
han
bara
ng
· T
empa
t pen
ampu
ngan
bar
ang
recy
cle
· G
udan
g Pe
nyim
pana
n pe
rala
tan
· T
empa
t Ber
ted
uh
· Sa
rana
Tra
nspo
rtas
i da
n te
mpa
t
Ana
lisi
s K
ebut
uhan
Sa
rana
dan
Pr
asar
ana
Men
geta
hui
kebu
tuha
n Sa
rana
da
n P
rasa
rana
di
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
baik
pa
da
saat
be
kerj
a m
aupu
n pa
da
saat
be
rmuk
im.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
No
Tuj
uan
Sasa
ran
Inpu
t A
nali
sis
Out
put
park
ir k
enda
raan
·
Jari
ngan
list
rik
dan
pras
aran
a pe
nera
ngan
·
Jari
ngan
air
ber
sih
Kar
akte
rist
ik
kebu
tuha
n m
inim
um
kom
unit
as
pem
ulun
g te
rhad
ap
pem
enuh
an
sara
na
dan
pr
asar
ana
perm
ukim
an
dala
m
hal
berm
ukim
di
Ked
iri.
Keb
utuh
an S
aran
a da
n Pr
asar
ana
Ber
muk
im :
· Ja
ring
an J
alan
·
Jari
ngan
dra
inas
e da
n S
anit
asi
· W
C u
mum
/ S
umur
·
Tem
pat B
erib
adah
·
Bal
ai P
engo
bata
n/P
uske
smas
pe
mba
ntu
· R
uang
Ser
bagu
na
4.
Men
gana
lisi
s tin
gkat
pe
men
uhan
sar
ana
dan
pras
aran
a pe
rmuk
iman
yan
g ad
a da
lam
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
di K
ota
Ked
iri
Dik
etau
hiny
a ha
sil
anal
isis
ti
ngka
t pe
men
uhan
sa
rana
da
n pr
asar
ana
men
urut
st
anda
rt.
· K
ebija
kan
Pem
erin
tah
yang
m
enga
tur
peng
adaa
n sa
rana
da
n pr
asar
ana
perm
ukim
an
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
di
kaw
asan
stu
di
· K
ond
isi
eksi
stin
g pe
nyed
iaan
sa
rana
dan
pra
sara
na
Ana
lisi
s ti
ngka
t pe
men
uhan
M
enge
tahu
i R
egul
asi
Dae
rah
/ K
eput
usan
Pe
mer
inta
h te
rkai
t pe
nyed
iaan
sa
rana
da
n pr
asar
ana
perm
uki
man
Dik
etah
uiny
a ha
sil
anal
isis
ti
ngka
t pe
men
uhan
Sa
rana
da
n Pr
asar
ana
Men
urut
per
an
pem
ulun
g.
· K
ebut
uhan
m
inim
um
sara
na
dan
pras
aran
a ko
mun
itas
pem
ulun
g
Ana
lisi
s D
eskr
ipti
f E
kspl
anas
i M
enge
tahu
i P
erse
psi
pe
mul
ung
terh
adap
pe
men
uhan
sa
rana
pe
rmuk
iman
ba
gi
kom
unita
snya
. Su
mbe
r : P
enel
iti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
BAB IV
KAJIAN WILAYAH STUDI
A. Lokasi dan Keadaan Kawasan Studi
Kelurahan Pojok merupakan kelurahan yang berada di Kecamatan Mojoroto, Kota
Kediri, Provinsi Jawa Timur. Menurut Dokumen RTRW Kota Kediri 2011-2030 Kelurahan
Pojok adalah salah satu kelurahan terbesar di Kota Kediri yaitu dengan luas adalah 3,2 km2.
Berikut ini adalah batas administratif Kelurahan Pojok :
Sebelah Utara : Kelurahan Sukorame (Kota Kediri)
Sebelah Selatan : Kecamatan Campurejo dan Kecamatan Semen (Kabupaten Kediri)
Sebelah Barat : Kecamatan Banyakan (Kabupaten Kediri)
Sebelah Timur : Kelurahan Lirboyo.
Dilihat dari letaknya, jarak Kelurahan Pojok ke ibukota kecamatan yaitu ± 3,5 km
dengan waktu tempuh ± selama 10 menit, sedangkan jarak dari Kelurahan Pojok menuju
pusat Kota Kediri adalah ± 5 km dengan waktu tempuh 20 menit. Alat transportasi antar
Kelurahan dan Kecamatan Mojoroto yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah angkutan
umum berupa kendaraan beroda empat atau yang biasa disebut juga dengan “angkota / len”,
bisa juga dengan menggunakan sarana transportasi pribadi seperti becak, sepeda atau
kendaraan bermotor lainnya. Kelurahan Pojok kebetulan tidak dilewati transportasi umum
seperti Bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) dan Bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi).
Menurut Dokumen RTRW Kota Kediri 2011 – 2030 Kondisi topografi Kelurahan
Pojok sebagian berupa dataran serta sebagian lagi berada di daerah kelerengan dengan
kemiringan 0 – 50 % karena kelurahan ini berada di kaki Gunung Wilis atau lebih tepatnya di
Bukit Klotok. Kondisi klimatologi di Kelurahan Pojok secara keseluruhan cenderung sama
dengan Kota Kediri pada umumnya, yaitu memiliki suhu udara berkisar antara 24,9º C
sampai dengan 27,9º C, suhu udara rata-rata 26º C. Dengan curah hujan sebanyak 700
mm/tahun membuat tanah di desa ini memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi dan
cocok digunakan sebagai kawasan pertanian. Kondisi hidrologi pada Kelurahan Pojok
mencakup air permukaan yang berupa sungai dan air tanah (dangkal dan dalam) serta mata air
yang terletak di Bukit Klotok.
Penggunaan lahan di Kelurahan Pojok secara visual terlihat sebagian berupa lahan
terbangun yang terdiri dari permukiman dan beberapa fasilitas umum dan sosial seperti sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
pariwisata seperti goa, bukit dan TPA serta kawasan pertahanan seperti kawasan militer.
Selain itu terdapat lahan terbuka yang terdiri dari tanah kosong dan lahan konservasi, areal
pemakaman umum, areal persawahan dan perkebunan serta hutan produksi dan hutan
konversi. Adapun peta penggunaan lahan eksisting di Kelurahan Pojok terlampir pada bagian
lampiran dari laporan penelitian. Berikut adalah tabel penggunaan lahan di kelurahan pojok :
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Kelurahan Pojok tahun 2011
Jenis Penggunaan Tanah Luas Tanah ( Ha ) Tanah Sawah :
· Sawah irigasi 48 · Sawah setengah teknis 37 · Sawah tadah hujan 8
Permukiman · Permukiman ABRI 4 · Permukiman Umum 55 · Permukiman KPR - BTN 12
Ladang/Tegalan/Perkebunan 150 Hutan 215 Bangunan Pelayanan Publik 47 Rekreasi dan olah raga 7 Perikanan darat / air tawar 1 Lain - lain 37
Total 621 Sumber : Monografi Kelurahan 2011
Kelurahan Pojok memang termasuk kelurahan yang luasnya cukup besar, namun
mayoritas lahanya berupa hutan yang digunakan sebagai kawasan lindung. Total Rukun
Warga (RW), dan Rukun Tetangga (RT) yang berada di Kelurahan Pojok ini adalah 8 RW,
dan 46 RT. Lokus penelitian berada di Kelurahan Pojok yang meliputi RW 03, RW 04 dan
RW 05 Kecamatan Mojoroto Kota Kediri (Peta Administrasi Terlampir). Kawasan tersebut
dipilih berdasarkan jumlah penduduk yang bermukim dan bekerja sebagai pemulung cukup
banyak, selain itu tidak jauh dari permukiman mereka terdapat eksisting TPA yang biasanya
menjadi tempat tujuan bagi para komunitas pemulung untuk mencari nafkah.
B. Sebaran dan Jangkauan Sarana Eksisting
Keberadaan sarana dan prasarana merupakan suatu hal penting dalam menunjang
kehidupan masyarakat yang tinggal di suatu kawasan permukiman. Menurut monografi
kelurahan tahun 2011, secara umum di Kelurahan Pojok terdapat beberapa macam sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
pelayanan umum bagi permukiman seperti : sarana pendidikan, sarana peribadatan dan sarana
kesehatan serta rumah untuk menampung setiap penghuninya.
Eksisting bangunan rumah yang ada di Kelurahan Pojok berjumlah 2995 unit pada
tahun 2011 (Monografi kelurahan, 2011). Kondisi rumah di Kelurahan Pojok paling banyak
di dominasi oleh jenis bangunan permanen, namun itu semua tidak menutup kemungkinan
adanya permukiman dengan fisik bangunan semi permanen dan non permanen. Berikut ini
adalah data jenis bangunan rumah yang ada di Kelurahan pojok.
Tabel 4.2 Jumlah Rumah di Kelurahan Pojok
Jenis Jumlah (Unit) Rumah Permanen 2850
Rumah Semi Permanen 104 Rumah Non Permanen 45
2995 Sumber : Monografi kelurahan 2011
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu fasilitas penunjang yang paling penting bagi
suatu kawasan, karena dengan adanya fasilitas pendidikan dapat digunakan untuk menunjang
kualitas pendidikan bagi anak – anak yang ada di suatu kawasan. Persebaran sarana
pendidikan yang ada di Kelurahan Pojok cenderung memusat di jalan Selomangleng
meskipun ada sarana pendidikan yang berada di jalan Lawu. Berikut ini adalah definisi sarana
pendidikan yang ada di kelurahan pojok :
Tabel 4.3 Sebaran Sarana Pendidikan di Kelurahan Pojok
Jenis Sarana Pendidikan Nama Sarana
Jumlah Ruang Kelas
Daya Tampung (Orang)
Penyedia Sarana
Pendidikan
Jangkauan Pelayanan
TK TK Pembina 4 ± 100 Pemerintah 500 (m2) TK Tunas Harapan 4 ± 100 Swasta
SD SD Negeri Pojok 1 15 ± 630 Pemerintah 1000 (m2) SD Negeri Pojok 2 16 ± 630 SDI Baitul Muhtadin 14 ± 580
Swasta PKBM Hidayatul Mubtadin 4 ± 200 3000 (m2) SMA SMA Negeri 5 Kediri 27 ± 950 Pemerintah
UNIVERSITAS Universitas Kadiri 45 ± 2130 Pemerintah dan Swasta
Sumber : Observasi peneliti dan wawancara pihak terkait
Sebaran sarana pendidikan formal yang ada di Kelurahan Pojok Secara Umum menurut
jenisnya memang sudah lengkap mulai dari pendidikan dini (TK), pendidikan dasar (SD-
SMP) hingga pendidikan atas dan tingkat lanjut (SMA dan Universitas). Pada Kelurahan
Pojok tidak terdapat eksisting SMP akan tetapi perannya bisa tergantikan oleh PKBM (Pusat
Kegiatan Belajar Mengajar) dimana PKBM merupakan lembaga pendidikan formal milik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
perseorangan yang bertujuan untuk melayani masyarakat kurang mampu dalam menempuh
pendidikan dasar (SD-SMA). Dimana PKBM mampu mengeluarkan ijazah setara pendidikan
formal seperti : kejar paket B hingga kejar Paket C. Penyedia sarana pendidikan yang ada di
Kelurahan Pojok disediakan oleh pemerintah namun ada juga yang disediakan oleh
perseorangan/swasta atau sharing dari pemerintah-swasta. Berikut ini adalah gambar dari
peta sebaran dan jangkauan pelayanan sarana pendidikan di Kelurahan Pojok (peta terlampir)
Gambar 4.1 Sebaran dan jangkauan pelayanan sarana pendidikan di Kelurahan Pojok
Sumber : Observasi Peneliti
Jika melihat gambar diatas nampak secara harfiah sesuai SNI yang ada sudah semua
kawasan permukiman penduduk di kelurahan pojok sudah mampu dijangkau oleh sarana
pendidikan eksisting begitu juga kawasan permukiman pemulung (akan dibahas hasil
identifikasi kemudian terkait permukiman pemulung). Namun adanya perbedaan pembiayaan
dan pengelolaan dari sarana pendidikan yang ada dilatar belakangi oleh penyedia dari sarana
pendidikan tersebut. Pada sarana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah mulai dari TK
hingga SMA menurut dinas pendidikan Kota Kediri masyarakat dibebaskan dari segala
macam biaya pokok seperti SPP, Bpi dan Bp3,buku paket serta iuran OSIS untuk biaya
tambahan lain diserahkan kepada pihak sekolah misalnya biaya komite sekolah, biaya
rekreasi dan diesnatalis sekolah, dll. Sedangkan bagi sarana pendidikan yang disediakan oleh
swasta atau perseorangan bentuk pembiayaannya adalah masyarakat harus membayar sesuai
dengan harga yang disepakati oleh pihak sekolah baik mengenai biaya pokok ataupun biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 57
lain-lain, namun apabila tidak mampu membayar bisa di bebaskan dengan cara meminta surat
keterangan tidak mampu di kelurahan atau berdiskusi dengan pihak sekolah terlebih dahulu.
Oleh karena itu diperlukan kajian lebih lanjut terkait dengan pemenuhan sarana pendidikan di
Kelurahan Pojok terutama dalam memenuhi kebutuhan komunitas pemulung yang ada.
Sementara itu untuk keberadaan sarana kesehatan yang berada di Kelurahan Pojok
terletak di jalan Selomangleng yaitu satu unit puskesmas pembantu yang disediakan oleh
pemerintah kota kediri dengan data pengunjung sekitar ± 30 orang / hari, pengunjung yang
datang biasanya merupakan warga kelurahan pojok namun puskesmas pembantu ini juga
melayani kebutuhan masyarakat di kelurahan sekitarnya, dimana jangkauan pelayanan dari
puskesmas pembantu menurut SNI adalah radius 1500 m2. Puskesmas pembantu ini masih
belum melayani fasilitas rawat inap, karena keterbatasan jumlah tenaga pendukung dan biaya
operasional serta minimnya ketersediaan ruang yang ada sehingga hanya melayani penyakit
penyakit ringan seperti panas tinggi, batuk-pilek, pusing-mual, tidak jarang puksesmas
pembantu juga digunakan sebgai tempat pengobatan gratis secara periodik yang notabenya
merupakan program dari pemerintah Kota Kediri bagi masyarakat yang membutuhkan.
Menurut keterangan dari pihak puskesmas masyarakat dibebaskan biaya jika berobat dengan
menggunakan kartu askes dan mendapat fasilitas obat generik, sedangkan jika penyakitnya
agak parah puskesmas pembantu hanya memberikan surat rujukan kepada rumah sakit dan
surat keterangan tidak mampu bagi masyarakat ekonomi bawah. Sarana kesehatan lain yang
tersedia adalah praktek bidan yang berada di RW 07, radius pelayanan dari praktek bidan ini
menurut SNI adalah 1000 m2. Praktek bidan disediakan oleh perseorangan dan tidak melayani
rawat inap bagi orang yang melahirkan karena hanya berupa jasa panggilan saja kemudian
praktek bidan tersebut juga melayani keluhan kesehatan ringan bagi masyarakat yang
memerlukan bantuanya. Bentuk pembiayaan yang terjadi pada praktek bidan yaitu dimana
masyarakat yang datang membayar sesuai dengan kesepakatan bersama, namun jika tidak
memiliki dana masyarakat tidak perlu membayar karena pekerjaan bidan merupakan
pengabdian kepada masyarakat. Selain itu sarana kesehatan lain adalah posyandu di RW 04,
dengan radius pelayanan menurut SNI adalah 500 m2. Posyandu hanya melayani kegiatan
seperti imunisasi bayi dan cek kesehatan bagi para manula atau para bayi kegiatann tersebut
berlangsung 1 x 2 minggu. Tidak ada biaya yang dikeluarkan dari kegiatan ini, masyarakat
yang datang mengikuti kegiatan ini mendapatkan fasilitas makanan sehat dan obat-obatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 58
Berikut ini adalah sebaran dan jangkauan pelayanan bagi sarana kesehatan yang ada di
Kelurahan Pojok (peta terlampir) :
Gambar 4.2 Sebaran dan jangkauan pelayanan sarana kesehatan di Kelurahan Pojok
Sumber : Observasi Peneliti
Menurut data diatas terlihat jika menggunakan jangkauan pelayanan sesuai SNI yang
ada hampir semua kawasan permukiman penduduk dikelurahan pojok sudah mampu
dijangkau oleh eksisting sarana kesehatan yang ada, hanya sebagian kecil kawasan
permukiman yang tidak mampu dijangkau. Namun hal ini perlu dikaji lebih lanjut apakah
benar eksisting yang ada tidak mampu menjangkau kawasan permukiman secara keseluruhan
termasuk permukiman pemulung di Kelurahan Pojok.
Sarana peribadatan untuk mendukung masyarakat di Kelurahan Pojok dalam
menjalankan aktivitasnya terdiri dari masjid, pura dan vihara. Berikut ini adalah data terkait
dengan eksisting sarana peribadatan di Kelurahan Pojok :
Tabel 4.4 Sebaran Sarana Peribadatan di Kelurahan Pojok
Jenis Sarana Jumlah (unit) Jangkauan Pelayanan Masjid 8 1000 (m2) Vihara 1 Sesuai dengan peraturan
adat dan agama setempat Pura 1 Sumber : Observasi peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 59
Masjid yang ada di Kelurahan pojok tersebar secara merata pada setiap kawasan
permukiman, sedangkan untuk pura dan vihara letaknya agak berdekatan di RW 08. Berikut
ini adalah sebaran dan jangkauan pelayanan sarana peribadatan (peta terlampir) :
Gambar 4.3 Sebaran dan jangkauan pelayanan sarana peribadatan di Kelurahan Pojok
Sumber : Observasi peneliti
Menurut data diatas terlihat jika menggunakan jangkauan pelayanan sesuai SNI yang
ada, sarana peribadatan mampu menjangkay semua kawasan permukiman penduduk, karena
memang dalam memenuhi kebutuhan religi karakteristik dari setiap individu hampir sama
dimana mereka datang menuju sarana peribadatan melakukan aktivitas didalamnya (sholat)
kemudian mereka kembali menuju rumah masing-masing hal tersebut dilakukan 5 kali dalam
1 hari. Bagi umat hindu dan budha mereka datang menuju tempat peribadatanya hanya
dalam waktu – waktu tertentu saja semisal minggu atau perayaan hari besar yang ada pada
aliran kepercayaan yang dianut.
Sarana penunjang lainnya adalah Kantor kelurahan, sarana pertahanan dan sarana
pariwisata/rekreasi. Kantor kelurahan terletak di jalan Selomangleng, fasilitas yang ada
didalam kelurahan yaitu gedung serbaguna yang biasa digunakan warga di Kelurahan Pojok
untuk berkumpul dan berdiskusi jika ada pertemuan seperti musrenbang atau FGD dalam
kegiatan – kegiatan penyuluhan serta bisa juga digunakan sebagai sarana olahraga
badminton, sedangkan sarana rekreasi di kelurahan pojok berupa museum yang berisi benda
– benda bersejarah bekas peninggalan kerajaran kediri dan ada juga goa yang sejarahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 60
digunakan sebagai tempat singgah/bertapa oleh para raja Kediri, kemudian ada juga taman
bermain bagi anak – anak yang didalamnya terdapat kolam renang dan pedestrian untuk
berolah raga serta ada juga rekreasi minat khusus yaitu area motor trail yang digunakan
secara periodik. Di Kelurahan Pojok juga terdapat sarana pertahanan milik Korps TNI 521
KODAM BRAWIJAYA yang didalamnya terdapat fasilitas penunjang lengkap meliputi
sarana olah raga, kompleks permukiman, rekreasi outbond. namun aksesnya terbatas karena
tidak bisa setiap saat digunakan oleh semua masyarakat umum melainkan hanya bisa
digunakan pada waktu tertentu. Berikut ini adalah sebaran dan gambaran sarana pariwisata,
sarana pertahanan dan kantor Kelurahan Pojok ( peta terlampir ) :
Gambar 4.4 Sebaran dan gambaran sarana pariwisata, sarana pertahanan dan kantor Kelurahan Pojok
Sumber : Observasi Peneliti
Untuk sarana kebersihan ada TPA Pojok yang merupakan tempat pembuangan sampah
utama bagi Kota Kediri, didalamnya terdapat fasilitas – fasilitas penunjang seperti instalasi
pengolahan limbah tinja dan pemanfaatan gas metan dari sampah sebagai bahan baku
memasak untuk rumah rumah disekitar tempat pembuangan akhir. Tidak jauh dari TPA
Pojok terdapat bangunan rumah yang mengelompok dimana penghuninya bermata pencarian
sebagai komunitas pemulung. Akan tetapi persebaran permukiman komunitas
pemulungtidak hanya mengelompok di sekitar permukiman dekat TPA pojok, melainkan
juga mereka tinggal di permukiman penduduk yang jaraknya agak jauh dari TPA Pojok.
Sedangkan untuk sarana perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan Pojok terdapat
toko kelontong dan sarana perdagangan modern seperti mini market kemudian ada juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 61
kawasan khusus PKL. Untuk toko kelontong persebaranya berada di koridor jalan
lingkungan seperti : jalan rinjani, jalan lebak tumpang, jalan boro dan jalan di sekitar
lingkungan permukiman warga. Kemudian untuk mini market persebaranya berada koridor
jalan lokal dan kolektor yaitu di jalan mastrip dan jalan Dr. Saharjo sedangkan untuk
kawasan khusus PKL pemerintah menyediakan di sepanjang koridor jalan kolonel
surachmad. Hal ini bertujuan agar tidak ada kantong – kantong PKL serta memunculkan
citra kawasan PKL terpadu jumlah eksisting kios PKL yang ada sebanyak 48 unit. Berikut
ini adalah sebaran dan gambaran sarana perdaganan dan jasa serta kawasan TPA Pojok :
Gambar 4.5 Sebaran dan gambaran sarana kebersihan dan sarana perdagangan dan jasa di Kelurahan Pojok
Sumber : Observasi Peneliti
C. Prasarana dan Utilitas Eksisting
Sebaran prasarana pendukung seperti jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan listrik
dan air bersih serta saluran sanitasi yang ada di kelurahan pojok secara umum sudah tersedia
meskipun terdapat perbedaan kualitas di beberapa koridor jalan dan kawasan permukiman
penduduk. Klasifikasi jalan yang ada di kelurahan pojok meliputi klas jalan kolektor primer,
jalan lokal (lokal primer dan lokal sekunder), klas jalan lingkungan dan jalan setapak.
Berikut ini adalah detail data jalan di Kelurahan Pojok Kota Kediri :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 62
Tabel 4.5 Data Jalan di Kelurahan Pojok Kota Kediri
Nama Jalan Klas Jalan Lebar Jalan
Konstruksi Jalan
Jalan Dokter Sarjito Kolektor Primer ± 10 m Aspal Jalan Mas trip Lokal Primer ± 8 m Aspal Jalan Selomangleng Lokal Sekunder ± 8 m Aspal Jalan Maskumambang Lokal Sekunder ± 7 m Aspal Jalan Kolonel Surachmad Lokal Sekunder ± 6 m Aspal Jalan TPA Lingkungan ± 6 m Aspal Jalan Lawu Lingkungan ± 6 m Aspal Jalan Lebak Tumpang Lingkungan ± 6 m Aspal Jalan Boro Lingkungan ± 5 m Aspal Jalan Rinjani Lingkungan ± 5 m Aspal Gg. 13 Jln Dokter Saharjo Lingkungan ± 5 m Aspal Gg. 12 Jln Dokter Saharjo Lingkungan ± 5 m Aspal Gg. 8 Jln Dokter Saharjo Lingkungan ± 5 m Aspal Gg. 7 Jln Dokter Saharjo Lingkungan ± 5 m Aspal
Sumber : Observasi peneliti
Jalan lingkungan dan jalan setapak di Kelurahan Pojok yang belum mempunyai nama,
konstruksinya terbuat dari paving . Untuk pengadaan jalan di kelurahan pojok seperti data
diatas merupakan tanggung jawab dari pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Pekerjaan
Umum, sedangkan untuk jalan – jalan setapak biasanya mendapatkan bantuan dari
Kelurahan atau PNPM serta swadaya masyarakat yang ada di Kelurahan Pojok. Berikut ini
adalah gambaran dari kondisi eksisting jalan di Kelurahan Pojok (terlampir peta sebaran
prasarana di Kelurahan Pojok) :
Gambar 4.6 Gambaran Prasarana Jalan di Kelurahan Pojok
Sumber : Observasi Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 63
Sumber air bersih yang digunakan oleh warga di sekitar Kelurahan Pojok berasal dari
air tanah, mata air/sumber dan PDAM serta ada juga yang membeli air mineral terutama
untuk keperluan minum. Berikut ini adalah tabel pemenuhan air bersih di Kelurahan Pojok :
Tabel 4.6 Sebaran Sumber air bersih di Kelurahan Pojok
Lokasi Sumber air bersih Keterangan RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW
06, RW 08 dan Sebagian RW 07 Sumur Bor, Sumur Gali Sumber air cukup bersih
dan layak konsumsi RW 03 dan sebagian RW 07 PDAM, Sumur Gali,
Membeli air mineral Sumber air bersih kurang
layak konsumsi RW 05 Mata air dan Sumur Gali Sumber air cukup bersih
untuk konsumsi Sumber : Observasi peneliti
Untuk mengakses air tanah mayoritas masyarakat menggunakan sumur bor dengan
menggunakan pompa air, terutama di permukiman warga yang kondisi sumber air bersihnya
cukup baik. Untuk sebagian masyarakat yang tinggal RW 03 dan sebagian RW 07 sumber
air bersih yang ada sudah tercemar oleh bakteri yang diakibatkan oleh endapan sampah dari
tempat pembuangan akhir yang ada di kelurahan pojok sehingga masyarakat 7 harus
membeli air bersih dari PDAM dan air mineral untuk keperluan minum sedangkan untuk
mandi masih ada beberapa warga yang menggunakan sumur bor.
Sumber listrik yang ada di kelurahan Pojok berasal dari PLN dengan sistem jaringan
yang di integrasikan menuju rumah - rumah penduduk yang didukung dengan keberadaan
gardu-gardu listrik. Selain dari PLN supply jaringan listrik juga disediakan oleh pemerintah
berupa lampu penerangan dengan panel listrik. namun demikian masih ada beberapa rumah
yang memiliki keterbatasan pasokan karena kondisi kontur yang cukup tinggi memiliki
tingkat kesulitan tersendiri dalam pengadaan jaringan listrik. Demikian pula dengan
jarangnya terdapat prasarana penerangan jalan di koridor Jalan Soerachmad dan Jalan Lebak
Tumpang hal ini cukup menyulitkan aktivitas warga pada malam hari mengingat jalan
tersebut merupakan penghubung jalan utama yang ada di Kelurahan Pojok. Kemudian untuk
eksisting jaringan telepon di Kelurahan Pojok menyebar mengikuti eksisting tiang telepon,
kabel tersebut menjulang menuju rumah – rumah yang menggunakan telepon rumah. Berikut
adalah gambaran jaringan listrik dan telepon (peta sebaran prasarana terlampir).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 64
Gambar 4.7 Gambaran Jaringan Listrik dan Telepon di Kelurahan Pojok
Sumber : Observasi Peneliti
Sedangkan sistem sanitasi di Kelurahan Pojok, tidak semua masyarakat menggunakan
septictank sebagai sistem sanitasi/resapan untuk limbah yang dihasilkan masyarakat, masih
ada diantara mereka yang membuat jamban di sekitar kali barak atau di pekarangan belakang
rumah. Kemudian sistem drainase pada kelurahan pojok sangat minim, masih ada koridor
jalan yang tidak memiliki saluran drainase sehingga hanya mengandalkan badan jalan untuk
mengalirkan air menuju tempat yang lebih rendah, sedangkan untuk buangan air cuci dan
resapan sanitasi pada beberapa rumah di Kelurahan Pojok masih banyak yang membuangnya
ke tanah pekarangan hingga meresap karena tidak ada saluran drainase namun ada juga
masyarakat yang membuang air kotor ke saluran air yang terdekat dengan rumahnya
kemudian bermuar hingga menuju sungai di Kelurahan Pojok yaitu Kali Barak.
D. Karakteristik Pemulung
Karakteristik pemulung merupakan ciri-ciri yang memberikan gambaran yang khas
kepada pemulung. Karakteristik pemulung di dasari oleh beberapa konsep, berikut ini konsep
yang akan dibahas diantaranya adalah pola pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan,
pola pengaturan keuangan, jenis kelamin, usia pemulung, daerah asal, jumlah anggota rumah
tangga (keikutsertaan keluarga), pola bermukim komunitas pemulung, karakteristik hunian
pemulung, dan kepemilikan KTP dari komunitas pemulung.
1. Klasifikasi Komunitas Pemulung
a. Pola Pekerjaan
Dari data terakhir yang dimiliki oleh koordinator pemulung dan hasil sensus peneliti
terhadap komunitas pemulung diketahui ada ± 108 orang, jumlah ini tidak pasti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 65
dikarenakan pertambahan dan pengurangan jumlah komunitas pemulung tidak bisa
dikontrol oleh koordinator. Pada saat melakukan observasi data di kawasan penelitian
diketahui terdapat tiga pola pekerjaan yang dilakukan oleh komunitas pemulung dimana
pada setiap pola pekerjaan dipengaruhi oleh asal barang dan bentuk kegiatan yang
dilakukan pada saat bekerja. Selain itu setiap pola pekerjaan juga menggunakan sarana
tertentu dimana dibutuhkan oleh komunitas pemulung. Berikut ini adalah siklus
kumunitas yang menggeluti bidang pada pola pekerjaan pertama :
Gambar 4.8 Siklus pola pekerjaan pertama di kawasan penelitian
Sumber : Observasi peneliti
Pada pola kedua mempunyai siklus pola pekerjaan yang berbeda dengan pola pertama,
berikut ini adalah siklus pola pekerjaan pada pola kedua :
Gambar 4.9 Siklus pola pekerjaan kedua di kawasan penelitian
Sumber : Observasi peneliti
Mengambil sampah daur ulang yang bisa
dimanfaatkan dari tempat pembuangan akhir
Sampah daur ulang dimasukan didalam
karung atau keranjang
Sampah daur ulang di bawa menuju tempat pemijahan
Sampah daur ulang di kelompokan menurut
jenisnya : (bes i dengan besi, plastik dengan plastik,dsb).
Sampah daur ulang di kemas dan dijual kepada
pihak lain
Barang yang sudah dibeli, ditempatkan
tempat penampungan
Barang bekas dipilah dan dikelompokan
sesuai kualitas barang
Mengemas kembali barang sesuai kualitasnya
kemud ian dijual kepada pihak lainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 66
Kemudian untuk pola pekerjaan ketiga memiliki siklus yang lebih singkat daripada
pola pekerjaan pertama dan pola pekerjaan kedua, karena pada pola pekerjaan ketiga
pelakunya membeli barang daur ulang yang sudah dikelompokan sesuai dengan jenis dan
kualitasnya dari penyuplai barang bekas, kemudian disimpan di gudang sebelum dijual
kembali dengan harga yang lebih tinggi kepada industri daur ulang. Berikut ini adalah
siklus pola pekerjaan ketiga :
Gambar 4.10 Siklus pola pekerjaan ketiga di kawasan penelitian
Sumber : Observasi peneliti
b. Pola Keuangan
Kemudian untuk data pengelolaan keuangan pada komunitas pemulung terdiri dari
data tingkat pendapatan maupun tingkat pengeluaran per hari. Dari hasil wawancara pada
108 komusnitas pemulung, diketahui bahwa ada perbedaan penghasilan dari setiap
responden, yaitu apabila diklasifikasikan : berpenghasilan rendah ( < Rp 20.000/hari ),
sedang ( Rp 20.000/hari – Rp 50.000/hari ), dan tinggi ( > Rp 50.000/hari ).
“Alhamdulillah dari usaha saya menjual beli barang bekas penghasilan saya
dalam sehari bisa > Rp 50.000/hari, barang bekas harganya jarang naik turun
mas, stabil saja jadi bisa cukup buat makan dan kebutuhan lainnya lah yang
penting anak – anak bisa sekolah” Bayu/43 tahun/komunitas pemulung.
Dengan tingkat pendapatan seperti diatas maka diketahui pula tingkat pengeluaran dari
komunitas pemulung yang berada di kawasan penelitian yaitu < Rp 20.000/hari, Rp
20.000/hari – Rp 50.000/hari, > Rp 50.000/hari. Pembiayaan keuangan dari komunitas
pemulung biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari – hari mulai dari
makan, minum, kebutuhan listrik dan air bersih serta kebutuhan terhadap sandang dan
kebutuhan terhadap papan/rumah, tergantung pada kebutuhan yang diprioritaskan.
“Ya…uang yang dikasih bapak e niku nggeh kulo kelola damel masak mas
utamane, paling nggeh Rp 15.000 niku, sisane ya buat urusan sing liane mas
Barang yang sudah dibeli, disimpan pada
tempat penampungan barang sebelum dijual kepada industri daur ulang
Menjual barang bekas kepada industri daur ulang sesuai barang yang diminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 67
sangune cah-cah niku lak ndelalah minta jajan. Lak urusan sing liane kulo
pasrah gusti Alloh mawon mas, sing penting kulo diparingi seger waras.” Siti/33
tahun/komunitas pemulung.
Tabel 4.7 Pola keuangan komunitas pemulung di Kelurahan Pojok
Nilai Jumlah (orang)
Pendapatan Pengeluaran < Rp 20.000/hari 70 79 Rp 20.000/hari – Rp 50.000/hari 34 21 > Rp 50.000/hari 4 8
Jumlah 108 108 Sumber : Wawancara
Sementara itu, pengeluaran lain yang dilakukan oleh komunitas pemulung adalah untuk
menabung atau simpanan, dengan menabung kebutuhan hidup dari komunitas pemulung
bisa bermanfaat kedepanya. Dari semua komunitas pemulung di kawasan penelitian
diketahui bahwa pada dasarnya hampir semua komunitas pemulung mampu menyisihkan
sebagian penghasilan mereka meskipun dengan nilai yang berbeda – beda pada setiap
individunya, berikut ini adalah nominal kemampuan menyisihkan uang dari komunitas
pemulung : < Rp 2.500/hari, Rp 2.500/hari – Rp 5.000/hari, > Rp 5.000/hari.
“Asline mas, hampir semua orang yang tinggal disini iku mampu mas lak disuruh
menyisihkan uang lak cuma Rp 500/hari lho yak, tapi kalo sampean tanya apa
bisa anda menyisihkan uang? Pasti dijawab ga iso, soale emang mikire lak ada
survey ngene iki arep dibantu mesti. Lak kulo insya Alloh Rp 1.000/hari sanggup
lah mas.” Siti/33 tahun/komunitas pemulung
Dari hasil survey primer diketahui bahwa 93 orang responden mampu menyisihkan uang
sebesar < Rp 2.500/hari, kemudian 13 orang menyisihkan uang sebesar Rp 2.500/hari –
Rp 5.000/hari, dan hanya dua orang yang mampu menyisihkan sebesar > Rp 5.000/hari.
c. Tingkat Pendidikan
Untuk data tingkat pendidikan pada komunitas pemulung di kawasan penelitian, dari
108 responden terdapat tingkatan pendidikan yang tidak sama antara satu dengan lainya,
ada yang tidak sekolah, hanya lulus sekolah dasar, lulus sekolah menengah pertama dan
lulus sekolah menengah atas.
“Yo Masio kerjaanku ngene iki, ak tau sekolah sd nak, yo ora pinter nemen sing
peniting iso moco karo tulis ben ora diapusi wong. Lak anak-anakku ya arep
sekolah tak biayai klo gak pengene kerjo ya monggo ora tak pekso nak”
Rakimin/28 tahun/komunitas pemulung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 68
Tabel 4.8 Pendidikan komunitas pemulung di Kelurahan Pojok
Keluhan Penyakit Jumlah (orang) Prosentase Tidak sekolah 49 45,4 Tidak tamat SD 20 18,5 Tamat SD 24 22,2 Tamat SMP 13 12,1 Tamat SMA 2 1,8
Jumlah 108 100 % Sumber : Wawancara
Sebagian dari komunitas pemulung yang ada di kelurahan pojok memang memiliki
tingkat pendidikan formal yang rendah dimana prosentase orang yang tidak bersekolah
lebih besar dari pada yang bersekolah. Akan tetapi masih ada sedikit orang yang mampu
bersekolah sesuai dengan program pemerintah yaitu wajib belajar minimal hingga sekolah
menengah pertama. Kemudian untuk anak – anak dari komunitas pemulung yang ada
pada kawasan penelitian diketahui bahwa terdapat 71 anak pada kawasan permukiman
pemulung dengan tingkat usia yang berbeda – beda dan tingkat pendidikan yang berbeda
mulai dari TK sampai SMA berikut ini adalah kelompok usia anak komunitas pemulung :
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Anak – Anak Komunitas Pemulung
Kelompok Usia Kriteria Pendidikan
Jumlah (orang ) Sekolah Tidak Sekolah
5 tahun – 6 tahun TK 13 6 7 tahun – 12 tahun SD 7 12 13 tahun – 15 tahun SMP 7 13 16 tahun – 18 tahun SMA 6 7
Jumlah (orang) 33 38 Sumber : Observasi peneliti
Hasil Identifikasi Klasifikasi Pemulung :
Dari data di lapangan terkait dengan pola pekerjaan yang dilakukan oleh 108 orang
komunitas pemulung diketahui klasifikasi pekerjaannya, yaitu pemulung, pengepul/lapak dan
agen. Setiap pekerjaan mempunyai tugas dan peran yang berbeda – beda dalam melakukan
aktivitasnya dan asal barang yang didapatkan. Contohnya pemulung bertugas di lapangan
untuk mengambil besi tua, kertas, sampah plastik, dan barang lain yang masih bisa
dimanfaatkan dari tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir kemudian dimasukan
kedalam karung atau keranjang sebagai penampungan agar dapat dibawa ke suatu tempat
untuk dipilah – pilah sesuai jenisnya sehingga dihasilkan barang yang sekiranya dapat dijual
kepada pengepul/lapak agar mendapatkan keuntungan bagi para pemulung. Lapak (pengepul)
bertugas sebagai penampung sementara dari barang – barang yang dihasilkan oleh pemulung,
pengepul (lapak) memang jarang sekali turun langsung kelapangan untuk memumuti barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 69
barang bekas namun tidak menutup kemungkinan sesekali para lapak turun kelapangan, lapak
juga sebagai koordinator atau penanggung jawab dari para pemulung. Kerja lapak sebagian
besar adalah mencari agen barang bekas agar membeli barang yang mereka beli dari
pemulung. Selain itu ada juga Agen, kerja agen memang tidak seperti kerja pemulung dan
lapak, Agen menjual barang barang yang sudah mereka beli dari para lapak kepada industri
daur ulang untuk diolah kembali menjadi barang siap pakai. Hampir sebagian besar
komunitas pemulung di kawasan penelitian, berprofesi sebagai pemulung
Tabel 4.10 Klasifikasi Komunitas Pemulung di Kelurahan Pojok
Jenis Profesi Jumlah Pemulung 97 Pengepul (lapak) 8 Agen 3
Jumlah 108 Sumber : Analisis Peneliti
Pengelolaan keuangan dari komunitas pemulung didasari oleh klasifikasi pekerjaanya
baik yang berprofesi sebagai pemulung, pengepul/lapak dan agen. Berikut ini adalah tingkat
pendapatan dari komunitas pemulung berdasarkan klasifikasi pekerjaan.
Gambar 4.11 Diagram tingkat pendapatan menurut klasifikasi pekerjaan
Sumber : Analisis Peneliti
Sebagian besar orang yang berprofesi sebagai pemulung memiliki penghasilan yang
rendah, hal ini berbanding lurus juga dengan tingkat pendidikan mereka dimana dari 70 orang
pemulung dengan tingkat penghasilan < Rp 20.000/hari, hanya 1 orang yang mampu lulus SD
sedangkan 20 orang tidak tamat SD dan 49 orang tidak pernah menempuh pendidikan formal,
meskipun ada 27 orang yang memiliki tingkat penghasilan menengah namun tingkat
pendidikannya juga rendah dimana hanya ada 23 orang yang lulus SD sedangkan 4 orang
mampu lulus SMP. Adanya perbedaan terhadap tingkat penghasilan dari orang yang bekerja
0
10
20
30
40
50
60
70
Pemulung Pengepul Agen
70
0 0
27
700 1 3
Tingkat pendapatan menurut pekerjaan
< Rp 20.000
Rp 20.000 - Rp50.000> Rp 50.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
sebagai pemulung dikarenakan mereka memiliki keterampilan lain atau pekerjaan sampingan
bahkan ada juga bekerja lembur diluar waktu bekerjanya sehingga dapat meningkatkan
pendapatannya. Pekerjaan sampingan yang geluti oleh sebagian besar pemulung dikawasan
penelitian meliputi buruh tani, buruh cuci, buruh bangunan, tukang jahit, tukang becak dan
tukang reparasi elektronik. Kemudian untuk yang bekerja sebagai pengepul/lapak memang
pendapatanya terlihat lebih besar dibandingkan berprofesi sebagai pemulung karena
lapak/pengepul memiliki wewenang dalam menentukan harga barang pada saat proses jual
beli dengan pemulung. Adanya perbedaan penghasilan pada pengepul/lapak dikarenakan
mereka sangat lihai dalam mencari celah untuk menjual barang – barang bekas. Tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh pengepul/lapak juga cenderung lebih tinggi jika dibandingkan
pemulung,dimana dari 8 orang yang bekerja sebagai lapak/pengepul mampu menempuh
pendidikan hingga SMP. Kemudian bagi orang yang bekerja sebagai agen penghasilan
mereka termasuk kedalam golongan pendapatan tinggi dalam komunitas pemulung, karena
harga barang bekas apabila sudah dibeli agen harga jualnya akan bertambah karena para agen
menjualnya kepada industri – industri daur ulang yang membeli barang bekas dengan harga
tinggi. Selain itu para agen pada kawasan penelitian juga mempunyai usaha lain selain
bekerja sebagai agen dalam komunitas pemulung. Untuk tingkat pendidikan yang dimiliki
agen juga termasuk sadar terhadap pendidikan dimana dua orang diantaranya mampu lulus
dari SMA sedangkan satu orang lainnya hanya mampu lulus SMP.
Kemudian untuk tingkat pengeluaran dari pemulung, lapak/pengepul dan agen,
dipengaruhi pula oleh pola pekerjaan yang mereka geluti, berikut ini adalah diagram analisis
tingkat pengeluaran pemulung berdasarkan pekerjaanya :
Gambar 4.12 Diagram tingkat pengeluaran uang menurut klasifikasi pekerjaan
Sumber : Analisis Peneliti
0
20
40
60
80
Pemulung Pengepul Agen
79
0 0
137
05 1 3
Tingkat pengeluaran menurut pekerjaan
< Rp 20.000
Rp 20.000 - Rp 50.000
> Rp 50.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 71
Dari tingkat pengeluaran tersebut diketahui bahwa pada dasarnya setiap orang pada
komunitas pemulung baik yang bekerja sebagai pemulung, lapak/pengepul dan agen mampu
menyisihkan uang untuk keperluan mendesak. Rendahnya tingkat pendapatan pada orang
yang bekerja sebagai pemulung dipengaruhi pula oleh tingkat pengeluaran keuanganya, uang
yang dikeluarkan oleh pemulung di tujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti :
makan, minum, air bersih, pengadaan listrik dan keperluan insidental lainnya. Kemudian
untuk kemampuan menyisihkan uang dari 97 orang pemulung, 93 orang hanya mampu
menyisihkan uang sebesar Rp < 2.500/hari, sedangkan 4 orang lainnya mampu menyisihkan
uang sebesar Rp 2.500/hari – Rp 5.000/hari. Uang simpanan tersebut kebanyakan
diprioritaskan untuk keperluan membayar hutang setelah itu untuk memenuhi keperluan
kesehatan jikalau suatu waktu terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Perbedaan nilai dalam
menyisihkan uang menurut orang yang bekerja sebagai pemulung dikarenakan sebagian kecil
dari pemulung gemar menabung untuk keperluan hari tua, sedangkan mayoritas dari
pemulung beranggapan bahwa pendapatan yang didapat berbanding lurus dengan
pengeluaranya sehingga untuk menabung hanya mampu menyisihkan seadanya itupun jika
ada uang sisa setalah memenuhi kebutuhan pokok.
Bagi orang yang bekerja sebagai pengepul/lapak, uang yang mereka keluarkan
sebenarnya sama seperti pemulung yaitu untuk memenuhi kebutuhan dasar, namun
pengeluaran lapak/pengepul lebih besar karena harus mengeluarkan uang untuk keperluan
modal baik untuk membeli barang bekas dari pemulung maupun modal untuk usaha lainnya
mengingat ada lapak/pengepul yang membuka toko kelontong pada kawasan permukimanya.
Kemudian untuk kemampuan menyisihkan, dari 8 orang pengepul/lapak ada 7 orang yang
mampu menyisihkan uang sebesar Rp 2.500/hari – Rp 5.000/hari dan hanya ada satu orang
yang mampu menyisihkan uang sebesar > Rp 5.000/hari. Adanya perbedaan nilai dalam
menyisihkan uang dari pengepul/lapak dikarenakan memang penghasilannya lebih besar
sehingga mempengaruhi kemampuan menyisihkan uang.
Kemudian bagi orang yang bekerja sebagai agen, tingkat pengeluaran uang memang
lebih tinggi dibandingkan pemulung atau agen. Selain digunakan untuk kebutuhan dasar,
uang yang ada juga digunakan sebagai modal usaha jual – beli barang bekas dari para
lapak/pengepul. Dari tiga orang agen, dua orang mampu menyisihkan uang sebesar > Rp
5.000/hari sedangkan hanya satu orang yang menyisihkan uang Rp 2.500/hari – Rp
5.000/hari. Secara keseluruhan perbedaan tingkat pengeluaran pada setiap klasifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
pekerjaan dikarenakan oleh prioritisasi kebutuhan dimana setiap orang mempunyai tolak
ukur masing – masing dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, namun yang harus digaris
bawahi adalah adanya kemampuan untuk menyisihkan uang dari komunitas pemulung baik
yang bekerja sebagai pemulung, pengepul/lapak dan agen merupakan suatu potensi apabila
terjadi hal – hal yang sangat mendesak dalam pemenuhan sarana dan prasarana permukiman
sehingga jika uang simpanan dari komunitas pemulung bisa dikelola dengan baik pemenuhan
sarana dan prasarana permukiman bisa dilakukan dengan cara swadaya dari komunitas
pemulung tidak perlu menunggu bantuan dari pemerintah jikalau pemenuhan sarana dan
prasarana tersebut sangat mendesak.
2. Aktivitas Pemulung
a. Data Kondisi Kesehatan
Kemudian data lain yang didapat dari hasil observasi dan wawancara pada 108
responden diketahui bahwa hampir sebagian besar dari responden memiliki keluhan
terkait dengan masalah kesehatan yang dialami selama melakukan pekerjaan.
“Kalau disini mas,penyakit yang paling sering menjangkit masyarakat di sekitar
permukiman ini ya…ganguan penapasan, soale sampah itu baunya nggak karuan
apalagi kalo pas hujan trus panas, nah kalau hal itu terjadi selama lebih dari tiga
hari ae wes mesti ono warga sing berobat keluhane sesek, ada juga yang pusing
tapi lak wes biasa wes ora patio mas, kadang yo lak nang banyu iku gatel - gatel
kalo pas ae dewe mandi” Jumadi/45 tahun/Ketua RW 03.
Beberapa permasalahan kesehatan yang menjangkit responden di kawasan penelitian
paling banyak adalah penyakit saluran pernapasan (ISPA) dan penyakit kulit, karena
mereka selalu berada pada tempat pembuangan akhir yang kotor dan rentan penyakit.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang muncul akibat pola pekerjaan yang dilakukan
oleh komunitas pemulung :
Tabel 4.11 Keluhan kesehatan komunitas pemulung di Kelurahan Pojok Keluhan Penyakit Jumlah (orang)
Saluran Pernapasan ( ISPA ) 43 Flu 18 Maag 6 Gangguan Kulit 27 Masuk Angin 4 Tidak ada Keluhan 10
Jumlah 108 Sumber : Wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 73
b. Asal Daerah
Komunitas pemulung yang ada di kawasan penelitian tidak hanya berasal dari Kota
Kediri saja melainkan berasal dari kota lain. Latar belakang para pendatang bermigrasi ke
Kota Kediri adalah untuk mencari penghidupan yang lebih baik, karena mereka merasa di
kampungnya tidak bisa memberikan jaminan pekerjaan yang layak, ada juga yang
beranggapan bahwa mengikuti suami yang merantau ke kota lain.
“Asale Kulo ta mas? kulo sangking meduro, lha nggeh niki dados uwong sing
nompo – nompo rosok sangking wong sing kerjo nang tpa, soale nang kampung
kulo nggeh, sedulure taseh katah sing usaha ngene iki mas. kulo tinggal teng
mriki sampun 10 tahunan lah mas. kabeh tak jak mas sak anak lan bojo kulo, soale aku ga tego ninggalno nang meduro kono. Selain sangking maduro nggeh
sing nglakokke ngene iki wonten tiang nggalek kalian tiang kene asli mas, paling
katah niku sing sangking kediri asli mas” Fuad/35tahun/komunitas pemulung
Tabel 4.12 Jumlah Pemulung Menurut Daerah Asal di Kelurahan Pojok
Daerah Asal Jumlah Kediri 68
Madura 21 Trenggalek 19
Jumlah 108 Sumber : Observasi dan wawancara
c. Kepemilikan Kartu Identitas
Bagi semua orang yang tinggal di Kota Kediri kepemilikan kartu identitas seperti KTP
(kartu tanda penduduk) dan KK (kartu keluarga) sangat dibutuhkan. Dari data lapangan
dari komunitas pemulung diketahui ada yang memiliki KTP dan KK kemudian ada juga
hanya memiliki KTP namun tidak memiliki KK bahkan ada yang tidak memiliki
keduanya. Dari data yang didapat diketahui bahwa ada 76 orang yang mempunyai KTP
dan KK, 20 orang hanya mempunyai KTP saja, 12 orang sisanya tidak mempunyai KTP
dan KK. Mayoritas pemulung yang tidak mempunyai KTP dan/atau hanya mempunyai
KTP atau KK saja sebagian besar merupakan pemulung dari luar Kota Kediri.
“KTP to mas? nggih wonten kulo, niku lak ngurus teng pak RT rumiyen minta
surat keterangan pokoke ngeten nikulah trus teng pak rw tanda tangan trus awak
e dewe langsung teng kelurahan, saiki usume wes e-ktp mas masio ono sing podo
durung foto soale nggih jarene kepentok waktu kerjo, tapi lak kulo sampun foto”
Gopur/36 tahun/komunitas pemulung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 74
d. Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh komunitas pemulung meliputi kegiatan
yang dilakukan di dalam rumah dan kegiatan yang dilakukan di luar rumah. Bentuk
interaksi di dalam rumah seperti dari tidur, menonton televisi bersama keluarga dan lain
sebagainya. kemudian untuk interaksi yang dilakukan di luar rumah seperti bersenda
gurau atau mengobrol dengan tetangga sekitar, bagi anak – anak aktivitas yang dilakukan
adalah bermain di ruang terbuka dekat rumah mereka, tidak jarang anak – anak juga
melakukan kegiatan belajar bersama yang di koordinatori oleh mahasiswa yang sedang
melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN), kegiatan belajar mengajar dilakukan
satu atau dua kali dalam seminggu pada pukul 15.00 WIB – 17.00 WIB. Hal lain yang
dilakukan oleh komunitas pemulung adalah aktivitas menyortir barang bekas yang mereka
dapatkan dari tempat pembuangan akhir. keterbatasan ruang pada permukiman pemulung
membuat aktivitas yang seharusnya dilakukan di dalam rumah terkadang dilakukan diluar
rumah contohnya makan dan tidur/istirahat, begitu juga sebaliknya seperti menyimpan
barang bekas yang seharusnya disimpan di luar rumah tetapi di teras rumah.
Gambar 4.13 Aktivitas sosial komunitas pemulung di Kelurahan Pojok
Sumber : Observasi Peneliti
e. Keikutsertaan Keluarga
Dari 108 responden komunitas pemulung diketahui bahwa dalam satu rumah hampir
sebagian besar dari mereka tinggal bersama keluarga, namun ada juga yang tinggal
seorang diri dalam satu rumah. Hal ini dikarenakan berbagai macam alasan mulai dari
rasa khawatir meninggalkan keluarga dikampung atau merupakan warga asli kediri,
meskipun ada diantara mereka yang tinggal sendiri karena belum menikah atau sudah
tidak punya orang tua. Dari data yang ada dilapangan 10 orang tinggal sendiri sedangkan
98 orang tinggal bersama keluarganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 75
f. Pola Bermukim Komunitas Pemulung
Dari kondisi yang ada dilapangan, diketahui terdapat perbedaan pola bermukim dari
komunitas pemulung yaitu ada dua jenis kawasan permukiman pemulung yang tercipta
dari aktivitas bermukim yang dilakukan. Pola bermukim yang ada dikawasan penelitian
yaitu pola bermukim memusat yang berada di RW 03 dan Berada di Berada di RW 05
sedangkan untuk pola bermukim menyebar berada di RW 03, RW 04, dan RW 05.
Berikut ini adalah gambaran morfologi pada permukiman pemulung di Kelurahan Pojok
Kota Kediri. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat peta sebaran permukiman
Gambar. 4.14 Morfologi pola bermukim
komunitas pemulung di Kelurahan Pojok (a) Pola Memusat/Membuat Komunitas Baru
(b) Pola Menyebar/Berbaur dengan masyarakat umum
(a)
(b)
Sumber : Observasi Peneliti
Selain data pola permukiman komunitas pemulung, diketauhi pula data jarak antara
permukiman dengan tempat kerja yaitu TPA Pojok di ketahui ada 45 orang yang
rumahnya berjarak < 500m dari TPA, kemudian ada 46 orang yang jarak hunianya sekitar
500 m – 1 km, selain itu ada 17 orang yang rumahnya berjarak > 1 km dari tempat
pembuangan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 76
Peta Sebaran Permukiman Pemulung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 77
g. Struktur Pekerjaan
Diketahui bahwa ada 33 orang memiliki pekerjaan sampingan selain tergabung ke
dalam komunitas pemulung sedangkan 75 orang menganggap bahwa pekerjaannya saat
ini merupakan pekerjaan satu satunya.
h. Transportasi Pendukung Pekerjaan
Dalam melakukan pekerjaannya orang – orang yang tergabung didalam komunitas
pemulung membutuhkan sarana transportasi pendukung guna memudahkan pekerjaanya.
Sarana transportasi disediakan secara swadaya. Dari preseden yang ada diketahui bahwa
sarana transportasi yang digunakan komunitas pemulung yaitu sepeda gowes, gerobak,
sepeda motor, mobil pick up / truk bahkan ada yang hanya berjalan kaki saja dengan
membawa karung. Dari data dilapangan ada 94 orang bekerja dengan berjalan kaki sambil
membawa karung atau keranjang atau ada juga yang membawa gerobak, serta ada delapan
orang menggunakan sepeda gowes. Kemudian enam orang responden bekerja dengan
menggunakan motor gerobak/mobil pick up/truk..
Gambar 4.15 Sarana transportasi pendukung komunitas pemulung di Kelurahan Pojok
Sumber : Survey Primer
Hasil Identifikasi Aktivitas Komunitas Pemulung :
Perbedaan klasifikasi pekerjaan pada komunitas pemulung (pemulung, pengepul, agen)
mempengaruhi setiap aktivitas yang dilakukan, baik aktivitas bermukim maupun aktivitas
bekerja. Berikut ini adalah penjabaran analisis dari aktivitas bermukim dan bekerja :
v Aktivitas Bekerja
Dalam melakukan pekerjaan antara pemulung, pengepul/lapak dan agen memiliki
perbedaan terhadap sarana transportasi yang digunakan dalam menunjang pekerjaanya.
Berikut ini adalah pengelompokan sarana transportasi penunjang berdasarkan klasifikasi
pekerjaan dari komunitas pemulung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 78
Tabel 4.13 Penggunaan Sarana transportasi penunjang menurut klasifikasi pekerjaan
Klasifikasi Pekerjaan
Sarana Transportasi Pemulung Pengepul/Lapak Agen
Jalan kaki membawa keranjang atau gerobag 93 0 0
Sepeda gowes atau sepeda motor 4 2
Mobil Pick Up atau Truk 0 6 3 Jumlah (orang) 97 8 3
Sumber : Analisis Peneliti
Perbedaan sarana transportasi yang digunakan oleh komunitas pemulung dikarenakan
setiap pola pekerjaan menghasilakan barang dengan muatan yang berbeda - beda, sebagian
besar pemulung memilih untuk berjalan kaki sambil membawa karung atau gerobag
dikarenakan aktivitas yang dilakukan hanya terpusat di tempat pembuangan akhir, selain itu
jarak tempuh dengan permukimannya juga tidak begitu jauh < 1 km. Barang bekas yang
dibawa oleh pemulung tidak banyak rata – rata per orang membawa 2 - 3 karung per
harinya. Sedangkan bagi pemulung yang membawa sepeda gowes untuk menuju tempat
pembuangan akhir dikarenakan faktor usia yang sudah cukup tua dan jarak rumahnya lebih
dari > 1 km serta mereka merasa cukup kesulitan jika harus membawa barang sambil
berjalan kaki. Secara keseluruhan ditemukenali bahwa 96 % dari orang yang bekerja
sebagai pemulung tidak ingin menggunakan sarana trasportasi lain seperti sepeda motor
dalam mendukung aktivitas bekerjanya karena tidak ada tempat untuk memarkir kendaraan
serta minimnya pengawasan terhadap sarana transportasi yang digunakan mengingat semua
orang yang bekerja di tempat pembuangan akhir fokus untuk bekerja, meskipun semua
pemulung menginginkan untuk memiliki kendaraan bermotor namun tidak diperuntukan
sebagai sarana penunjang dalam bekerja melainkan untuk mobilitas sehari – hari.
Sebagian besar lapak/pengepul dikawasan penelitian memilih bekerja dengan
menggunakan sepeda motor dan mobil pick up karena barang yang diangkut untuk dijual
kembali menuju agen cukup banyak, selain itu aktivitas yang dilakukan oleh para
pengepul/lapak dalam menjual barang tidak semua dilakukan di sekitar kawasan.
Pengepul/lapak yang menggunakan sepeda motor untuk bekerja dikarenakan dalam menjual
hanya menuju agen yang berada di kawasan penelitian, selain itu mereka juga tidak
memiliki mobil pick up untuk menunjang aktivitas penjualan barang. Sedangkan bagi orang
yang bekerja sebagai agen menggunakan truk sebagai sarana transportasi penunjang
aktivitas bekerja dikarenakan muatan yang dibawa agen menuju industri daur ulang sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 79
banyak. Selain itu, jarak untuk menuju industri daur ulang tidak hanya berada disekitar
Kota Kediri, melainkan luar kota seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto dan
Madura, sehingga jika ditempuh menggunakan mobil pick up akan melebihi beban muatan
dan rawan terhadap tindakan pelangaran lalulintas.
v Aktivitas Bermukim
Dengan adanya KTP atau KK setiap orang yang kurang mampu atau kesulitan keuangan
akan diberikan kartu jaminan kesehatan agar biaya kesehatan bisa diringankan bahkan bisa
digratiskan. Dari populasi komunitas pemulung yang tinggal pada kawasan penelitian
diketahui masih ada 12 orang pemulung belum memiliki kartu tanda penduduk sebagai
warga Kota Kediri dan Kartu Keluarga. Pemulung yang tidak mempunyai KTP dan KK
merupakan pemulung yang berasal dari luar Kota Kediri dimana 5 orang berasal dari
Trenggalek dan 7 orang berasal dari Madura. Latar belakang pemulung ada yang tidak
mempunyai KTP dan KK dikarenakan pemulung enggan mengurusnya karena pekerjaan
mereka yang hanya memumuti sampah yang ada di tempat pembuangan akhir sehingga
mereka takut disepelekan dan tidak dianggap oleh para petugas kelurahan jika mengurus
KTP dan KK serta tidak ada sosialisasi lebih lanjut dari kelurahan bahwa para pemulung
pendatang harus memiliki KTP jika ingin tinggal di Kota Kediri. Selain itu kesadaran dari
pemulung terhadap pentingnya KTP dan KK juga sangat rendah, para pemulung berfikiran
bahwa dalam mengurus kelengkapan administrasi terlalu rumit dan harus mengantri lama.
Kemudahan akses bagi komunitas pemulung dengan diberikannya jaminan kesehatan
apabila memiliki KTP sangat diperlukan terutama untuk pemulung yang notabenya
berpenghasilan rendah dan sangat rentan terhadap penyakit karena pemulung selalu berada
di lingkungan yang tidak higienis sehingga mempengaruhi pola hidup dari pemulung.
Interaksi sosial antar sesama pemulung pada kawasan penelitian terjalin cukup rutin,
karena sebagian besar pemulung beranggapan memiliki ‘kesetaraan’ baik dalam hal materi
maupun sudut pandang masyarakat terhadap pekerjaanya, sehingga rasa peduli antar sesama
pemulung cukup tinggi. Hal ini ditunjukan dengan adanya kegiatan berkumpul untuk
sekedar berbincang baik di siang hari (pada saat bekerja) maupun pada malam hari.
Kegiatan interaksi yang terjalin pada saat bekerja sering terjadi pada saat beristirahat setelah
melakukan pekerjaan, dalam berinteraksi para pemulung tidak mengenal adanya batas
meskipun berbeda daerah asal. Pemulung sering melakukan kegiatan berkumpul di teras
depan rumahnya, sedangkan anak – anak bermain di sekitar rumah pemulung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 80
Adanya keterbatasan ruang didalam permukiman pemulung baik pola memusat maupun
pola mengelompok, tidak menjadikan interaksi yang terjalin antara pemulung dengan pihak
luar menjadi terhambat meskipun cukup membebani pemulung karena kegiatan seperti
sosialisasi, kegiatan belajar bersama anak-anak pemulung dan bazar murah dilakukan di
dalam rumah salah seorang pemulung (permukiman pola memusat), namun karena kegiatan
ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dari pemulung sehingga terus dilaksanakan.
Kegiatan seperti ini sebaiknya dilakukan dengan tidak menggunakan rumah dari pemulung
melainkan adanya tempat lain yang lebih layak untuk menampung kegiatan tersebut,
meskipun kegiatan ini hanya bersifat insidental. Berikut ini adalah gambaran mengenai
interaksi sosial dari komunitas pemulung dalam bermukim :
Gambar 4.16 Interaksi Sosial Komunitas Pemulung
Sumber : Observasi Peneliti
3. Karakteristik Hunian Pemulung
Karakter Hunian dari komunitas pemulung memang berbeda seperti karakter hunian
pada umumnya, data – data yang terkait dengan karakteristik hunian dari komunitas
pemulung yaitu : kondisi fisik bangunan, status kepemilikan tanah, fungsi bangunan.
a. Kondisi Fisik Bangunan
Kondisi fisik bangunan merupakan hal yang paling utama dalam menilai jenis dan
luas bangunan. Data kondisi fisik bangunan yang ada dilapangan adalah permanen, semi-
permanen, dan non-permanen. Dari hasil survey di kawasan penelitian diketahui sebanyak
48 orang tinggal di rumah permanen, 23 orang tinggal di rumah semi permanen, 37 orang
lainnya tinggal di bangunan non-permanen. Dari setiap eksisting rumah yang ada di
permukiman pemulung masing - masing mempunyai luasan yang berbeda baik untuk
bangunan permanen, semi permanen dan non permanen sehingga didapatkan ada 44 orang
yang tinggal di dalam rumah yang berukuran < 10 m2, 58 orang tinggal di rumah yang
luasnya 10 m2 – 21 m2, 6 orang sisanya tinggal didalam rumah yang berukuran > 21 m2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 81
Gambar 4.17 Kondisi dan Jenis Bangunan di Permukiman Pemulung Kelurahan Pojok
Kondisi Bangunan Non Permanen Kondisi Bangunan Permanen
Kondisi Bangunan semi-permanen
Interior Bangunan non-permanen Sumber : Survey Primer
b. Peruntukan Hunian
Peruntukan bangunan pada permukiman pemulung memiliki perbedaan fungsi,
dimana setiap rumah yang disinggahi oleh komunitas pemulung tersebut tidak semua
digunakan sebagai tempat tinggal melainkan ada pula yang menggunakan sebagai tempat
bekerja, terutama digunakan untuk menyimpan barang – barang yang akan dijual kembali
kepada pihak lainnya. Diketahui bahwa ada 29 orang yang rumahnya diperuntukan
sebagai tempat penyimpanan barang. Namun masih ada 79 orang yang rumahnya
digunakan sebagai tempat bermukim saja karena dalam melakukan pemilahan sampah
dan penyimpanan sudah mereka lakukan di lahan kosong dekat TPA.
Gambar. 4.18 Peruntukan Hunian Pemulung di Kelurahan Pojok (a) Rumah Sebagai Gudang penyimpanan (b) Rumah sebagai tempat tinggal
(a) (b) Sumber : observasi dan wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 82
c. Status Kepemilikan Lahan dan Bangunan
Kemudian untuk data status kepemilikan lahan pada setiap unit rumah komunitas
pemulung yang berada pada lokus penelitian diketahui bahwa terdapat komunitas
pemulung yang tinggal diatas tanahnya sendiri dan ada yang tinggal dengan cara
menyewa rumah orang lain, hampir sebagian besar rumah kepemilikan lahanya
merupakan lahan pribadi yaitu sebanyak 70 orang memiliki sertifikat tanah terhadap
rumah yang ditempati sedangkan 38 orang lainya tinggal di rumah yang tanah dan
bangunanya berstatus sewa. Sedangkan untuk data kepadatan pada setiap rumah di
permukiman diketahui bahwa 58 rumah kepadatanya tinggi, sedangkan 42 rumah
memiliki tingkat kepadatan sedang dan 8 rumah lainya memiliki tingkat kepadatan
rendah. Data kepadatan rumah didapat dari perbandingan jumlah penghuni dalam satu
rumah dengan luas rumah yang dimiliki oleh komunitas pemulung.
Hasil Identifikasi Karakteristik Permukiman Pemulung :
Adanya perbedaan pola bermukim dari komunitas pemulung di Kelurahan Pojok
menjadikan kawasan permukiman komunitas pemulung memiliki suatu karakteristik
tersendiri. Dimana permukiman pemulung dengan pola bermukim mengelompok/memusat
letaknya cenderung dekat dengan tempat pembuangan akhir, yaitu berjarak < 500 m padahal
dijelaskan didalam SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
bahwa dari tempat pembuangan akhir hingga radius 500 m merupakan daerah penyangga
sehingga tidak boleh ditempati permukiman penduduk.
1. Permukiman Memusat/Mengelompok
Permukiman pemulung dengan pola berkelompok merupakan milik warga pendatang
baik dari Madura maupun dari Trenggalek. Sehingga ada dua kawasan permukiman dengan
pola mengelompok yang penghuninya berkumpul berdasarkan daerah asal, komposisi
jumlah rumah pada setiap permukiman pun berbeda dimana pada Permukiman Madura
terdiri dari 20 unit rumah sedangkan pada Permukiman Trenggalek terdiri dari 19 unit
rumah. Berikut ini adalah penjelasan analisis terkait dengan karakteristik permukiman
pemulung dengan pola memusat :
a. Permukiman Madura
Permukiman Madura memiliki luas 290 m2. Dimana lahan yang ada dibagi bagi
menjadi per petak bagian untuk digunakan sebagai rumah dari pemulung dan lapak, luas
setiap petak tergantung otoritas dari lapak karena lapak merupakan pemilik sah dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 83
lahan dan bangunan yang disediakan, dimana setiap petak berdiri bangunan rumah
dengan luas ± 9 m2 memang sangat kurang layak apabila setiap rumah rata-rata
ditinggali oleh 3 orang – 4 orang. Hal ini mengakibatkan kepadatan hunian pada setiap
rumah relatif tinggi. Kondisi fisik bangunan rumah pada Permukiman Madura semua
berbentuk non-permanen, baik yang ditinggali oleh pengepul/lapak maupun pemulung.
Bentuk bangunan dibuat non-permanen dikarenakan lapak merasa kesulitan jika harus
menjadikan semua rumah berbentuk semi-permanen ataupun permanen karena
keterbatasan finansial meskipun peran lapak sebagai koordinator bagi komunitas yang
tingggal pada permukiman ini. Pada permukiman pemulung Madura sebenarnya sudah
mengenal pembagian ruang dimana sisa pada lahan permukiman digunakan untuk
peyediaan sarana yang mereka butuhkan pada saat beraktivitas, sudah terdapat satu unit
tempat pemijahan barang dengan luas dan satu unit tempat penampungan barang
sehingga para pemulung dan lapak tidak perlu menggunakan rumahnya sebagai tempat
penampungan barang meskipun masih ada beberapa orang yang melakukan hal tersebut.
Kurangnya kesadaran dalam menjaga lingkungan membuat permukiman madura
terkesan kumuh sehingga berpengaruh pada ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang yang ada.
Prasarana penunjang permukiman yang ada meliputi dua unit MCK umum yang
masing masing terdiri dari dua bilik kamar mandi dengan kondisi kelengkapan yang
kurang layak tidak ada bak mandi dan hanya ada 1 unit WC, MCK tersebut digunakan
untuk memenuhi penduduk yang tinggal pada permukiman tersebut dengan suply
sumber air bersih yang dibantu oleh satu unit mesin pompa air. Kemudian pemakaian
listrik pada kawasan permukiman madura dibatasi hanya mencapai 900 watt oleh karena
itu dibutuhkan toleransi tinggi terhadap setiap penghuni di dalam rumah, selain itu
didalam satu kawasan permukiman hanya terdapat 1 unit MCB (Mini Cirkuit Breaker)
sebagai alat untuk mengontrol jaringan listrik pada permukiman madura. Untuk
pengadaan jaringan drainase dan sanitasi lapak membuatnya secara swadaya dengan
mengandalkan kemampuan financialnya sendiri.
Peningkatan kualitas rumah dari non-permanen menjadi semi permanen atau
permanen harus dilakukan agar visualisasi kawasan permukiman yang kumuh dari
kawasan ini menjadi lebih berkurang, peningkatan kualitas dilakukan tidak hanya
mengandalkan kemampuan finansial dari lapak melainkan juga semua penghuni karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 84
setiap orang memiliki kemampuan untuk menyisihkan uang ataupun sharing dengan
pemerintah Kota Kediri. Jika dihitung rata-rata uang yang berhasil dikumpulkan oleh
komunitas pemulung yang berada di permukiman madura sebesar Rp 365.000/bulan
(dengan asumsi pemulung menyisihkan uang Rp 500/hari sedangkan lapak menyisihkan
uang Rp 3.000/hari).
b. Permukiman Trenggalek
Secara fisik kondisi pada permukiman pemulung Trenggalek hampir sama, baik dari
segi kondisi bangunan, luasan per petak rumah maupun suply jaringan listrik dan air
bersih. Perbedaan yang paling mencolok adalah perbedaan luas secara keseluruhan
sehingga luasan sarana penunjang seperti tempat pemilahan dan tempat penampungan
barang tidak sama antara permukiman pemulung Madura dengan permukiman
pemulung Trenggalek. Kemudian bentuk morfologi kawasan permukiman, dimana pada
permukiman madura letak tempat pemilahan barang berada di tengah – tengah
permukiman, sedangkan pada permukiman pemulung trenggalek letak tempat
pemilahan barang berada di belakang permukiman. Sehingga dalam pemenuhan sarana
dan prasarana penunjang tidak jauh berberda dengan permukiman pemulung Madura.
2. Pemukiman Menyebar
Berbeda dengan pola bermukim mengelompok, pada pola bermukim menyebar
pemulung yang tinggal dengan pola ini tidak dipimpin oleh seorang lapak mesikipun barang
– barang bekas yang pemulung jual pada akhirnya akan dijual kepada lapak akan tetapi
tidak hanya pada satu tapak tertentu melainkan kepada semua lapak yang berada dikawasan
penelitian. Dalam kawasan permukiman pemulung dengan pola menyebar kondisi fisik
bangunan rumah sudah cukup baik sebagian besar berbentuk permanen meskipun masih ada
beberapa rumah dengan kondisi fisik bangunan semi-permanen, sarana pendukung
permukiman yang ada seperti kamar mandi, jaringan listrik, jaringan drainase dan sumber
air bersih kualitasnya lebih baik dari pada permukiman dengan pola bermukim
mengelompok. Kepemilikan tanah pada rumah di permukiman pemulung dengan pola
menyebar sebagian besar merupakan milik sendiri mesikipun masih ada pemulung yang
mengontrak/membayar sewa kepadapemilik rumah yang ditinggali (bukan dengan lapak)
karena komunitas pemulung baik agen, pengepul dan pemulung yang bermukim pada
permukiman dengan pola menyebar sebagian besar merupakan warga asli Kediri. Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 85
rumah pada kawasan permukiman pemulung dengan pola menyebar tidak bisa ditentukan
karena komunitas pemulung tidak hanya tinggal dengan golongan seprofesinya saja
melainkan dengan masyarakat lain yang bukan termasuk kedalam komunitas pemulung
meskipun jumlahnya minoritas. Luasan pada setiap rumah pada komunitas pemulung juga
tidak ada yang menentukan setiap penghuni bebas memperluas ukuran rumahnya asalkan
memiliki kemampuan finansial, sebagian besar rumah pada permukiman pemulung dengan
pola permukiman menyebar memiliki luas 10 m2 – 21 m2 serta ada juga beberapa rumah
yang luasanya > 21 m2. Biasanya rumah dengan luas > 21 m2 bekerja sebagai lapak atau
agen karena kemampuan keuangan mereka untuk memperluas rumah yang mereka tinggali,
mengingat rumah tersebut juga digunakan sebagai tempat penampungan sementara dari
barang – barang bekas. Jumlah penghuni pada setiap rumah didalam kawasan permukiman
dengan pola menyebar rata – rata berjumlah 3 – 5 orang. Sebagian besar rumah dengan pola
bermukim menyebar hanya digunakan untuk tempat tinggal, namun masih ada beberapa
rumah yang salah satu ruangnya digunakan sebagai tempat penampungan barang-barang
bekas, hal ini dikarenakan dalam melakukan pekerjaanya para pemulung sudah memilah
barang – barang bekas terlebih dahulu pada ruang terbuka yang tidak jauh dari tempat
pembuangan akhir yang kemudian barang – barang bekas yang sudah dikemas dibawa
menuju rumah pemulung masing – masing dan disimpan di teras depan atau halaman
belakang rumah.
E. Upaya Pemerintah Kota dalam Pemenuhan Sarana dan Prasarana
1. Sikap Pemerintah
Menurut pemerintah Kota Kediri peran pemulung dalam komunitas perkotaan sangat
penting karena dengan adanya komunitas pemulung pemerintah menjadi lebih terbantu
terutama dalam hal pemilahan dan pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir yang
berada di Kelurahan Pojok mengingat jika hanya mengandalkan petugas dari Dinas Tata
Ruang Kebersihan dan Pertamanan (stakeholder yang terkait dalam persampahan) akan
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengurangi jumlah sampah yang ada. Peran
komunitas pemulung terhadap pemerintah kota dianggap seperti hubungan simbiosis
mutualisme dimana komunitas pemulung mendapatkan sampah – sampah recycle yang
sekiranya bermanfaat sedangkan manfaat bagi pemerintah adalah sedikit demi sedikit
timbunan sampah plastik di tempat pembuangan akhir menjadi berkurang sehingga yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 86
tersisa hanya sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos oleh petugas di tempat
pembuangan akhir. Oleh karena itu pemerintah Kota Kediri sangat mendukung sekali
keberadaan komunitas pemulung terutama di sekitar tempat pembuangan akhir Pojok.
“Oh..Bagi saya yang mewakili pemerintah peran pemulung itu sangat membantu
sekali mas, mereka bekerja secara terkoordinir sehingga sampah sampah di TPA sedikit demi sedikit agak berkurang lah, terutama sampah plastik yang sudah di
olah tanah banyak yang diambili pemulung untuk dijual kembali.” Endang S/
DTRKP/Kabid Kebersihan.
Peran pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana bagi komunitas pemulung
baik dalam aktivitas bermukim maupun aktivitas bekerja memang belum terlalu optimal
meskipun sudah ada beberapa sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah guna
membantu pemulung dalam melakukan aktivitasnya misalnya pemerintah menyediakan enam
unit sarana penerangan pada koridor jalan menuju tempat pembuangan akhir, walaupun
jumlahnya belum banyak tetapi di harapkan mampu membantu pemulung dalam melakukan
aktivitas pada malam hari. Hal lain yang dilakukan pemerintah Kota Kediri adalah dengan
menyediakan pipa-pipa gas metan dari tempat pembuangan akhir menuju ke rumah – rumah
pemulung meskipun baru ada delapan rumah yang memiliki kompor dengan sumber gas
metan tersebut. Kemudian pemerintah juga melakukan pengaspalan jalan pada koridor jalan
TPA, namun diakui pemerintah memang masih ada ± 500 m ruas jalan yang belum diaspal
melainkan masih berpasir sehingga menyulitkan sarana transportasi yang melewatinya baik
sepeda gowes maupun truk sampah. Bantuan terhadap aksesibilitas jalan bukan hanya terjadi
pada jalan utama saja melainkan jalan – jalan lingkungan dari permukiman menuju TPA
dimana Kelurahan Pojok meningkatkan kualitas jalan tersebut menjadi berpaving. Selain itu
pemerintah juga mengizinkan komunitas pemulung untuk menggunakan garasi/tempat parkir
mobil dinas kebersihan sebagai sarana untuk memudahkan para pemulung dalam bekerja
dengan cara memilah – milah barang meskipun belum ada izin secara tertulis, jumlah garasi
yang digunakan sebagai tempat pemilahan sebanyak 2 unit. Untuk saat ini penyediaan sarana
dan prasarana di Kota Kelurahan pojok umumnya masih bersifat kebutuhan, misal
masyarakat membutuhkan sarana dan prasarana penunjang pemerintah berupaya
menyediakannya memang membutuhkan waktu dan proses agar hal tersebut dapat terealisasi.
Diakui oleh kasubag sarana dan prasarana Dinas Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan
Kota Kediri bahwa memang belum ada kebijakan secara khusus atau mengikat terkait dengan
penyediaan sarana dan prasarana permukiman bagi komunitas pemulung dikota kediri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 87
misalnya seperti perda atau kebijakan lain. Bentuk kebijakan yang ada berupa perwali itupun
hanya mengatur tentang tata cara pengolahan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir
Pojok bukan membahas mengenai pemenuhan sarana dan prasarana permukiman pemulung.
Kasubag sarana dan prasarana Dinas Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan mengakui
bahwa pemerintah Kota Kediri kurang adil dalam memperlakukan pemulung sebagai
komunitas informal kota, tidak seperti PKL dan PSK yang mana sudah tercover datanya oleh
pemerintah, karena ada dinas yang menaungi sektor informal tersebut dalam melakukan
aktivitasnya.
“Memang untuk saat ini memang belum ada kebijakan khusus terkait pengelolaan
TPA mas, dokumen yang kita miliki ya..baru DED tempat pembuangan akhir
Pojok. Semoga dengan adanya penelitian dari mas furqon nanti bisa jadi masukan buat DTRKP agar aktifitas yang ada di sekitar TPA Pojok bisa dipantau
secara intensif”. Endang S/ DTRKP/Kabid Kebersihan.
2. Program Pemerintah
Dalam hal penyediaan sarana dan prasara permukiman di Kota Kediri pemerintah telah
berupaya maksimal terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah, seperti baru – baru ini
pemerintah telah membangun satu unit rusunawa di Kelurahan Dandangan dimana di
peruntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara umum. Peraturan mengenai
penghuni rusun sudah diatur dalam perwali bahwa yang boleh menempati hanya masyarakat
yang bekerja di bidang sektor informal atau berpenghasilan rendah saja. Progam lain seperti
bantuan perbaikan rumah tidak layak huni masih belum dilakukan oleh Pemerintah Kota
Kediri, namun untuk program pelayanan kesehatan pemerintah Kota Kediri telah berupaya
mengapresiasi semua elemen masyarakat termasuk komunitas pemulung dengan cara
memberikan kartu jamkesmas sebagai wujud apresiasi pemerintah Kota Kediri kepada
komunitas pemulung, meskipun belum semua pemulung mendapatkan kartu tersebut, selain
itu pemerintah juga mengadakan kegiatan pengobatan gratis secara berkala bagi komunitas
pemulung yang ada di Kelurahan Pojok.
“Program mengenai pemberdayaan komunitas pemulung dan penyediaan sarana
dan prasarana baik bermukim dan bekerja secara spesifik memang belum ada,
pemerintah kota kediri berupaya mengapresiasi semua masyarakat
berpenghasilan rendah dengan cara menyediakan rusunawa di Kelurahan
Dandangan, semisal pemulung yang ada di Kelurahan Pojok mau tinggal disini
ya boleh kok, tidak ada larangan yang penting penghasilanya tidak > Rp
2.000.000/bulan” Anwarudin/DTRKP/Kabid Tata Ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 88
Dinas Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan selaku stakeholder berencana untuk
merombak struktur organisasi pada tahun 2013, karena untuk saat ini belum ada UPTD
khusus yang mengelola tempat pembuangan akhir di kelurahan Pojok sehingga sub-bidang di
pemerintahan cukup kesulitan jika menghadapi permasalahan di sekitar tempat pembuangan
akhir. UPTD ini diharapkan selain menangani hal – hal teknis operasional tempat
pembuangan akhir juga menangani aktivitas yang terjadi di sekitar tempat pembuangan akhir
serta diharapkan mampu memonitor aktivitas apa saja yang terjadi di sekitar tempat
pembuangan akhir sehingga dalam mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Kota Kediri
tidak mengalami kesulitan. Menurut Keterangan dari kelurahan terkait data penambahan
sarana dan prasarana mulai tahun 2007 – 2012 ada penambahan sarana namun tidak terlalu
signifikan, penambahan yang ada yaitu sarana pertahanan dan sarana rekreasi, yang berada di
utara kelurahan pojok, didalam sarana pertahanan tersebut terdapat fasilitas olahraga,rekreasi
dan permukiman bagi para TNI. Untuk sarana dan prasarana eksisting yang ada hanya
peningkatan kualitas saja, baik itu sarana pendidikan, sarana kesehatan ataupun sarana
peribadatan karena yang bertambah hanya eksisting permukiman warga.
Berikut ini adalah rencana program pemerintah Kota Kediri yang ada di Kelurahan Pojok
guna mengembangkan Kelurahan Pojok menjadi kawasan terpadu bagi Kota Kediri menurut
dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri 2011 – 2030 :
Tabel. 4.14 Rencana Program Pemerintah Kota Kediri
No. Rencana Program Lokasi Tujuan 1 Pembangunan Jalan
Lingkar Barat Terminal Tamanan – Jl. Dr. Sahardjo – Pengembangan jalan eksisting ke arah barat – pengembangan jalan baru ke arah utara sebelum TPA atau Makam China – Jl. Ngampel Raya ke arah timur – Jl. Gatot Subroto ke arah selatan – Jl. Sultan Iskandar Muda – Jl. Mayor Bismo ke arah utara menuju Kertosono atau Surabaya.
Memberikan akses tambahan bagi Kota Kediri agar sistem sirkulasi tidak terpusat pada jalan Dr. Saharjo sebagai jalur utama saat ini.
2 Pembangunan Halte Bus Kota dan AKAP 3 (tiga) unit
· Jalan Selomangleng · Jalan Lingkar Barat · Jalan Dr. Saharjo
Memudahkan masyarakat di Kelurahan Pojok dalam melakukan mobilitas dari dan menuju Kota Kediri.
3 Penyediaan Tandon air bersih bagi warga 1 (satu) unit
· RW 03 Mendukung jaringan air bersih dan air baku bagi sawah – sawah di sekitarnya serta untuk memenuhi kebutuhan air bersih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 89
No. Rencana Program Lokasi Tujuan masyarakat yang sudah agak tercemar dengan adanya tempat pembuangan akhir Pojok.
4 Perluasan Lahan Permukiman penduduk
Seluruh kawasan permukiman di Kelurahan Pojok (kecuali RW 05)
Menyediakan lahan cadangan bagi pertumbuhan permukiman di Kelurahan Pojok
5 Perluasan Lahan Tempat Pembuangan Akhir Eksisting
TPA Pojok Menyediakan lahan tambahan bagi TPA karena sampah yang ada selalu bertambah setiap tahunnya
6 Pengembangan IPLT IPLT Pojok Mengoptimalkan peran IPLT dalam mengelola limbah yang ada.
Sumber : Studi dokumen
Dengan adanya rencana program pengembangan di Kelurahan Pojok diharapkan tidak
mempengaruhi aktivitas dan kebutuhan dari komunitas pemulung yang ada, karena ada
kawasan permukiman yang di ubah peruntukanya menjadi jalan lingkar barat. Adapun
terlampir Peta rencana tata guna lahan di kelurahan pojok menurut dokumen RTRW 2011 –
2030 dan Peta Penyediaan sarana dan prasarana sesuai dengan dokumen RTRW 2011 – 2030.
F. Karakteristik Kebutuhan Sarana dan Prasarana Permukiman Pemulung
1. Karakteristik kebutuhan minimum sarana dan prasarana bermukim komunitas pemulung
Pada permukiman pemulung baik yang memiliki pola permukiman mengelompok
dan/atau menyebar pada dasarnya juga membutuhkan sarana untuk bermukim seperti sarana
pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan serta sarana perdangangan dan jasa yang
sudah dijelaskan gambaran dan letaknya pada pembahasan sebelumnya. Sedangkan prasarana
bermukim yang ada di dalam permukiman komunitas pemulung meliputi kebutuhan jaringan
listrik, kemudian jaringan air bersih, jaringan jalan dan jaringan drainase serta jaringan
sanitasi. Prasarana lain yang keberadaanya dioptimalkan oleh komunitas pemulung adalah
prasarana memasak yang bersumber dari gas metan yang disediakan pemerintah Kota Kediri.
Tabel 4.15 Kebutuhan minimum sarana dan prasarana bermukim
Sarana dan Prasarana Bermukim
Kebutuhan Minimum Permukiman Pola Memusat Permukiman Pola Menyebar
Sarana : · Sarana Hunian/Rumah · Kondisi fisik bangunan yang
non-permanen dan luasan bangunan yang relatif kecil membuat pemulung cukup
· Peningkatan kualitas rumah tidak dibutuhkan karena sebagian besar rumah kondisinya berbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 90
Sarana dan Prasarana Bermukim
Kebutuhan Minimum Permukiman Pola Memusat Permukiman Pola Menyebar
kesulitan dalam melakukan aktivitas didalamnya. Sehingga dibutuhkan peningkatan kualitas dari kondisi fisik dan luasan bangunan rumah.
permanen, sehingga sudah cukup memberikan kenyamanan bagi komunitas pemulung yang tinggal didalamnya..
· Sarana Kesehatan · Kondisi lingkungan kerja dan tempat tinggal yang kurang higienis membuat Komunitas pemulung terutama yang bekerja sebagai pemulung sangat rentan terhadap penyakit, seperti gangguan pernapasan (ISPA) dan penyakit kulit sehingga membutuhkan penanganan untuk menyembuhkan penyakit tersebut, karena selama ini hanya ada pelayanan dokter umum di puskesmas pembantu eksisting.
· Jam kerja pemulung yang tak tentu dan Operasional puskesmas pembantu hanya pada pukul 08.00 – 13.00 membuat akses pemulung terhadap puskesmas pembantu tidak terpenuhi optimal, terutama jika terjadi kecelakaan kerja atau penyakit kambuhan pada malam hari, akan menyulitkan akses komunitas pemulung.
· Sarana Pendidikan Pemulung membutuhkan sekolahan yang membebaskan semua biaya tidak hanya SPP melainkan juga biaya insidental seperti studi tour dan disnatalies serta biaya komite sekolah.
· Sarana Peribadatan Cara komunitas pemulung untuk mengakses masjid tidak berbeda dengan masyarakat pada umumnya, mereka pergi menuju masjid terdekat dari rumah untuk beribadah kemudian pulang kembali.
· Sarana Perdagangan dan Jasa
Pemulung membutuhkan toko kelontong dengan sistem transaksi khusus dimana pemulung boleh mengambil terlebih dahulu barang yang dibutuhkan, kemudian membayarnya jika sudah memiliki uang. Hal ini dikarenakan penghasilan pemulung yang terbatas.
· Ruang Serbaguna · Dibutuhkan adanya ruang serba guna untuk mendukung aktivitas pemulung, terutama jika ada kegiatan pengabdian masyarakat sehingga tidak perlu menggunakan rumah pemulung dan lapak lagi.
· Adanya beberapa rumah yang halaman cukup luas bisa dimanfaatkan jika ada kegiatan pengabdian masyarakat, sehingga tidak diperlukan adanya ruang serbaguna.
Prasarana : · Air Bersih · Pemulung membutuhkan sumber
air bersih yang lebih baik, karena sumber air bersih yang ada sudah tercemar oleh bakteri.
· Pemulung membutuhkan unit tambahan untuk mesin pompa air, karena hanya ada satu unit pompa air sebagai penyuplai air bersih untuk memenuhi kebutuhan 19 rumah dan 21 rumah. Dimana Kebutuhan penghuni rata – rata terhadap air bersih di kawasan permukiman pemulung sekitar 30 liter/orang/hari.
· Pemulung membutuhkan sumber air bersih yang lebih baik, karena sumber air bersih yang ada sudah tercemar oleh bakteri.
· Dalam setiap rumah terdapat satu unit mesin pompa air yang hanya memenuhi kebutuhan penghuninya. Rata – rata penghuni pada satu rumah yaitu 3 orang – 5 orang. Dengan kebutuhan rata – rata sekitar 30 liter/orang/hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 91
Sarana dan Prasarana Bermukim
Kebutuhan Minimum Permukiman Pola Memusat Permukiman Pola Menyebar
· Jaringan Listik · Pemulung membutuhkan penambahan unit MCB, karena saat ini hanya terdapat satu unit MCB untuk menopang kebutuhan energi listrik pada semua rumah.
· Prasarana penerangan yang ada tidak begitu terang karena daya yang ada cukup rendah, karena kebutuhanya terbagi – bagi pada jumlah rumah yang ada.
· Kebutuhan pemulung terhadap jaringan listrik sudah cukup terpenuhi karena setiap rumah terdapat satu unit MCB untuk menyuplai kebutuhan listrik.
· Prasarana penerangan yang ada sudah cukup mampu memenuhi kebutuhan pemulung.
· Jaringan Drainase Pemulung membutuhkan adanya perluasan jaringan drainase, karena jaringan drainase tersier yang ada ukuranya sangat sempit yaitu lebar 15 cm dan kedalaman 15 cm.
Jaringan yang ada sudah terintegrasi cukup baik meskipun terdapat perbedaan kualitas pada setiap permukiman dengan pula menyebar.
· Jaringan Sanitasi · Pemulung belum memerlukan adanya peningkatan daya tampung septictank karena dirasa sudah mampu memenuhi kebutuhannya.
· Pemulung membutuhkan adanya peningkatan kualitas dan tersedianya kelengkapan pendukung MCK komunal agar permukimanya tidak terkesan kumuh.
· Prasarana Memasak (Gas Metan)
Pemulung membutuhkan akses terhadap prasarana memasak yang disediakan oleh pemerintah, karena baru ada 12 rumah yang sudah terpenuhi oleh prasarana memasak yang berasal dari gas metan tersebut. Kemudian diperlukan juga adanya sosialisasi dalam melakukan perawatan terhadap prasarana memasak.
Sumber : Observasi Peneliti
2. Karakteristik kebutuhan minimum sarana dan prasarana bekerja komunitas pemulung
Kebutuhan sarana dan prasarana bekerja dari komunitas pemulung adalah suatu hal yang
mendasari adanya perbedaan antara pemulung dengan komunitas lainnya, dari hasil observasi
diketahui bahwa mereka membutuhkan tempat penampungan barang dan tempat pemilahan
barang yang dikumpulkan pada saat bekerja, gudang penyimpanan peralatan (seperti : garu,
karung, dan keranjang), kemudian tempat untuk berteduh dimana pada siang hari mereka
selalu beristirahat sebelum nantinya dilanjutkan bekerja lagi hingga sore hari.. Berikut ini
adalah kebutuhan minimum komunitas pemulung dalam permukimannya :
Tabel 4.16 Kebutuhan minimum sarana dan prasarana bekerja
Sarana dan Prasarana Bermukim
Kebutuhan Minimum Permukiman Pola Memusat Permukiman Pola Menyebar
Sarana : · Tempat Pemijahan
Barang Bekas Komunitas pemulung membutuhkan dua jenis tempat pemijahan sampah karena setiap jenis memiliki fungsi yang berbeda sehingga tidak menyulitkan pemulung dalam melakukan kegiatan pemilahan barang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 92
Sarana dan Prasarana Bermukim
Kebutuhan Minimum Permukiman Pola Memusat Permukiman Pola Menyebar
· Tempat Penyimpanan Barang
Pemulung membutuhkan adanya peningkatan kualitas terhadap tempat penyimpanan barang yang disediakan secara komunal oleh lapak/pengepul.
Keterbatasan lahan yang ada pada beberapa rumah membuat pemulung menjadikan salah satu ruang kosong di rumahnya sebagai tempat penyimpanan barang.
· Gudang penyimpanan Peralatan
Komunitas pemulung membutuhkan gudang penyimpanan bagi peralatan yang mereka gunakan karena sering kali alat – alat yang digunakan untuk bekerja (seperti : garu, karung, dan keranjang) bercampur dengan barang bekas sehingga para pemulung harus mencari bahkan membeli peralatan baru lagi.
· Tempat Berteduh Pemulung membutuhkan tempat berteduh yang lebih layak kualitasnya agar memberikan kenyamanan dalam beristirahat.
· Sarana Transportasi pendukung
Komunitas pemulung tidak membutuhkan adanya peningkatan kualitas sarana transportasi karena baik pemulung,pengepul/lapak dan agen sudah merasa nyaman dalam menggunakan sarana transportasi penunjang yang ada.
· Tempat parkir sarana transportasi
Pemenuhan tempat parkir kendaraan dilakukan pada lahan kosong di sekitar kawasan permukiman pemulung. Karena sudah tidak ada tempat untuk memarkir sarana transportasi penunjang
Sebagian besar pemulung bekerja dengan berjalan kaki, sehingga tidak dibutuhkan adanya tempat parkir dirumahnya. Bagi lapak/pengepul dan agen kebutuhan terhadap tempat parkir sudah terpenuhi karena memiliki tempat sendiri untuk memarkir kendaraan.
Prasarana · Jaringan Listrik dan
penerangan Pemulung membutuhkan lampu penerangan pada tempat pembuangan akhir serta membutuhkan lampu yang lebih terang pada tempat pemilahan barang bekas dari kondisi eksisting.
· Jaringan Telekomunikasi
Telepon seluler merupakan prasarana telekomunikasi utama dengan jangkauan signal pada permukiman pemulung cukup baik.
· Jaringan Jalan Pemulung membutuhkan adanya perawatan pada jaringan jalan yang ada disekitar permukimannya yang digunakan sebagai akses, dari dan menuju tempat pembuangan akhir. Hal ini dikarenakan ada beberapa ruas jalan yang kondisinya sudah mulai buruk meskipun sebagian besar koridor jalan kondisinya cukup baik.
Sumber : Observasi Peneliti
Semua sarana pendukung pemulung dalam melakukan aktivitas bekerja dilakukan
swadaya, namun pemerintah juga mendukungya dengan cara memberikan izin bagi
komunitas pemulung misalnya dalam menggunakan tempat parkir truk dan lahan kososng di
sekitar tempat pembuangan akhir sebagai sarana untuk melakukan kegiatan pemilahan dan
pengemasan sampah daur ulang. Berikut ini adalah letak sarana dan prasarana pada
permukiman pemulung baik dengan pola memusat maupun dengan pola mengelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 93
Gambar 4.19 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Bekerja Komunitas Pemulung
Sumber : Survey primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
BA
B V
AN
AL
ISIS
TIN
GK
AT
PE
ME
NU
HA
N
SAR
AN
A D
AN
PR
ASA
RA
NA
KO
MU
NIT
AS
PEM
UL
UN
G
Tab
el 5
.1 A
nali
sis
Tin
gkat
Pem
enuh
an S
aran
a da
n P
rasa
rana
Kom
unit
as P
emul
ung
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
Sara
na B
erm
ukim
1.
Sa
rana
Pe
rmuk
iman
(R
umah
) ·
Pada
po
la
perm
ukim
an
mem
usat
pe
ngad
aan
rum
ah
dila
kuka
n ol
eh
lapa
k/pe
ngep
ul
kare
na
mer
upak
an
koor
dina
tor
bagi
pe
mul
ung
dan
seba
gai
pem
ilik
tana
h. S
edan
gkan
pad
a po
la
perm
ukim
an
men
yeba
r pe
ngad
aan
bang
unan
dila
kuka
n ol
eh m
asin
g –
mas
ing
pem
ilik
tana
h ba
ik
yang
be
rpro
fesi
se
baga
i ag
en,
lapa
k/pe
ngep
ul
dan
pem
ulun
g.
· Pe
rmuk
iman
pem
ulun
g de
ngan
po
la
mem
usat
te
rdap
at
39
rum
ah,
hany
a te
rdap
at
2 un
it ru
mah
ko
ndis
inya
se
mi
perm
anen
se
dang
kan
ham
pir
seba
gian
be
sar
rum
ah
kond
isin
ya n
on-p
erm
anen
.
· Pe
mul
ung
mem
butu
hkan
ru
ang
yang
lebi
h lu
as, k
aren
a un
tuk
tingg
al
haru
s be
rbag
i de
ngan
ba
rang
be
kas
yang
di
kum
pulk
anny
a se
belu
m
diju
al
kepa
da
lapa
k/pe
ngep
ul.
Apa
lagi
rat
a –
rata
set
iap
rum
ah d
i is
i 3
oran
g –
5 or
ang
peng
huni
. ·
Pem
ulun
g m
embu
tuhk
an
peni
ngka
tan
kond
isi
fisi
k ba
ngun
an
rum
ah
men
jadi
pe
rman
en
atau
(m
inim
al
men
jadi
se
mi-
perm
anen
) ag
ar d
apat
mem
berik
an r
asa
aman
da
n ny
aman
di
man
a m
asih
ad
a 37
ru
mah
yan
g ko
ndis
inya
non
per
man
en.
· Lu
asan
ru
mah
pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g de
ngan
pol
a m
emus
at s
aat i
ni
mem
ang
belu
m
bisa
di
kata
kan
laya
k,
kare
na r
ata
– ra
ta l
uas
per
rum
ah y
aitu
±
9m2 . M
enur
ut k
ajia
n pa
ra a
hli,
ukur
an
kebu
tuha
n m
inim
um
ruan
g pe
r or
ang
adal
ah 9
m2
untu
k de
was
a da
n 4,
8 m
2 un
tuk
anak
- an
ak. J
ika
mel
ihat
lua
s ra
ta
– ra
ta
rum
ah
pem
ulun
g pa
da
perm
ukim
an
deng
an
pola
m
emus
at
mak
a di
nyat
akan
ti
dak
laya
k ka
rena
la
han
yang
ad
a pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g sa
ngat
te
bata
s m
engi
ngat
pe
runt
ukan
ya
tidak
ha
nya
seba
gai
rum
ah
mel
aink
an
sara
na
penu
njan
g ak
tivit
as
kom
unita
s pe
mul
ung.
A
gar
bisa
dik
atak
an l
ayak
mak
a di
perlu
kan
adan
ya
pena
mba
han
luas
an
deng
an
mem
pert
imba
ngka
n lu
as
laha
n pe
rmuk
iman
ser
ta s
aran
a da
n pr
asar
ana
penu
njan
g di
dala
mny
a.
Sehi
ngga
jik
a di
asum
sika
n da
lam
sa
tu
kelu
arga
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rdap
at 3
ora
ng -
4
oran
g, m
aka
luas
an r
umah
min
imum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
yang
dip
erlu
kan
seki
tar
21 m
2 , deng
an
cata
tan
tidak
ada
bar
ang
– ba
rang
bek
as
yang
dil
etak
an d
idal
am r
umah
. ·
Keb
utuh
an
peni
ngka
tan
kond
isi
fisik
ba
ngun
an
rum
ah
non-
perm
anen
pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g be
lum
se
mua
te
rpen
uhi,
teru
tam
a pa
da p
erm
ukim
an
pem
ulun
g de
ngan
pol
a m
emus
at k
aren
a la
pak/
peng
epul
se
baga
i pe
mili
k ta
nah
mer
asa
tidak
san
ggup
ter
utam
a da
lam
ha
l pe
mbi
ayaa
n jik
a ha
rus
mer
enov
asi
sem
ua r
umah
non
per
man
en y
ang
ada
pada
ka
was
an
perm
ukim
an
men
jadi
pe
rman
en.
kecu
ali
jika
pem
ulun
g m
au
ikut
“u
runa
n”
untu
k m
enin
gkat
kan
kual
itas
perm
ukim
anya
men
ging
at d
ari
data
yan
g ad
a di
keta
hui
bahw
a pa
da
dasa
rnya
kom
unita
s pe
mul
ung
yang
ada
te
rmas
uk p
emul
ung
dan
lapa
k m
ampu
m
enyi
sihk
an u
angn
ya u
ntuk
kep
erlu
an
men
desa
k.
2.
Sara
na K
eseh
atan
·
Pem
erin
tah
men
yedi
akan
pu
skes
mas
pe
mba
ntu
dan
posy
andu
di
K
elur
ahan
Po
jok
yang
ber
oper
asi p
ada
jam
08.
00
– 13
.00
deng
an h
arap
an m
ampu
m
embe
rikan
pe
laya
nan
yang
m
udah
ke
pada
m
asya
raka
t se
kita
r te
mas
uk
kom
unita
s pe
mul
ung.
·
Ada
nya
kegi
atan
pe
ngob
atan
gr
atis
yan
g di
laku
kan
oleh
din
as
kese
hata
n se
cara
be
rkal
a,
bias
anya
di
laku
kan
di
· Pe
mul
ung
mem
butu
hkan
sa
rana
ke
seha
tan
deng
an
pela
yana
n ya
ng t
idak
mah
al,
kare
na
peng
hasi
lan
mer
eka
sang
at
rend
ah
sehi
ngga
sa
ngat
ke
sulit
an
jika
haru
s m
emba
yar f
asili
tas
kese
hata
n da
lam
jum
lah
besa
r. ·
Kon
disi
li
ngku
ngan
ke
rja
dan
tem
pat
tingg
al
yang
ku
rang
hi
gien
is
mem
buat
K
omun
itas
pem
ulun
g te
ruta
ma
yang
be
kerja
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap
sara
na
kese
hata
n m
urah
se
pert
inya
su
dah
terp
enuh
i se
bab
pem
erin
tah
mel
alui
di
nas
kese
hata
n m
emil
iki p
rogr
am k
eseh
atan
gra
tis b
agi
mas
yara
kat
kura
ng
mam
pu
term
asuk
ko
mun
itas
pem
ulun
g.
· Ja
mke
smas
ya
ng
dibe
rika
n ol
eh
pem
erin
tah
Kot
a K
ediri
kep
ada
sem
ua
mas
yara
kat
kura
ng
mam
pu
teru
tam
a ko
mun
itas
pe
mul
ung
sepe
rtin
ya
tidak
se
mua
ter
penu
hi,
70 o
rang
pe
mul
ung
yang
mem
iliki
KT
P da
n pe
ngha
sila
nnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
pusk
esm
as
pem
bant
u at
au
posy
andu
un
tuk
men
jang
kau
mas
yara
kat k
uran
g m
ampu
. ·
Ada
nya
prog
ram
ja
mke
smas
da
ri pe
mer
inta
h K
ota
Ked
iri
bagi
pen
dudu
k ku
rang
mam
pu
(ber
peng
hasi
lan
< R
p 20
.000
) da
n m
emil
iki K
TP
Kot
a K
edir
i. ·
Jang
kaua
n pe
laya
nan
sara
na
kese
hata
n ba
ik
pusk
esm
as
pem
bant
u,
posy
andu
m
aupu
n pr
akte
k bi
dan
jika
diuk
ur
men
ggun
akan
SN
I su
dah
mam
pu
mem
enuh
i ke
butu
han
sem
ua
mas
yara
kat
yang
ad
a,
term
asuk
kom
unita
s pe
mul
ung.
·
Pada
pu
skes
mas
pe
mba
ntu
eksi
stin
g te
rdap
at
satu
or
ang
dokt
er d
an d
ua o
rang
per
awat
un
tuk
mel
ayan
i w
arga
ya
ng
bero
bat
di p
uske
smas
pem
bant
u te
rseb
ut.
· Pu
skes
mas
pem
bant
u ya
ng a
da
belu
m
mem
iliki
pe
laya
nan
raw
at
inap
un
tuk
mel
ayan
i ke
butu
han
mas
yara
kat,
kare
na
kete
rbat
asan
ru
ang
(dim
ana
hany
a ad
a sa
tu
unit
ruan
g tu
nggu
, sa
tu u
nit
ruan
g do
kter
sa
tu u
nit
ruan
g ob
at d
an s
atu
unit
ruan
g ad
min
istr
asi)
serta
ke
terb
atas
an t
enag
a m
edis
yan
g ad
a.
seba
gai
pem
ulun
g sa
ngat
re
ntan
te
rhad
ap
peny
akit,
se
pert
i ga
nggu
an p
erna
pasa
n (I
SPA
) da
n pe
nyak
it ku
lit
sehi
ngga
m
embu
tuhk
an
sara
na
kese
hata
n ya
ng
mam
pu
men
yem
buhk
an
peny
akit
ters
ebut
. ·
Pem
ulun
g m
embu
tuhk
an
sara
na
kese
hata
n ya
ng
mam
pu
mel
ayan
i ke
butu
hann
ya
pada
sa
at
beke
rja,
tid
ak h
anya
di s
iang
ha
ri te
tapi
juga
mal
am h
ari.
· M
asih
ada
12
ora
ng p
emul
ung
deng
an
peng
hasi
lan
< R
p 20
.000
/har
i ya
ng
belu
m
mem
ilik
i ja
mke
smas
kar
ena
tidak
mem
iliki
KT
P.
· K
omun
itas
pem
ulun
g ba
ik
yang
be
rpro
fesi
se
baga
i pe
mul
ung,
la
pak/
peng
epul
da
n ag
en
mem
butu
hkan
ad
anya
sa
rana
ke
seha
tan
yang
m
ampu
m
elay
ani
fasi
litas
ra
wat
in
ap
yang
de
kat d
enga
n ke
diam
anny
a.
rend
ah b
aru
58 o
rang
pem
ulun
g ya
ng
oran
g ya
ng m
emili
ki k
artu
jam
kesm
as.
· Pe
kerj
aan
pem
ulun
g ya
ng
tidak
m
enge
nal
wak
tu b
aku
dala
m
beke
rja
mem
buat
aks
esny
a te
rhad
ap p
uske
smas
pe
mba
ntu
men
jadi
ku
rang
m
aksi
mal
, ka
rena
ja
m
kerj
a pu
skes
mas
da
lam
m
elay
ani
pasi
en t
erba
tas
di p
agi
hari
saja
. O
leh
kare
na
itu
dem
i m
enye
suai
kan
aktiv
itas
dari
kom
unita
s pe
mul
ung
yang
tid
ak
men
gena
l ja
m
kerja
se
cara
bak
u, d
iper
luka
n ad
anya
pe
ning
kata
n pe
laya
nan
jam
ke
rja
pusk
esm
as
pem
bant
u se
pert
i “p
elay
anan
24
jam
”.
· K
ebut
uhan
pe
mul
ung
terh
adap
ke
ters
edia
an
tena
ga
ahli
untu
k m
enan
gani
pen
yaki
t ya
ng s
erin
g te
rjadi
pa
da
kom
unita
s pe
mul
ung
sepe
rti
peny
akit
kulit
dan
pen
yaki
t ses
ak n
apas
(I
SPA
) na
mpa
knya
be
lum
te
rpen
uhi
kare
na
pada
ka
was
an
ini
buka
n m
erup
akan
ka
was
an
yang
te
rken
a w
abah
. Pe
nyak
it IS
PA
dan
peny
akit
kulit
ha
nya
men
yera
ng
oran
g ya
ng
berp
rofe
si
seba
gai
pem
ulun
g ka
rena
se
lalu
be
rakt
ivita
s di
se
kita
r te
mpa
t pe
mbu
anga
n ak
hir
seda
ngka
n un
tuk
war
ga
seca
ra
kese
luru
han
tidak
te
rjang
kit.
Sela
in
itu
pem
erin
tah
bera
ngga
pan
bahw
a st
atus
sa
rana
ke
seha
tan
disa
na
mer
upak
an
sara
na
pena
ngan
an
awal
, se
hing
ga
yang
di
sedi
akan
han
ya p
uske
smas
pem
bant
u.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
Mak
a jik
a ad
a pe
nyak
it ya
ng
cuku
p se
rius
bisa
di
ruju
k ke
pu
skes
mas
di
K
ecam
atan
M
ojor
oto
atau
ke
rum
ah
saki
t ter
deka
t. ·
Nam
un
untu
k m
endu
kung
ek
sist
ensi
pe
mul
ung
dan
men
ingk
atka
n ku
alita
s hi
dupn
ya
mak
a ad
a ba
ikny
a jik
a di
sedi
akan
ten
aga
ahli
med
is y
aitu
ahl
i pa
ru
paru
da
n ah
li pe
nyak
it ku
lit
di
pusk
esm
as
pem
bant
u ek
sist
ing
dala
m
men
angg
ulan
gi
peny
akit
yang
se
ring
m
uncu
l pa
da
kom
unita
s pe
mul
ung.
de
ngan
ket
entu
an j
umla
h te
naga
med
is
terg
antu
ng
pasi
en
yang
di
laya
ni
(min
imal
1 o
rang
pad
a se
taia
p pr
ofes
i).
· Pe
rtam
baha
n ju
mla
h te
naga
ahl
i pa
da
pusk
esm
as p
emba
ntu
haru
s di
sesu
aika
n de
ngan
ke
ters
edia
an
ruan
g ya
ng
ada
kare
na p
ada
saat
ini
han
ya t
erse
dia
4 ru
ang,
yai
tu
: ru
ang
tung
gu,
prak
tek
dokt
er,
ruan
g ob
at,
ruan
g ad
min
istr
asi.
Sehi
ngga
dip
erlu
kan
pena
mba
han
2 –
3 ru
ang
lagi
un
tuk
men
gako
mod
asi
tena
ga a
hli
med
is y
ang
ada
dan
ruan
g ra
wat
ina
p ba
gi p
asie
n se
hing
ga t
idak
pe
rlu p
ergi
ke
rum
ah s
akit.
3.
Sa
rana
Pen
didi
kan
· Pe
mer
inta
h da
n pi
hak
swas
ta
men
yedi
akan
ek
sist
ing
sara
na
pend
idik
an d
i K
elur
ahan
Poj
ok
guna
m
emfa
silit
asi
kebu
tuha
n se
mua
m
asya
raka
tnya
m
aupu
n ke
lura
han
seki
tarn
ya
begi
tu
juga
de
ngan
ko
mun
itas
pem
ulun
g.
· M
asih
ad
a 38
an
ak
yang
be
lum
be
rsek
olah
di
kare
naka
n or
ang
tuan
ya
yang
ha
nya
beke
rja s
ebag
ai
pem
ulun
g tid
ak
mam
pu
mem
enuh
i bi
aya
pend
idik
an.
Ter
utam
a bi
aya
lain
–
lain
· Pa
da
dasa
rnya
ke
butu
han
terh
adap
sa
rana
pe
ndid
ikan
ya
ng
ada
di
Kel
urah
an
Pojo
k su
dah
mam
pu
terp
enuh
i ba
gi s
emua
mas
yara
kat
yang
ad
a di
K
elur
ahan
Po
jok
term
asuk
ko
mun
itas
pe
mul
ung,
ka
rena
di
liha
t da
ri
jara
k ra
ta
– ra
ta
perm
ukim
an
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
· Sa
rana
pen
didi
kan
yang
ada
di
kaw
asan
pe
nelit
ian
mel
iput
i T
K,
SD,
SMA
, P
KB
M (
seta
ra
SMP
dan
SMA
) se
rta
univ
ersi
tas.
D
aya
tam
pung
m
urid
pa
da
sem
ua
sara
na
pend
idik
an
yang
ad
a se
cara
ga
ris b
esar
sud
ah s
esua
i den
gan
jum
lah
ruan
g ya
ng a
da y
aitu
±
42 o
rang
/rua
ng.
· Pe
mer
inta
h K
ota
Ked
iri
men
erap
kan
prog
ram
pe
mer
inta
h pu
sat
yaitu
“se
kola
h gr
atis
” da
n w
ajib
be
laja
r 9
tahu
n pa
da
selu
ruh
sara
na
pend
idik
an
yang
ad
a di
K
ota
Ked
iri.
· Ja
ngka
uan
pela
yana
n sa
rana
pe
ndid
ikan
yan
g ad
a ji
ka d
iuku
r m
engg
unak
an
SNI
suda
h m
ampu
m
emen
uhi
kebu
tuha
n se
mua
mas
yara
kat y
ang
ada.
sepe
rti
iura
n ko
mite
, ua
ng
gedu
ng d
an b
iaya
ins
iden
tal
sepe
rti
stud
i to
ur
dan
dies
nata
lis.
· T
idak
ad
anya
ke
butu
han
baku
te
rhad
ap
kom
unita
s pe
mul
ung
yang
be
rsek
olah
pa
da
sear
ana
pend
idik
an
pada
um
umny
a.
Keb
utuh
an
idea
l da
ri s
uatu
rua
ng k
elas
pa
da s
aran
a pe
ndid
ikan
yai
tu
40
oran
g/ru
ang
kela
s.
pend
uduk
de
ngan
sa
rana
pe
ndid
ikan
ek
sist
ing
tidak
leb
ih d
ari
1 km
. Se
lain
itu
, jum
lah
ruan
g ya
ng a
da s
udah
cuk
up
idea
l de
ngan
ke
mam
puan
da
ya
tam
pung
sek
olah
42
oran
g/ru
ang
kela
s se
hing
ga
tidak
di
perl
ukan
ad
anya
pe
nam
baha
n un
it sa
rana
pe
ndid
ikan
la
gi d
i Kel
urah
an P
ojok
. ·
Keb
utuh
an
kom
unita
s pe
mul
ung
terh
adap
se
kola
h gr
atis
bel
um s
emua
da
pat
dipe
nuhi
ko
mun
itas
pem
ulun
g ka
rena
pem
beba
san
biay
a se
kola
h ba
ru
berj
alan
pad
a ek
sist
ing
bang
unan
SD
pa
da
kaw
asan
pe
neli
tian,
un
tuk
bang
unan
SM
A d
an U
nive
rsita
s m
asih
se
ring
dite
muk
an a
dany
a bi
aya
biay
a ta
mba
han
sepe
rti
uang
ge
dung
pa
da
saat
m
asuk
se
kola
h da
n ua
ng
sum
bang
an
terh
adap
pe
ngem
bang
an
seko
lah,
ha
l te
rseb
ut
sang
at
mem
bera
tkan
ko
mun
itas
pe
mul
ung.
U
ntuk
PK
BM
ya
ng
dike
lola
sw
asta
ju
stru
mal
ah t
idak
men
gelu
arka
n bi
aya
pend
idik
an
mel
aink
an
hany
a su
mba
ngan
su
kare
la
bagi
gu
ru
yang
m
enga
jar
di
seko
lah
ters
ebut
, jik
alau
tid
ak m
ampu
mem
baya
r bi
sa b
erbi
cara
ke
pada
pi
hak
yaya
san
agar
tid
ak
dike
naka
n bi
aya
untu
k be
rsek
olah
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
4.
Sara
na P
erib
adat
an
· Pe
nyed
iaan
sar
ana
perib
adat
an
yang
ada
bai
k m
asjid
, pu
ra d
an
viha
ra
dila
kuka
n se
cara
sw
aday
a ol
eh m
asya
raka
t ya
ng
men
ggun
akan
ya.
· Pe
rseb
aran
sa
rana
pe
ribad
atan
di
laku
kan
seca
ra
mer
ata
pada
se
tiap
perm
ukim
an p
endu
duk.
·
Men
urut
ja
ngka
uan
pela
yana
n sa
rana
per
ibad
atan
jik
a di
ukur
m
engg
unak
an
SNI
suda
h m
ampu
m
emen
uhi
kebu
tuha
n se
mua
mas
yara
kat y
ang
ada.
· Pe
mul
ung
yang
ad
a di
ka
was
an
pene
litia
n se
mua
nya
bera
gam
a is
lam
. ·
Kom
unita
s pe
mul
ung
tidak
m
emer
luka
n ad
anya
pe
nam
baha
n un
it m
asjid
un
tuk
mer
ke
beri
bada
h ka
rena
ca
ra
kom
unit
as
pem
ulun
g un
tuk
men
gaks
es
mas
jid
sam
a se
perti
m
asya
raka
t pa
da u
mum
nya,
m
erek
a pe
rgi
men
uju
mas
jid
terd
ekat
da
ri
rum
ah
untu
k be
ribad
ah k
emud
ian
pula
ng
kem
bali.
· Sa
rana
per
ibad
atan
yan
g pa
ling
seri
ng
digu
naka
n ol
eh
kom
unita
s pe
mul
ung
adal
ah
mas
jid,
saat
in
i te
rdap
at
lima
unit
mas
jid
yang
pa
ling
se
ring
di
guna
kan
oleh
kom
unit
as p
emul
ung
di
kaw
asan
pe
nelit
ian
kare
na
leta
knya
ya
ang
sang
at d
elat
pad
a pe
rmuk
iman
pe
mul
ung,
de
ngan
da
ya
tam
pung
m
aksi
mal
rat
a –
rata
mas
jid y
aitu
± 3
00
oran
g/m
asjid
. Ji
ka
mel
ihat
ju
mla
h ko
mun
itas
pem
ulun
g ya
ng a
da
hany
a 10
8 or
ang
mak
a di
nyat
akan
ba
hwa
kebu
tuha
n te
rhad
ap s
aran
a pe
ribad
atan
su
dah
terp
enuh
i se
hing
ga
tidak
di
perl
ukan
ada
nya
pena
mba
han
unit.
5.
Sa
rana
Pe
daga
ngan
da
n Ja
sa
· Pe
ngad
aan
sara
na p
erda
gang
an
yang
ad
a pa
da
kaw
asan
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
beru
pa
toko
ke
lont
ong,
di
laku
kan
seca
ra
swad
aya
oleh
la
pak/
peng
epul
dan
mas
yara
kat
seki
tar.
·
Pers
ebar
an s
aran
a pe
rdag
anga
n ya
ng
berj
enis
to
ko
kelo
nton
g m
enye
bar
seca
ra
mer
ata
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
di
kaw
asan
pen
eliti
an.
· H
anya
te
rdap
at
2 un
it sa
rana
pe
rdag
anga
n de
ngan
sis
tem
jual
be
li se
perti
ya
ng
diha
rapk
an
kom
unita
s pe
mul
ung,
ya
kni
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
deng
an p
ola
mem
usat
. Si
sany
a
· Pe
mul
ung
mem
butu
hkan
sa
rana
per
daga
ngan
de
ngan
si
stem
jual
bel
i yan
g be
rbed
a da
ri sa
rana
pe
rdag
anga
n pa
da
umum
nya.
D
iman
a pe
mul
ung
bole
h m
enga
mbi
l du
lu b
aran
g ya
ng d
ibut
uhka
n ke
mud
ian
mem
baya
r ke
tika
mem
ilik
i uan
g.
· K
ebut
uhan
pem
ulun
g da
lam
men
gaks
es
toko
ke
lont
ong
untu
k m
emen
uhi
kehi
dupa
nya
belu
m
terp
enuh
i se
cara
op
timal
, te
ruta
ma
pada
pem
ulun
g ya
ng
tingg
al
dipe
rmuk
iman
de
ngan
po
la
men
yeba
r ka
rena
tok
o ke
lont
ong
yang
ad
a tid
ak m
engg
unak
an s
iste
m j
ual b
eli
yang
di
butu
hkan
ol
eh
kom
unita
s pe
mul
ung
sepe
rti
toko
kel
onto
ng y
ang
ada
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
deng
an
pola
m
emus
at
men
ging
at
peny
edia
to
ko
kelo
nton
g te
rseb
ut
berb
eda
dim
ana
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
pola
m
emus
at
dise
diak
an
oleh
la
pak/
peng
epul
ya
ng
suda
h ta
u la
tar
bela
kang
keb
utuh
an d
an k
euan
gan
pem
ulun
g se
dang
kan
pada
per
muk
iman
po
la
men
yeba
r di
sedi
akan
ole
h or
ang
yang
bu
kan
bera
sal
dari
kom
unita
s
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
men
ggun
akan
si
stem
ju
al b
eli
seca
ra u
mum
. pe
mul
ung
nam
un
tingg
al
di
perm
ukim
an
kom
unita
s pe
mul
ung
sehi
ngga
pen
gerti
an te
rhad
ap k
ebut
uhan
da
n ke
uang
an
kom
unita
s pe
mul
ung
mas
ih k
uran
g.
· D
enga
n de
mik
ian
dipe
rluk
an
adan
ya
peni
ngka
tan
jang
kaua
n pe
laya
nan
dari
sara
na p
erda
gang
an d
enga
n si
stem
jua
l be
li ya
ng
sesu
ai
deng
an
pem
ulun
g ha
rapk
an
agar
da
pat
mem
enuh
i ke
butu
han
pem
ulun
g di
ka
was
an
pene
litia
n.
· Se
rta, d
iper
luka
n ad
anya
sos
ialis
asi d
ari
pem
erin
tah
seba
gai
fasi
litat
or
kepa
da
pem
ilik
toko
kel
onto
ng y
ang
bera
da d
i se
kita
r pe
rmuk
iman
pem
ulun
g te
ruta
ma
deng
an
pola
m
enye
bar
agar
da
lam
pr
oses
jua
l be
li m
engg
unak
an
sist
em
pela
yana
n ya
ng
sesu
ai
deng
an
kebu
tuha
n pe
mul
ung
dim
ana
pem
ulun
g bo
leh
men
gam
bil
bara
ng
yang
di
butu
hkan
te
rlebi
h da
hulu
ke
mud
ian
mem
baya
rnya
jika
sud
ah a
da u
ang.
6.
R
uang
Ser
bagu
na
· A
dany
a ke
giat
an
peng
abdi
an
mas
yara
kat y
ang
dila
kuka
n ol
eh
piha
k lu
ar u
ntuk
men
ingk
atka
n ku
alita
s hi
dup
kom
unita
s pe
mul
ung
sepe
rti :
men
gada
kan
kegi
atan
bel
ajar
ber
sam
a un
tuk
anak
– a
nak
pem
ulun
g, k
egia
tan
sosi
alis
asi b
agi p
emul
ung
dala
m
men
gam
bil
bara
ng
beka
s ag
ar
bisa
diju
al d
enga
n ha
rga
ting
gi,
dan
lain
seb
agai
nya.
· K
omun
itas
pem
ulun
g pa
da
perm
ukim
an
pola
m
emus
at
mem
butu
hkan
ru
ang
serb
agun
a ag
ar
dapa
t m
enam
pung
or
ang
– or
ang
yang
m
engi
kuti
kegi
atan
pe
ngab
dian
m
asya
raka
t di
ka
was
an
perm
ukim
anya
, m
eski
pun
deng
an
ukur
an
yang
tid
ak te
rlal
u lu
as k
aren
a ke
terb
atas
an
laha
n di
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap s
aran
a ru
ang
serb
agun
a m
asih
be
lum
bi
sa
terp
enuh
i, se
bab
mas
ih
terli
hat
bahw
a ke
giat
an
peng
abdi
an
mas
yara
kat
untu
k m
enin
gkat
kan
tara
f di
up
kom
unita
s pe
mul
ung
mas
ih
dila
kuka
n pa
da
rum
ah
– ru
mah
pe
mul
ung
(teru
tam
a pa
da p
erm
ukim
an
pola
m
emus
at)
sehi
ngga
m
enyu
litka
n pe
mul
ung
dala
m b
erak
tivita
s m
engi
ngat
lu
asan
ru
mah
pe
mul
ung
yang
ke
cil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
kaw
asan
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung.
·
Kom
unita
s pe
mul
ung
pada
po
la p
erm
ukim
an m
enye
bar
tidak
m
emer
luka
n ad
anya
ru
ang
serb
agun
a di
kaw
asan
pe
rmuk
iman
ya k
aren
a m
asih
te
rdap
at
bebe
rapa
ru
mah
ya
ng
mem
iliki
te
ras
yang
cu
kup
luas
unt
uk d
ijadi
kan
seba
gai
tem
pat
men
ampu
ng
war
ga
jika
ad
a ke
giat
an
peng
abdi
an m
asya
raka
t.
terle
bih
lagi
dib
eber
apa
rum
ah t
erda
pat
bara
ng b
ekas
yan
g di
kum
pulk
an,
Ole
h ka
rena
itu
dib
utuh
kan
ruan
gan
kom
unal
ag
ar
pada
sa
at
kegi
atan
pe
ngab
dian
m
asya
raka
t be
rlan
gsun
g bi
sa
men
ggun
akan
ru
anga
n in
i se
hing
ga
tidak
m
enyu
litka
n ak
tivit
as
pem
ulun
g di
dal
am r
umah
. ·
Luas
la
han
yang
di
butu
hkan
se
baga
i ru
ang
serb
agun
a pa
da
perm
ukim
an
mem
usat
yai
tu ±
54
m2 .
Hal
ter
sebu
t m
empe
rtim
bang
kan
luas
la
han
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
dan
aktiv
itas
yang
te
rjadi
di
dala
mny
a se
rta
fung
si
bang
unan
jik
a tid
ak s
edan
g di
guna
kan
ruan
gan
ini
bisa
di
guna
kan
seba
gai
tem
pat
peny
impa
nan
bara
ng
beka
s se
men
tara
at
au
guda
ng
peny
impa
nan
pera
lata
n.
Pra
sara
na B
erm
ukim
1.
Ja
ring
an D
rain
ase
· Pe
nyed
iaan
ja
ring
an
drai
nase
pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g di
laku
kan
seca
ra s
wad
aya
oleh
m
asya
raka
t se
cara
um
um
term
asuk
kom
unita
s pe
mul
ung
yang
tin
ggal
pad
a pe
rmuk
iman
. ·
Kon
disi
ek
sist
ing
jari
ngan
dr
aina
se
ters
ier
pada
pe
rmuk
iman
pem
ulun
g de
ngan
po
la m
emus
at ±
mem
iliki
leb
ar
15 c
m d
an k
edal
aman
15
cm.
· In
tegr
asi a
ntar
jari
ngan
dra
inas
e te
rsie
r, se
kund
er
dan
prim
er
· K
omun
itas
pem
ulun
g pa
da
perm
ukim
an
mem
usat
m
embu
tuhk
an
jari
ngan
dr
aina
se
pada
pe
rmuk
iman
nya
ukur
anya
cu
kup
sem
pit
terk
adan
g tid
ak m
ampu
men
ampu
ng a
ir
buan
gan
sehi
ngga
se
ring
te
rjad
i lua
pan
air
men
uju
sisi
ki
ri d
an k
anan
dra
inas
e.
· K
ebut
uhan
kom
unita
s pe
mul
ung
pada
pe
rmuk
iman
po
la
mem
usat
te
rhad
ap
terh
adap
jar
inga
n dr
aina
se y
ang
laya
k be
lum
mam
pu t
erpe
nuhi
, ka
rena
pad
a sa
at
mem
bang
un
jari
ngan
te
rsie
r la
pak/
peng
epul
tid
ak
men
geta
hui
krite
ria
idea
l da
ri ja
ring
an
drai
nase
ya
ng
ada
sehi
ngga
pe
mbu
atan
ya
dila
kuka
n as
al
jadi
da
n m
ampu
di
guna
kan
seba
gai
jala
n ai
r bu
anga
n m
enuj
u ja
ringa
n dr
aina
se s
ekun
der.
· D
iper
luka
n ad
anya
pen
ingk
atan
kua
lita
s de
ngan
car
a m
enam
bah
luas
an j
arin
gan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
pola
mem
usat
tid
ak b
egitu
bai
k be
rbed
a de
ngan
ek
sist
ing
jari
ngan
dr
aina
se
pada
pe
rmuk
iman
pol
a m
enye
bar.
drai
nase
se
suai
de
ngan
ke
butu
han
kom
unit
as p
emul
ung
sehi
ngga
dra
inas
e ya
ng a
da p
ada
perm
ukim
an p
emul
ung,
te
ruta
ma
pada
po
la
mem
usat
m
ampu
m
enam
pung
deb
it ai
r bu
anga
n se
hing
ga
tidak
men
yeba
bkan
luap
an a
ir b
uang
an.
· Lu
as d
rain
ase
ters
ier
yang
dib
utuh
kan
agar
mam
pu m
enam
pung
deb
it bu
anga
n ai
r be
rsih
pad
a ka
was
an p
erm
ukim
an
yaitu
leb
ar
30
cm d
an k
edal
aman
30cm
, de
ngan
per
timba
ngan
keb
utuh
an
air
bers
ih
dan
aktiv
itas
yang
ad
a.
Ben
tuk
drai
nase
bi
sa
men
ggun
akan
dr
aina
se
tutu
p ag
ar
laha
n di
atas
dr
aina
se b
isa
dim
anfa
atka
n.
2.
Jari
ngan
Sa
nias
i da
n M
CK
ko
mun
al
dan
priv
at
· Pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g po
la m
emus
at j
arin
gan
sani
tasi
ya
ng
ada
dibu
at
kom
unal
, se
dang
kan
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
pola
m
enye
bar
jari
ngan
san
itasi
di
buat
sec
ara
priv
at
oleh
m
asin
g –
mas
ing
indi
vidu
·
Jarin
gan
sani
tasi
di p
erm
ukim
an
pem
ulun
g ba
ik
pola
m
emus
at
mau
pun
men
yeba
r m
engu
naka
n ko
lom
resa
pan.
·
Peny
edia
an
MC
K
umum
di
sedi
akan
sec
ara
kom
unal
dan
pr
ivat
te
rgan
tung
pa
da
pola
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung.
Pa
da
perm
ukim
an p
emul
ung
deng
an
pola
m
emus
at t
erda
pat
2 un
it M
CK
kom
unal
yan
g m
asin
g –
· K
omun
itas
pem
ulun
g ya
ng
tingg
al
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
deng
an
pola
m
emus
at m
aupu
n m
enye
bar
tidak
m
emer
luka
n pe
ning
kata
n ku
alita
s da
ri sa
nita
si y
ang
ada.
·
Kom
unita
s pe
mul
ung
yang
tin
ggal
pa
da
perm
ukim
an
deng
an
pola
m
emus
at
mem
butu
hkan
pe
ning
kata
n ku
alita
s da
ri M
CK
kom
unal
ya
ng
ada
kare
na
kond
isi
MC
K
sem
uany
a no
n-pe
rman
en
sert
a ku
rang
nya
kele
ngka
pan
pend
ukun
g M
CK
sep
erti
bak
man
di d
an
WC
. ·
Kom
unita
s pe
mul
ung
yang
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap j
arin
gan
sani
tasi
pad
a ka
was
an
perm
ukim
an
pem
ulun
g ba
ik
deng
an
pola
mem
usat
mau
pun
pola
men
yeba
r su
dah
mam
pu te
rpen
uhi,
kare
na p
erio
de
peng
uras
an d
ari b
ak p
enam
pung
an b
aru
dila
kuka
n da
lam
kur
un w
aktu
3 ta
hun
– 4
tahu
n.
· Ji
ka d
iliha
t da
ri ke
ters
edia
an u
nit
MC
K
kom
unal
pa
da
perm
ukim
an
pola
m
emus
at
sebe
narn
ya
suda
h m
ampu
m
emen
uhi
kebu
tuha
n ko
mun
itas
pe
mul
ung
dida
lam
nya,
na
mun
ko
ndis
inya
kur
ang
baik
dan
min
imny
a ke
leng
kapa
n M
CK
m
embu
at
peng
guna
nya
men
jadi
tid
ak
nyam
an
jika
men
gaks
es,
seba
b pa
da s
aat
awal
pe
mba
ngun
an
MC
K
kom
unal
, pe
ngep
ul/la
pak
tida
k m
empu
nyai
cuk
up
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
mas
ing
terd
iri
dari
2
bilik
. Se
dang
kan
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
pola
men
yeba
r, pa
da
setia
p ru
mah
ter
dapa
t sa
tu u
nit
MC
K
deng
an
kond
isi
kele
ngka
pan
yang
bai
k.
tingg
al
pada
pe
rmuk
iman
de
ngan
pol
a m
enye
bar
tidak
m
emer
luka
n ad
anya
pe
ning
kata
n ku
alita
s M
CK
ka
rena
di
rasa
su
dah
cuku
p la
yak
dan
mem
ilik
i ke
leng
kapa
n M
CK
se
suai
ke
butu
han
pem
ulun
g.
uang
un
tuk
mem
biay
ainy
a se
hing
ga
pem
enuh
an
MC
K
hany
a te
penu
hi
sead
anya
m
enur
ut
pers
epsi
la
pak/
peng
epul
se
lau
pem
ilik
tana
h se
hing
ga
dipe
rluk
an
pena
ngan
an a
gar
tidak
mem
perb
uruk
kua
litas
lin
gkun
gan
perm
ukim
an.
Ole
h ka
rena
itu
pe
men
uhan
te
rhad
ap
kele
ngka
pan
sara
na p
endu
kung
pad
a M
CK
kom
unal
bi
sa
dila
kuka
n de
ngan
ca
ra
shar
ing
pem
biay
aan
kare
na p
emul
ung
mam
pu
men
yisi
hkan
se
bagi
an
uang
nya
atau
m
emin
ta
bant
uan
kepa
da
pem
erin
tah
sete
mpa
t. ·
Keb
utuh
an
kom
unta
s pe
mul
ung
yang
tin
ggal
pad
a pe
rmuk
iman
den
gan
pola
m
enye
bar
terh
adap
MC
K s
udah
mam
pu
terp
enuh
i ka
rena
M
CK
ya
ng
ada
peng
adaa
nya
dibu
at s
ecar
a pr
ivat
yan
g te
rgab
ung
keda
lam
ru
mah
se
hing
ga
untu
k m
enin
gkat
kan
kual
itas
MC
K d
an
pem
enuh
an
kele
ngka
pan
mer
upak
an
tang
gung
a ja
wab
dar
i si p
emil
ik r
umah
. 3.
Ja
ring
an A
ir B
ersi
h ·
Jarin
gan
air b
ersi
h ya
ng te
rsed
ia
pada
se
bagi
an
besa
r ka
was
an
perm
ukim
an
pem
ulun
g ba
ik
deng
an p
ola
mem
usat
ata
u po
la
men
yeba
r be
rasa
l da
ri a
ir t
anah
da
n ai
r su
mur
yan
g ko
ndis
i ai
r ny
a cu
kup
laya
k ko
nsum
si.
· Pe
ngad
aan
pom
pa
air
seba
gai
alat
un
tuk
mem
udah
ka
n pe
nyed
iaan
air
bers
ih d
ilaku
kan
seca
ra s
wad
aya
oleh
pem
ulun
g.
· K
eter
sedi
aan
air
bers
ih y
ang
ada
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
agak
te
rcem
ar
oleh
ba
kter
i ya
ng
bera
sal
dari
enda
pan
sam
pah
pada
te
mpa
t pe
mbu
anga
n ak
hir
khus
usny
a ya
ng
tingg
al
di
RW
03
. Se
hing
ga
mem
butu
hkan
ada
nya
supp
ly
air
bers
ih y
ang
pem
enuh
anya
tid
ak
men
gelu
arka
n ua
ng
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g ya
ng
tingg
al d
i ka
was
an p
enel
itian
ter
hada
p ja
ring
an
air
bers
ih
belu
m
sem
uany
a te
rpen
uhi
teru
tam
a ba
gi
kom
unita
s pe
mul
ung
yang
tin
ggal
di
R
W
03
kare
na
suda
h te
rcem
ar
oleh
ba
kter
i ak
ibat
da
ri
enda
pan
sam
pah
pada
te
mpa
t pe
mbu
anga
n ak
hir.
Saat
in
i ke
butu
han
air
bers
ih
kom
unita
s pe
mul
ung
untu
k ko
nsum
si
dipe
nuhi
de
ngan
car
a m
embe
li ai
r dai
pen
jual
air
,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
· A
dany
a re
ncan
a pe
mer
inta
h da
lam
m
enye
diaa
kan
1 un
it ta
ndon
air
ber
sih
di r
w 0
3 un
tuk
men
duku
ng k
onsu
msi
air
bak
u ba
gi
saw
ah
– sa
wah
di
se
kita
rnya
se
rta
untu
k m
emen
uhi
kebu
tuha
n ai
r be
rsih
m
asya
raka
t ya
ng
suda
h ag
ak
terc
emar
den
gan
adan
ya t
empa
t pe
mbu
anga
n ak
hir
Pojo
k.
· Je
nis
pom
pa
yang
ad
a pa
da
setia
p ru
mah
di
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
baik
de
ngan
po
la
men
yeba
r m
aupu
n de
ngan
pol
a m
emus
at
rata
-
rata
m
emili
ki
kapa
sita
s m
aksi
mum
seb
esar
16
liter
s/d
30
liter
per
men
it un
tuk
mem
enuh
i ke
butu
han
kom
unita
s pe
mul
ung
yang
tin
ggal
yang
mah
al.
· Pa
da p
erm
ukim
an k
omun
itas
pem
ulun
g de
ngan
po
la
mem
usat
ha
nya
terd
apat
1
unit
pom
pa a
ir se
baga
i al
at
dist
ribu
si a
ir be
rsih
men
uju
sem
ua
rum
ah
yang
ad
a.
Sehi
ngga
di
kala
te
rjadi
ke
rusa
kan
pom
pa a
ir t
erja
di
kesu
litan
da
lam
m
enda
patk
an a
ir be
rsih
. Par
a pe
mul
ung
haru
s m
enug
gu
seha
rian
pen
uh h
ingg
a m
esin
po
mpa
air
sel
esai
dip
erba
iki.
· K
ebut
uhan
pen
ghun
i ra
ta –
ra
ta
terh
adap
ai
r be
rsih
di
ka
was
an
perm
ukim
an
pem
ulun
g se
kita
r 30
lit
er/o
rang
/har
i.
seda
ngka
n un
tuk
man
di d
an k
ebut
uhan
cu
ci
mer
eka
teta
p m
engg
unak
an
jari
ngan
air
bers
ih e
ksis
ting.
·
Ren
cana
pem
erin
tah
dala
m p
enga
daan
ta
ndon
di
ai
r be
rsih
di
R
W
03
sepe
rtin
ya c
ukup
tep
at k
aren
a bu
rukn
ya
kual
itas
air
bers
ih y
ang
ada
sehi
ngga
jik
a te
real
isas
i ko
mun
itas
pem
ulun
g tid
ak
perlu
m
enge
luar
kan
biay
a ta
mba
han
lagi
un
tuk
kepe
rluan
ko
nsum
si a
ir b
ersi
h.
· Ju
mla
h or
ang
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
deng
an p
ola
mem
usat
± 4
0 or
ang.
Jik
a m
elih
at s
uppl
y ai
r be
rsih
ya
ng
hany
a di
penu
hi
oleh
sa
tu
unit
pom
pa
air
dan
kebu
tuha
n ai
r be
rsih
ya
ng
ada
mak
a ke
butu
han
air
bers
ih
dira
sa b
elum
mam
pu t
erpe
nuhi
sec
ara
mak
sim
al
sehi
nnga
di
perlu
kan
pena
mba
han
unit
pom
pa
air
guna
m
enyu
plai
pas
okan
air
bers
ih t
erut
ama
pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
deng
an
pola
m
emus
at
sang
at
dibu
tuhk
an.
Pena
mba
han
unit
pom
pa a
ir di
sesu
aika
n de
ngan
keb
utuh
an a
ktiv
itas
kom
unita
s pe
mul
ung
(min
imal
sat
u un
it)
sehi
ngga
jik
a sa
lah
satu
po
mpa
ai
r ru
sak
pem
ulun
g tid
ak p
erlu
kes
ulita
n da
lam
m
emen
uhi k
eper
luan
air
bers
ih.
4.
Jari
ngan
Lis
trik
·
Suda
h se
mua
ka
was
an
perm
ukim
an
pem
ulun
g te
rint
egra
si o
leh
jarin
gan
listr
ik
hal
ini
dibu
ktik
an
deng
an
adan
ya
kabe
l -
kabe
l lis
trik
· Pa
da p
erm
ukim
an k
omun
itas
pem
ulun
g de
ngan
po
la
mem
usat
ha
nya
terd
apat
1
unit
MC
B
deng
an
daya
m
aksi
mal
900
put
/kw
h un
tuk
· Pe
men
uhan
ke
butu
han
listri
k pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g de
ngan
po
la
mem
usat
su
dah
mam
pu
terp
enuh
i na
mun
kur
ang
mak
sim
al.
Kar
ena
hany
a te
rsed
ia
satu
un
it M
CB
untu
k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
yang
mel
inta
ng d
i pe
rmuk
iman
ko
mun
itas
pem
ulun
g.
· Pe
ngad
aan
jari
ngan
lis
trik
di
sedi
akan
ole
h PL
N.
· Pe
nyed
iaan
da
ya
mak
sim
al
listri
k pa
da s
etia
p ru
mah
rat
a –
rata
90
0 pu
t/kw
h ba
ik
pada
pe
rmuk
iman
de
ngan
po
la
mem
usat
m
aupu
n po
la
men
yeba
r.
mem
enuh
i ke
butu
han
listr
ik
pada
set
iap
rum
ah y
ang
ada.
D
iman
a pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g M
adur
a te
rdap
at
20
unit
rum
ah
seda
ngka
n pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
Tre
ngga
lek
ada
19
unit
rum
ah.
Hal
ini
men
yulit
kan
pem
ulun
g da
lam
mel
akuk
an
aktiv
itas
nya
kare
na
jika
beba
n lis
trik
yan
g di
guna
kan
berle
bih
akan
ser
ing
terja
di
penu
runa
n da
ya
atau
“a
njre
t”.
mem
enuh
i ke
butu
han
sem
ua
rum
ah
yang
ad
a pa
da
kaw
asan
pe
rmuk
iman
po
la
mem
usat
ol
eh
kare
na
itu
dipe
rluk
an
adan
ya
pena
mba
han
unit
dari
MC
B
(min
imal
1
unit)
un
tuk
men
gont
rol
supp
ly j
arin
gan
listr
ik p
ada
perm
ukim
an
pem
ulun
g de
ngan
po
la
mem
usat
seh
ingg
a be
ban
listr
ik y
ang
ada
tidak
terl
alu
bera
t dan
mem
udah
kan
pem
ulun
g ya
ng
tingg
al
dala
m
mel
akuk
an a
ktiv
itasn
ya.
Terl
alu
seri
ng
terja
di
penu
runa
n da
ya
mem
buat
pe
rala
atan
ele
ktro
nik
men
jadi
sem
akin
ce
pat r
usak
. ·
Kur
angn
ya
eksi
stin
g M
CB
pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g de
ngan
po
la
mem
usat
di
kare
naka
n pa
da
saat
pe
mas
anga
n aw
al
jari
ngan
lis
trik
, la
pak/
peng
epul
sel
aku
koor
dina
tor
dan
pem
ilik
laha
n m
eras
a ke
sulit
an
biay
a jik
a ha
rus
mem
asan
g 2
unit
MC
B u
ntuk
m
emen
uhi
kebu
tuha
n lis
trik
kom
unita
s pe
mul
ung
yang
ad
a di
pe
rmuk
iman
m
ilikn
ya
sehi
ngga
ha
nya
dila
kuka
n pe
mas
anga
n sa
tu
unit
MC
B de
ngan
ha
rapa
n m
ampu
mem
enuh
i keb
utuh
an.
5.
Jari
ngan
gas
met
an
(Pra
sara
na m
emas
ak)
· Pr
asar
ana
gas
met
an d
ised
iaka
n se
cara
cu
ma
– cu
ma
oleh
pe
mer
inta
h de
ngan
ca
ra
mem
bang
un
pipa
–
pipa
ga
s da
ri te
mpa
t pe
mbu
anga
n ak
hir
men
uju
perm
ukim
an p
emul
ung.
·
Peng
adaa
n ga
s m
etan
sa
ngat
di
perl
ukan
ol
eh
sem
ua
· Pe
mul
ung
mem
butu
hkan
ad
anya
pen
amba
han
jari
ngan
ga
s m
etan
pad
a se
tiap
rum
ah
yang
be
lum
m
emil
iki
jang
kaua
n ak
ses.
·
Pem
ulun
g m
embu
tuhk
an
adan
ya
sosi
alis
asi
dari
tena
ga a
hli
tent
ang
tata
car
a
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap
sosi
alis
asi
tent
ang
tata
ca
ra
pera
wat
an
jarin
gan
gas
met
an
suda
h te
rpen
uhi,
nam
un m
asih
bel
um o
ptim
al
kare
na p
etug
aste
naga
ahl
i ja
ringa
n ga
s m
etan
tid
ak t
entu
dat
angn
ya k
adan
g 1
kali/
bula
n te
rkad
ang
1kal
i/2bu
lan
sehi
ngga
m
enyu
litk
an
kom
unit
as
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
kom
unita
s pe
mul
ung
teru
tam
a ya
ng
berp
rofe
si
seba
gai
pem
ulun
g ka
rena
da
pat
men
ghem
at
biay
a,
men
ging
at
peng
hasi
lan
pem
ulun
g ya
ng
sang
at re
ndah
. ·
Peny
edia
an
dila
kuka
n se
cara
be
rtaha
p sa
mpa
i de
ngan
tah
un
2012
bar
u ad
a 12
rum
ah y
ang
mem
ilik
i ak
ses
terh
adap
pr
asar
ana
gas
met
an y
ang
man
a ja
rak
rum
ah
ters
ebut
de
ngan
te
mpa
t pe
mbu
anga
n ak
hir
hany
a <
500
m.
mel
akuk
an
pera
wat
an
jari
ngan
gas
met
an.
pem
ulun
g ap
abila
se
wak
tu
– w
aktu
te
rjadi
ke
rusa
kan
sehi
ngga
di
khaw
atir
kan
pras
aran
a ya
ng
suda
h ad
a m
enja
di
terb
engk
alai
ka
rena
pe
mul
ung
tidak
m
engu
asai
pe
nggu
naan
ya.
Ole
h ka
rena
itu
di
perl
ukan
ad
anya
in
terv
ensi
da
ri pe
mer
inta
h te
rkai
t de
ngan
ja
dwal
so
sial
isas
i m
enge
nai
pera
wat
an
gas
met
an p
ada
setia
p ru
mah
aga
r m
enja
di
lebi
h je
las
sehi
ngga
tid
ak
mem
bing
ungk
an k
omun
itas
pem
ulun
g,
inte
nsita
s so
sial
isas
i aw
alny
a m
ungk
in
bisa
di
laku
kan
4 ka
li/1
bula
n ka
rena
te
knol
ogi
gas
met
an
mer
upak
an
hal
yang
ba
ru
bagi
ko
mun
itas
pe
mul
ung
yang
not
aben
ya b
erpe
ndid
ikan
ren
dah.
·
Pem
erin
tah
diha
rapk
an
mam
pu
mem
perl
uas
jang
kaua
n ak
ses
bagi
pr
asar
ana
gas
met
an d
i se
kita
r te
mpa
t pe
mbu
anga
n ak
hir,
kare
na m
asih
ada
±
70
rum
ah
dari
kom
unit
as
pem
ulun
g ya
ng b
elum
mam
pu m
enga
kses
jarin
gan
gas
met
an.
Pem
erin
tah
Kot
a K
edir
i be
lum
m
ampu
m
enye
diak
an
seca
ra
lang
sung
ka
rena
ha
rus
men
yiap
kan
dana
yan
g cu
kup,
sel
ain
itu p
enga
daan
ga
s m
etan
da
ri
timbu
nan
sam
pah
mer
upak
an
hal
baru
se
hing
ga
butu
h pr
oses
dan
ta
hapa
n se
rta
kajia
n ag
ar
mam
pu
dija
dika
n se
baga
i pr
ogra
m
jang
ka
panj
ang
bagi
m
asya
raka
t ya
ng
men
gaks
es ja
ring
an g
as m
etan
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
Sara
na B
eker
ja
1.
Tem
pat
pem
ilaha
n ba
rang
bek
as
· Pe
nyed
iaan
te
mpa
t pe
mila
han
bara
ng b
ekas
dila
kuka
n se
cara
sw
aday
a ol
eh
pem
ulun
g di
pe
rmuk
iman
nya.
·
Tem
pat p
emila
han
bara
ng b
ekas
ha
nya
terd
apat
pa
da
perm
ukim
an p
emul
ung
deng
an
pola
mem
usat
. ·
Pem
erin
tah
mem
beri
kan
izin
ke
pada
pe
mul
ung
untu
k m
engg
unak
an
tem
pat
park
ir tru
k sa
mpa
h di
sek
tar
kaw
asan
te
mpa
t pe
mbu
anga
n ak
hir
agar
bi
sa
dija
dika
n se
baga
i te
mpa
t pe
mila
han
bara
ng b
ekas
, beg
itu
juga
de
ngan
la
han
koso
ng
di
seki
tar
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r.
· Pe
mul
ung
mem
butu
hkan
dua
m
acam
te
mpa
t pe
mila
han
sam
pah
sesu
ai
fung
siny
a.
Dim
ana
tem
pat
pem
ilaha
n tip
e A
be
rfun
gsi
seba
hai
tem
pat
mem
ilah
bara
ng
berd
asar
kan
jeni
s ba
rang
se
dang
kan
tipe
B b
erfu
ngsi
se
baga
i te
mpa
t pe
mila
han
bara
ng
beka
s be
rdas
arka
n ku
alita
s ba
rang
. K
aren
a se
lam
a in
i ba
ru
terd
apat
te
mpa
t pe
mila
han
tipe
A
se
dang
kan
untu
k m
emen
uhi
kebu
tuha
n te
mpa
t pe
mila
han
tipe
B pe
mul
ung
men
ggun
akan
si
sa
ruan
g te
rbuk
a di
se
kita
r pe
rmuk
iman
nya.
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap
tem
pat
pem
ilaha
n ba
rang
be
kas
saat
ini
han
ya m
ampu
ter
penu
hi
satu
je
nis
saja
se
bany
ak
satu
un
it te
ruta
ma
pada
per
muk
iman
den
gan
pola
m
emus
at,
kom
unita
s pe
mul
ung
mem
ilik
i ha
mba
tan
unuk
mem
enuh
inya
ka
rena
ke
terb
atas
an
laha
n pa
da
kaw
asan
pe
rmuk
iman
ya
ng
ditin
ggal
inya
. O
leh
kare
na i
tu s
ebag
ian
besa
r da
ri p
emul
ug
beri
nisi
atif
untu
k m
eman
faat
kan
laha
n ko
song
yan
g ad
a di
seki
tar
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r se
baga
i te
mpa
t pe
mila
han
bara
ng
beka
sber
mod
alka
n iz
in
pem
erin
tah.
N
amun
ket
erse
diaa
n la
han
terb
uka
dan
gara
si
teuk
sa
mpa
h ya
ng
ada
mas
ih
belu
m
mam
pu
mem
enuh
i ke
butu
han
sem
ua p
emul
ung
terh
adap
pem
enuh
an
sara
na
ini
sehi
ngga
pe
mul
ung
yang
tin
ggal
pad
a pe
rmuk
iman
pol
a m
emus
at
terp
aksa
m
emba
wa
pula
ng
bara
ng
beka
s ya
ng d
ikum
pulk
an u
ntuk
dip
ilah
pila
h pa
da t
empa
t pe
mila
han
eksi
stin
g ha
l in
i cu
kup
men
yulit
kan
kom
unita
s pe
mul
ung
kare
na t
idak
ada
pem
bagi
an
laha
n se
cara
je
las
teru
tam
a un
tuk
tem
pat p
emila
han
bara
ng.
· Lu
as
laha
n ek
sist
ing
yang
di
guna
kan
seba
gai
tem
pat
pem
ilah
an
bara
ng
berd
asar
kan
deng
an
jeni
snya
(ti
pe
A)
yaitu
±
36
m2 .
Hal
in
i je
las
tidak
m
embe
rika
n ke
nyam
an b
agi
pem
ulun
g
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
apab
ila
haru
s be
rbag
i la
han
deng
an
sara
na p
emil
ahan
bar
ang
berd
asar
kan
kual
itasn
ya
(Tip
e B
). ol
eh
kare
na
itu
dipe
rluk
an la
han
ters
endi
ri u
ntuk
sar
ana
pem
ilaha
n ba
rang
ber
dasa
rkan
kua
lita
s (T
ipe
B)
selu
as
25
m2
– 30
m
2 , uk
uran
ya
mem
ang
lebi
h ke
cil
kare
na
dise
suai
kan
deng
an
aktiv
itas
yang
te
rjadi
did
alam
nya.
·
Pem
erin
tah
diha
rapk
an
mem
berik
an
kete
tapa
n pa
sti
terh
adap
pe
runt
ukan
la
han
koso
ng y
ang
ada
di s
ekita
r tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r un
tuk
dija
dika
n se
baga
i te
mpa
t pe
mila
han
bara
ng,
sehi
ngga
pe
mul
ung
bisa
leb
ih
lelu
asa
dala
m m
elak
ukan
akt
ivit
asny
a.
2.
Tem
pat
peny
impa
nan
bara
ng b
ekas
·
Peng
adaa
n sa
rana
te
mpa
t pe
nam
pung
an b
aran
g di
laku
kan
seca
ra s
wad
aya
oleh
kom
unita
s pe
mul
ung.
·
Kua
litas
te
mpa
t pe
nyim
pana
n ba
rang
be
kas
kom
unal
pa
da
perm
ukim
an
kom
unita
s pe
mul
ung
kond
isin
ya
kura
ng
laya
k ka
rena
ha
nya
dili
ndun
gi
oleh
as
bes
yang
su
dah
agak
ru
sak
· T
empa
t pe
nyim
pana
n ba
rang
be
kas
rata
-rat
a di
laku
kan
oleh
pe
mul
ung
dida
lam
ru
mah
nya
jika
terd
apat
ru
anga
n ko
song
, na
mun
ad
a ju
ga
tem
pat
peny
impa
nan
bara
ng
beka
s se
cara
ko
mun
al
pada
· Pe
ran
tem
pat
peny
impa
nan
bara
ng b
ekas
bag
i ko
mun
itas
pem
ulun
g sa
ngat
pe
ntin
g ka
rena
da
pat
mem
batu
pe
mul
ung
dala
m m
enyi
mpa
n ba
rang
ya
ng
diku
mpu
lkan
se
belu
m
diju
al
seca
ra
rapi
da
n tid
ak t
erce
cer
agar
tid
ak
terk
esan
kum
uh.
· T
empa
t pen
yim
pana
n ba
rang
be
kas
sang
at
mem
bant
u pe
mul
ung
teru
tam
a da
lam
ha
l m
enja
ga k
ualit
as b
aran
g be
kas
terte
ntu
sebe
lum
dij
ual
baik
ke
pada
lap
ak/p
enge
pul
mau
pun
kepa
da
agen
da
n in
dust
ri da
ur u
lang
.
· Pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g ba
ik
deng
an
pola
m
emus
at
dan
pola
m
enye
bar,
sebe
narn
ya
suda
h te
rdap
at
tem
pat
peny
impa
nan
bara
ng
beka
s na
mun
kar
ena
kete
rbat
asan
lah
an d
an
ketia
daan
bi
aya
kual
itasn
ya
mas
ih
kura
ng b
aik,
ole
h ka
rena
itu
dib
utuh
kan
adan
ya
peni
ngka
tan
kual
itas
terh
adap
te
mpa
t pen
yim
pana
n ba
rang
bek
as b
aik
seca
ra
indi
vidu
m
aupu
n ko
mun
al
dise
suai
kan
deng
an
pola
pe
rmuk
iman
da
n ke
butu
han
kom
unita
s pe
mul
ung
dida
lam
nya.
·
Luas
ek
sist
ing
laha
n se
baga
i te
mpa
t pe
nyim
pana
n ba
rang
be
kas
kom
unal
ya
itu 9
m2 s
aat
ini
baru
ter
dapa
t sa
tu
unit
tem
pat
peny
impa
nan
bara
ng
kom
unal
pa
da
setia
p pe
rmuk
iman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
perm
ukim
an p
emul
ung
deng
an
pola
mem
usat
. pe
mul
ung,
se
haru
snya
pa
da
setia
p pe
rmuk
iman
mem
usat
terd
apat
dua
uni
t te
mpa
t pe
nyim
pana
n ba
rang
un
tuk
mem
udah
kan
pem
ulun
g da
n la
pak/
peng
epul
mel
akuk
an a
ktiv
itas
jual
be
li ba
rang
. ·
Pada
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
deng
an
pola
m
enye
bar
bent
uk
tem
pat
peny
impa
nan
berb
entu
k pr
ivat
den
gan
luas
an e
ksis
ting
men
yesu
aika
n de
ngan
lu
as r
uang
an k
oson
g pa
da s
uatu
rum
ah.
Seba
ikny
a ba
rang
bek
as t
idak
dis
impa
n di
dala
m r
umah
, mel
aink
an d
ilua
r ru
mah
da
n di
tata
rap
ih s
ehin
gga
mem
berik
an
rasa
nya
man
bag
i pen
ghun
inya
. 3.
G
udan
g pe
nyim
pana
n pe
rala
tan
· T
idak
ada
gud
ang
peny
impa
nan
pera
lata
n se
perti
ga
ru,
kera
njan
g,
timba
ngan
da
n ka
rung
pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g ba
ik
pola
m
emus
at
mau
pun
men
yeba
r ka
rena
pe
nyim
pana
n ba
rang
m
asih
di
laku
kan
pada
set
iap
ruan
gan
yang
ad
a di
ru
mah
pa
ra
pem
ulun
g.
· G
udan
g pe
nyim
pana
n ba
rang
di
perl
ukan
ka
rena
ba
nyak
ko
mun
itas
pem
ulun
g ya
ng
kesu
litan
m
enca
ri pe
rala
tany
a ka
rena
ba
rang
te
rseb
ut
berc
ampu
r de
ngan
ba
rang
ba
rang
be
kas
yang
ad
a di
rum
ah p
emul
ung.
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap
guda
ng p
enyi
mpa
nan
belu
m
terp
enuh
i, ka
rena
ke
terb
atas
an
laha
n ya
ng a
da s
erta
per
ilaku
dar
i ko
mun
itas
pem
ulun
g se
ndiri
ya
ng
terk
esan
se
mba
rang
an, h
al in
i ditu
njuk
an d
enga
n m
asih
di
tem
ukan
ya
pera
lata
n ya
ng
berc
ampu
r den
gan
bara
ng d
aur u
lang
. ·
Peng
adaa
n gu
dang
pe
nyim
pana
n di
sesu
aika
n pa
da k
ebut
uhan
rua
ng y
ang
ada,
pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g de
ngan
po
la
mem
usat
, gu
dang
pe
nyim
pana
n pe
rala
tan
bisa
di
adak
an
seca
ra k
omun
al d
i la
han
koso
ng y
ang
mas
ih b
elum
dio
ptim
alka
n, s
edan
gkan
pa
da
perm
ukim
an
pem
ulun
g de
ngan
po
la m
enye
bar,
peny
impa
nan
pera
lata
n bi
sa d
ilaku
kan
pada
ter
as r
umah
ata
u la
han
koso
ng d
ibel
akan
g ru
mah
den
gan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
luas
an
sesu
ai
yang
di
butu
hkan
ol
eh
kom
unit
as p
emul
ung
± 4
m2 .
4.
Sara
na
Tran
spor
tasi
be
kerj
a ·
Peny
edia
an s
aran
a tra
nspo
rtas
i ya
ng
dise
diak
an
oleh
pe
mer
inta
h ha
nyal
ah
gero
bak
sam
pah
untu
k ke
perlu
an
men
gang
kut s
ampa
h da
ri ru
mah
–
rum
ah p
endu
duk
yang
ada
di
kelu
raha
n po
jok
men
uju
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r.
· Sa
rana
tr
ansp
orta
si
yang
di
guna
kan
oleh
ko
mun
itas
pe
mul
ung
dise
suai
kan
oleh
pro
fesi
se
rta
mua
tan
dan
tuju
an
mau
ke
man
a ba
rang
ters
ebut
dib
awa.
·
Peng
adaa
n sa
rana
tra
nspo
rtas
i pe
nunj
ang
dila
kuka
n se
cara
sw
aday
a ba
ik o
leh
pem
ulun
g,
lapa
k/pe
ngep
ul d
an a
gen
· Pe
men
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap
sara
na
trans
porta
si t
erut
ama
dala
m
hal
beke
rja s
eper
tiny
a su
dah
cuku
p te
rpen
uhi.
· T
idak
ad
a ke
tent
uan
baku
ba
gi
kom
unit
as
pem
ulun
g da
lam
m
engg
unak
an
sara
na
trans
porta
si
yang
m
erek
a bu
tuhk
an.
Pene
ntua
n pe
nggu
naan
sa
rana
tra
nspo
rtasi
be
rdas
arka
n pa
da r
asa
keny
aman
an b
agi
peng
guna
nya.
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap s
aran
a tr
ansp
orta
si p
enun
jang
su
dah
terp
enuh
i, se
bab
tidak
ad
anya
ke
luha
n da
ri ko
mun
itas
pem
ulun
g da
lam
men
ggun
akan
sar
ana
tran
spor
tasi
pe
nduk
ung
peke
rjaan
yany
a se
hing
ga
belu
m d
iper
luka
n ad
anya
pen
ingk
atan
ku
alita
s sa
rana
tr
ansp
orta
si
beke
rja
untu
k m
enun
jang
ak
tivita
s ko
mun
itas
pem
ulun
g m
eski
pun
setia
p pe
mul
ung
men
ging
inka
n ad
anya
sa
rana
tra
nspo
rtas
i un
tuk
mob
ilisa
si
seca
ra
umum
nam
un b
ukan
unt
uk b
eker
ja.
· D
emi
men
jaga
eks
iste
nsi
pem
ulun
g ad
a ba
ikny
a ji
ka
pem
erin
tah
juga
m
enye
diak
an
sara
na
gero
bak
bagi
pe
mul
ung
agar
m
emud
ahka
n ak
tivita
s be
kerja
pe
mul
ung,
m
engi
ngat
ko
ndis
i be
bera
pa
gero
bak
ada
yang
ku
rang
la
yak
untu
k di
guna
kan
dala
m
bera
ktiv
itas.
Se
lain
itu
pe
nyed
iaan
ge
roba
k ha
nya
foku
s pa
da
gero
bak
sam
pah
pada
set
iap
kelu
raha
n sa
ja.
5.
Tem
pat B
eris
itira
hat
· Pe
ngad
aan
tem
pat
beris
tirah
at
dila
kuka
n ol
eh p
emul
ung
yang
be
kerj
a di
seki
tar
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r. Ja
rak
tem
pat
berte
duh
deng
an
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r ha
nya
10 m
de
ngan
kon
disi
ban
guna
n ya
ng
non
perm
anen
se
hing
ga
mem
berik
an
visu
alis
asi
· Pe
mul
ung
mem
butu
hkan
te
mpa
t be
ristir
ahat
ya
ng
laya
k,
kare
na
kond
isi
bang
unan
ya
ng
non
perm
anen
. ·
Pem
ulun
g m
embu
tuhk
an
adan
ya k
ejel
asan
ter
kait
izin
ya
ng
dibe
rikan
pe
mer
inta
h
· K
ebut
uhan
ko
mun
itas
pem
ulun
g te
rhad
ap
tem
pat
beris
tirah
at
suda
h te
rpen
uhi,
nam
un b
elum
bis
a di
kata
kan
laya
k ka
rena
bel
um a
dany
a iz
in t
ertu
lis
dari
pem
erim
tah
mem
buat
pe
mul
ung
men
jadi
rag
u un
tuk
mer
enov
asi
tem
pat
berte
duh
eksi
stin
g,
para
pe
mul
ung
khaw
atir
tiba
- tib
a pe
mer
inta
h m
emin
dahk
ah
tem
pat
bert
eduh
ya
ng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
keku
muh
an.
· Pe
ran
pem
erin
tah
dala
m
peng
adaa
n te
mpa
t be
rted
uh
hany
a se
baga
i pem
beri
izin
.
kare
na s
ampa
i saa
t ini
bel
um
ada
izin
te
rtulis
, ha
nya
beru
pa in
stru
ksi s
aja.
suda
h m
erek
a re
nova
si p
adah
al s
udah
ke
luar
uan
g un
tuk
mer
enov
asi
tem
pat
ters
ebut
. ·
Dib
utuh
kan
adan
ya p
enin
gkat
an k
uali
tas
sara
na t
empa
t be
rist
irah
at d
an p
enat
aan
ulan
g te
mpa
t be
rist
irah
at a
gar
visu
alis
asi
kaw
asan
tida
k te
rkes
an k
umuh
. ·
Eksi
stin
g lu
as
tem
pat
bert
eduh
pa
da
seita
p bi
lik
yaitu
± 6
m2 , b
iasa
nya
di is
i 2
oran
g –
3 or
ang
bent
k ba
ngun
an
berb
entu
k se
mi t
erbu
ka, h
anya
tertu
tupi
si
sa
– si
sa
kain
sp
andu
k ag
ar
mem
beri
kan
rasa
ted
uh b
agi
pem
ulun
g di
dala
mny
a.
Pras
aran
a B
eker
ja
1.
Pras
aran
a lis
trik
da
n pe
nera
ngan
·
Sela
in
PLN
, Pe
mer
inta
h ju
ga
men
yedi
akan
pr
asar
ana
listr
ik
beru
pa
lam
pu
pene
rang
an
di
seki
tar
kori
dor
jala
n T
PA
seba
nyak
6
unit,
de
ngan
ha
rapa
n un
tuk
mem
udah
kan
akse
s ba
gi
oran
g ya
ng
ingi
n m
elak
ukan
akt
ivita
s di
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r sa
mpa
h te
rmas
uk k
omun
itas
pem
ulun
g.
· Pe
nyed
iaan
la
mpu
pe
nera
ngan
pa
da
sara
na
pend
ukun
g ak
tivit
as
beke
rja
yang
ad
a di
ka
was
an p
erm
ukim
an p
emul
ung
sepe
rti
tem
pat
pem
ilaha
n ba
rang
, te
mpa
t pe
nyim
pana
n ba
rang
di
sedi
akan
se
cara
sw
aday
a ol
eh p
emul
ung.
·
Tid
ak
terd
apat
la
mpu
· B
elum
ad
anya
la
mpu
pe
nera
ngan
di
se
kita
r ka
was
an
TPA
cu
kup
men
yulit
kan
pem
ulun
g da
lam
be
rakt
ivita
s pa
da
mal
am h
ari.
· Pe
mul
ung
mem
butu
hkan
la
mpu
pe
nera
ngan
ya
ng
lebi
h te
rang
dar
i pa
da l
ampu
pe
nera
ngan
ek
sist
ing
pada
te
mpa
t pe
mila
han
bara
ng
agar
m
umud
ahka
n m
elak
ukan
ak
tivita
s pe
mila
han
dan
peng
epak
an
bara
ng p
ada
mal
am h
ari.
· Pe
nyed
iaan
pra
sara
na p
ener
anga
n ya
ng
dila
kuka
n pe
mer
inta
h su
dah
cuku
p ny
ata
mes
kipu
n pe
runt
ukan
ya
tidak
be
gitu
m
embe
rika
n m
anfa
at
yang
si
gnif
ikan
ba
gi
kom
unita
s pe
mul
ung
kare
na
hany
a m
embe
rikan
pe
ngad
aan
lam
pu p
ener
anga
n pa
da s
etia
p ko
rido
r ja
lan,
buk
an p
ada
TPA
. ·
Keb
utuh
an
lam
pu
pene
rang
an
pada
te
mpa
t pe
mila
han
belu
m
terp
enuh
i ka
rena
tid
ak
begi
tu
tera
ng,
sehi
ngga
m
enyu
litka
n pe
mul
ung
jika
mel
akuk
an
aktiv
itas
pe
mila
han
dan
peng
epak
an
bara
ng p
ada
mal
am h
ari,
men
ging
at d
aya
pada
per
muk
iman
tida
k be
gitu
bes
ar.
· Ja
rak
anta
r un
it la
mpu
pe
nera
ngan
ek
sist
ing
pada
kor
idor
jal
an T
PA y
aitu
±
35 m
. ja
rak
ters
ebut
dir
asa
kura
ng
optim
al.
Ole
h ka
rena
itu
di
perlu
kan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
pene
rang
an
pada
te
mpa
t pe
mbu
anga
n ak
hir
dan
korid
or
jala
n pi
ntas
men
uju
TPA
.
pena
mba
han
unit
lam
pu
baik
pa
da
korid
or j
alan
TPA
mau
pun
jala
n pi
ntas
m
enuj
u T
PA s
erta
pe
nata
an t
erha
dap
jara
k la
mpu
ja
lan
agar
ko
rido
r ja
lan
men
jadi
le
bih
tera
ng
sehi
ngga
m
embe
rika
n ra
sa a
man
dan
nya
man
pad
a pe
nggu
na
jala
n.
Sela
in
itu
dipe
rluk
an
pena
mba
han
lam
pu p
ener
anga
n ju
ga p
ada
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r ag
ar
dapa
t m
eman
tau
aktiv
itas
yang
ad
a se
rta
mem
uda
hkan
ko
mun
itas
pe
mul
ung
jika
be
kerj
a pa
da m
alam
har
i. 2.
Pr
asar
ana
Jala
n ·
Jala
n ut
ama
men
uju
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r sa
mpa
h Se
pert
i ja
lan
TPA
di
sedi
akan
ol
eh p
emer
inta
h m
elal
ui D
inas
Pe
kerj
aan
Um
um
. ·
Seda
ngka
n ja
lan
seta
pak
dise
diak
an
oleh
ke
lura
han
mel
alui
ke
giat
an
PNPM
, ko
ndis
i ja
lan
baik
, te
rbua
t da
ri pa
ving
bl
ok.
Dig
unak
an
oleh
be
bera
pa
pem
ulun
g un
tuk
men
uju
tem
pat
pem
buan
gan
akhi
r.
· Lu
asan
ja
lan
yang
cu
kup
idea
l pa
da s
etia
p ko
rido
r di
pe
rmuk
iman
pe
mul
ung
mem
udah
kan
kom
unita
s pe
mul
ung
dala
m b
erak
tivita
s te
ruta
ma
bagi
la
pak/
peng
epul
da
n ag
en
dala
m
mel
akuk
an
kegi
atan
ju
al
beli
ba
rang
, ka
rena
da
lam
m
elak
ukan
ke
giat
an
men
jual
ba
rang
, m
erek
a m
engg
unak
an
truk
at
au
mob
il pi
ck u
p.
· Se
bagi
an
besa
r ja
lan
yang
se
ring
di
guna
kan
oleh
ak
tivita
s pe
mul
ung
mem
ang
suda
h cu
kup
terp
enuh
i, b
aik
dari
dari
sisi
lua
san
kare
na s
udah
bis
a di
lew
ati
truk
sam
pah
dan
truk
agen
se
rta p
enge
pul
sehi
ngga
m
emud
ahka
n ko
mun
itas
pem
ulun
g da
lam
mel
akuk
an
aktiv
itas
unt
uk m
enju
al b
aran
g, b
egitu
ju
ga d
enga
n ko
ndis
i fi
sik
jala
n ya
ng
cuku
p ba
ik
kare
na
suda
h di
aspa
l, m
eski
pun
ada
bebe
rapa
ker
usak
an k
ecil
yang
be
rpot
ensi
m
engu
rang
i ra
sa
nyam
an
oran
g ya
ng
mel
ewat
inya
se
hing
ga
dipe
rluk
an
bant
uan
dari
pem
erin
tah
dala
m
mel
akuk
an
mon
itori
ng
dan
pera
wat
an p
ada
jala
n ek
sist
ing
agar
kon
disi
nya
teta
p ba
ik.
3.
Pras
aran
a Ja
ring
an
Tele
kom
unik
asi
· Ja
ringa
n te
lepo
n ka
bel
dise
diak
an o
leh
telk
om m
elal
ui
kabe
l –
kabe
l pe
nghu
bung
yan
g di
tuju
kan
men
uju
rum
ah r
umah
pe
ndud
uk.
· T
idak
ad
a pe
mul
ung
yang
ru
mah
nya
men
ggun
akan
te
lepo
n ka
bel.
· Se
bagi
an
besa
r ko
mun
itas
pe
mul
ung
baik
ya
ng
· K
ebut
uhan
kom
unita
s pe
mul
ung
dala
m
men
gaks
es s
aran
a te
leko
mun
ikas
i sud
ah
terp
enuh
i ka
rena
be
bera
pa
sign
al
tele
pon
selu
ler
dari
be
rbag
ai
mac
am
prov
ider
sud
ah m
ampu
dija
ngka
u pa
da
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
No
Kar
akte
rist
ik S
aran
a da
n P
rasa
rana
Su
pply
D
eman
d A
nali
sis
· Pe
nyed
iaan
ja
ring
an
tele
pon
nirk
abel
dila
kuka
n de
ngan
car
a m
endi
rikan
to
wer
–
tow
er
pem
anca
r si
gnal
ole
h pr
ovid
er.
Dik
awas
an
pene
litia
n te
rdap
at
satu
uni
t tow
er p
rovi
der t
elep
on
selu
ler.
berp
rofe
si
seba
gai
pem
ulun
g,
peng
epul
/lapa
k da
n ag
en
men
ggun
akan
te
lepo
n se
lule
r se
baga
i al
at
tele
kom
unik
asi.
setia
p pe
rmuk
iman
ko
mun
itas
pem
ulun
g se
hing
ga
tidak
di
perlu
kan
adan
ya
pena
mba
han
jarin
gan
tele
kom
unik
asi
baik
te
lepo
n ka
bel
mau
pun
tele
kom
unik
asi s
elul
er.
· Pe
nggu
naan
sar
ana
tele
kom
unik
asi o
leh
kom
unit
as p
emul
ung
buka
n m
erup
akan
pr
iorit
as u
tam
a, t
erut
ama
yang
bek
erja
se
baga
i pe
mul
ung.
K
aren
a m
enur
ut
pem
ulun
g pe
ngel
uara
n un
tuk
kebu
tuha
n m
embe
li pu
lsa
bagi
cu
kup
besa
r, se
hing
ga
akan
m
embe
bani
ke
butu
han
dasa
r pe
mul
ung
· B
agi
lapa
k/pe
ngep
ul
dan
agen
pe
nggu
naan
te
leko
mun
ikas
i sa
ngat
pe
ntin
g te
ruta
ma
untu
k m
enge
tahu
i in
form
asi
harg
a ba
rang
bek
as s
ehin
gga
tidak
sal
ah d
alam
mel
akuk
an k
egia
tan
jual
bel
i bar
ang
beka
s.
4.
Pras
aran
a ai
r be
rsih
·
Peny
edia
an
air
bers
ih
di
perm
ukim
an
kom
unita
s pe
mul
ung
disu
pply
ole
h P
DA
M,
sum
ur g
ali,
sum
ur p
ompa
. ·
Jeni
s po
mpa
yan
g ad
a pa
da s
etia
p ru
mah
di
perm
ukim
an p
emul
ung
ba
ik
deng
an
pola
m
enye
bar
mau
pun
deng
an
pola
m
emus
at
rata
-
rata
m
emili
ki
kapa
sita
s m
aksi
mum
seb
esar
16
liter
s/d
30
liter
per
men
it u
ntuk
mem
enuh
i ke
butu
han
kom
unit
as
pem
ulun
g ya
ng ti
ngga
l.
· Se
lain
un
tuk
kebu
tuha
n da
sar
pem
ulun
g m
engg
unak
an
air
bers
ih
untu
k m
encu
ci b
aran
g be
kas
yang
di
kum
pulk
anya
ag
ar
kual
itas
bara
ng s
emak
in b
aik
dan
men
ingk
atka
n ha
rga
jual
ba
rang
. ·
Keb
utuh
an p
emul
ung
dala
m
mel
akuk
an
kegi
atan
pe
ncuc
ian
bara
ng
beka
s m
embu
tuhk
an a
ir r
ata
- ra
ta
seba
nyak
40
liter
/100
kg.
· Pe
nggu
naan
air
bers
ih o
leh
kom
unita
s pe
mul
ung
sang
at
dipe
rluk
an t
erut
ama
untu
k m
encu
ci
bara
ng
beka
s ya
ng
diku
mpu
lkan
ag
ar
kual
itas
bara
ng
sem
akin
bag
us s
ehin
gga
harg
a ju
alny
a m
enin
gkat
. K
ebut
uhan
te
rseb
ut
suda
h m
ampu
te
rpen
uhi
mes
kipu
n be
lum
op
timal
. D
enga
n m
elih
at
kapa
sita
s m
aksi
mum
pom
pa a
ir y
ang
ada
saat
ini
m
aka
pem
enuh
an a
ir ya
ng a
da d
iras
a m
asih
ku
rang
se
hing
ga
dipe
rluka
n ad
anya
pe
nam
baha
n un
it po
mpa
ai
r (m
inim
al s
atu
unit)
unt
uk m
endu
kung
su
pply
air
ber
sih.
Su
mbe
r :
An
alis
is P
enel
iti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 114
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakteristik komunitas pemulung pada kawasan penelitian didasari oleh klasifikasi
komunitas pemulung yaitu pemulung,lapak dan agen yang dikenali melalui pola
pekerjaanya dimana setiap profesi memiliki aktivitas yang berbeda – beda baik dalam
aktivitas bermukim maupun aktivitas bekerja. Hal ini mempengaruhi karakteristik
permukiman pemulung baik dari sisi pola permukiman dimana terdapat pola permukiman
memusat yang mana kondisi fisik bangunan berbentuk non-permanen sedangkan pola
permukiman menyebar yang sebagian besar kondisi fisik bangunanya berbentuk permanen
meskipun masih ada yang berbentuk semi permanen.
Sikap pemerintah terhadap komunitas pemulung dalam menyediakan sarana dan
prasarana pada permukiman pemulung memang belum optimal, namun sudah ada upaya
dari pemerintah untuk mencoba memenuhi apa saja kebutuhan yang dikehendaki oleh
komunitas pemulung seperti menyediakan jaringan gas metan untuk memasak serta di
izinkanya pemulung menggunakan lahan parkir truk sampah sebagai sarana untuk memilah
barang – barang bekas.
Karakteristik penyediaan sarana dan prasarana pada permukiman komunitas pemulung
memang belum ada standart ketentuan yang baku, baik dalam penyediaan jumlah sarana
maupun jangkauan pelayanan. Namun dari aktivitas bermukim dan aktivitas bekerja yang
dilakukan oleh komunitas pemulung diketahui bahwa sarana bermukim yang dibutuhkan
oleh komunitas pemulung adalah : rumah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana
peribadatan, dan sarana perdagangan dan jasa serta ruang serbaguna. Sedangkan untuk
prasarana bermukim yang ada adalah jaringan listrik,jaringan air bersih, jaringan drainase,
jaringan sanitasi dan MCK serta prasarana memasak. Kemudian untuk sarana bekerja yang
dibutuhkan komunitas pemulun adalah : tempat pemilahan barang bekas, tempat
penampungan barang bekas, tempat penyimpanan peralatan, tempat berteduh, sarana
transportasi, dan tempat parkir. Selain itu untuk prasarana bekerja pada komunitas
pemulung adalah parasarana penerangan, jaringan jalan dan jaringan telekomunikasi serta
air bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 115
Meskipun belum ada kebijakan secara tertulis dari pemerintah terkait penyediaan
sarana dan prasarana pada komunitas pemulung dalam mendukung komunitas pemulung
beraktivitas akan tetapi pemerinta sudah berupaya untuk menyediakan terselenggaranya
sarana dan prasarana permukiman di Kelurahan Pojok meskipun belum semua yang
disediakan bersinggungan langsung terhadap permukiman pemulung.
B. Saran
Dalam melakukan penelitian ini peneliti merasa kesulitan terutama dalam mendapatkan
data terkait kebijakan terhadap penyediaan sarana dan prasarana permukiman pemulung.
Hampir sebagian pemerintah hanya memiliki kebijakan yang terkait dengan penyediaan
sarana dan prasarana permukiman secara umum, kemudian diharapkan kedepanya jika ada
penelitian ini ingi diteliti kembali diharapkan untuk mencari lokus baru agar dapat diketahui
fenomena baru tentang karakteristik komunitas pemulung dan permukimanya sehingga
analisis yang dihasilkan terkait dengan pemenuhan sarana dan prasarana bisa diujikan ke
dalam penelitian tersebut apakah ada kesamaan karakteristik pada permukiman pemulung
lainnya atau tidak.
Selain itu butuh adanya pendekatan dan intervensi dari pemerintah secara
komprehensif terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana permukiman agar secara
spesifik dapat dikenali peneyediaan sarana dan prasarana permukiman komunitas
pemulung.