Tugas Akhir Analisa Hubungan Internasional Update
-
Upload
ryan-ananta -
Category
Documents
-
view
2.825 -
download
6
description
Transcript of Tugas Akhir Analisa Hubungan Internasional Update
TUGAS AKHIR ANALISA HUBUNGAN INTERNASIONAL
KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT
MENDUKUNG PROGRAM NUKLIR INDIA
Disusun oleh :
Ryan Ananta ( 151060103 )
ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
1
KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MENDUKUNG PROGRAM NUKLIR INDIA
I. Alasan Pemilihan Judul
Penulis memilih judul “Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Mendukung
Program Nuklir India”. Penulis memilih judul tersebut bertujuan untuk menjelaskan
kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat dalam kerjasama pengembangan senjata
nuklir kedua negara tersebut. Dalam pengambilan judul tersebut, penulis mendapatkan
referensi dari salah satu dosen salah satu matakuliah semester tiga.
Dalam pemilihan judul tersebut, penulis berusaha untuk menjelaskan adanya
intervensi Amerika Serikat dalam masalah internal India. India yang sekarang dalam
masa pemerintahan Perdana Menteri India Manmohan Singh mengalami peningkatan
pertumbuhan ekonomi. India menjadi lahan investor baru di kalangan ekonomi dengan
pertumbuhan rata-rata 7-8 persen tiap tahunnya.1
Bagi Amerika Serikat, India menjadi tujuan ketiga dari penetapan kebijakan politik
luar negeri di Asia setelah Jepang dan Korea Selatan. Hubungan bilateral antara India –
Amerika Serikat belakangan ini meningkat setelah adanya persetujuan pengembangan
teknologi nuklir damai di India. Persetujuan ini menjadi fokus di dunia internasional pada
awal abad 21. India merupakan negara yang menolak menandatangani perjanjian
proliferasi nuklir. Ironisnya Amerika Serikat di masa pemerintahan Presiden George W.
Bush justru merubah haluannya untuk mengadakan perjanjian pengembangan nuklir.
Penulis mengangkat judul perjanjian nuklir antara Amerika Serikat dengan India
atas dasar untuk mengetahui arah kebijakan Amerika Serikat sendiri di Asia. Diketahui
sebelumnya bahwa Amerika Serikat mempunyai beberapa alasan yang mendasar untuk
menetapkan India sebagai Aliansi baru di Asia. Di negara Jepang, Amerika Serikat
menetapkan Jepang sebagai pangkalan militer di sekitar Asia Timur dan Korea Selatan
menjadi negara pembendung agresifitas Korea Utara.
Amerika yang menjadi negara Adidaya di dunia pastinya tidak menginginkan
adanya saingan yang dapat mengimbangi Amerika. Dan kalangan internasional menilai
1 Angka pertumbuhan ekonomi India 7-8 persen tiap tahun yang diakses dalam http://panmohamadfaiz.com/ berjudul “Cindonesia : Cina, India dan Indonesia” yang didownload pada tanggal 29 Mei 2008.
2
bahwa China lah yang mampu mengimbangi ekonomi Amerika saat ini. China yang
tercatat mempunyai pertumbuhan ekonomi sekitar 9-10 persen tiap tahunnya diimbangi
dengan meningkatkan anggaran milter negaranya.2 Hal ini yang menjadikan negara
sekitar China mengalami rasa khawatir di kawasan Asia Timur. Jika dibandingkan antara
China dengan kedua negara aliansi Amerika Serikat Jepang dan Korea Selatan secara
ekonomi mereka mampu untuk mengimbangi, tetapi dalam bidang militer mereka
agaknya tertinggal atas China.
II. Latar Belakang Masalah
Sejarah hubungan bilateral India – Amerika Serikat tidaklah berjalan mulus. Ketika
Perang Dingin mendominasi tatanan politik internasional, India memilih untuk berdiri
ditengah-tengah sebagai sebuah negara Non-Blok. Dengan posisi ini India mendapatkan
keuntungan ganda baik dari Amerika Serikat maupun dari Uni Soviet.
Dalam perkembangannya, kedekatan hubungan India – Uni Soviet telah
menyebabkan kecemburuan pihak Amerika Serikat yang mengakibatkan memburuknya
hubungan bilateral dua negara. Uni Soviet bahkan mendukung pengembangan reaktor
nuklir di India. Era perang dingin, suplai senjata India disediakan oleh Uni Soviet sebagai
suplai senjata paling dominan di India saat itu.
Tetapi pasca Perang Dingin dimana Amerika Serikat berdiri sebagai satu-satunya
negara adidaya di dunia, mau tidak mau India harus berusaha memperbaiki hubungannya
dengan Amerika Serikat demi kemajuan India.
Setelah uji coba nuklir India pada musim panas tahun 1998, sangsi dan kecaman
datang dari berbagai penjuru dunia, Amerika Serikat juga termasuk salah satu negara
yang menjatuhkan sangsi dan embargo ekonomi kepada India. Berkat kemampuan
diplomasi pemerintah India, sangsi dan embargo ini dapat dicabut dan hubungan bilateral
India – Amerika Serikat mengalami sebuah pencerahan ketika Presiden Clinton
berkunjung ke India pada tahun 2000.3
Kunjungan Presiden Clinton ini menandai babak baru hubungan bilateral India –
Amerika Serikat dimana Amerika Serikat akhirnya mengakui keberadaan India sebagai
2 Pan Mohamad Faiz, Angka pertumbuhan China 9-10 persen tiap tahunnya. Op. cit , hal. 23 Ahmad Qisa’I , PHD dalam artikel berjudul “Implikasi Internasional Perjanjian Nuklir India – AS”
http://qisai-indo.blogspot.com/ diakses tanggal : 17 Mei 2008.
3
sebuah pemain besar didunia global. Sementara itu, kunjungan Presiden George W. Bush
ke India awal Maret ini semakin memperkuat pengakuan Amerika Serikat terhadap India
dan memperjelas ambisi besar pemerintah Amerika Serikat untuk menata ulang peta
perpolitikan dunia melalui pendekatan strategis dengan India.
Kedekatan baru yang ditunjukkan oleh Amerika Serikat dan India ini menandai
terjadinya penandatanganan perjanjian nuklir India – Amerika Serikat pada tanggal 2
Maret 2006 di New Delhi sebagai lanjutan dari penandatanganan perjanjian serupa pada
tanggal 18 Juli 2005 di Washington.4
Perjanjian Nuklir tersebut dinilai sebagai langkah baru kebijakan Amerika Serikat
di Asia. Untuk pertama kalinya Amerika Serikat memperbolehkan negera seperti India
yang dahulu hubungan kedua negara tersebut renggang, tiba-tiba melakukan kesepakatan
pengembangan nuklir.
Kaum intelektual internasional menilai bahwa kebijakan Amerika Serikat di Asia
khususnya di India mengindikasikan adanya kekhawatiran dari pihak Amerika Seriakt
atas kebangkitan salah satu raksasa Asia saat ini, yaitu China. Hubungan antara China
dan Amerika dari dahulu tidak begitu dekat mengingat China termasuk negara memegang
ideologi Komunis.
Keterkaitan Amerika Serikat dalam pengembangan Nuklir di India secara langsung
juga mempengaruhi negara tetangga India. Dampak dari pengembangan tersebut terasa
adanya nuansa perlombaan senjata antara India dan Pakistan. Dengan kemungkinan
perlombaan senjata, negara yang diuntungkan tak lain adalah Amerika Serikat sebagai
negara yang mendominasi suplai senjata India. Adanya perlombaan di Asia Selatan
memunculkan nuansa Perang Dingin era baru. India sebagai aliansi baru Amerika Serikat
sedangkan Pakistan akan lebih condong ke China atau Russia.
Mengingat sikap Amerika Serikat terhadap aliansinya, Amerika Serikat akan
berusaha untuk mengintervensi masalah internal negara aliansinya tersebut. Bahkan
dalam sidang skala besar seperti sidang Dewan Keamanan PBB. Isu yang muncul adalah
keterkait percobaan nuklir Iran. Amerika Serikat akan berusaha menggalang suara untuk
menjatuhkan sanksi militer bagi Iran.
4 Ahmad, Qisa’I, Op. cit . hal 2
4
Dan perlu kita ketahui bahwa India bukan termasuk anggota perjanjian non-
Proliferasi Nuklir. Sehingga India menjadi negara yang dicurigai akan menyalahgunakan
kekuatan nuklir tersebut.
III. Rumusan Masalah
Untuk membantu dalam mempelajari, menganalisis, membatasi dan membahas
kasus tersebut, maka penulis merumuskan masalah kedalam sebuah pertanyaan, yaitu :
Apa yang menjadi dasar alasan kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat
dalam mendukung pengembangan nuklir India meskipun India bukan negara
penanda tangan perjanjian non-proliferasi nuklir (nuclear non-proliferation
treaty/NPT)?
IV. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang diambil oleh penulis untuk membantu menjawab
pertanyaan dalam rumusan masalah adalah dengan menggunakan konsep kepentingan
nasional. Konsep kepentingan nasional adalah cara berpikir yang dikembangkan oleh
Hans J. Morgenthau. Bersama-sama dengan konsep power, kepentingan nasional
(national interest) merupakan pilar utama bagi teori tentang politik luar negeri dan politik
internasional yang realis.
Strategi diplomasi harus didasarkan oleh kepentingan nasional, bukan alasan
ideologi, legal dan moral. Kepentingan nasional suatu negara untuk berusaha mengejar
kekuasaan, yang terbentuk dalam mempertahankan pengendalian suatu negara atas
negara lain. Kekuasaan (power) dan kepentingan (interest) merupakan tujuan dari
tindakan politik internasional.5
Menurut Morgenthau, tujuan-tujuan umum suatu negara adalah melindungi
identitas fisik, politik dan kulturalnya dari gangguan negara-negara lain. Tujuan-tujuan
umum tersebut, para pemimpin suatu negara bisa menurunkan kebijaksanaan-
kebijaksanaan spesifik terhadap negara lain, baik bersifat kerja sama maupun konflik.
Misalnya, perlombaan senjata, perimbangan kekuasaan, pemberian bantuan asing,
pembentukan aliansi, atau perang ekonomi dan propaganda.6
5 Ulasan tentang pemikiran Morgenthau berjudul “Konsep Kepentingan Nasional”, yang disampaikan dalam mata kuliah Analisa Politik Luar Negeri semester III. 6 Ulasan Pemikiran Morgenthau, Ibid . hal 2
5
V. Hipotesis
Kesimpulan awal yang dapat diambil dari penulis adalah kepentingan nasional
Amerika Serikat untuk membendung pengaruh dari pertumbuhan ekonomi serta militer
negara China. Selain itu, Amerika Serikat yang menganggap sebagai polisi dunia justru
menawarkan teknologi nuklirnya kepada India. Hal ini dapat memicu nuansa adu domba,
dimana kemunculan ketegangan antara negara India dengan Pakistan yang sejak
berdirinya kedua negara tersebut tidak pernah akur.
Munculnya ketegangan antara India – Pakistan dapat memicu keterkaitan China
ataupun Rusia sebagai pemasok senjata ke Pakistan. Sehingga dapat dirasakan adanya
nuansa Perang Dingin era baru dalam Asia Selatan. Dengan adanya keterkaitan Amerika
Serikat dalam pengembangan Nuklir India membuat Pakistan berusaha mencari
dukungan untuk pengembangan militer negaranya pula. Hal ini terwujud saat menjelang
KTT Rusia, China, serta negara-negara Asia Tengah - mengemukakan keprihatinan atas
monopoli AS di pentas dunia. Kedua negara besar itu, yang pada era Perang Dingin lalu
berseteru, kini siap bersatu menghadapi dominasi tunggal Amerika.7
Kepentingan Amerika Serikat dalam menyetujui program nuklir India bukan
semata-mata untuk perbaikan untuk sipil India. Kepentingan Amerika Serikat untuk India
lebih bersifat strata ganda dimana Amerika Serikat mentransfer teknologi nuklir untuk
India juga berusaha membendung pengaruh China serta untuk mendapatkan dukungan
penuh pemberian sanksi DK PBB kepada Iran dalam pengembangan nuklir yang tertutup.
Aliansi baru Amerika Serikat, India diharapkan dapat mengimbangi pengaruh
militer dan ekonomi dari negara China. China yang mulai mengancam dengan
peningkatan anggaran belanja militernya dan hubungan yang kurang erat dengan
Amerika Serikat. Amerika yang telah menggalang TriviumAsia antara Jepang, Korea
Selatan dan India diharapkan menjadi daya tawar lebih untuk menyakinkan China agar
tidak bersifat agresif. Diketahui sebelumnya, bahwa ketiga aliansi Amerika masing-
masing mempunyai inventaris rudal balistik yang mampu menjangkau kota-kota penting
di China.
7 Diakses melalui http://www.suaramerdeka.com/ , diakses pada tanggal 17 Mei 2008.
6
VI. Pembahasan
Kebijakan Amerika Serikat di Asia
Di awal abad ke-21 ini, proses pergeseran kekuatan global ditandai oleh lima
fenomena utama, yakni (1) berlanjutnya hegemoni dan keutamaan Amerika Serikat (AS),
(2) fenomena kebangkitan China, (3) revitalitas peran keamanan Jepang, (4) tampilnya
India sebagai aktor global potensial, dan (5) kecenderungan berlanjutnya dominasi
peradaban Barat. Dari kelima fenomena tersebut, kebangkitan China yang menjadi fokus
pemerintahan AS dalam menempatkan kebijakan-kebijakannya untuk mengantisipasi
agresifitas negara China.8
Namun, kebangkitan Cina diperkirakan akan menjadi isyu yang paling signifikan
bagi masa depan posisi AS dalam percaturan politik global dan regional. Tantangan
strategis terbesar yang dihadapi AS adalah bagaimana merespon dan mengakomodasikan
kebangkitan Cina sehingga negara ini dapat menjadi aktor dan mitra yang baik dalam
menjamin stabilitas kawasan, namun pada saat yang sama, tidak menjadi tantangan bagi
dominasi AS. Dalam hal ini, AS sendiri tampaknya masih dalam proses mencari format
kebijakan dan strategi yang tepat. Proses ini antara lain tampak dari ketidakpastian dan
ambiguitas dalam cara pandang Washington sendiri mengenai hakekat kebangkitan dan
arti penting RRC bagi kepentingan AS, apakah sebagai "mitra," "pesaing strategis " atau
bahkan sebagai "musuh" bagi AS di masa mendatang.9
Kebijakan Amerika Serikat yang telah ada di Asia terutama di Asia timur dengan
pengadaan kerjasama antara Amerika Serikat – Jepang dan Amerika Serikat – Korea
Selatan. Dan sekitar tahun 2005 – 2006, kerjasama yang membuat dunia internasional
fokus terhadap kerjasama Nuklir Sipil antara India – Amerika Serikat. Dalam penerapan
kerjasama ini, Amerika Serikat mentransfer teknologi nuklirnya kepada India. Dan India
juga setuju jika Badan Pemeriksa Atom Internasional (International Atomic Energy
Agency atau IAEA) melakukan pemeriksaan terhadap reaktor nuklir India.
8 Ulasan oleh Rizal Sukma CSIS yang disampaikan pada Seminar "Memaknai Peranan Indonesia Sebagai Anggota Tidak Tetap DK-PBB" Deplu-RI, Jakarta, 30 Januari 2007, http://www.deplu.go.id/download/dinamika.pdf. diakses pada tanggal 19 Mei 2008, hal 2
9 Ulasan oleh Rizal Sukma CSIS, Ibid , hal 3
7
Kebijakan Amerika Serikat dalam menerapkan strategi kerap disebut strategic
hedging.10 Melalui strategi ini, Amerika Serikat bermaksud untuk membuka peluang bagi
dirinya dalam mempertahankan hubungan ekonomi yang menguntungkan, sambil
ketidakpastian keamanan kebangkitan China. Strategi Hedging ini diterapkan Amerika
Serikat di kawasan Asia khususnya bagi negara Jepang dan India. Terhadap Jepang,
Amerika Serikat mendorong negara jepang untuk memainkan peran keamanan yang lebih
besar. Bahkan kedua negara telah mengambil langkah untuk memperkuat hubungan
aliansi diantara mereka.11
Dalam pandangan Amerika Serikat, India merupakan negara strategis untuk
menerapkan strategi hedging. Amerika Serikat mengaharapakan terciptanya sebuah
kondisi yang membuat China untuk merivisi tatanan global dan regional yang berlaku.
Sehingga dalam penerapan ini, antara Jepang, Korea Selatan dan India merupakan tiga
negara pendamping Amerika Serikat di Asia. Ketiga negara tersebut mempunyai
deterence yang tinggi, yang berada disekitar China yang berguna untuk meyakinkan
China berpikir ulang untuk mengambil sikap positif.
Bagi India, keterkaitan Amerika Serikat dalam proyek pengembangan nuklir
sipilnya, dapat menjadikan India mengimbangi kebangkitan China. Meskipun persepsi
mengenai ancaman militer China mulai menurun, kepentingan untuk mengimbangi
kehadiran China tetap menjadi elemen penting dalam strategi India di kawasan.
Persetujuan Nuklir India – Amerika Serikat
Suatu tonggak sejarah, demikian Presiden Amerika Serikat George W. Bush
menamakan persetujuan yang disepakati dengan Perdana Menteri India Manmohan
Singh. Berdasarkan persetujuan tersebut India mendapat bantuan dari Amerika Serikat
berupa tekonologi nuklir untuk tujuan damai. Tetapi sebagai gantinya pemerintah New
Delhi harus lebih sering memberikan ijin kepada para inspektur Badan Atom
Internasional IAEA yang harus mengawasi semua pusat tenaga nuklir India.
Persetujuan ini memang bisa dianggap bersejarah, tetapi pengertian itu bisa berarti
positif maupun negatif. Hal tersebut dianggap bersejarah karena inilah persetujuan nuklir
pertama dengan sebuah negara seperti India, yang telah mengembangkan senjata nuklir
10 Strategic Hedging adalah semacam strategi untuk membuka peluang bagi dirinya dalam mempertahankan hubungan, sambil mengantisipasi kekuatan lawan.11 Ulasan Rizal Sukma CSIS, op. cit. hal 4.
8
secara ilegal sejak tahun 1970-an dan menolak menandatangani persetujuan non-
proloferasi.12 Karena itu persetujuan terakhir ini dapat dianggap sebagai pelanggaran
aturan-aturan non-proloferasi, yang secara tidak langsung meresmikan tindak-tindak
ilegal yang dilakukan sebuah negara. Dan ini bisa dianggap sebuah preseden.
Tetapi sebelumnya juga ada sejumlah pelanggaran lain, walaupun sifatnya tidak
begitu resmi. Misalnya Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia membiarkan saja
negara-negara yang menolak menandatangani persetujuan non-proliferasi
mengembangkan senjata nuklir. Hal ini misalnya berlaku untuk Israel, Pakistan dan India.
Memang kedua negara terakhir ini mendapat sanksi karena memproduksi secara ilegal
senjata nuklir, tetapi kemudian tidak ada satu pun negara yang menanggapi dengan serius
sanksi-sanksi tersebut. 13
Yang bisa juga dianggap bersejarah adalah, Amerika Serikat adalah satu-satunya
negara adikuasa di dunia yang sengaja menepiskan aturan resmi di bidang senjata nuklir.
Beberapa tahun lalu pemerintah Amerika telah mengambil kesimpulan bahwa aturan
resmi ini memang punya sejumlah kelonggaran. Contohnya ambisi-ambisi nuklir Korea
Utara, Iran dan tentu saja Libya. Sebagai gantinya Washington sekarang bersikap lebih
pragmatis. Penyebaran senjata nuklir ke negara-negara yang dianggap musuh dilawan
bersama dengan sekutu Amerika dengan aksi-aksi kongkrit misalnya 'inisiatif
pengamanan proliferasi". Misalnya setiap kapal yang dianggap mencurigakan akan
ditahan di laut bebas dan diperiksa secara teliti.
Sementara negara-negara yang dianggap bisa bersahabat, bisa memperhitungkan
sikap yang lebih lunak, seperti India sekarang. Dari negara yang jelas-jelas anti-Amerika
di jaman Perang Dingin, India berkembang menjadi sekutu Washington, partner ekonomi
penting, dan dari sudut geopolitik merupakan imbangan terpenting dalam menghadapi
Cina yang dianggap sebagai lawan terbesar. Selain itu, menurut Washington, India tidak
pernah bersalah atas ekspor ilegal bahan atau pengetahuan nuklir. Pendirian Amerika itu
juga dinamakan 'Realpolitik'. 14
12 Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (bahasa Inggris: Nuclear Non-Proliferation Treaty) adalah suatu perjanjian yang ditandatangi pada 1 Juli 1968 yang membatasi kepemilikan senjata nuklir.13 Artikel diperoleh dari " http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Nonproliferasi_Nuklir " yang diakses pada tanggal 19 Mei 2008.14 Artikel yang diperoleh dari “http ://www.ranesi.nl/” yang diakses pada tanggal 19 Mei 2008
9
Dengan kesepakatan nuklir yang dicapai itu, Amerika Serikat akan membantu India
dalam pengembangan lebih jauh energi nuklir untuk tujuan damai, guna melengkapi
pasokan energi negeri tersebut. Sebagai imbalan, India harus mengijinkan Badan Energi
Atom Energi IAEA memeriksa lebih banyak reaktor nuklirnya. Selain itu juga harus
membedakan antara pusat tenaga nuklir yang hanya dipakai untuk tujuan sipil dengan
pusat nuklir yang juga bisa membuat bahan untuk pengembangan senjata nuklir. Sejauh
ini, baru empat dari 15 reaktor nuklir India diperiksa IAEA.15
Kongress Amerika Serikat akan Persetujuan Nuklir India
Akhirnya, hasil yang selama ini ditunggu keluar: Partai Demokrat menang telak
didalam pemilu pertengahan waktu (midterm elections) Kongress Amerika Serikat
minggu ini. Mulai Januari 2007 nanti, Partai Demokrat akan mendominasi Kongress AS
setelah jangka waktu yang cukup panjang, 12 tahun. Komposisi baru Senat AS yang
beranggotakan 100 orang akan menjadi 51 untuk Partai Demokrat dan 49 untuk Partai
Republik. Di Dewan Perwakilan, dari 435 kursi yang diperebutkan, Partai Demokrat juga
akan mendominasi dengan prediksi 232 kursi untuk Partai Demokrat dan 203 kursi untuk
Partai Republik. 16
Pemilu kali ini menjadi sebuah referendum untuk Presiden Bush. Presentase
kehadiran pemilih yang biasanya sedikit didalam pemilu seperti ini berubah total. Para
pemilih datang berbondong-bondong untuk melaksanakan hak pilihnya dan menolak
tegas Presiden Bush. Oleh karenanya, pasca pemilu kali ini semuanya terasa berbeda bagi
Presiden Bush: Partai Republik tidak lagi menjadi kekuatan dominan baik di Dewan
Perwakilan maupun di Senat. Dan dengan perubahan komposisi di Kongress ini adalah
suatu kewajaran apabila mulai 2007 nanti akan terjadi perubahan kebijakan luar negeri
AS.
Mulai dari perang di Iraq, perang melawan terorisme, masalah nuklir Korea Utara
hingga kebijakan AS terhadap Cina, kekalahan Partai Republik kali ini mempunyai arti
yang berbeda-beda. Menurut para pengamat politik internasional, kekalahan ini berarti
akan terciptanya pendekatan penyelesaian kemelut perang di Iraq dalam waktu yang tidak
15 Yari Lalaine, dalam artikel “Negara-Negara dengan Reaktor Nuklir Terbanyak di Dunia” http://spektrumku.wordpress.com/ diakses pada tanggal 19 Mei 2008.16 Ahamd Qisa’I, artikel yang berjudul “Akhir Perjanjian Nuklir India – AS” yang bersumber dari http://qisai-indo.blogspot.com/ yang diakses pada tanggal 19 Mei 2008.
10
lama lagi. Publik di Amerika Serikat sudah semakin tidak sabar dan mereka
menginginkan adanya perubahan dan penyelesaian masalah Iraq sesegera mungkin.
Kekalahan Partai Republik ini berarti akan menjadikan kebijakan-kebijakan
Amerika Serikat yang sebelumnya melakukan pendekatan konfrontasi dan penggunaan
kekerasan selama ini dalam setiap kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat akan
berubah total. Kemenangan Partai Demokrat akan membuka jalan penggunaan
pendekatan dialog diplomasi dan pendekatan damai lainnya sebagai cara untuk
menyelesaikan konflik.
Prediksi dan analisa diatas hanyalah prediksi jangka panjang. Meskipun Januari
2007 komposisi Kongress AS berubah, perubahan kebijakan nasional, baik dalam
maupun luar negeri, tidak mungkin terjadi dalam semalam. Meskipun Partai Demokrat
mendominasi Kongress AS yang baru, mereka harus ekstra hati-hati dan tidak tergesa-
gesa didalam menentukan kebijakan-kebijakan baru semata-mata untuk segera
memuaskan para pemilih yang telah menolak Presiden Bush. Akan tetapi, ada satu
kebijakan yang harus segera diputuskan dalam waktu dekat ini apabila AS tetap ingin
mengembangkan pengaruhnya di Asia, terutama di Asia Selatan. Kebijakan ini
berhubungan dengan masa depan perjanjian nuklir India – AS yang telah disetujui pada
bulan Juli 2005 dan resmi ditandatangani oleh Presiden Bush dan PM Singh di New
Dehli pada Maret tahun 2006.17
Perkembangan akhir dari perjanjian nuklir India-Amerika Serikat November 2007
kemarin, bahwa telah tercapainya RUU tentang perjanjian nuklir India-Amerika Serikat
yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Amerika Serikat. RUU tersebut untuk dapat
menjadi sebuah UU yang bisa ditandatangani oleh presiden harus melewati tiga tahap.
Tiga tahap ini adalah : pengambilan suara di Senat; pembenahan bahasa RUU
sebagaimana yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan dan Senat; dan terakhir
pengambilan suara di Konggress.18
Dengan kemenangan atas Partai Demokrat dan Partai Republik sebagai partai
oposisi dalam pengambilan suara didalam Kongress, maka muncul kekhawatiran dari
New Dehli atas masa depan perjanjian tersebut.
17 Ahmad Qisa’I, Op. cit, hal 218 Ahmad Qisa’I, yang menjelaskan proses ratifikasi perjanjian nuklir India – Amerika Serikat. http://qisai-indo.blogspot.com/ .
11
Jika dilihat dari kepentingan tiap Partai di Kongress Amerika Serikat sendiri, walau
ada suatu perbedaan pendekataan dalam politik, tidak akan mempengaruhi kebijakan
yang telah ditetapkan di India, mengingat pentingnya India bagi masa depan Amerika
Serikat di Asia. Adanya hambatan dalam perjanjian nuklir India-Amerika Serikat dari
kelompok pendukung non-proliferasi nuklir di Amerika Serikat. Dengan melihat
strategisnya India bagi Amerika Serikat di Asia maka para pembuat kebijakan di Amerika
Serikat akan berusaha membuka pintu kerjasama yang selama ini menjadi pengganjal
hubungan India-Amerika Serikat.
Meskipun Partai Demokrat berhasil mengambil alih kontrol atas Kongress dengan
menggunakan sentimen anti-Bush dan bahwa para penentang utama perjanjian ini berasal
dari Partai Demokrat. Namun tokoh-tokoh senior Partai Demokrat seperti Senator John
Kerry dan anggota Kongress Tom Lantos telah menyatakan dukungan kuat mereka
terhadap perjanjian ini. Oleh karena itu adalah satu hal yang salah apabila menyatakan
bahwa pernjanjian ini hanyalah ambisi Partai Republik semata.
Inti utama dari perjanjian ini bukanlah kerjasama nuklir belaka tetapi penekanan
terhadap pentingnya membangun kerjasama India – AS demi pengembangan pengaruh
AS di Asia Selatan dimasa depan. Siapapun yang mendominasi Kongress AS, Partai
Demokrat ataupun Partai Republik, India akan tetap mendapatkan tempat yang utama.
India tentang Nuklir
Program nuklir India telah berlangsung selama lebih dari lima puluh tahun dan
teknologi nuklirnya telah dikembangkan sendiri. Terbukuti dari uji coba senjata nukir
pertama India yang diberi kode “Smilling Buddha” yang diuji coba pada tanggal 18 Mei
1974 di Pokhran. Pada 7 September 1972, Perdana Menteri India Indira Gandhi
memberikan izin kepada ilmuwan pada Bhabha Atomic Research Centre (BARC) untuk
membuat peralatan nuklir yang telah mereka rancang sebelumnya, dan menyiapkannya
untuk sebuah uji coba. Peralatan yang akan diuji coba ini secara resmi disebut "Ledakan
Nuklir Damai", namun biasanya disebut Smiling Buddha. Kepala dari tim pengembang
adalah Raja Ramanna. Anggota penting lainnya adalah P.K. Iyengar, Rajagopala
Chidambaram, dan Nagapattinam Sambasiva Venkatesan. Proyek ini hanya terdiri dari
12
tak lebih 75 ilmuwan dan insinyur selama 1967-1974. Kecilnya jumlah anggota tim
bertujuan untuk menjaga kerahasiaan.19
India bukan negara penanda tangan perjanjian non-proliferasi nuklir (nuclear non-
proliferation treaty/NPT). India sepenuhnya menerima kewajibannya sebagai negara
pemilik nuklir yang maju dengan kemampuan strategis, seperti halnya negara pemilik
nuklir lainnya. Program nuklir sipil dan nuklir strategis India seluruhnya dilaksanakan
sesuai dengan kewajiban dan komitmen internasional. Program energi nuklir sipil India
telah berlangsung selama empat dekade, dan merupakan elemen penting bagi upaya
pengamanan energi yang tergantung. Sebab India adalah negara pengimpor minyak untuk
memenuhi sekitar 70 persen dari kebutuhan minyak negara. 20
India sangat percaya bahwa semua negara harus melaksanakan kewajiban
internasional yang telah mereka terima dengan sukarela, dan harus dilakukan secara
transparan. Dunia internasional mengakui India sebagai negara pemilik nuklir yang
bertanggung jawab, dengan reputasi yang layak ditiru dalam hal non- proliferasi nuklir.
Selain uji coba senjata nuklir dengan kode Smilling Buddha, India juga melakukan
uji coba rudal dari darat ke darat yang berkemampuan nuklir, Prithvi, dari lapangan
ujicoba terpadu di Chandipore negara bagian Orissa Timur pada tanggal 9 Mei 2007.
Rudal dengan panjang 8,56 meter dan lebar satu meter itu mampu berjelajah antara 50-
150 kilometer. Dengan berat 4,4 ton dan mampu membawa muatan sampai sekitar 1000
kilogram. Rudal memerlukan waktu 300 detik untuk mencapai jarak 150 kilometer.21
India mengatakan negara itu telah melakukan percobaan menembakkan misil jarak
jauh yang mampu membawa nuklir, yang bisa mencapai sasaran dengan jarak mencapai
3000 kilometer. Para pejabat mengatakan misil darat ke darat Agni-Three diluncurkan
hari ini dari Pulau Wheelers di lepas pantai Orissa. Misil sepanjang 16 meter itu mampu
mencapai sasaran jauh di dalam wilayah Cina.22 Dalam pengembangan Rudal Balistik,
India juga telah mengembangkan Rudal K-15 yang mampu diluncurkan dari Kapal Selam
dengan teknologi rudal Agni III. Jika hali ini berhasil dilakukan oleh India, maka India
19 Artikel berjudul “Smilling Buddha”, http://www.wikipedia.com/ yang diakses pada tanggal 19 Mei 2008.20 Ahmad Qisa’I, dalam artikel “India tentang Nuklir” http://qisai-indo.blogspot.com/ yang diakses pada tanggal 17 Mei 2008.21 Artikel dari http://www.antara.co.id/ berjudul “India Ujicoba Rudal Prithvi” yang diakses pada tanggal 19 Mei 2008.22 Sumber dari http://masbagus.wordpress.com/ berjudul “India Ardava” yang diakses pada tanggal 19 Mei 2008.
13
akan digolongkan sebagai negara elit yang termasuk Amerika Serikat, China, Perancis
dan Russia. India akan memiliki sistem pertahanan yang mampu menjelajahi baik darat,
laut dan udara.
Dampak Kesepakatan Nuklir India-Amerika Serikat
Kesepakatan kerja sama nuklir India dan Amerika disebut-sebut oleh pemerintah
Manmohan Singh sebagai keberhasilan besar. Namun, kesepakatan ini berbalik menjadi
sebuah krisis serius di India. Di satu sisi, situasi politik India menjadi tidak menentu
karena protes partai-partai oposisi dan di sisi lain, pemerintah Monmohan Singh
mendapat sorotan negatif dunia internasional.
Rusia sebagai partner kerja sama India selama ini merasa dikhianati dengan
semakin mesranya hubungan India dan Amerika. Keyakinan Rusia, Amerika berusaha
mempengaruhi kebijakan politik luar negeri India dengan menandatangani kerja sama
nuklir yang dikenal Traktat 12323. Hal itu terbukti, dalam dua sidang Dewan Gubernur
IAEA tahun lalu India positif memberikan suaranya menentang proyek damai nuklir Iran
mengikuti Amerika.
Kekhawatiran Moskow tentang masa depan kerja sama nuklir India dan Amerika
begitu serius, sehingga Perdana Menteri India, Manmohan singh, mengirimkan utusan
khusus ke Rusia. Seorang tokoh diplomat berpengaruh, Shyam Saran, mengunjungi
Moskow. Agenda pentingnya saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei
Lavrov, sebisa mungkin meredam kekhawatiran Rusia melihat perkembangan hubungan
bilateral India dan Amerika. Terutama mengenai dampak kesepakatan Traktat 123 bagi
kebijakan politik luar negeri India dengan Rusia.
Dampak pertama yang muncul dari kesepakatan ini adalah Rusia tidak lagi menjadi
pemasok persenjataan India. Amerika mendapat keuntungan ganda dengan kesepakatan
nuklir India.
Kekhawatiran akibat kesepatakan nuklir India dan Amerika tidak hanya menimpa
Rusia. China dan Pakistan punya kekhawatiran sendiri dalam masalah ini. India, Pakistan
dan China merupakan tiga negara tetangga yang memiliki senjata nuklir. Hubungan India
dengan Pakistan dan China sering memunculkan pergolakan yang mengarah ke krisis
global. Sampai saat ini, India dan Pakistan telah berperang sebanyak tiga kali. Perang
23 Traktrat 123 adalah perjanjian antara India-Amerika Serikat untuk mengembangkan teknologi nuklir sipil India.
14
antar kedua negara ini selalu diikuti ketakutan dunia internasional, khususnya negara-
negara tetangga, karena keduanya memiliki senjata nuklir. Perang antar keduanya dapat
memicu perang nuklir.
Dampak yang muncul adanya kekhawatiran Pakistan atas kesepakatan Traktat 123
dapat dimaklumi. Bila hubungan India dan Amerika semakin mesra, Islamabad tidak
mendapat tempat dalam kebijakan politik luar negeri Gedung Putih.
Berbeda dengan Pakistan, dalam tahun-tahun terakhir ini, China dan India berusaha
mencari solusi sengketa lama teritorial antar kedua negara. China menilai, kesepakatan
nuklir ini akan dipakai Amerika untuk memprovokasi New Delhi menghadapi Peking. Ini
sebuah kesempatan emas bagi Amerika untuk mendikte China. Para politisi China
percaya, salah satu keinginan asli Amerika di benua Asia adalah mendikte China dan
mencegah pengaruh politik, ekonomi dan militer China di belahan benua ini.
Kesepakatan kerja sama nuklir India dan Amerika membuat kedekatan kedua negara
semakin mesra.
Dampak yang ditimbulkan, Pakistan akan terprovokasi mendekati China agar tidak
tertinggal jauh dari musuh bebuyutannya India. Munculnya dua kubu, Cina-Pakistan dan
Amerika-India hanya akan memunculkan perlombaan senjata di Asia Selatan.
Salah satu alasan penentangan partai-partai oposisi di India adalah sikap terakhir
India dalam sidang Dewan Gubernur IAEA yang muncul setelah menyepakati kerja sama
nuklir dengan Amerika. Perjanjian ini telah ditandatangani lebih dari dua tahun lalu oleh
Presiden Amerika, George W. Bush dan Perdana Menteri India, Manmohan Singh.
Berbeda dengan Amerika, Undang-undang Dasar India tidak mengatur keabsahan
kesepakatan ini harus lewat persetujuan parlemen. Sementara itu di Amerika, sejumlah
anggota DPR dan Senat Amerika mengancam bahwa kesepakatan ini akan disetujui bila
India menentang program damai nuklir Iran. Para pejabat tinggi Amerika tidak
mengeluarkan pernyataan apapun terkait masalah ini. Namun, diamnya mereka atau
mengeluarkan pernyataan yang memiliki dua makna menunjukkan sikap mereka sama
dengan anggota DPR dan Senat. Ancaman sejumlah anggota DPR dan Senat Amerika itu
membuahkan hasil ketika India positif mendukung pelimpahan agenda nuklir Iran ke
Dewan Keamanan (DK) PBB.
15
Sementara itu, dalam melihat fenomena terakhir India yang menentang program
damai nuklir Iran, para petinggi Iran berusaha menahan diri agar tidak merusak hubungan
bilateral kedua negara. Iran berharap dalam perundingan akan datang mengenai nuklir
Iran, India menyadari sikapnya sebagai salah satu penggagas Gerakan Non-Blok (GNB)
dan berjalan seiring dengan anggota-anggota lainnya. Selama ini, negara-negara anggota
GNB selalu mendukung program damai nuklir Iran. Sikap India menentang program
nuklir Iran merupakan salah satu alasan penolakan Traktat 123 di India. Alasan utama
partai-partai oposisi dan rakyat India dengan adanya kesepakatan itu, Amerika merasa
ikut campur tangan urusan dalam negeri India. Adanya penekanan bahwa kerjasama ini
punya tujuan mendikte aktivitas nuklir Iran.
16
VII. Penutup
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan, kesepakatan nuklir Amerika dan
India sampai saat ini tidak menguntungkan pemerintahan Manmohan Singh. Bahkan
yang tampak selama ini munculnya pelbagai krisis di India. Para oposan yang terdiri dari
partai-partai politik dan rakyat India penentang kebijakan ini menilai sikap selanjutnya
Singh sebagai simbol. Mungkin keuntungan yang dapat diambil India adalah adanya
transfer teknologi nuklir. Dengan keuntungan tersebut India dapat mengembangkan
sistem pertahanan negara dan mengembangkan infrastruktur negara.
Jika kita berbicara untung rugi, India lebih banyak menuai protes dari belbagai
negara. Pengembangan teknologi nuklir India memungkinkan India menjadi negara yang
memiliki senjata nuklir meskipun India menolak perjanjian Non-proliferasi nuklir.
Didalam perjanjian tersebut bahwa hanya lima negara didunia yang diperbolehkan untuk
memiliki senjata nuklir. Kelima negara tersebut adalah negera yang menjadi anggota
Dewan Keamanan PBB yaitu Amerika Serikat, Russia, Perancis, China dan Inggris.
India yang memiliki teknologi senjata nuklir, membuat negara tetangga seperti
Pakistan dan China berusaha mengimbangi kekuatan India dengan peningkatan anggaran
belanja militer masing-masing negara. Pakistan akan mengambil langkah-langkah untuk
mengimbangi transaksi senjata bernilai satu milyar dollar antara India, Israel dan Rusia,
yang katanya akan mengubah perimbangan senjata di Asia selatan. Khursid Kasuri,
menteri LN Pakistan mengatakan, pembelian sistem radar canggih dari Israel oleh India
akan mengganggu perimbangan kekuatan militer dan memicu perlombaan senjata baru di
kawasan itu. Kontrak pembelian sistem radar Israel itu, yang akan dipasang pada pesawat
transport Rusia ilyushin-76, ditanda-tangani dalam kunjungan PM Ariel Sharon ke India
bulan lalu. Kantor berita Reuters melaporkan, sistem radar Israel itu akan bisa melacak
semua pesawat terbang, bahkan yang terbang rendah, dan bisa memantau kawasan
Pakistan yang luas.24
Jika India mempunyai rudal Agni III maka Pakistan mempunyai rudal dengan
kekuatan sama bernama Shaheen. Kedua rudal yang berkuatan nuklir tersebut dapat
diluncurkan dari darat dalam sebuah mobil truck khusus. Perlombaan senjata akan terjadi
di Asia Selatan sejalan berjalannya program nuklir India.
24 Artikel yang diambil dari http://www.voanews.com/ berjudul “Pakistan Akan Imbangi pembelian Senjata Canggih Oleh India”. yang diakses pada tanggal 19 Mei 2008.
17
Dampak pengembangan nuklir India juga dirasakan negara China dan Russia.
Kedua negara tersebut mencurigai adanya indikasi campur tangan Amerika Serikat dalam
masalah internal India. Terbukti saat dukungan India atas pelimpahan agenda nuklir Iran
ke Dewan Keamanan (DK) PBB. Indikasi lain yang muncul dari kesepakatan India –
Amerika Serikat adalah upaya untuk mendikte China dengan membangun kerjasama
TriviumAsia yaitu, India, Korea Selatan dan Jepang. Ketiga negara tersebut menjadi
tempat bagi pangkalan militer Amerika Serikat.
Kedekatan dengan ketiga negara di Asia itu menjadi deterence yang
menguntungkan baik Amerika Serikat untuk mengimbangi bahkan membendung
kekuatan China. Kedekatan antara India – Amerika Serikat mempunyai keuntungan
ganda bagi Amerika Serikat. Kentungan selain menempatkan kebijakan politik luar
negerinya ke India yang dahulu mengalami kemunduran akibat kedekatan India dengan
Uni Soviet, Amerika Serikat juga dapat mengambil keuntungan dari bisnis suplai senjata.
Februari kemarin, tepatnya tanggal 27 Februari 2008 menteri pertahanan Amerika Serikat
Robert Gates berkunjung ke India.25 Dalam lawatannya, Robert Gates juga menawarkan
dan mempromosikan pabrik-pabrik senjata Amerika kepada India. Robert Gates menolak
dalam kunjungan tersebut untuk mempercepat program nuklir India yang mulai tersendat-
sendat di parlemen India dan konggres Amerika.
Strategi diplomasi Amerika Serikat yang baru ini dengan membuka peluang bagi
dirinya dalam mempertahankan hubungan ekonomi yang menguntungkan, sambil
berusaha mempengaruhi kebijakan negara yang diajak bekerjasama untuk mengatasi
negara yang sedang menjadi hambatan Amerika Serikat sendiri. Keadaan politik
internasional yang bersifat multipolar tetapi dengan hegemoni Amerika Serikat. Dengan
keadaan ini Amerika Serikat mau tak mau harus berusaha untuk mempertahankan
kekuasaan sebagai satu-satunya negara adidaya.
DAFTAR PUSTAKA
25 Artikel yang diambil dari http://www.voanews.com/ berjudul “Menhan Robert Gates ke India Untuk Perluas Hubungan Militer”, yang daiakses pada tanggal 19 mei 2008.
18
Referensi Literatur :
Budiardjo, Prof. Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta : 2001.
Fishman, Ted C. China*Inc. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia,
Jakarta : 2006.
Gani, Dra. Soelistyati Ismail. Pengantar Ilmu Politik. Ghalia Indonesia, Jakarta :
1987.
Huntington, Samuel P., George W. Bush, Francis Fukuyama, Fareed Zakaria,
Robert D. Kaplan, dan Dani Rodrik. Amerika dan Dunia. Kerjasama Kedutaan
Besar Amerika Serikat Jakarta, Freedom Institute dan Yayasan Obor, Jakarta :
2005.
Roy, S.L. Diplomasi. Rajawali Pers, Jakarta, 1991
Referensi Internet :
www.angkasa-online.com
www.antaranews.com
www.indonesian.irb.ir
www.kapanlagi.com
www.kompas.com
www.qisai-indo.blogspot.com
www.ranesi.nl
www.suaramerdeka.com
www.sinarharapan.co.id
www.voanews.com
www.id.wikipedia.com
www.word-pers.com
19