Tugas Agama Kelompok

18

Click here to load reader

Transcript of Tugas Agama Kelompok

Page 1: Tugas Agama Kelompok

Raja’ [Berharap Kepada Allah]Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu

“rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah.

“Roja’ adalah sesuatu yang disertai dengan amal, jika tidak maka itu hanyalah umniyyah (lamunan)”. Nama raja’ adalah sesuatu yang dibarengi dengan amal, kalau tidak ada amal namanya adalah menghayal. Raja’ itu ada susahnya. Sedangkan Umniyyah hanyalah tahu firman Allah tapi tidak ada semangat untuk beramal.

Dalam hadits qudsy memang telah disebutkan :ن�د� ظ�ن� – 7831 �ن�ا ع ل� أ ال� الل�ه� ع�ز� و�ج� ل�م� ق� ل�ى الل�ه� ع�ل�ي�ه و�س� ول� الل�ه ص� س� ال� ر� و�ق�ع�ب�دي بي

(373 / ص 16مسند أحمد – )ج

Orang yang ahli maksiat, jika pertama kali maksiat dia melihat hadits ini maka dia seperti menemukan barang berharga. Aku maksiat kepada Allah tapi aku mempunyai prasangka baik kepada Allah. Ini bukti kebahagiaan seorang hamba yang melakukan maksiat. Memang ada sebagian orang yang keadaannya seperti ini. Sebagian orang mendengarkan hadits seperti ini lalu ingin mendapatkan maghfirah dari Allah. Akhirnya orang seperti ini malu di hadapan Allah. Lalu karena telah malu kepada Allah akhirnya orang ini setiap membaca Al-Qur’an selalu dibarengi dengan amal.

Dalam Al-Qur’an telah disebutkan :د� ل�ه� من� د�ون ز� به و�ال� ي�ج وء8ا ي�ج� اني� أ�ه�ل ال�كت�اب م�ن� ي�ع�م�ل� س� م�

اني�ك�م� و�ال� أ� م�ل�ي�س� بأ�

ا ) ير8 ليCا و�ال� ن�ص [123( ]النساء/123الل�ه و�123. (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong[353] dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.[353] Mu di sini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada pula yang mengartikan kaum musyrikin. maksudnya ialah pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-angan dan cita-cita mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama.

Page 2: Tugas Agama Kelompok

Orang menganggap bahwa nikmat Allah itu besar sebab dia menyangka akan diberi kebahagiaan oleh Allah tetapi maksiatnya semakin bertambah, inilah yang dinamakan dengan umniyyah.

Contoh Roja’Orang memiliki rasa malu kepada Allah tidak karena Allah tapi

karena kemuliaan Allah. Dan akhirnya timbullah rasa mahabbah kepada Allah, sebab dia mempunyai perasaan bahwa dia maksiat kepada Allah tapi masih diberi maghfiroh oleh Allah (dengan memandang hadits di atas). Setelah itu timbullah mahabbah kepada Allah. Kalau sudah mahabbah kepada Allah, maka akan timbul seperti yang dijelaskan dalam hadits :د�ث�ني اب�ن� – 4250 ليد ح� ي�ة� ب�ن� ال�و� د�ث�ن�ا ب�ق يJ ح� م�ص لك ال�ح ام� ب�ن� ع�ب�د ال�م� د�ث�ن�ا هش� ح�ول� س� ال� ر� ال� ق� و�سO ق�

د�اد ب�ن أ� بي ي�ع�ل�ى ش�بيبO ع�ن� أ� ة� ب�ن ح� ر� م� ي�م� ع�ن� ض� ر� بي م�

أ�ز� ال�ع�اج ا ب�ع�د� ال�م�و�ت و� ه� و�ع�مل� لم� س� ل�م� ال�ك�ي�س� م�ن� د�ان� ن�ف� ل�ى الل�ه� ع�ل�ي�ه و�س� الل�ه ص�ن�ى ع�ل�ى الل�ه ا ث�م� ت�م� و�اه� ه� ه� س� �ت�ب�ع� ن�ف� م�ن� أ

(312 / ص 12سنن ابن ماجه – )ج

Orang yang pintar adalah orang yang selalu menundukkan nafsunya kepada Allah sedangkan orang yang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya. Orang yang pintar adalah orang yang mempunyai kekuatan. Artinya orang yang mempunyai amal sebelum mati dan akan bermanfaat setelah mati. Tapi orang yang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsu dan dinamakan juga orang yang bodoh. Hal ini karena dia hanya berangan-angan saja. Kamu menyangka bahwa diri kamu adalah orang yang bagus, oleh karena itu kamu harus mempunyai rasa malu dihadapan Allah.

Dalam hadits juga telah disebutkan :ال� ي�ا �ن�ه� ق� ت�ع�ال�ى أ ك� و� و�ى ع�ن� الل�ه ت�ب�ار� ا ر� يم� ل�م� ف ل�ى الل�ه� ع�ل�ي�ه و�س� ع�ن� الن�بي� ص�ب�ادي وا ي�ا ع ال� ت�ظ�ال�م� ا ف� م8 ر� ع�ل�ت�ه� ب�ي�ن�ك�م� م�ح� ي و�ج� س م�ت� الظJل�م� ع�ل�ى ن�ف� ر� ب�ادي إن�ي ح� ع

ت�ه� ائعa إال� م�ن� أ�ط�ع�م� ب�ادي ك�لJك�م� ج� دك�م� ي�ا ع د�وني أ�ه� ت�ه� اس� د�ي�ت�ه� ف� الe إال� م�ن� ه� ك�لJك�م� ض�ك�م� وني أ�ك�س� ت�ك�س� اس� ت�ه� ف� و� ب�ادي ك�لJك�م� ع�ارO إال� م�ن� ك�س� ك�م� ي�ا ع ت�ط�عم�وني أ�ط�عم� اس� ف�وني ر� ت�غ�ف اس� يع8ا ف� م ر� الذJن�وب� ج� �ن�ا أ�غ�ف أ ار و� الن�ه� طئ�ون� بالل�ي�ل و� ن�ك�م� ت�خ� ب�ادي إ ي�ا عع�وني ت�ن�ف� عي ف� ل�ن� ت�ب�ل�غ�وا ن�ف� وني و� Jر ت�ض� ي ف� ر� ن�ك�م� ل�ن� ت�ب�ل�غ�وا ض� ب�ادي إ ر� ل�ك�م� ي�ا ع أ�غ�ف Oد لO و�اح ج� ل�ب ر� ى ق� ن�ك�م� ك�ان�وا ع�ل�ى أ�ت�ق� ك�م� و�ج إن�س� ك�م� و� ر� ل�ك�م� و�آخ و�

ب�ادي ل�و� أ�ن� أ� ي�ا عن�ك�م� ك�م� و�ج إن�س� ك�م� و� ر� ل�ك�م� و�آخ و�

ب�ادي ل�و� أ�ن� أ� ي�ئ8ا ي�ا ع ل�كي ش� اد� ذ�لك� في م� ا ز� ن�ك�م� م� مب�ادي ل�و� أ�ن� ي�ئ8ا ي�ا ع ل�كي ش� ا ن�ق�ص� ذ�لك� من� م� دO م� لO و�اح ج� ل�ب ر� ر ق� ج� ك�ان�وا ع�ل�ى أ�ف�أ�ع�ط�ي�ت� ك�ل� أ�ل�وني ف� دO ف�س� عيدO و�اح ام�وا في ص� ن�ك�م� ق� ك�م� و�ج إن�س� ك�م� و� ر� ل�ك�م� و�آخ و�

أ�ر� ي�ا ل� ال�ب�ح� ي�ط� إذ�ا أ�د�خ خ� ص� ال�م ا ي�ن�ق� ن�دي إال� ك�م� ا ع م� ا ن�ق�ص� ذ�لك� م أ�ل�ت�ه� م� انO م�س� إن�س�د� م� ل�ي�ح� ا ف� ي�ر8 د� خ� م�ن� و�ج� ا ف� ي�اه� يك�م� إ و�ف�

ا ل�ك�م� ث�م� أ� يه� ص ال�ك�م� أ�ح� ا هي� أ�ع�م� ن�م� ب�ادي إ ع

ه� س� ال� ي�ل�وم�ن� إال� ن�ف� د� غ�ي�ر� ذ�لك� ف� الل�ه� و�م�ن� و�ج�(455 / ص 12صحيح مسلم – )ج

Page 3: Tugas Agama Kelompok

Kalau seseorang telah menganggap ringannya dosa dan selalu melakukan maksiat maka orang ini selalu menuruti hawa nafsunya. Orang seperti ini berbeda dengan orang yang mempunyai perasaan bahwa kekuatan hawa nafsu itu tidak bisa dikendalikan kecuali atas pertolongan Allah. Orang yang kedua seperti ini adalah orang yang selalu malu kepada Allah, berdo’a kepada-Nya supaya dosa-dosanya dimaafkan oleh Allah. Kalau nafsunya kalah lagi maka orang tersebut akan cepat taubat dan meminta pertolongan kepada Allah, setelah itu akan timbul mahabbah.

Inilah yang dimaksud oleh nabi :

ه� س� ال�ك�ي�س� م�ن� د�ان� ن�ف�Kita harus kembali kepada Allah dan merasa bahwa kita adalah hamba Allah. Allah tidak mungkin memasukkan hambanya ke dalam neraka. Ini berbeda dengan orang yang tidak ingat kepada Allah sebab dirinya dihalang-halangi oleh hawa nafsu.

Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut. Namun jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja’. Oleh karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT…

Firman Allah SWT.: “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka buruk kepada Allah.

Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar apapun kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan untuk mengharap ampunan dari Allah SWT.

Firman Allah SWT :“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” (QS.Al Mu’min:60).

Page 4: Tugas Agama Kelompok

Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah. “katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az Zumar:53).

Sikap raja’ atau mengharap rahmat Allah, dalam praktiknya tentu harus berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengerjakan segala yang diperintah Allah serta menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah. “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS.Al Azhab:21).

Bagi orang yang berharap ingin bertemu dengan Allah di surga, hendaknya ia beramal saleh dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya.“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al Kahfi:110).

Seseorang yang mempunuai sifat raja’ tentu akan bersikap optimis, dinamis, selalu berpikir kritis dan semakin sadar serta mengenal dirinya sendiri.Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah Swt.

Raja’ dan Khauf merupakan 2 sayap (janaahaan) yang dengannya terbang para muqarrabiin ke segala tempat yang terpuji. Kedua sifat ini sangat penting untuk didefinisikan, karena jika tidak akan terjadi dua kesalahan yang sangat berbahaya. Pertama, adalah sikap berlebihan (ghuluww) sebagaimana yang dialami oleh sebagian kaum sufi yang menjadi sesat karena mendalami lautan ma’rifah tanpa dilandasi oleh syari’ah yang memadai. Sedangkan kesalahan yang kedua, adalah sikap mengabaikan (tafriith), Sebagaimana orang-orang yang beribadah tanpa mengetahui kepada siapa ia beribadah dan tanpa merasakan kelezatan ibadahnya, sehingga ibadahnya hanyalah berupa rutinitas yang kering dan hampa dari rasa harap, cemas dan cinta.

Page 5: Tugas Agama Kelompok

Raja’ adalah sikap mengharap dan menanti-nanti sesuatu yang sangat dicintai oleh si penanti. Sikap ini bukan sembarang menanti tanpa memenuhi syarat-syarat tertentu, sebab penantian tanpa memenuhi syarat ini disebut berangan-angan (tamniyyan). Orang-orang yang menanti ampunan dan rahmat ALLAH tanpa amal bukanlah Raja’ namanya, tetapi berangan-angan kosong.

Kata raja’ berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan. Maksud raja’ pada pembahasan ini adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia dari Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat.Raja’ termasuk akhlakul karomah terhadap allah SWT yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang muslim/muslimah yang mengharapkan ampunan Allah berarti ia mengakui bahwa Allah itu maha pengampun.

Kebalikan dari sifat raja’ adalah berputus harapan terhadap ridha dan rahmat Allah SWT. Orang yang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka buruk kepada Allah SWT, yang hukumnya haram dan merupakan ciri dari orang kafir.Muslim/muslimat yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan bersikap optimis, dinamis, berfikir kritis dan mengenal diri dalam mengharapkan keridhaan Allah SWT.

Berikut adalah penjelasan ringkasan tentang hal tersebut.1. OptimisDalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang

dimaksud optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandagan) baik dalam menghadap segala hal atau persoalan, misalnya :- seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.- Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis, tentu dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran diterima serta dapat bekerja di perusahaan tersebut.

Kebalikan dari sikap optimis adalah sifat pesimis. Sifat pesimis dapat diartikan berprasangka buruk terhadap Allah SWT. Seseorang yang pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencoba.

Page 6: Tugas Agama Kelompok

2. Dinamis Kata dinamis berasal dari bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju, misalnya :- Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat- Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya berkembang.

Kebalikan dari sifat dinamis ialah statis. Sifat statis harus dijauhi oleh setiap muslim/muslimat karena termasuk akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan dan mendatangkan kerugian.

3. Berfikir kritis Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berfikir kritis artinya tajam dalam menganalisa, bersifat tidak lekas cepat percaya, dan sikap selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan. Orang yang ahli mmeberi kritik atau memberi pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah lengkap atau belum disebut kritikus.

Kritik ada dua macam yaitu yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Pertama , kritik yang termasuk akhlak terpuji yaitu kritik yang sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud untuk mmeberikan pertolongan kepada orang yang dikritik agar menyadari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya, disertai dengan memberikan petunjuk tentang jalan keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya tersebut.

4. Mengenali diri dengan mengharapkan ridho Allah SWT Seorang muslim yang mnegenali dirinya tentu akan menyadari bahwa dirinya adlah makhluk Allah, yang harus selalu tunduk pada ketentuan-ketentuan-Nya (sunnatullah). Iapun menyadari tujuan hidupnya adalah memperoleh ridha Allah, sehingga hidupnya diabdikan untuk menghambakan diri hanya kepada-Nya dengan cara melaksanakan perintah-perintahnya dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Ketahuilah bahwa hati itu sering tergoda oleh dunia, sebagaimana bumi yang gersang yang mengharap turunnya hujan. Jika diibaratkan, maka hati ibarat tanah, keyakinan seseorang ibarat benihnya, kerja/amal seseorang adalah pengairan dan perawatannya, sementara hari akhirat adalah hari saat panennya. Seseorang tidak akan memanen kecuali

Page 7: Tugas Agama Kelompok

sesuai dengan benih yang ia tanam, apakah tanaman itu padi atau semak berduri ia akan mendapat hasilnya kelak, dan subur atau tidaknya berbagai tanaman itu tergantung pada bagaimana ia mengairi dan merawatnya.

Dengan mengambil perumpamaan di atas, maka Raja’ seseorang atas ampunan ALLAH adalah sebagaimana sikap penantian sang petani terhadap hasil tanamannya, yang telah ia pilih tanahnya yang terbaik, lalu ia taburi benih yang terbaik pula, kemudian diairinya dengan jumlah yang tepat, dan dibersihkannya dari berbagai tanaman pengganggu setiap hari, sampai waktu yang sesuai untuk dipanen. Maka penantiannya inilah yang disebut Raja’.

Sedangkan petani yang datang pada sebidang tanah gersang lalu melemparkan sembarang benih kemudian duduk bersantai-santai menunggu tanpa merawat serta mengairinya, maka hal ini bukanlah Raja’ melainkan bodoh (hamqan) dan tertipu (ghuruur). Berkata Imam Ali ra tentang hal ini:“Iman itu bukanlah angan-angan ataupun khayalan melainkan apa-apa yang menghunjam di dalam hati dan dibenarkan dalam perbuatannya.”

Maka renungkanlah wahai saudaraku !Maka seorang hamba yang yang memilih benih iman yang terbaik,

lalu mengairinya dengan air ketaatan, lalu mensucikan hatinya dari berbagai akhlaq tercela, ia tekun merawat dan membersihkannya, kemudian ia menunggu keutamaan dari ALLAH tentang hasilnya sampai tiba saat kematiannya maka penantiannya yang panjang dalam harap dan cemas inilah yang dinamakan Raja’.

Berfirman ALLAH SWT: “Orang-orang yang beriman, dan berhijrah dan berjihad dijalan ALLAH, mereka inilah yang benar-benar mengharapkan rahmat ALLAH.” (QS. Al-Baqarah, 2: 218).Sementara orang yang tidak memilih benih imannya, tidak menyiraminya dengan air ketaatan dan membiarkan hatinya penuh kebusukan, darah dan nanah serta kehidupannya asyik mencari dan menikmati syahwat serta kelezatan duniawi lalu ia berharapkan ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya maka orang ini bodoh dan tertipu.

Berfirman ALLAH SWT tentang mereka ini:“Maka setelah mereka digantikan dengan generasi yang mewarisi Kitab yang menjualnya dengan kerendahan, lalu mereka berkata ALLAH akan mengampuni kita.” (QS. Al’A’raaf, 7: 169).

Page 8: Tugas Agama Kelompok

Dan mereka juga berkata:“Jika seandainya saya dikembalikan kepada RABB-ku maka aku akan mendapat tempat yang lebih baik dari ini.” (QS. Al-Kahfi, 18: 36).

Bersabda Nabi SAW:“Orang yang pandai adalah yang menjual dirinya untuk beramal untuk hari akhirat, sementara orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya di dunia lalu berangan-angan kepada ALLAH akan mengampuninya.” (HR Tirmidzi 2459, Ibnu Majah 4260, Al-Baghawiy, Ahmad 4/124, Al-Hakim 1/57).

Keutamaan Raja’ yang lainnya adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW sbb:“Seorang hamba ALLAH diperintahkan untuk masuk ke neraka pada hari Kiamat, maka iapun berpaling maka ditanya ALLAH SWT (padahal IA Maha Mengetahui): ‘Mengapa kamu menoleh?’ Ia menjawab: ‘Saya tidak berharap seperti ini’. ALLAH berfirman: ‘Bagaimana harapanmu?’ Jawabnya: ‘ENGKAU mengampuniku’. Maka firman ALLAH: ‘Lepaskan dia’.”

Raja’ hanya bermanfaat bagi orang yang sudah berputus asa karena dosanya sehingga meningggalkan ibadah, serta orang yang demikian khauf pada ALLAH SWT sehingga membahayakan diri dan keluarganya. Sedangkan bagi orang yang bermaksiat, sedikit ibadah dan berharap ampunan ALLAH, maka Raja’ tidak berguna, melainkan harus diberikan khauf.

Sebab-sebab Raja’ adalah pertama dengan jalan i’tibar yaitu merenungkan berbagai nikmat ALLAH yang telah ditumpahkan-NYA setiap waktu pada kita yang tiada sempat kita syukuri ditengah curahan kemaksiatan kita yang tiada henti pada-NYA, maka siapakah yang lebih lembut dan penuh kasih selain DIA? Apakah terlintas bahwa IA yang demikian lembut dan penuh kasih akan menganiaya hambanya?

Adapun jalan yang kedua adalah jalan khabar, yaitu dengan melihat firman-NYA, antara lain:“Wahai hambaku yang telah melampaui batas pada dirinya sendiri, janganlah kamu putus asa akan rahmat ALLAH, sesungguhnya ALLAH mengampuni seluruh dosa-dosa.” (QS. Az-Zumar, 39: 53).

dan hadits-hadits Nabi SAW:

Page 9: Tugas Agama Kelompok

“Berfirman ALLAH SWT kepada Adam as: ‘Bangunlah! Dan masukkan orang-orang yang ahli neraka’. Jawab Adam as: ‘Labbbaik, wa sa’daik, wal-khoiro fi yadaik, ya Rabb berapa yang harus dimasukkan ke neraka?’ Jawab ALLAH SWT: ‘Dari setiap 1000, ambil 999!’ Ketika mendengar itu maka anak-anak kecil beruban, wanita hamil melahirkan dan manusia seperti mabuk (dan wanita yang menyusui melahirkan bayinya, dan kamu lihat menusia mabuk, padahal bukan mabuk melainkan adzab ALLAH di hari itu sangat keras. QS. Al-Hajj, 21: 2).

Maka berkatalah manusia pada Nabi SAW: ‘Ya Rasulullah! Bagaimana ini?’ Jawab Nabi SAW: ‘Dari Ya’juj wa ma’juj 998 orang dan dari kalian 1 orang’. Maka berkatalah manusia: ‘ALLAHU Akbar!’ Maka berkatalah Nabi SAW pada para sahabat ra: ‘Demi ALLAH saya Raja’ bahwa kalian merupakan 1/4 dari ahli jannah! Demi ALLAH saya Raja’ kalian merupakan 1/3 ahli jannah! Demi ALLAH saya Raja’ kalian menjadi 1/2 ahli jannah!’ Maka semua orangpun bertakbir, dan Nabi SAW bersabda: ‘Keadaan kalian di hari itu seperti rambut putih di Sapi hitam atau seperti rambut hitam di Sapi putih’.” (HR Bukhari 6/122 dan Muslim 1/139)

Ciri-ciri raja’ atau optimis yaitu:1. Dalam berusaha (ikhtiar) seseorang akan mengawali dengan niat yang baik, yaitu karena Allah swt2. Senantiasa berpikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta berani menghadapi resiko yang menghadang3. Munculnya sifat ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan sehingga akan menjadikannya mampu berpikir kritis4. Selalu bertawakal kepada Allah setelah usaha yang dilakukan. Ia sadar bahwa kewajiban manusia hanya berusaha dari Allah yang menentukan5. Tidak lekas merasa puas atas apa yang diraih dan selalu berusaha meningkatkan diri6. Jika ia menjadi orang yang berhasil, akan menyadari bahwa segala keberhasilannya berkat karunia Allah, ia tidak lupa untuk menafkahkan sebagian hasil jerih payahnya untuk beramal dan membantu mereka yang membutuhkan

Jalan yang hak dalam menggapai ridha Allah melalui orang tua adalah birul walidain. Birul walidain atau berbakti kepada kedua orang tuamerupakan salah satu masalah yang penting dalam Islam. Di dalam Al Qur’an, setelah memerintahklan manusia untuk bertauhid kepadanya Allah SWT memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua.

Page 10: Tugas Agama Kelompok

Dalam surah Al Isra 23-24 Allah berfirman :Artinya : (23) Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu dan bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam peliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia. (24) Dan hendaklah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : Wahai tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagai mana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil.” (QS Al Isra : 23-24)

Keutamaan berbakti kepada orang tua dan pahalanya apabila kita melaksanakannya.1.Berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Hadis nabi Muhammad SAW dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud, “Aku bertanya kepada Nabi SAW tenatang amal yang paling utama dan dicintai Allah. Nabi SAW menjawab, pertama salat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan salat diawal waktunya), kedua berbakti kepada orang tua, dan ketiga jihad di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian jika ingin berbuat kebajikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama diantaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada orang tua)

2. Rida Allah tergantung keridhaan orang tua. Ini tertuang dalam hadis yang diriwayatkan oleh bukhari dari Abadul Mufrad, Ibnu hibban, Ahkim dan At Tarmidzi

3. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu melalui cara beramal saleh. Ini menunjukkan bahwa melalui berbakti kepada orang tua yang pernah kita lakukan, dapat menghilangkan kesulitan. Banyak sekali kesulitan yang dialami seseorang karena berbuat durhakakepada kedua orang tua. Bagaimana beratnya orang tua kita yang telah bersusah payah megurus anak-anaknya. Walaupun si anak sudah bekerja sehari semalam atau hendak membalas dengan perbuatan apapun tidak akan pernah terbayar dengan jasa orang tua kita mengurs kita sewaktu kecil.

4. Dengan bersilaturahmi kepada orang tua, seseorang akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur sebagaimana dalam hadis dinyatakan.Artinya : “Barang siapa yang suka diluaskan rezeki dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari)

Page 11: Tugas Agama Kelompok

Ketika bersilaturahmi, kita harus mendahulukan silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak diantara kita yang sering bersilaturahmi kepada teman-temannya, tapi jarang atau bahkan tidak pernah bersilaturahmi kepada orang tuanya sendiri. Sesulit apapun keadaannya, kita harus tetap berusaha untuk bersilaturahmi kepada orang tua

5. Balasan berbakti kepada orang tua yaitu akan dimasukkan ke surga oleh Allah SWT. Selain itu, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka. Sebaliknya, dosa-dosa yang Allah segerakan azabnya didunia diantaranya adalah akibat berbuat zalim dan durhaka kepada orang tua. (lihat QS Al Ankabut : 8, Maryam :12-15&30-34, Ibrahim : 40-41, Asy Syuara ; 87-88, dan An Nahl : 19)

Bentuk bentuk berbakti kepada orang tua, antara lain dapat dilakukan melalui cara berikut ini :

Berakhlak baik kepada keduanya. Di dalam hadis nabi SAW disebutkan bahwa memberi kebahagiaan kepada seorang mukmintermasuk sedekah, lebih utama lagi jka kegembiraan tersebut diberikan kepada kedua orang tua kitaBerkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut atau berbicara dengan perkataan yang mulia kepada orang tua

Tawaduk (rendah hati) atau tidak boleh bersikap sombong karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan orang tua kitaMemberi infak atau sedekah kepada kedua orang tuamendoakan kedua orang tua sebagaimana ayat “rabbirhamhuma kama rabbayani shagira.” (Wahai Rabb-ku, kasihilah kedua orang tuaku, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti ajaran Islam dengan benar atau berbuat syirik atau bid’ah, kita tetap harus berlaku lemah lembut kepada mereka, meskipun dengan tidak mengikuti jalan mereka.

Apabila kedua orang tua telah meninggal, yang harus kita lakukan adalah memohon ampun untuk mereka kepada Allah SWT dan minta ampun dengan taubat nasuha bila kita pernah berbuat durhaka kepada keduanya diwaktu mereka masih hidup, kemudian membayar hutang-hutangnya, selanjutnya melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syariat dan menyambung silaturahmi kepada teman atau kerabat mereka.

Page 12: Tugas Agama Kelompok

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua yang berusia lanjut adlah kesempatan yang paling baik untuk mendapatkan pahala dari Allah, mempermudah rezeki dan menjadi jembatan menuju surga. Oleh karena itu, sungguh rugi jika seorang anak menyia-nyiakan kesempatan yang paling berharga ini dengan mengabaikan orang tuanya sehingga menyebabkan dia tidak masuk surga.

1. Peranan raja'Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga). Allah ta'ala berfirman :"Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus: 62)

Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta.

2. Raja' yang terpujiSyaikh Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, raja' yang terpuji hanya

ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun raja' tanpa disertai amalan adalah raja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58).

3. Raja' adalah ibadah"Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan

perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57)Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para

Page 13: Tugas Agama Kelompok

malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya

4. Raja' yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diriSyaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Raja' yang disertai

dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan raja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)

5. Mengendalikan raja'Sebagian ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih

didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.

Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalam kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59)

Page 14: Tugas Agama Kelompok

B. Dengan demikian seorang muslim yang memiliki ciri-ciri sikap Raja' adalah:1)      Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.2)      Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan  berhasil, serta siap menghadapi resiko.3)      munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.4)      Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik.5)      Memiliki sifat bersyukur kepada Allah.

C.  Manfaat dan hikmah raja :1)      Memperoleh keridaan Allah2)      Terhindar dari perbuatan dosa3)      Mendapatkan kepuasan hidup4)      Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T5)      Sarana penyelesaian persoalan hidup6)      Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat